Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

TIROIDEKTOMI MENINGKATKAN IMT ( INDEKS MASSA TUBUH )


PADA PASIEN HIPERTIROID DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata 1, Yan Wisnu Prajoko2, Endang Mahati3, Albertus Ari
Adrianto2
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3
Staf Pengajar Ilmu Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar belakang : Hipertiroid merupakan peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara
berlebihan dalam sirkulasi peredaran darah dan dapat menyebabkan peningkatan laju
metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan penurunan berat badan. Kondisi ini masih
banyak dijumpai di Indonesia. Tiroidektomi merupakan satu bentuk pilihan terapi hipertiroid.
Data dalam penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pasien yang diterapi dengan
tiroidektomi mengalami peningkatan berat badan dibandingkan dengan pasien yang diterapi
dengan pengobatan antitiroid lainnya. Tujuan : Mengetahui perbedaan status IMT pada
pasien hipertiroid pada periode pra- dan pascaoperasi tiroidektomi. Metode : Jenis penelitian
ini adalah observasional analitik retrospektif dengan pendekatan Crossectional. Data
didapatkan dari rekam medik pasien dengan diagnosis hipertiroid secara laboratoris yang
dilakukan tiroidektomi di RSUP Dr. Kariadi 1 Januari 2015 - 31 Desember 2017 sejumlah 62
pasien dengan metode consecutive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik
wilcoxon, Mann Whitney dan Kruskal Wallis. Hasil : Rata-rata status IMT praoperasi
tiroidektomi adalah 23,01 dan rata-rata status IMT pascaoperasi tiroidektomi adalah 24,46.
Terdapat kenaikan bermakna pada IMT pascaoperasi tiroidektomi dan jenis kelamin juga
berpengaruh secara signifikan terhadap kenaikan IMT pascaoperasi tiroidektomi. IMT
praoperasi dan usia tidak berpengaruh terhadap perubahan IMT pascaoperasi tiroidektomi.
Kesimpulan: Tiroidektomi meningkatkan IMT pascaoperasi pasien hipertiroid dan kenaikan
ini dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kata kunci : Hipertiroid, Tiroidektomi, IMT.

ABSTRACT
THYROIDECTOMY INCREASES THE PREOPERATIVE BMI ( BODY MASS
INDEX ) IN HYPERTHYROID PATIENT IN RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Background : A condition of excess levels of free thyroid hormone in the bloodstream is
called hyperthyroidism, itcan cause an increase in metabolic rate which ultimately leads to
weight loss. This condition is still common in Indonesia. Thyroidectomy is a form of
hyperthyroid therapy. Previous study found that patients treated with thyroidectomy had
increased body weight compared to patients treated with other antithyroid medications. Aim :
Knowing the difference in BMI status in hyperthyroid patients in the pre- and postoperative
period of thyroidectomy. Method: The type of this study is a retrospective observational
analytic with Crossectional approach. Data were obtained from medical records of patients
with a diagnosis of laboratory hyperthyroidism treated with thyroidectomy at RSUP Dr.
Kariadi January 1st 2015 - December 31st 2017 with a total of 62 patients in consecutive
sampling. Data were analyzed using Wilcoxon, Mann Whitney and Kruskal Wallis statistical
tests. Results : The mean preoperative BMI status of thyroidectomy patients is 23.01 and the

1225 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

mean postoperative BMI status of thyroidectomy patients is 24.46. There is a significant


increase in postoperative and gender significantly influences the increase of postoperative
BMI. Preoperative BMI and age did not affect the increase of postoperative BMI.
Conclusion: Thyroidectomy increases the preoperative BMI in hyperthyroid patient, and this
increase is influenced by age as well.
Keywords: Hyperthyroidism, Thyroidectomy, BMI

