ABSTRAK
Latar belakang : Hipertiroid merupakan peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara
berlebihan dalam sirkulasi peredaran darah dan dapat menyebabkan peningkatan laju
metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan penurunan berat badan. Kondisi ini masih
banyak dijumpai di Indonesia. Tiroidektomi merupakan satu bentuk pilihan terapi hipertiroid.
Data dalam penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pasien yang diterapi dengan
tiroidektomi mengalami peningkatan berat badan dibandingkan dengan pasien yang diterapi
dengan pengobatan antitiroid lainnya. Tujuan : Mengetahui perbedaan status IMT pada
pasien hipertiroid pada periode pra- dan pascaoperasi tiroidektomi. Metode : Jenis penelitian
ini adalah observasional analitik retrospektif dengan pendekatan Crossectional. Data
didapatkan dari rekam medik pasien dengan diagnosis hipertiroid secara laboratoris yang
dilakukan tiroidektomi di RSUP Dr. Kariadi 1 Januari 2015 - 31 Desember 2017 sejumlah 62
pasien dengan metode consecutive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik
wilcoxon, Mann Whitney dan Kruskal Wallis. Hasil : Rata-rata status IMT praoperasi
tiroidektomi adalah 23,01 dan rata-rata status IMT pascaoperasi tiroidektomi adalah 24,46.
Terdapat kenaikan bermakna pada IMT pascaoperasi tiroidektomi dan jenis kelamin juga
berpengaruh secara signifikan terhadap kenaikan IMT pascaoperasi tiroidektomi. IMT
praoperasi dan usia tidak berpengaruh terhadap perubahan IMT pascaoperasi tiroidektomi.
Kesimpulan: Tiroidektomi meningkatkan IMT pascaoperasi pasien hipertiroid dan kenaikan
ini dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Kata kunci : Hipertiroid, Tiroidektomi, IMT.
ABSTRACT
THYROIDECTOMY INCREASES THE PREOPERATIVE BMI ( BODY MASS
INDEX ) IN HYPERTHYROID PATIENT IN RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Background : A condition of excess levels of free thyroid hormone in the bloodstream is
called hyperthyroidism, itcan cause an increase in metabolic rate which ultimately leads to
weight loss. This condition is still common in Indonesia. Thyroidectomy is a form of
hyperthyroid therapy. Previous study found that patients treated with thyroidectomy had
increased body weight compared to patients treated with other antithyroid medications. Aim :
Knowing the difference in BMI status in hyperthyroid patients in the pre- and postoperative
period of thyroidectomy. Method: The type of this study is a retrospective observational
analytic with Crossectional approach. Data were obtained from medical records of patients
with a diagnosis of laboratory hyperthyroidism treated with thyroidectomy at RSUP Dr.
Kariadi January 1st 2015 - December 31st 2017 with a total of 62 patients in consecutive
sampling. Data were analyzed using Wilcoxon, Mann Whitney and Kruskal Wallis statistical
tests. Results : The mean preoperative BMI status of thyroidectomy patients is 23.01 and the
Tahapan awal dalam mengangani usia ≥18 tahun, dengan kadar FT4 7,8 -
hipertiroid adalah dengan mengusahakan 20,2 da kadar TSH < 0.4.. Sedangkan
pasien menjadi eutiroid melalui obat kriteria eksklusinya adalah pasien
antitiroid. Setelah itu terdapat tiga pilihan hipertiroid dengan penyakit komorbid
terapi definitif yaitu dengan melanjutkan seperti diabetes melitus, gagal ginjal
pengobatan antitiroid, radioactive iodine kronik (data klinis maupun laboratoris),
(RAI) dan tiroidektomi.4 Meskipun begitu, yang ditemukan adanya nodul, sudah
Dale et al. menemukan bahwa pasien yang menjalani terapi definitif seperti
diterapi dengan tiroidektomi mengalami kemoterapi dan radioterapi sebelumnya
peningkatan berat badan dibandingkan lalu rekuren dan data dalam rekam medis
dengan pasien yang diterapi dengan (RM) yang meliputi berat badan, tinggi
pengobatan antitiroid lainnya.6 badan tidak lengkap.
