Anda di halaman 1dari 12

Konsep Penggunaan Financial Technology dalam Membantu Masyarakat Sub Urban

di Indonesia dalam Melakukan Transaksi Finansial

Maman Nurjaman - 31711213


Rita Rahayu A - 31611109
Yona Romliyana - 31611119
Ramanda Pamungkas-31611105
Anggara Nusantara- 31611149
Mahasiswa Prodi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Bandung
Bandung, Jawa Barat ,Indonesia

Abstrak – Financial technology atau biasa dikenal dengan sebutan fintech adalah sebuah
istilah yang berarti teknologi yang menjadi penghubung
antara sektor finansial dengan pengguna atau masyarakat umum. Fintech sangat
berpotensi menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang sedang ada di
masyarakat khususnya masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari pusat kota. Tulisan
ini akan membahas mengenai fintech terutama dilihat dari sisi bagaimana konsep
peranan teknologi ini dalam membantu masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari
pusat kota di Indonesia dan ingin bertransaksi secara finansial tanpa perlu mengunjungi
pusat kota terdekat.

Kata Kunci – Financial technology; Fintech; Sub urban; Transaksi finansial

1
I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki jumlah populasi pada 2015 sebesar 255
juta dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam 10 tahun terakhir, yaitu
mencapai 5.16% pada tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh
masyarakat Indonesia melalui elektronifikasi sistem transaksi, karena masyarakat Indonesia
tergolong sangat responsif terhadap teknologi terbaru seperti telepon genggam pintar, tablet,
atau komputer jinjing .

Pada sisi lain, masyarakat yang berada di daerah pinggiran kota atau sub urban masih
mengandalkan sistem pembayaran secara tunai karena ketiadaan fasilitas perbankan ataupun
kantor pos. Masalah yang biasa terjadi yaitu masyarakat sub urban sulit untuk menuju fasilitas
perbankan terdekat karena untuk mencapai bank terdekat memerlukan usaha yang tidak sedikit
seperti contoh, ongkos yang dikeluarkan tidak sebanding dengan uang.

yang ingin diambil dari bank terdekat. Salah satu faktor ketersediaan fasilitas perbankan yang
terbatas yaitu karena ketiadaan infrastruktur yang cukup memadai untuk kondisi Indonesia
yang memiliki banyak daerah yang tersebar pada berbagai pulau baik itu pulau besar ataupun
pulau yang terpencil. Berdasarkan pencarian yang dilakukan oleh Supangkat dan Saputra,
sebuah daerah sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas utama seperti salah satunya perbankan
pada setiap 1.000 km2area dari daerah tersebut .
yang ingin diambil dari bank terdekat. Salah satu faktor ketersediaan fasilitas perbankan yang
terbatas yaitu karena ketiadaan infrastruktur yang cukup memadai untuk kondisi Indonesia
yang memiliki banyak daerah yang tersebar pada berbagai pulau baik itu pulau besar ataupun
pulau yang terpencil. Berdasarkan pencarian yang dilakukan oleh Supangkat dan Saputra,
sebuah daerah sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas utama seperti salah satunya perbankan
pada setiap 1.000 km2area dari daerah tersebut

2
.

II. STUDI LITERATUR


Bagian ini akan menjelaskan bahasa secara umum mengenai Financial Technology dan
perkembangannya berdasarkan literatur yang telah ada sebelumnya.

A. Financial Technology (Fintech)


Komputer termasuk teknologi yang telah memiliki peran yang cukup penting pada bidang
finansial dalam waktu yang cukup lama. Pengembangan anjungan tunai mandiri atau perangkat
lunak akuntansi menjadikan pemberian layanan finansial dapat menjangkau lebih banyak
masyarakat, lebih nyaman, dan lebih mudah .
Financial technology atau fintech telah menyerap banyak perhatian pada akhir-akhir ini.
Industri layanan finansial yang menyediakan berbagai macam layanan dari finansial,
perbankan, dan asuransi telah menyimpan perhatian yang lebih pada keputusan untuk
mengadopsi teknologi dalam rangka untuk berinovasi dan berkembang [3]. Satu dekade lalu
merek seperti Square bahkan PayPal tidak mendapatkan perhatian yang cukup luas dari
industri layanan finansial. Namun saat ini, financial technology merupakan salah satu sektor
yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat pada industri tersebut .

Menurut Stein dan Dhar, definisi dari financial technology merupakan sebuah inovasi dari
sektor finansial yang melibatkan model bisnis yang telah terintegrasi dengan teknologi yang
dapat memfasilitasi peniadaan perantara; dapat mengubah cara perusahaan yang sudah ada
dalam membuat dan menyediakan produk dan layanan; dapat menangani masalah privasi,
regulasi, dan tantangan hukum; memberikan peluang untuk pertumbuhan yang inklusif .