PENDAHULUAN 14,7% perempuan memiliki kadar TSH


Hipertiroid adalah peningkatan rendah yang menunjukkan kecurigaan
kadar hormon tiroid bebas secara adanya hipertiroid. Namun menurut hasil
berlebihan yang beredar dalam sirkulasi Riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4%
peredaran darah tubuh akibat hiperaktivitas penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun
kelenjar tiroid yang ditandai dengan atau lebih yang berdasarkan wawancara
peningkatan kadar free Thyroxine (fT4), mengakui terdiagnosis hipertiroid.
Thyroxine (T4), free Triiodothyronine Meskipun secara persentase kecil, namun
(fT3) atau Triiodothyronine (T3) dan secara kuantitas cukup besar. Jika pada
penurunan Thyroid Stimulating Hormone tahun 2013 jumlah penduduk usia ≥15
(TSH).1 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa, maka
Hipertiroid di Indonesia masih terdapat lebih dari 700.000 orang
banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat terdiagnosis hipertiroid.3
disebabkan beberapa penyebab antara lain : Hipertiroid mempengaruhi hampir
penyakit Graves (75%), struma toksik seluruh sistem organ tubuh dengan gejala
multinodular, adenoma toksik, tiroiditis berkeringat, takikardia, hipertensi,
Hashimoto, tiroiditis pasca melahirkan, hiperdefekasi, reabsorbsi tulang, tremor,
virus, obat-obatan seperti amiodaron, agitasi, dan insomnia. Peningkatan hormon
hiperemis gravidarum, adenoma hipofisis, tiroid dalam keadaan berlebih
dan lain-lain. Hipertiroid dapat terjadi di menyebabkan peningkatan laju
daerah endemik maupun cukup yodium, metabolisme yang pada akhirnya
sehingga masyarakat yang mengalami menyebabkan penurunan berat badan
hipertiroid ini memerlukan perawatan dan walaupun nafsu makan meningkat. Selain
pengobatan yang baik.2 itu penurunan berat badan juga
Hasil pemeriksaan TSH (Thyroid berhubungan dengan peningkatan motilitas
Stimulating Hormone) pada Riskesdas usus dan malabsorbsi yang terjadi pada
2007 didapatkan 12,8% laki-laki dan hiperdefekasi.4,5

1226 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

Tahapan awal dalam mengangani usia ≥18 tahun, dengan kadar FT4 7,8 -
hipertiroid adalah dengan mengusahakan 20,2 da kadar TSH < 0.4.. Sedangkan
pasien menjadi eutiroid melalui obat kriteria eksklusinya adalah pasien
antitiroid. Setelah itu terdapat tiga pilihan hipertiroid dengan penyakit komorbid
terapi definitif yaitu dengan melanjutkan seperti diabetes melitus, gagal ginjal
pengobatan antitiroid, radioactive iodine kronik (data klinis maupun laboratoris),
(RAI) dan tiroidektomi.4 Meskipun begitu, yang ditemukan adanya nodul, sudah
Dale et al. menemukan bahwa pasien yang menjalani terapi definitif seperti
diterapi dengan tiroidektomi mengalami kemoterapi dan radioterapi sebelumnya
peningkatan berat badan dibandingkan lalu rekuren dan data dalam rekam medis
dengan pasien yang diterapi dengan (RM) yang meliputi berat badan, tinggi
pengobatan antitiroid lainnya.6 badan tidak lengkap.
Berdasarkan hal tersebut, maka Analisis Data
penelitian mengenai perbandingan IMT ( Data yang diperoleh dalam
Indeks massa tubuh ) pada pasien penelitian ini diolah dengan software
hipertiroid yang dilakukan tiroidektomi pra computer. Semua data yang diperoleh
dan pascaoperasi perlu dilakukan untuk dilakukan analisa univariat dan disajikan
mengetahui perbedaan status IMT pada dalam bentuk tabel. Perbedaan IMT
pasien hipertiroid pada periode pra- dan dilakukan analisa bivariat menggunakan
pascaoperasi tiroidektomi sehingga dapat paired t test jika data bertistribusi normal.
dijadikan pertimbangan dalam Jika data tidak normal maka dilakukan uji
penenentuan jenis terapi definitif yang statistik wilcoxon. Setelah itu untuk
sesuai dengan kondisi pasien. menilai hubungan dari faktor resiko jenis
kelamin data dianalisa lagi dengan
METODE PENELITIAN menggunakan uji Mann Whitney, lalu
Subyek Penelitian untuk menilai hubungan dari faktor resiko
Penelitian ini melibatkan 62 subyek usia dan IMT praoperasi dilakukan uji
penelitian yaitu pasien dengan diagnosis statistik Kruskal Wallis.
hipertiroid secara laboratoris yang Ethical Clearance
dilakukan tiroidektomi yang memenuhi Penelitian ini sudah mendapatkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria ethical clearance (EC) dari Komisi Etik
inklusi penelitian ini adalah pasien dengan Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