Berdasarkan hal tersebut, maka Analisis Data
penelitian mengenai perbandingan IMT ( Data yang diperoleh dalam
Indeks massa tubuh ) pada pasien penelitian ini diolah dengan software
hipertiroid yang dilakukan tiroidektomi pra computer. Semua data yang diperoleh
dan pascaoperasi perlu dilakukan untuk dilakukan analisa univariat dan disajikan
mengetahui perbedaan status IMT pada dalam bentuk tabel. Perbedaan IMT
pasien hipertiroid pada periode pra- dan dilakukan analisa bivariat menggunakan
pascaoperasi tiroidektomi sehingga dapat paired t test jika data bertistribusi normal.
dijadikan pertimbangan dalam Jika data tidak normal maka dilakukan uji
penenentuan jenis terapi definitif yang statistik wilcoxon. Setelah itu untuk
sesuai dengan kondisi pasien. menilai hubungan dari faktor resiko jenis
kelamin data dianalisa lagi dengan
METODE PENELITIAN menggunakan uji Mann Whitney, lalu
Subyek Penelitian untuk menilai hubungan dari faktor resiko
Penelitian ini melibatkan 62 subyek usia dan IMT praoperasi dilakukan uji
penelitian yaitu pasien dengan diagnosis statistik Kruskal Wallis.
hipertiroid secara laboratoris yang Ethical Clearance
dilakukan tiroidektomi yang memenuhi Penelitian ini sudah mendapatkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria ethical clearance (EC) dari Komisi Etik
inklusi penelitian ini adalah pasien dengan Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Tabel 2. Tabel perbedaan IMT pra- rerata selisih IMT tertinggi terdapat pada
pascaoperasi. kategori overweight ( 2.6289 ), diikuti
Variabel Mean ( ± sd ) p kategori normal ( 1.5116 ), lalu kategori
IMT praoperasi 23,01 ± 4,05
<0,001 * underweight ( 1.288 ), dan terendah pada
IMT pascaoperasi 24,46 ± 4,76
kategori obese ( -2.8467 ), namun secara
* signifikan
statistik perbedaan yang ada tidak
Dari total 62 sampel, didapatkan 47
bermakna ( p>0.05).
sampel mengalami peningkatan IMT, 6
Jenis Kelamin
sampel IMT menetap dan 9 sampel
Tabel 4. Perbedaan selisih IMT bedasarkan
mengalami penurunan IMT. Rerata IMT
Jenis Kelamin
pascaoperasi didapatkan meningkat (24,46) Jenis Kelamin Δ Mean ( ± sd ) p
jika dibandingkan dengan rerata IMT Perempuan 2.1314 ± 3.04451
0,007 *
praoperasi (23,0 ). Jadi terdapat kenaikan Laki-laki 3.54481 ± .7800
status IMT pasien hipertiroid pada periode * signifikan
pascaoperasi dengan perbedaan IMT yang
Rerata selisih IMT pada jenis
bermakna ( p<0,001 ).
kelamin perempuan senilai 2.1314 dan
Hubungan antara ΔIMT dengan IMT
rerata selisih IMT pada jenis kelamin laki-
praoperasi, jenis kelamin dan usia IMT
laki senilai 3.54481. Jadi terdapat
praoperasi
perbedaan selisih IMT berdasarkan jenis
Tabel 3. Perbedaan selisih IMT berdasarkan
kelamin dimana rerata selisih pada laki-
IMT praoperasi
laki lebih tinggi dibandingkan dengan
IMT
N Δ Mean ( ± sd ) p perempuan dan secara statistik perbedaan
praoperasi
Underweight 5 1.2880 ± .85992 ini bermakna (p<0.05).
1.5116 ± Usia
Normal 45
2.58484 Tabel 5. Perbedaan selisih IMT berdasarkan
2.6289 ± 0,995 usia
Overweight 9
3.98502 Usia N Δ Mean ( ± sd ) p
-2.8467 ± 25 – 34 3 1.62 ± 1.47336
Obese 3
9.69487 35 – 44 16 2.3069 ± 2.00039
0,064
45 – 55 22 1.8373 ± 4.81824
Terdapat perbedaan rerata selisih > 55 21 0.3519 ± 2.09536
IMT bedasarkan IMT praoperasi, dimana
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang meneliti pasien yang diobati dengan
6,11
menyebutkan bawa risiko tertinggi tiroidektomi saja.
