Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

(Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Islam)

Dosen Pengampu:
Dra. RagwanAlbaar, M.Fil.I.

Oleh:
JamilatunNisak (B93217140)
Arianti Aprilia (B53217059)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Pujisyukurpenulispanjatkanataskehadirat Allah SWT.


YangMahaPengasihlagiMahapenyayang.
Sehinggapenulisdapatmengerjakanmakalahinidenganbaik.
ShalawatsertasalamsemogatetaptercurahkankepadaNabi Muhammad SAW.

MakalahinidisusundalamrangkamemenuhitugasdarimatakuliahBimbingandanKonseli
ng Islam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak
maka makalah ini tidak akan terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati
perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu
Dra. RagwanAlbaar, M.Fil.I.

Penulismenyadarimakalahinimasihterdapatbanyakkekurangan. Oleh karenaitu,


saran dankritikadalahsuatuhal yang kitaharapkan. Akhir kata
semogakaryailmiahinidapatbermanfaatbagiparapembaca.

Surabaya, September 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam keberlangsungan hidup sehari-hari manusia memiliki sebuah
tuntutan dalam kebutuhan kehidupanya, kebutuhan dasar ini meliputi seperti
makan, minum, bernapas, eliminasi, reproduksi dan isrtirahat. Kebutuhan
dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang heterogen. Setiap orang pada
dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya dan
lingkungan yang berbeda kebutuhan tersebut juga ikut berbeda. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya seringkali manusia mendapatkan kendala,
sehingga menyebabkan gangguan tehadap psikisnya. Oleh karena itu di dalam
makalah ini kami akan menguraikan apa saja sebenarnya kebutuhan dasar
manusia dari segi para ahli dan pandangan islam, kemudian dalam
penyelesaian masalah manusia yang memiliki kendala dalam memenuhi
kebutuhan, kami akan memaparkan tentang kebutuhan manusia terhadap BKI.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori kebutuhan manusia menurut pendapat para ahli?
2. Apa saja kebutuhan manusia dalam islam baik dari Al-Qur’an maupun
dari hadits ?
3. Apa saja kebutuhan manusia terhadap Bimbingan Konseling Islam?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja teori kebutuhan manusia menurut pendapat
para ahli

3
2. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan manusia dalam islam baik dari Al-
Qur’an maupun dari hadits
3. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan manusia terhadap Bimbingan
Konseling Islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KEBUTUHAN MENURUT PARA AHLI


1. Abraham Harold Maslow
Maslow mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya
menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya menurut
tingkat prioritas manusia dalam pemenuhannya.
Prioritas kebutuhan pertama menurut maslow adalah kebutuhan
Fisiologis (physiological needs). Kebutuhan atas pemenuhan rasa lapar,
haus, oksigen, dan seks. Kebutuhan-kebutuhan dasar bersifat lemah, mudah
diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang
keliru. Pra-kondisi yang penting dalam tercapainya kebutuhan-kebutuhan
dasar ini adalah kebebasan bicara, mengespresikan diri, kebebasan untuk
mempertahankan diri, kebenaran, kejujuran, dan kebebasan dalam
berkelompok. Kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis ini
meliputi sifat-sifat sebagai berikut;
a) Ketiadaannya menimbulkan penyakit.
b) Keberadaannya mencegah timbulnya penyakit.
c) Pemulihannnya menyembuhkan penyakit.
d) Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan
dimana orang bebas memilih, orang yang kekurangan
kebutuhan akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini
dibandingkan jenis kepuasan yang lain.
e) Kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional
tidak terdapat pada orang yang sehat.1

Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, kita akan mencari rasa aman
(safety).Yang di maksud Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini
adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh

1
Paulus Budiraharjo, Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir, (Yogyakarta : Kanisius, 1997) h.163

5
ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini sangat nyata
dan bisa diamati pada bayi dan anak-anak karena ketidakberdayaan mereka.
Faktor belajar atau pengalaman memiliki pengaruh terhadap pengurangan
urgensi kebutuhan akan rasa aman dan peningkatan kemampuan
menetralisasi stimulus-stimulus yang mengganggu rasa aman. Sebaliknya,
peningkatan urgensi atau mendesaknya kebutuhan akan rasa aman itu juga
bisa terjadi akibat pengalaman.

Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita
cemaskan adalah kebutuhan sosial, yaitu menjadi bagian dari kelompok dan
menjalin hubungan dengan orang lain. Atau bisa juga di sebut kebutuhan
akan cinta dan rasa memiliki, yaitu suatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk mengadakan ikatan emosional dengan individu lain, baik
dengan sama jenis, dilingkungan keluarga, maupun di lingkungan kelompok
masyarakat. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu
mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai. Menurut maslow tanpa
cinta orang akan dikuasai kebencian, rasa tak berharga dan kehampaan.
Maslow akhirnya menyimpulkan bahwa antara kepuasan cinta dan efeksi
dimasa kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat relasi
yang signifikan.

Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang


terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). Agar kebutuhan
itu terpenuhi, kita harus berprestasi, menjadi kompeten dan mendapat
pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten. Maslow membagi
ke dalam dua bagian. Bagian pertama adalah penghormatan atau
penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan
dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh
kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian dan
kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga
serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian

6
yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh
penghargaan atas apa apa yang dilakukannya.2

Begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada


pemenuhan kebutuhan intelektual (intellectual needs) kita, termasuk
didalamnya adalah memperoleh pemahaman dan pengetahuan. Kebutuhan
berikut diatas kebutuhan intelektual adalah kebutuhan estesis (nesthetic
needs), yaitu kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan.

Kebutuhan terkhir manusia menurut Maslow adalah kebutuhan untuk


mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu menemukan pemenuhan
pribadi dan mencapai potensi diri. Maslow menggambarkan manusia yang
sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua
kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan. Maslow
mengidentifikasikan 15 ciri ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri
sebagai berikut :

1. Memiliki persepsi akurat tentang realitas


2. Menikmati pengalaman baru
3. Memiliki kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak
4. Memiliki standar moral yang jelas
5. Memiliki selera humor
6. Merasa bersaudara dengan semua manusia
7. Memiliki hubungan pertemanan yang erat
8. Bersikap demokratis dalam menerima orang lain
9. Membutuhkan privasi
10. Bebas dari budaya dan lingkungan
11. Kreatif
12. Spontan
13. Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri
14. Mengakui sifat dasar manusia

2
Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung : PT ERESCO, 1991) h. 199-125

7
15. Tidak terlalu ingin menyamakan diri dengan orang lain

Agar menjadi orang yang sudah mencapai Aktualisasi diri, tidak


selalu dengan menampilkan semua ciri tersebut. Dan tentu saja, tidak hanya
orang yang sudah mengaktualisasikan diri yang menampilkan ciri tersebut.
Namun, orang-orang yang menurut maslow adalah orang-orang yang sudah
mengaktualisasikan diri umumnya lebih sering menampilkan ciri-ciri
tersebut dibandingkan kebanyakan dari kita.3

2. Johnson
Johson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakan
pendekatan sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu dipandang
sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
stabilitas, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal. Individu
juga memiliki keinginan untuk mengatur dan menyesuaikan diri
terhadap pengaruh yang terjadi karena hal tersebut.
3. Martha E. Rogers
Beliau berpendapat bahwa manusia merupakan suatu kesatuan
yang utuh serta memiliki sifat karakter yang berbeda. Manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya. Dalam proses kehidupanya, manusia diciptakan dengan
karakteristik dan keunikannya masing-masing. Dengan kata lain,
setiap individu tidak ada yang sama satu sama lainnya, walaupun
mereka dilahirkan kembar. Konsep Martha E. Rogers ini dikenal
dengan konsep manusia sebagai unit.
4. Imogine king
King berpendapat bahwa manusia merupakan individu reaktif
yang dapat beraksi terhadap situasi orang dan objek tertentu. Beliau

3
Matt Jarvis, Teori-teori Psikologi Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan, dan
Pikiran Manusia, (Bandung : Nusa Media, 2017) h . 94

8
juga mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang berorientasi
pada waktu, dia tidak terlepas dari tiga kejadian dalam hidupnya, yaitu
masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, sebagai
makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain dan selalu
beriteraksi satu sama lain. Sesuai dengan hal tersebut, king membagi
kebutuhan manusia menjadi :
a. Kebutuhan akan informasi kesehatan
b. Keubutuhan akan pencegahan penyakit
c. Kebutugan akan perawatan jiwa sakit
5. Jean Watson
Jean watson membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam dua
peringkat utama yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower
order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya tinggi (hingher order
needs). Pembunuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendahtidak
selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi
diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan
lain, dan semuanya dianggap penting.
6. Virginia Henderson
Ibu Verginia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia ke
dalam 14 komponen berikut yaitu manusia dapat bernafas secara
normal, makan dan minum yang cukup, setiap hari harus bisa buang
air besar dan buang air kecil (eliminasi) dangan lancar, bisa bergerak
dan mempertahankan postur turuh yang diinginkan, bisa tidur dan
istirahat dengan tenang memilih pakaian yang tetap dan nyaman
dipakai, mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan
menyesuaikan pakaian yang yang dikenakan dan memodifikasikan
lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain,
berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran dan opini, beribadah sesuai dengan agama