1227 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

Fakultas Kedokteran Universitas kelompok yaitu usia 25 - 34 tahun, 35 - 44


Diponegoro dan RSUP Dr. Kariadi tahun, 45 - 55 tahun dan >55 tahun. Dari
Semarang dengan Nomor 339/EC/FK- subjek penelitian yang ada terdapat 4,8%
RSDK/V/2018. (3 sampel) dengan usia 25 - 34 tahun,
25,8% (16 sampel) dengan usia 35 - 44
HASIL PENELITIAN tahun, 35,5% (22 sampel) dengan usia 45 -
Karakteristik Subyek Penelitian 55 tahun, dan 33,9% (21 sampel) dengan
Tabel 1. Baseline Karakteristik Sampel usia >55 tahun.
Variabel F % Didapatkan distribusi jenis kelamin
Jenis kelamin pada sampel penelitian yaitu 32,3% (20
Perempuan 42 67,7 sampel ) laki – laki dan 67,7% (42
Laki-laki 20 32,3 sampel) perempuan.
Usia Pada penelitian ini, IMT praoperasi
25 – 34 3 4,8 dan IMT pascaoperasi digolongkan
35 – 44 16 25,8 menjadi empat kelompok yaitu <18.5 (
45 – 55 22 35,5 Underweight ), 18.5 - 24.99 ( Normal ),
> 55 21 33,9 25.0 - 29.99 ( Overweight ) dan >30.0 (
IMT preoperasi Obese ).
Underweight 5 8,1 Pada IMT praoperasi, dari 62 sampel
Normal 45 72,6 yang didapat sebanyak 8,1% (5 sampel)
Overweight 9 14,5
Underweight, 72,6% (45 sampel) Normal,
Obese 3 4,8
14,5% (9 sampel) Overweight dan 4,8% (3
IMT pascaoperasi
sampel) Obese. Lalu pada IMT
Underweight 4 6,5
pascaoperasi, didapatkan sebanyak 6,5% (4
Normal 32 51,6
sampel) Underweight, 51,6% (32 sampel)
Overweight 20 32,3
Normal, 32,3% (20 sampel) Overweight
Obese 6 9,7
dan 9,7% (6 sampel) Obese.
Hubungan kenaikan IMT dengan
Dari 62 subjek penelitian yang
tiroidektomi
diperoleh, usia termuda adalah 33 tahun
dan tertua yaitu 78 tahun. Pada penelitian
ini, usia dibedakan menjadi empat

1228 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

Tabel 2. Tabel perbedaan IMT pra- rerata selisih IMT tertinggi terdapat pada
pascaoperasi. kategori overweight ( 2.6289 ), diikuti
Variabel Mean ( ± sd ) p kategori normal ( 1.5116 ), lalu kategori
IMT praoperasi 23,01 ± 4,05
<0,001 * underweight ( 1.288 ), dan terendah pada
IMT pascaoperasi 24,46 ± 4,76
kategori obese ( -2.8467 ), namun secara
* signifikan
statistik perbedaan yang ada tidak
Dari total 62 sampel, didapatkan 47
bermakna ( p>0.05).
sampel mengalami peningkatan IMT, 6
Jenis Kelamin
sampel IMT menetap dan 9 sampel
Tabel 4. Perbedaan selisih IMT bedasarkan
mengalami penurunan IMT. Rerata IMT
Jenis Kelamin
pascaoperasi didapatkan meningkat (24,46) Jenis Kelamin Δ Mean ( ± sd ) p
jika dibandingkan dengan rerata IMT Perempuan 2.1314 ± 3.04451
0,007 *
praoperasi (23,0 ). Jadi terdapat kenaikan Laki-laki 3.54481 ± .7800
status IMT pasien hipertiroid pada periode * signifikan
pascaoperasi dengan perbedaan IMT yang
Rerata selisih IMT pada jenis
bermakna ( p<0,001 ).
kelamin perempuan senilai 2.1314 dan
Hubungan antara ΔIMT dengan IMT
rerata selisih IMT pada jenis kelamin laki-
praoperasi, jenis kelamin dan usia IMT
laki senilai 3.54481. Jadi terdapat
praoperasi
perbedaan selisih IMT berdasarkan jenis
Tabel 3. Perbedaan selisih IMT berdasarkan
kelamin dimana rerata selisih pada laki-
IMT praoperasi
laki lebih tinggi dibandingkan dengan
IMT
N Δ Mean ( ± sd ) p perempuan dan secara statistik perbedaan
praoperasi
Underweight 5 1.2880 ± .85992 ini bermakna (p<0.05).
1.5116 ± Usia
Normal 45
2.58484 Tabel 5. Perbedaan selisih IMT berdasarkan
2.6289 ± 0,995 usia
Overweight 9
3.98502 Usia N Δ Mean ( ± sd ) p
-2.8467 ± 25 – 34 3 1.62 ± 1.47336
Obese 3
9.69487 35 – 44 16 2.3069 ± 2.00039
0,064
45 – 55 22 1.8373 ± 4.81824
Terdapat perbedaan rerata selisih > 55 21 0.3519 ± 2.09536
IMT bedasarkan IMT praoperasi, dimana

1229 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

Terdapat perbedaan rerata selisih Frekuensi jenis kelamin subjek


IMT bedasarkan usia, dimana rerata selisih penelitian ini didapatkan laki-laki
tertinggi terdapat pada kategori usia 35 – sebanyak 20 (32,3 %) dan perempuan
44 tahun ( 2.3069 ), diikuti usia 45-55 sebanyak 42 (67,7 %). Proporsi jenis
tahun ( 1.8373 ), lalu usia 25 – 34 ( 1.62 ), kelamin ini sesuai dengan teori yang
dan terendah pada usia >55 tahun (0.3519), menyatakan bahwa faktor resiko terkena
namun secara statistik perbedaan tidak hipertiroid lebih tinggi terhadap pasien
bermakna (p>0.05). wanita dibanding pasien pria dan sama
dengan penelitian sebelumnya yang
PEMBAHASAN menyatakan prevalensi hipertiroid pada
Karakteristik Subjek Penelitian perempuan cenderung lebih tinggi daripada
Penelitian ini dilakukan untuk laki-laki.7,8
mengetahui perbedaan status IMT pada Faktor hormonal berperan dalam
pasien hipertiroid pada periode pra- dan tingginya kejadian gangguan fungsi tiroid
pascaoperasi tiroidektomi serta pada perempuan dibandingkan laki-laki.
menganalisis faktor risiko IMT praoperasi, Perubahan hormon dalam kehamilan dapat
jenis kelamin, dan usia terhadap perubahan mempengaruhi fungsi dari tiroid.
IMT pascaoperasi tiroidektomi. Faktor Gangguan fungsi tiroid setelah melahirkan
perancu seperti jenis pengobatan antitiroid terjadi pada beberapa perempuan dan
yang diberikan, asupan gizi, kondisi stress, kebanyakan akan membaik dengan
gaya hidup dan faktor lainnya yang tidak sendirinya. Namun, pada sekitar 20% akan
diteliti dianggap tidak ada. Penelitian berkembang menjadi kondisi autoimun
dilakukan di instalasi rekam medik RSUP pada tiroid dalam beberapa tahun
Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. kemudian. Penelitian Hansen et al juga
Subjek penelitian berjumlah 62 sampel mengemukakan bahwa secara genetik,
dengan pengambilan data secara sekunder produksi auto antibodi tiroid lebih rentan
dari rekam medik pasien. Data praoperasi terjadi pada perempuan dibandingkan pada
diambil sebelum pasien mendapatkan laki-laki.9,10
terapi antitiroid sebagai persiapan operasi, Distribusi usia subjek penelitian
sedangkan data pascaoperasi diambil tertinggi pada kelompok 45 – 55 tahun
dalam kurun waktu 3 bulan setelah operasi. dengan jumlah 22 (35,5 %) dan usia >55
tahun dengan jumah 21 (33,9 %), hasil ini