hipertiroid ada pada kelompok usia dewasa Langkah pertama dalam mengobati
(usia rata-rata 30-50 tahun), dimana usia hipertiroidisme adalah untuk menjadikan
diatas 40 tahun yang paling berisiko.1 Hal pasien eutiroid melalui pengobatan
ini disebabkan karena hipertiroid memiliki antitiroid. Setelah pasien eutiroid, ada tiga
kecenderungan muncul pada usia dengan pilihan terapi definitif yaitu dengan
masa stres yang ekstrim dan juga selama melanjutkan terapi obat antitiroid,
masa reproduktif wanita, yakni pada radioaktif iodine, dan tiroidektomi.12–15
golongan usia dewasa.9 Tiroidektomi adalah prosedur
Perbedaan Status IMT Pada Pasien bedah yang telah banyak dilakukan karena
Hipertiroid Pada Periode Pra- Dan prosedur ini memiliki angka mortalitas
Pascaoperasi Tiroidektomi yang rendah.16 Prosedur tiroidektomi pada
Penelitian ini menunjukan terdapat pasien hipertiroid akan meningkatkan nilai
peningkatan yang signifikan ( p<0,001 ) serum TSH, dan seiring dengan
dari status IMT pasien hipertiroid pada meningkatnya serum TSH, IMT pasien
periode pascaoperasi (24.46) bila juga akan meningkat sesuai dengan hasil
dibandingkan dengan periode praoperasi dari penelitian Amrita Solanki et al.17
(23.01). Sebanyak 47 subjek (75.8 %) Pengaruh IMT Praoperasi, Jenis
mengalami peningkatan status gizi Kelamin Dan Usia Terhadap Kenaikan
pascaoperasi. Hal ini sesuai dengan Imt Pascaoperasi.
penelitian sebelumnya dari Jonklaas dan Terdapat perbedaan rerata selisih
Nsouli-Maktabi yang menyatakan bahwa IMT bedasarkan IMT praoperasi meskipun
pasien mengalami peningkatan berat badan secara statistik tidak signifikan (p=0,995).
setelah tiroidektomi dan sesuai dengan Kenaikan IMT tertinggi terdapat pada
penelitian dari Dale et al. yang menemukan pasien kategori overweight (2.62) dan
bahwa pasien yang diobati dengan normal (1.51). Distribusi IMT subjek
tiroidektomi mengalami kenaikan berat penelitian mengalami perubahan, dimana
badan dibandingkan dengan pasien yang didapatkan penurunan jumlah subjek
diobati dengan obat RAI atau antitiroid dengan IMT underweight dan normal serta
meskipun dalam penelitian ini hanya peningkatan jumlah subjek dengan IMT
overweight dan obese setelah operasi. Hal
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya peningkatan rerata IMT senilai 1.93, lalu
yang menyatakan bahwa terdapat usia 35-44 dengan peningkatan rerata IMT
penurunan presentase pasien underweight senilai 1.61 dan usia >55 dengan
setelah operasi dan sekitar 39.4 % pasien peningkatan rerata IMT senilai 0.78. hal ini
mengalami peningkatan IMT menuju berbeda dengan temuan dari penelitian
kategori tidak sehat (overweight atau sebelumnya yang menyatakan usia dan
obese).15 IMT meningkat seiring meningkatnya nilai
Pada penelitian ini didapatkan TSH.18
pengaruh yang signifikan (p = 0.007) dari Penelitian ini memiliki keterbatasan
faktor resiko jenis kelamin terhadap dan kekurangan, yaitu peneliti tidak
perubahan IMT pasien yang dilakukan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan
tiroidektomi. Dari 42 orang subjek laboratorium TSH dan hormon tiroid
penelitian perempuan didapatkan rerata pasien setelah operasi, pengambilan data
kenaikan IMT senilai 2.13 sedangkan pada indeks massa tubuh hanya berdasarkan
20 orang subjek penelitian laki-laki catatan pada rekam medis tanpa
didapatkan rerata kenaikan IMT senilai pengukuran secara langsung pada subjek
3.54. hal ini sesuai dengan penelitian penelitian, serta peneliti tidak memasukan
sebelumnya yang menyatakan bahwa jenis pengobatan antitiroid yang digunakan
rerata IMT pada laki-laki lebih tinggi pasien sebagai variabel dalam penelitian.
18
dibandingkan pada wanita. Penumpukan Dari hasil penelitian yang telah
lemak tubuh pada kondisi overweight dan ditemukan, diharapkan adanya pengawasan
obese terjadi banyak pada lemak visceral, status gizi dan IMT bagi pasien hipertiroid
dimana penyimpanan lemak pada area yang dilakukan tiroidektomi agar tetap
visceral lebih banyak pada pria dalam kategori normal, sehingga tidak
dibandingkan dengan wanita karena meningkatkan resiko terjadinya penyakit
adanya perbedaan hormonal.19 yang disebabkan oleh kondisi overweight
Terdapat perbedaan rerata selisih dan obese yang terbukti memang banyak
IMT bedasarkan usia meskipun secara terjadi pada pasien pascaoperasi
statistik tidak signifikan (p= 0,064). Subjek tiroidektomi.15
dengan usia 25-34 mengalami peningkatan
rerata IMT tertinggi yaitu senilai 1.98,
diikuti dengan usia 45-55 dengan