Istilah financial technology ternyata telah populer sejak 150 tahun yang lalu .

Pernyataan yang diutarakan oleh Arner, Barberis, dan Buckley tersebut bukanlah sebuah hal
yang mengada-ngada karena jika melihat definisi Financial Technology secara umum, maka
proses transaksi finansial yang terjadi antar samudera dengan menggunakan media kabel
telegraf pada tahun 1866 dapat dikategorikan sebagai financial technology generasi pertama
atau bisa juga disebut dengan Fintech 1.0.

3
Penting untuk mengetahui tiga era utama dari evolusi fintech. Dimulai dari tahun 1866 sampai
1967, industri layanan finansial masih cenderung tradisional tanpa banyak terkait dengan
teknologi yang akan disebut dengan era Fintech 1.0. Kemudian, tahun 1967 sampai 2008 sektor
keuangan mulai banyak yang telah terdigitalisasi yang disebabkan oleh perkembangan
teknologi komunikasi dan transaksi yang cukup pesat dan periode ini dikenal dengan Fintech
2.0. Sejak tahun 2008, dimulai era Fintech 3.0 yang ditandai dengan berkembangnya banyak
start-up dan banyak perusahaan teknologi yang mulai menawarkan produk dan layanan
finansial langsung kepada bisnis dan publik, termasuk juga kepada bank .

B. Perbandingan Financial Technology dengan Bank Konvensional


Meskipun fintech digadang-gadang akan menjadi pengganti bank konvensional dalam
fasilitator masyarakat dalam bertransaksi finansial, namun tidak dapat dipungkiri bahwa bank
konvensional masih lebih unggul karena faktor-faktor berikut :
● Bank konvensional telah menjadi
'tulang punggung' dari perekonomian dunia dan telah memiliki nasabah yang sudah
tergolong loyal terhadap layanan yang diberikan oleh bank konvensional.
● Bank konvensional memiliki 'kantong yang lebih tebal' yang
dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang dapat menjadi sumber pemasukan
seperti memberikan pinjaman berbunga, dan lainnya.
● Bank konvensional memiliki infrastruktur dan layanan nasabah yang telah mapan
sehingga bank konvensional dapat menyediakan layanan untuk nasabah jika ingin
bertanya atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan bank tersebut

● Bank konvensional memiliki data yang sangat besar yang berasal dari nasabah-
nasabah baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Data-data tersebut
dapat diolah sedemikian rupa agar dapat digunakan untuk kepentingan lain yang
berkaitan dengan berjalannya bisnis bank konvensional.

C. Penggunaan Teknologi pada Daerah Sub Urban di Indonesia


Menurut Peraturan Badan Pusat Statistik Indonesia No. 37 tahun 2010 yang membahas
mengenai klasifikasi daerah perkotaan dan pinggir kota atau pedesaan yaitu daerah yang
memiliki kepadatan populasi yang rendah, memiliki keterbatasan akses terhadap fasilitas

4
umum, dan ada faktor-faktor lainnya. Pengaplikasian teknologi informasi pada daerah sub
urban di Indonesia akan sebanding dengan tantangan yang akan dihadapi dalam
implementasi teknologi pada daerah tersebut. Salah satu tantangan yang akan dihadapi
adalah faktor sosial-ekonomi yang akan membuat pengaplikasian layanan teknologi
informasi di daerah tersebut menjadi sulit.

D. Penggunaan Financial Technology di Negara Berkembang Lain


Sebagai perbandingan, penulis ingin membawakan contoh penerapan financial technology di
negara Kenya. Salah satu operator telepon genggam Kenya yaitu Safaricom memiliki sebuah
layanan mobile money yang bernama M-Pesa. Layanan tersebut memungkinkan pengguna
layanan operator tersebut mengirimkan uang antar pengguna M-Pesa melalui SMS. Layanan
tersebut sangat sukses setelah
diluncurkan karena dapat menyelesaikan masalah yang selama ini dihadapi oleh masyarakat
daerah tersebut yaitu ketidak ketersediaannya bank pada daerah-daerah yang berada tidak pada
pinggir kota. Sebelumnya, mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh hanya untuk
sekedar mengirim uang untuk kerabat atau keluarganya .

M-Pesa mematok biaya yang relatif kecil untuk setiap transaksi. Para nasabah pun tidak berasa
keberatan atas kebijakan yang diterapkan oleh operator Safaricom. Mereka melihat peluang
dengan penggunaan M-Pesa dibandingkan dengan harus menempuh jarak yang tidak dekat
hanya untuk sekedar melakukan transaksi finansial .