1230 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

sesuai dengan penelitian sebelumnya yang meneliti pasien yang diobati dengan
6,11
menyebutkan bawa risiko tertinggi tiroidektomi saja.
hipertiroid ada pada kelompok usia dewasa Langkah pertama dalam mengobati
(usia rata-rata 30-50 tahun), dimana usia hipertiroidisme adalah untuk menjadikan
diatas 40 tahun yang paling berisiko.1 Hal pasien eutiroid melalui pengobatan
ini disebabkan karena hipertiroid memiliki antitiroid. Setelah pasien eutiroid, ada tiga
kecenderungan muncul pada usia dengan pilihan terapi definitif yaitu dengan
masa stres yang ekstrim dan juga selama melanjutkan terapi obat antitiroid,
masa reproduktif wanita, yakni pada radioaktif iodine, dan tiroidektomi.12–15
golongan usia dewasa.9 Tiroidektomi adalah prosedur
Perbedaan Status IMT Pada Pasien bedah yang telah banyak dilakukan karena
Hipertiroid Pada Periode Pra- Dan prosedur ini memiliki angka mortalitas
Pascaoperasi Tiroidektomi yang rendah.16 Prosedur tiroidektomi pada
Penelitian ini menunjukan terdapat pasien hipertiroid akan meningkatkan nilai
peningkatan yang signifikan ( p<0,001 ) serum TSH, dan seiring dengan
dari status IMT pasien hipertiroid pada meningkatnya serum TSH, IMT pasien
periode pascaoperasi (24.46) bila juga akan meningkat sesuai dengan hasil
dibandingkan dengan periode praoperasi dari penelitian Amrita Solanki et al.17
(23.01). Sebanyak 47 subjek (75.8 %) Pengaruh IMT Praoperasi, Jenis
mengalami peningkatan status gizi Kelamin Dan Usia Terhadap Kenaikan
pascaoperasi. Hal ini sesuai dengan Imt Pascaoperasi.
penelitian sebelumnya dari Jonklaas dan Terdapat perbedaan rerata selisih
Nsouli-Maktabi yang menyatakan bahwa IMT bedasarkan IMT praoperasi meskipun
pasien mengalami peningkatan berat badan secara statistik tidak signifikan (p=0,995).
setelah tiroidektomi dan sesuai dengan Kenaikan IMT tertinggi terdapat pada
penelitian dari Dale et al. yang menemukan pasien kategori overweight (2.62) dan
bahwa pasien yang diobati dengan normal (1.51). Distribusi IMT subjek
tiroidektomi mengalami kenaikan berat penelitian mengalami perubahan, dimana
badan dibandingkan dengan pasien yang didapatkan penurunan jumlah subjek
diobati dengan obat RAI atau antitiroid dengan IMT underweight dan normal serta
meskipun dalam penelitian ini hanya peningkatan jumlah subjek dengan IMT
overweight dan obese setelah operasi. Hal

