Anda di halaman 1dari 16

DESAIN MATERI PEMBELAJARAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas,

Mata kuliah: Perencanaan Pembelajaran

Dosen pengampu: Sony Ahdiyat, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 1:

Sapotro (1711104007)

Syaroni (1711104029)

Tuti Astuti (1911104168)

Maryati (1711104042)

Cici Syamsi (1711104024)

Reka Rahmawati (1711104035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TIGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR


(STAISMAN) PANDEGLANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya yakni
karunia berupa iman dan islam. Sholawat dan salam tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan suri teladan bagi kita semua.
Kami sebagai pembuat merasa bersyukur karena telah menyelesaikan tugas
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka


dan dikombinasikan dengan menggunakan analisis internet. Dengan
menggunakan kedua metode tersebut kami berupaya menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik sesuai dengan arahan dari dosen pembimbing.

Kami haturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


meluangkan waktunya dalam membantu proses pengumpulan materi. Kami
sebagai penyusun makalah mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini. Untuk itu kami mohon kritik dan sarannya guna
dapat kami jadikan sebagai masukan agar kami dapat melakukan tugas dengan
lebih baik lagi.

Pandeglang, 03 November 2019

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II: PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Desain Materi Pembelajaran ........................................................ 3


B. Mengembangkan Dan Memilih Materi Pembelajaran .................................. 7
C. Tahapan Mendesain Materi Pembelajaran ..................................................... 10

BAB III: PENUTUP ................................................................................................. 12

A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain Pembelajaran sebagai Kompetensi PendidikIstilah desain


pembelajaran merujuk pada seperangkat kegiatan merancang dan
mengembangkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran tersebut.
Selain memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, UU No. 14 Tahun
2015 menegaskan bahwa pendidikyang profesional adalah pendidikyang memiliki
empat kompetensi dasar guru profesional, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesionalitas, dan kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogik dalam hal ini adalah kemampuan mengelola pembelajaran
pesertadidik. Sedangkan, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam undang-undang tersebut
adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Sedangkan, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Keterampilan merancang pembelajaran adalah salah satu kamampuan pembentuk
kompetensi pedagogis soerang pendidik, yaitu mampu merancang pembelajaran
untuk mencapau tujuan pembelajaran dengan memperhatikan berbagai faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran, seperti karakteristik dan perkembangan
peserta didik, karakterisik materi aja, budaya belajar, dan sebagainya.
Kemampuan seorang pendidik dalam merancang pembelajaran
pembelajaran akan memperngaruhi pelaksanaan pembelajaran dan hasil
belajar.Dalam hal ini, bagaimana guru merancang pembelajaran akan
mencerminkan tindakannya dalam pembelajaran, atau sebaliknya apa yang

1
dilakukan guru dalam pembelajaran adalah cerminan dari rancangan
pembelajarannya. Dengan demikian, keberhasilan guru dalam merancang
pembelajaran akan mencerminkan keberhasilannya dalam melaksanakan
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian desain materi pembelajaran?
2. Bagaimana cara mengembangkan dan memilih materi pembelajaran?
3. Bagaimana tahapan mendesain materi pembelajaran?

C. Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian desain materi pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara mengembangkan dan memilih materi
pembelajaran.
3. Mengetahui tahapan mendesain materi pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Desain Materi Pembelajaran


Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai
ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala 1 adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-
teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang
digunakan.
Desain pembelajaran menurut Gentry dalam Salma2 mengartikan “desain
adalah suatu proses yang merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran,
strategi, teknik, dan media agar tujuan umum tercapai.” Sedangkan menurut
Hamdani dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar 3 mengartikan
“desain pembelajaran adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan
belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajaran untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.” Sementara itu pendapat lain dikemukakan oleh

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 136
2
Salma Dewi, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2007), hal.
16
3
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 172

3
Kruse, Kevin, & Mose dalam Gafur4 (2012 : 2) “desain pembelajaran merupakan
praktik pembuatan alat dan isi atau materi pembelajaran agar proses belajar
berlangsung seefektif mungkin.”
Definisi desain pembelajaran menurut beberapa ahli diatas sangat beragam.
Sehingga, alangkah baiknya jika penulis dapat mengambil kesimpulan dari ketiga
definisi menurut beberapa ahli tersebut. Jadi, desain pembelajaran itu merupakan
perancangan atau pembuatan alat dan isi atau materi pembelajaran yang dapat
memecahkan masalah dalam belajar dengan tujuan menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran seefektif mungkin agar tujuan pembelajaran yang telah di tentukan
dapat tercapai seluruhnya.
Desain pembelajaran memanglah sangat penting di pahami oleh seorang
guru supaya guru tersebut dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran.
Cara pemecahan masalah pembelajaran tersebut dapat berupa perancangan atau
pembuatan bahan ajar, lembar kerja, media pembelajaran, alat tes, atau bahkan
merancang model pembelajaran sendiri. Jika seorang guru dapat merancang
pembelajarannya sendiri, maka pemilihan bahan ajar, lembar kerja, media, serta
model pembelajaran dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik
siswa sehingga kegiatan pembelajarannya akan berlangsung secara efektif.5