5
III. METODOLOGI
Metode yang digunakan dengan melakukan pencarian jurnal dan publikasi yang tersedia di
IEEE Xplore, ACM, dan Proquest. Ketiga sumber jurnal dan publikasi tersebut telah terdaftar
secara resmi dan tersedia pada situs pencarian jurnal dan publikasi yang dimiliki oleh
Universitas Indonesia (http://lib.ui.ac.id).

Pengumpulan sumber dilakukan dengan mencari jurnal dan publikasi dengan dua kata kunci
utama yaitu financial technology dan fintech.Sumber jurnal dan publikasi yang dicari
merupakan bacaan atau tulisan yang memiliki kesamaan antar tulisan. Terutama publikasi yang
bersesuaian dengan topik yang sedang dibawakan dalam tulisan ini.

Setelah mengumpulkan sembilan bahan bacaan baik itu jurnal ataupun publikasi, penulis mulai
membaca sumber-sumber tersebut dan melakukan analisa baik persamaan ataupun perbedaan
di antara sumber-sumber tersebut yang memiliki topik terkait. Kemudian, lakukan sintesis dari
bagian-bagian yang berkaitan dari sumber yang telah diperoleh lalu tulis respons berupa opini
atas bagian yang dibahas oleh sumber-sumber terkait. Terakhir, atur tulisan ini menjadi
beberapa bagian agar mendapatkan perhatian dari pembaca

6
IV. PEMBAHASAN
Bagian ini akan menjelaskan bahasan secara menyeluruh yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan mengenai Konsep Penggunaan Financial Technology pada Kalangan Masyarakat
Sub Urban di Indonesia

A. Penggunaan Financial Technology pada Kalangan Masyarakat Sub Urban di Indonesia


Konsep penggunaan financial technology yang akan diaplikasikan pada kalangan masyarakat
sub urban di Indonesia ini lebih kepada konsep dasar dan sederhana dari financial technology
, karena konsep yang akan ditawarkan bukan berupa sebuah aplikasi yang harus dijalankan
melalui telepon genggam pintar namun melalui SMS. Konsep tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penggunaan financial technology pada kalangan masyarakat sub urban di
Indonesia karena mayoritas masyarakat memiliki telepon genggam dan tidak memerlukan
telepon genggam pintar yang canggih untuk melakukan transaksi finansial.

Konsep ini memiliki istilah yang bernama branchless banking, atau bank tanpa cabang jika
diartikan secara harfiah. Dengan konsep branchless banking, sebuah daerah sub urban akan
memiliki suatu agen yang menjadi representatif atau perwakilan dari bank tertentu dan dapat
menjadi pusat dari segala hal yang berkaitan dengan transaksi finansial pada daerah tersebut.
Masyarakat sekitar dapat mendaftarkan dirinya sebagai calon nasabah dari suatu bank tersebut
melalui agen setempat dan nasabah yang sudah terdaftar dapat mengisi saldo dari akun yang
dimiliki dan dapat melakukan berbagai macam transaksi finansial mulai dari transfer antar
pengguna, transfer menuju bank lain, pembelian pulsa, dan masih banyak lagi kemungkinan
lainnya.

Dengan konsep tersebut, diharapkan dapat meningkatkan jumlah nasabah dari bank tersebut
tanpa perlu membuka cabang di daerah terkait. Selain itu, bank juga dapat menjangkau
masyarakat yang berada pada suatu daerah sub urban dengan memberikan layanan yang serupa
dengan masyarakat perkotaan tanpa perlu menuju ke kota terdekat. Sebagai tambahan, dengan
mendukung kondisi geografis dan kondisi masyarakat Indonesia, branchless banking
diharapkan dapat mendukung ekspansi terhadap akses menuju layanan finansial untuk
masyarakat .

B. Tantangan dan Peluang Penerapan Financial Technology di Indonesia


Pada perkembangannya, Indonesia menghadapi kenyataan bahwa negara ini belum memiliki
infrastruktur yang cukup memadai, dan juga menghadapi kendala dari kas domestik yang
kurang cukup merata untuk mendanai hal-hal yang perlu dilakukan pada suatu daerah.
Sebaiknya, perkembangan sistem finansial di Indonesia dapat mencari investor asing untuk

7
menjadi donatur dari implementasi konsep tersebut dan mengalokasikan kas domestik untuk
keperluan lainnya. Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang cukup unik menyulitkan
persebaran layanan tertentu dengan konsisten. Kedua kendala tersebut menjadikan financial
technology mendapatkan perhatian yang cukup besar karena diharapkan dapat mengatasi kedua
masalah tersebut dalam pembiayaan bisnis-bisnis kecil .