1231 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

ini sesuai dengan penelitian sebelumnya peningkatan rerata IMT senilai 1.93, lalu
yang menyatakan bahwa terdapat usia 35-44 dengan peningkatan rerata IMT
penurunan presentase pasien underweight senilai 1.61 dan usia >55 dengan
setelah operasi dan sekitar 39.4 % pasien peningkatan rerata IMT senilai 0.78. hal ini
mengalami peningkatan IMT menuju berbeda dengan temuan dari penelitian
kategori tidak sehat (overweight atau sebelumnya yang menyatakan usia dan
obese).15 IMT meningkat seiring meningkatnya nilai
Pada penelitian ini didapatkan TSH.18
pengaruh yang signifikan (p = 0.007) dari Penelitian ini memiliki keterbatasan
faktor resiko jenis kelamin terhadap dan kekurangan, yaitu peneliti tidak
perubahan IMT pasien yang dilakukan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan
tiroidektomi. Dari 42 orang subjek laboratorium TSH dan hormon tiroid
penelitian perempuan didapatkan rerata pasien setelah operasi, pengambilan data
kenaikan IMT senilai 2.13 sedangkan pada indeks massa tubuh hanya berdasarkan
20 orang subjek penelitian laki-laki catatan pada rekam medis tanpa
didapatkan rerata kenaikan IMT senilai pengukuran secara langsung pada subjek
3.54. hal ini sesuai dengan penelitian penelitian, serta peneliti tidak memasukan
sebelumnya yang menyatakan bahwa jenis pengobatan antitiroid yang digunakan
rerata IMT pada laki-laki lebih tinggi pasien sebagai variabel dalam penelitian.
18
dibandingkan pada wanita. Penumpukan Dari hasil penelitian yang telah
lemak tubuh pada kondisi overweight dan ditemukan, diharapkan adanya pengawasan
obese terjadi banyak pada lemak visceral, status gizi dan IMT bagi pasien hipertiroid
dimana penyimpanan lemak pada area yang dilakukan tiroidektomi agar tetap
visceral lebih banyak pada pria dalam kategori normal, sehingga tidak
dibandingkan dengan wanita karena meningkatkan resiko terjadinya penyakit
adanya perbedaan hormonal.19 yang disebabkan oleh kondisi overweight
Terdapat perbedaan rerata selisih dan obese yang terbukti memang banyak
IMT bedasarkan usia meskipun secara terjadi pada pasien pascaoperasi
statistik tidak signifikan (p= 0,064). Subjek tiroidektomi.15
dengan usia 25-34 mengalami peningkatan
rerata IMT tertinggi yaitu senilai 1.98,
diikuti dengan usia 45-55 dengan

1232 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

SIMPULAN DAN SARAN mengenai perbandingan IMT pada pasien


Simpulan hipertiroid yang dilakukan tiroidektomi pra
Simpulan dari penelitian ini yaitu dan pascaoperasi dengan menggunakan
rata-rata status IMT pasien hipertiroid metode penelitian case control agar data
praoperasi tiroidektomi adalah 23,01, rata- lebih valid, dan mengenai hubungan TSH
rata status IMT pasien hipertiroid dan hormon tiroid dengan peningkatan
pascaoperasi tiroidektomi adalah 24,46 dan IMT pasien pascaoperasi tiroidektomi.
terdapat kenaikan status IMT pasien
hipertiroid pada periode pascaoperasi yang UCAPAN TERIMA KASIH
terbukti secara signifikan. Perbedaan rerata Peneliti mengucapkan terima kasih
status IMT tersebut disebabkan karena kepada semua pasien atas dukungan dan
IMT pasien meningkat seiring dengan pasrtisipasi mereka dalam penelitian ini.
peningkatan nilai serum TSH setelah Peneliti juga mengucapkan terima kasih
dilakukannya tiroidektomi. Jenis kelamin kepada pembimbing, perawat, staf dan
mempengaruhi kenaikan IMT pascaoperasi rekan-rekan Fakultas Kedokteran
tiroidektomi pada pasien hipertiroid. Universitas Diponegoro Semarang serta
Pengaruh jenis kelamin terjadi karena bagian rekam medik RSUP Dr. Kariadi
terdapat perbedaan hormonal pada pria dan yang telah membantu dalam
wanita yang menyebabkan perbedaan menyelesaikan penelitian ini.
dalam penyimpanan lemak saat terjadinya
penumpukan lemak tubuh. Tidak ada DAFTAR PUSTAKA
pengaruh dari kondisi IMT praoperasi dan 1. Ersantika Sari Erent, Setyawan
usia dari pasien terhadap kenaikan IMT Henry, Udiyono Ari SA. Beberapa
pascaoperasi tiroidektomi. Faktor Risiko Kejadian Hipertiroid
Saran pada Wanita Usia Subur di
Dalam penelitian selanjutnya, Kabupaten Magelang “Studi Kasus
identifikasi confounding variable sangat di Klinik Litbang BP2GAKI
dibutuhkan untuk mengurangi bias Magelang.” J Kesehat Masy.
penelitian. Lalu diperlukan penelitian lebih 2015;3(3):1–10.
lanjut mengenai hubungan peningkatan 2. Patrick D. Medicine at Glance. 4th
IMT dengan jenis obat antitiroid yang ed. Oxford: John Wiley & Sons;
digunakan dalam periode praoperasi, 2014. 567 p.