Bahan atau materi pembelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu


yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata
pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran merupakan
bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang
berpusat pada materi pelajaran (subject-concered teaching), materi pelajaran
merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Menurut subjeck sentered teaching
keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oelh seberapa banyak siswa
menguasai materi kurikulum. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi:
a. Pengetahuan (knownledge)
4
Abdul, Gafur Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 2
5
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Edunomic/article/download/431/585 diakses pada 3
November 2019

4
Pengetahuan menunjuk pada informasi yang disampaikan pada pikiran (mind)
siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi
yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa
dapat mengungkapkan kembali.
b. Keterampilan (skill)
Menunjuk pada tindakan-tindakan (fisik dan non fisik) yang dilakukan seseorang
dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Sikap (attitude)
Sikap menunjuk pada kecerdasan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai
dan norma yang diyakini keberadaannya oleh siswa.

Merril (1977: 42) membedakan isi pelajaran menjadi 4 yaitu fakta, konsep,
prosedur dan prinsip.
1. Fakta
Fakta adalah sifat dari segala sesuatu gejala, peristiwa benda, yang
wujudnya dapat ditangkap oleh panca indera. Fakta merupakan pengetahuan yang
berhubungan dengan data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang
terjadi yang dapat diuji atau observasi. Fakta erupakan materi pelajaran yang
paling sederhana, karena materi ini sifatnya hanya mengikat hal-hal yang spesifik.
Contoh: (1) Ibukota Indonesia adalah Jakarta
Merupakan fakta karena pada kenyatannya adalah demikian.
(2) manusia berjalan dengan kakinya.
Merupakan fakta yang dapat dirasakan dan dilihat.
2. Konsep
Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari kelompok benda
atau sifat. Suatu konsep memiliki hubungan yang disebut atribut. Atribut adalah
sesuatu yang dimiliki suatu konsep. Gabugan dari berbagai atribut menjadi suatu
pembeda antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Contoh: Anak laki-laki merupakan konsep, yang memiliki atribut tertentu yang
berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep anak perempuan.
3. Prosedur

5
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan
siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu.
Misalnya prosedur tentang langkah-langkah melakukan suatu percobaan, langkah-
langkah membuat karangan dan sebagainya.
4. Prinsip
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris
yang dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip.
Contoh:
Prinsip tentang ketertiban lalulintas
Prinsip tentang kesejahteraan social
Prinsip tentang penguapan
Prinsip tentang radiasi, dll.

Disamping jenis materi diatas, adajuga jenis materi pelajaran yang disebut
dengan keterampilan. Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan
tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Keterampilan
dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual adalam keterampilan berpikir melalui usaha menggali,
menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep,
ataupun prinsip dan teori.
Contoh:
1) Keterampilan memecahkan masalah melalui langkah-langkah yang
sistematis.
2) Keterampilan mengevaluasi suatu program atau mengevaluasi suatu
objek.
3) Keterampilan menyusun program kegiatan.
4) Keterampilan membuat perencanaan.
2. Keterampilan fisik
Keterampilan motoric seperti keterampilan mengoperasikan computer,
keterampilan mengemudi, keterampilan memperbaiki suatu alat, da lain
sebagainya.