Potensi penggunaan fintech di Indonesia didukung dengan penerimaan yang cukup baik dari
masyarakat serta penggunaan
telepon genggam di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Davis, Maddock,
dan Foo, walaupun hanya 34 persen dari populasi Indonesia yang aktif menggunakan Internet,
namun 85 persen dari total populasi Indonesia yang memiliki telepon genggam dan terdapat
1.36 kartu SIM per kapita. Penggunaan banyak kartu SIM dari seorang individu Indonesia
menandakan bahwa penggunaan telepon genggam yang sangat masif di Indonesia .

Indonesia memang memiliki beberapa tantangan yang terkait kondisi geografis dan
perkembangan pada daerah, namun regulator seluruh dunia juga mengalami hal yang sama.
Mereka harus memastikan bahwa negara mereka masing-masing dapat menerima manfaat dan
peluang untuk memperbaiki sistem finansial negara tersebut dengan keberadaan fintech, juga
harus mengetahui kemungkinan risiko yang akan terjadi dan berusaha untuk mencegah hal-hal
tersebut dapat terjadi .

8
V. KESIMPULAN
Masyarakat Indonesia yang berada di daerah sub urban juga memiliki kebutuhan dalam
melakukan transaksi finansial, namun mereka tidak memiliki fasilitas yang memadai pada
daerahnya. Melihat contoh kasus dari negara berkembang lain yang memiliki kasus yang cukup
serupa, mereka harus menempuh jarak yang tidak sedikit untuk menuju fasilitas umum bank
terdekat.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut, mulai bermunculan konsep
untuk membantu masyarakat yang berada di sub urban untuk melakukan
transaksi finansial tanpa perlu mengunjungi kota terdekat. Konsep tersebut muncul di bawah
naungan financial technology, yaitu teknologi yang dapat mendukung kegiatan finansial.
Konsep yang muncul berupa branchless banking, yaitu sebuah konsep perbankan yang
menyediakan sebuah agen dari bank tertentu yang menjadi representatif atau perwakilan dari
suatu bank tersebut dan masyarakat sekitar dapat mendaftarkan dirinya sebagai calon nasabah
bank tersebut tanpa perlu mengunjungi bank pusat. Nasabah yang telah terdaftar dapat
melakukan transaksi finansial layaknya nasabah-nasabah lain seperti mengirim uang antar
sesama pengguna, membeli pulsa, dan lainnya namun yang membedakan, transaksi yang
dilakukan
oleh nasabah yang terdaftar melalui agen yang berada pada daerah sub urban melakukan
transaksinya melalui SMS.

Namun, konsep tersebut bukan berarti dapat langsung diimplementasikan pada masyarakat sub
urban di Indonesia. Negara ini memiliki tantangan yang cukup menghambat persebaran
implementasi konsep ini, yaitu kondisi geografis Indonesia yang cukup unik dan kondisi
masyarakat pada masing-masing daerah yang memiliki karakteristik yang juga unik.

Berdasarkan argumen yang disampaikan oleh penulis, penulis yakin bahwa konsep yang lahir
dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh penulis dari beberapa sumber
tulisan ini dapat diimplementasikan di Indonesia. Hanya saja, perlu perencanaan yang cukup
matang untuk melakukan realisasi implementasi dari konsep financial technology untuk
membantu masyarakat sub urban di Indonesia dalam melakukan transaksi finansial.

9
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, M., Supangkat, S. H. (2018). Financial technology business model as branchless
banking for people in rural areas: Case study : Indonesia.
ICT For Smart Socienty (ICISS).
Diterima dari
http://ieeexplore.ieee.org/document/82 88890/
[2] Sinha, S. (2017). FinTech: The New Frontier. IEEE Potentials, (6), 6-7.
Diterima dari http://ieeexplore.ieee.org/document/81 03070/
[3] Sinha, S. (2017). A Glimpse into the World of FinTech Accelerators? The
Open Vault at OCBC. IEEE Potentials, (6), 20-23. Diterima dari
http://ieeexplore.ieee.org/document/81 03073/
[4] Pollari, I. (2016). THE RISE OF
FINTECH:Opportunitiesand
challenges. Jassa, (3), 15-21. Diterima dari
https://search.proquest.com/docview/1
833242597?accountid=17242
[5] Dhar, V., Stein, R. M. (2017). FinTech
platforms and strategy. Communications of the ACM, (10),
32-35. Diterima dari https://doi.org/10.1145/3132726
[6] Arner, D. W., Barberis, J., & Buckley, R. P. (2016). 150 YEARS OF FINTECH: An
evolutionary analysis.
Jassa, (3), 22-29. Diterima dari
https://search.proquest.com/docview/18
33242504?accountid=172

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai