KORPORIS
No. : 440/SOP-
Dokumen 265/K.QS/V/2019
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal : 27 Mei 2019
Terbit
Halaman : ...
Pengertian Tinea Korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk yang
ada pada bagian tubuh selain pada kulit, rambut kepala, dagu, jenggot,
genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bagian bawah, kaki, tangan,
dan kuku.
1. Tujuan Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
Klinis dalam penangan/ penatalaksanaan pertama pada Tinea
Korporis..
2. Kebijakan Keputusan Kepala Klinik Qita Saja Nomor 440/SK-031/K.QS/IV/2019/.
tentang Layanan Klinis yang Menjamin Kesinambungan Layanan
3. Referensi KEPMENKES RI No HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur/Lan Anamnesa
1. Apakah pasien memiliki keluhan bercak merah?
gkah-langkah
2. Apakah terasa bersisik yang gatal?
3. Adakah kontak dengan orang yang mengalami keluhan serupa
di wajah ataupun anggota badan lainnya?
4. Apakah pasien memiliki faktor resiko tinea fascialis seperti
hidup di lingkungan yang lembab dan panas, mempunyai
penyakit yang menyebabkan imunodefisiensi, obesitas, dan
riwayat diabetes melitus?
Gejala dan tanda :
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan bagian
tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan konfigurasi polisiklik.
Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut terminal, berambut velus
(glabrosa) pada bagian tubuh selain pada kulit, rambut kepala, dagu,
jenggot, genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bagian bawah, kaki,
tangan, dan kuku
Pemeriksaan Penunjang :
Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan
KOH, akan ditemukan hifa panjang dan artrospora
Diagnosis diferensial :
1. Dermatitis Numularis
2. Pytiriasis Rosea
3. Erythema Annulare Centricifum
4. Granuloma Annulare
Informed consent (tertulis) diperlukan sebelum melakukan tindakan
terhadap pasien
Tatalaksana :
Medikamentosa, dengan:
Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal dengan krim
klotrimazol, mikonazol diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1 -
2 minggu untuk mencegah rekurensi
Pada penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi topikal,
dilakukan pengobatan sistemik dengan Griseofulvin dgn dosis 0,5 - 1 g
pada orang dewasa dan 10 - 25 mg/kgBB/hari pada anak. Terbagi
dalam 2 dosis.
Konseling dan Edukasi
Edukasi tentang penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga untuk menjaga hygiene tubuh, namun penyakit ini
bukan merupakan penyakit yang berbahaya
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka
Output :
Pelaporan dan evaluasi
5. Diagram Alir -
Tanggal mulai
No. Yang dirubah Isi Perubahan
diberlakukan