1233 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

3. Departemen Kesehatan Republik importance of genetic and


Indonesia. Riset Kesehatan Dasar environmental effects for the early
(RISKESDAS) 2013. Kementerian stages of thyroid autoimmunity : a
kesehatan RI.Jakarta; 2013. 1-384 p. study of healthy Danish twins. Eur J
4. Schüssler-Fiorenza CM, Bruns CM, Endocrinol. 2006;1(154):29–38.
Chen H. The Surgical Management 11. Jonklaas J, Nsouli-Maktabi H.
of Graves’ Disease. J Surg Res. Weight Changes in Euthyroid
2006;133(2):207–14. Patients Undergoing
5. Rusda H, Oenzil F, Alioes Y. Thyroidectomy. Thyroid.
Artikel Penelitian Hubungan Kadar 2011;21(12):1343–51.
Ft4 Dengan Kejadian Tirotoksikosis 12. Torring O, Tallstedt L, Wallin G,
berdasarkan Penilaian Indeks New Lundell G, Ljunggren JG, Taube A,
Castle Padawanita Dewasa di Thyroid Study Group et al. Graves’
Daerah Ekses Yodium. J Fk Unand. hyperthyroidism:treatment with
2013;2(2):85–9. antithyroid drugs, surgery, or
6. Dale J, Daykin J, Holder R, radioiodine—a prospective,
Sheppard MC, Franklyn JA. Weight randomized study. J Clin Endocrinol
gain following treatment of Metab. 1996;81(8):2986–93.
hyperthyroidism. Clin Endocrinol 13. Porterfield JR Jr, Thompson GB,
(Oxf). 2001;55(2):233–9. Farley DR, Grant CS RM.
7. Corwin EJ. The Endocrine System. Evidence-based management of
In: Handbook of Phatophysiology. toxic multinodular goiter
Jakarta: EGC; 2008. (Plummer’s Disease). World J Surg.
8. BP2GAKI. Laporan Tahunan Tahun 2008;32(7):1278–84.
2013. Magelang; 2013. 14. Hegedus L. Treatment of Graves’
9. Asturiningtyas IP, Kumorowulan S. hyperthyroidism: evidencebased and
Karakteristik Pasien Disfungsi emerging modalities. Endocrinol
Tiroid : Studi Epidemiologi. Balai Metab Clin North Am.
Litbang GAKI Magelang. 2009;38(2):355–71.
magelang; 2016. 15. Schneider DF, Nookala R,
10. Hansen PS, Brix TH, Iachine I, Jaraczewski TJ, Chen H, Solorzano
Kyvik KO, Hegedu L. The relative CC, Sippel RS. Thyroidectomy as

1234 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 4, Oktober 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata, Yan Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus Ari Adrianto

primary treatment optimizes body /7/167/119560


mass index in patients with 18. Irizarry-ramı M. Association of
hyperthyroidism. Ann Surg Oncol. Thyroid-Stimulating Hormone
2014;21(7):2303–9. Levels and Body Mass Index in
16. Finel JB, Mucci S, Branger F, Overweight Hispanics in Puerto
Venara A, Lenaoures P, Rodien P, et Rico. Ethn Dis. 2008;18:151–4.
al. Thyroidectomy in patients with a 19. I Wayan S, Sri W, Arijana,
high BMI: A safe surgery? Eur J Ratnayanti. Gambaran IMT (Indeks
Endocrinol. 2014;171(1):99–105. Massa Tubuh) Kategori Berat Badan
17. Solanki A, Bansal S, Jindal S, Lebih dan Obesitas pada
Saxena V, Shukla U. Relationship of Masyarakat Banjar
serum thyroid stimulating hormone Demulih,Kecamatan Susut,
with body mass index in healthy Kabupaten Bangli. Universitas
adults. Indian J Endocrinol Metab Udayana; 2015.
[Internet]. 2013;17(7):167.
Available from:
http://www.ijem.in/text.asp?2013/17

1235 JKD : Vol. 8, No. 4, Oktober 2019 : 1225-1235

Anda mungkin juga menyukai