6
B. Mengembangkan Dan Memilih Materi Pembelajaran
Pengembangan bahan ajar tematik melibatkan sejumlah langkah yang harus
ditempuh oleh seorang pengembang. Menurut Panduan pengembangan Bahan
Ajar yang diterbitkan Depdiknas (2008) “ada tiga tahap pokok yang perlu dilalui
untuk mengembangkan bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, menyusun
peta bahan ajar, membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk
bahan ajar dan evaluasi bahan ajar”.
a. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Analisis kebutuhan bahan ajar adalah proses awal yang harus ditempuh
dalam menyusun bahan ajar. Analisis ini bertujuan agar bahan ajar yang dibuat
sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Analisis ini
meliputi tiga tahapan, yaitu analisis terhadap kurikulum, analisis sumber belajar,
dan penentuan sumber belajar serta judul bahan ajar. Keseluruhan proses tersebut
menjadi bagian integral dari suatu proses pembuatan bahan ajar yang tidak bias
dipisah-pisahkan.
b. Menyusun Peta Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (2008: 17) “penyusunan peta bahan ajar memiliki tiga
kegunaan, yaitu:
1. Untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis;
2. Untuk mengetahui bentuk sekuensi atau urutan bahan ajarnya (sekuensi
bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan);
dan
3. Untuk menentukan sifat dan bahan ajar, apakah dependen atau
independen. Dependen kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan
bahan ajar yang lain, sehingga penulisannya harus saling memperhatikan
satu sama lain. Sedangkan independen (berdiri sendiri). Bahan ajar adalah
bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak haru
memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.
c. Membuat Bahan Ajar Berdasarkan Struktur Bentuk Bahan Ajar
Pada dasarnya, bahan ajar merupakan susunan bagian-bagian yang
kemudian dipadukan, sehingga menjadi sebuah satu kesatuan yang utuh dan

7
fungsional.Susunan atau bangunan bahan ajar inilah yang dimaksud dengan
struktur bahan ajar. Dalam mengembangkan bahan ajar, perlu diperhatikan
prosedur dan kaidah yang semestinya baik dalam arti kreatif, inovatif,
menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Evaluasi Bahan Ajar
Evaluasi bahan ajar dilakukan dengan tahap ujicoba produk/uji lapangan
dilakukan sebelum bahan terpublikasikan. Hal itu dilakukan untuk melihat
keefektifan bahan ajar, apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal
yang perlu diperbaiki (direvisi). Teknik evaluasi dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain evaluasi dengan teman sejawat, evaluasi dari para pakar,
dan uji coba terbatas kepada siswa.

Menurut Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2008)


“komponen evaluasi bahan ajar mencakup: (1) kelayakan isi (materi pelajaran),
(2) kebahasaan, (3) penyajian, (4) grafika. Hal itu dapat dirinci lebih lanjut,
sebagai berikut:
Pertama, komponen kelayakan isi (materi) mencakup: (a) kesesuaian dengan
kurikulum, SK, dan KD; (b) kesesuaian dengan kondisi siswa, sekolah, dan
daerah; (c) materi harus spesifik, jelas, akurat dan sesuai dengan kebutuhan bahan
ajar; (d) kesesuian dengan nilai moral dan nilai sosial; (e) bermanfaat untuk
menambah wawasan siswa; dan (f) keseimbangan dalam penjabaran materi
(pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan
proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman.
Kedua, komponen kebahasaan merupakan sarana penyampaian dan
penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragaraf, dan wacana. Sedangkan
aspek terbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa sesuai dengan
tingkatan siswa. Komponen ini, mencakup: 1) Keterbacaan, meliputi: (a)
kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tifografi, ukuran
huruf, dan lebar spasi), (b) kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca,
kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan), dan (c) kesesuaian
(berhubungan dengan kata, kalimat, panjang pendek, frekuensi, bangun kalimat,
dan susunan paragraf); 2) Kejelasan informasi, yakni informasi yang disajikan

8
tidak mengandung makna bias dan mencantumkan sumber rujukan yang
digunakan; 3) Kesesuaian dengan kaidah pengembangan bahan ajar; dan 4)
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).
Ketiga, komponen penyajian, mencakup: (a) kejelasan tujuan pembelajaran
(indikator yang dicapai); (b) urutan sajian (keteraturan urutan dalam penguraian
sajian); (c) memotivasi dan menarik perhatian siswa; (d) interaksi (pemberian
stimulus dan respon) untuk mengaktifkan siswa; dan (e) kelengkapan informasi
(bahan, latihan, dan soal).
Keempat, komponen grafika, meliputi: (a) menggunakan font: bentuk
tulisan, ukuran huruf, dan jarak spasi; (b) tata letak (lay out); (c) ilustrasi, gambar,
dan foto; dan (d) desain tampilan.6

Dick and Carey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengajar merancang bahan pembeljaran individual, semua tahap
pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
2. Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam
menyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin saja disampaikan
tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada, pengajar harus memberi
penjelasan.
3. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran
menurut strategi pembelajarannya yang telah disusun. Pengajar
menggunakan strategi pembelajarannya sebagai pedoman termasuk latihan
dan kegiatan kelompok.
Kebaikan dari strategi in adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki
dan memperbaharui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Adapun kerugiannya
adalah sebagian waktu tersita untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit
sekali waktu untuk membantu anak didik. 7

6
http://digilib.unila.ac.id/11596/17/BAB%20II.pdf diakses pada 3 November 2019
7
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), cet. vi

9
C. Tahapan Desain Materi Pembelajaran
Masing-masing model desain pembelajaran secara detail memiliki tahapan-
tahapan desain pembelajaran yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Akan tetapi secara umum mereka memiliki kesamaan tahapan, yaitu terdiri atas
analisis masalah dan tujuan, perancangan strategi pelaksanaan, uji coba strategi,
dan evaluasi.
Tahapan desain pembelajaran yang digunakan terinspirasi dari prinsip dan
langkah pengembangan pembelajaran pada Educational Design Research (Van
den Akker dkk., 2006; Plomp & Nieveen, 2010; Mc Kenney & Reeves, 2012)
yang secara umum dapat digambarkan dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahapan Analisis dan Perumusan Kerangka Konseptual Rancangan Pada
tahapan ini, minimal terdiri atas kegiatan beriktu ini:
1. Klarifikasi dan pendefinisian masalah
2. Analisis konteks rancangan
3. Perumusan tujuan dan kriteria rancangan
4. Perumusan proposisi/hipotesis rancangan
b. Tahapan Perancangan dan Pengembangan
Kerangka konseptual yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya
kemudian direalisiasikan dalam suatu prototipe rancangan (draf desain
awal rancangan). Kerangka konseptual rancangan beserta prototipenya
disebut sebagai bentuk intervensi rancangan. Selanjutnya, intervensi
rancangan tersebut diuji coba kualitasnya melalui siklus kegiatan yang
terdiri atas tiga kegiatan, yaitu: uji coba, evaluasi (formatif) dan refleksi,
dan revisi/redesain. Siklus ini terus berjalan dan terhenti jika rancangan
yang tersebut dianggap sudah sesuai dengan harapan, yaitu dapat mencapai
tujuan pengembangannya.
c. Tahapan Evaluasi Sumatif
Pada tahapan ini, evaluasi secara menyeluruh terhadap dua tahapan
sebelumnya dilakukan untuk menemukan prinsip dan karakteristik pada

10
rancangan pembelajaran (teori intervensi) yang berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan perancangan.8

8
Susilahudin Putrawangsa, Desain Pembelajaran: Design Research sebagai Pendekatan Desain
Pembelajaran (Mataram: CV. Reka Karya Amerta, 2018), Cet. 1. hal. 26

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat di ambil simpulan sebagai berikut:
Pertama, desain pembelajaran itu merupakan perancangan atau pembuatan
alat dan isi atau materi pembelajaran yang dapat memecahkan masalah dalam
belajar dengan tujuan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran seefektif
mungkin agar tujuan pembelajaran yang telah di tentukan dapat tercapai
seluruhnya.
Kedua, menurut Panduan Pengembangan Bahan Ajar yang diterbitkan
Depdiknas (2008) “ada tiga tahap pokok yang perlu dilalui untuk
mengembangkan bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, menyusun peta
bahan ajar, membuat bahan ajar berdasarkan struktur masing-masing bentuk
bahan ajar dan evaluasi bahan ajar”.
Ketiga, Tahapan desain pembelajaran yang digunakan terinspirasi dari
prinsip dan langkah pengembangan pembelajaran pada Educational Design
Research (Van den Akker dkk., 2006; Plomp & Nieveen, 2010; Mc Kenney &
Reeves, 2012) yang secara umum dapat digambarkan dalam tiga tahapan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahapan Analisis dan Perumusan Kerangka Konseptual Rancangan
2. Tahapan Perancangan dan Pengembangan
3. Tahapan Evaluasi Sumatif

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penjelasan dalam makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran
dari para pembaca guna dapat kami jadikan motivasi di tulisan makalah
berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Salma, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group, 2007), hal. 16
Gafur, Abdul, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hal. 2
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 172
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Edunomic/article/download/431/585
diakses pada 3 November 2019
http://digilib.unila.ac.id/11596/17/BAB%20II.pdf diakses pada 3 November 2019
Putrawangsa, Susilahudin, Desain Pembelajaran: Design Research sebagai
Pendekatan Desain Pembelajaran (Mataram: CV. Reka Karya Amerta,
2018), Cet. 1. hal. 26
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 136
Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010),
cet. vi

13

Anda mungkin juga menyukai