9
dan kepercayaan, bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk
membiyai kebutuhan hidup, bermain dan berpartisipasi dalam berbagai
bentuk rekreasi dan belajar, menemukan atau memuaskan rasa igin
tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan dan
penggunaan fasilitas kesehata yang tersedia.4

B. TEORI KEBUTUHAN MENURUT ISLAM

Al-syathibi mengungkapkan kebutuhan manusia dalam islam terdapat tiga


jenjang, yaitu :

1) Kebutuhan Dharuriyat

Kebutuhan dharuriyat adalah kebutuhan primer. Bila tingkat


kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam keselamatan manusia baik di
dunia maupun di akhirat kelak,kebutuhan dharuriyat mencakup:

a. Menjaga Din Agama


Ini merupakan dharuriyat yang terpenting dan berada pada
urutan tertinggi. Sebagaimana firman Allah S.W.T :
‫س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُدُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzariyat
51:56)5
Demikian tujuan hakiki dari penciptaan makhluk. Untuk
tercapainya tujuan, maka diutuslah para rasul dan diturunkanya kitab-
kitab.sbagaimana dalam firman-Nya :

4
Kasiati, Kebutuhan Dasar Manusia, (Jakarta : Erlangga, 2016) h. 5-6

5
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.520

10
ۚ ‫ح َّج ة ٌ ب َ عْ د َ ال ُّر س ُ ِل‬ ِ َّ ‫ُر س ُ اًل ُم ب َ شِ ِر ي َن َو ُم نْ ِذ ِر ي َن ل ِ ئ َ ًَّل ي َ ك ُ و َن لِ ل ن‬
ُ ِ َّ‫اس عَ ل َ ى ّللا‬
‫َو كَ ا َن ّللاَّ ُ عَ ِز ي از ا َح ِك ي ام ا‬
Artinya : “Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia
untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus, Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana” (An-nisa 4: 165)6

Begitu juga dengan firman Allah SWT :

‫غوتَ فَ ِم ْن ُه ْم َم ْن َه َدى‬ َّ ‫َّللا َواجْ تَنِبُوا‬


ُ ‫الطا‬ َ َّ ‫وًل أ َ ِن ا ْعبُدُوا‬
‫س ا‬ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا فِي ُك ِل أ ُ َّم ٍة َر‬
ُ‫عاقِبَة‬
َ َ‫ْف َكان‬ َ ‫ظ ُروا َكي‬ ُ ‫ض فَا ْن‬
ِ ‫يروا فِي ْاْل َ ْر‬ُ ‫علَ ْي ِه الض َََّللَةُ فَ ِس‬
َ ‫ت‬ ْ َّ‫َّللاُ َو ِم ْن ُه ْم َم ْن َحق‬
َّ
َ‫ْال ُم َك ِذبِين‬

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah mengutus seorang


rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan): sembahlah Allah dan
jauhilat Thagut kemudian diantara mereka ada yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah
kamu dibumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)” An-nahl 16:367

Agar Allah menjaga Din (agama) dari kerusakan, Karena Din


merupakan dharuriyat yang paling besar dan terpenting, maka syariat
juga mengharamkan riddah (murtad), member sanksi kepada orang
yang murtad dan dibunuh. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W:
Hadist nabi yang artinya : “barangsiapa yang mengganti
agamanya, maka bunuhlah dia” [HR. Bukhari]
b. Menjaga Jiwa (Hifzhun-Nafsi)

6
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.77
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.267

11
Menjaga jiwa juga termasuk dalam dharuriyatul-khamsi, dan
agama tidak akan bisa tegak, kalau tidak ada jiwa-jiwa yang mampu
menegakkanya. Jika kita ingin mencoba mengakkan Din, artinya kita
harus mampu menjaga jiwa-jiwa yang ingin menegakkan agama ini.
Untuk menjaga serta memuliakan jiwa-jiwa ini. Allah berfirman:
ِ ‫اص َحيَاة ٌ يَا أُو ِلي ْاْل َ ْلبَا‬
َ‫ب لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫ص‬َ ‫َولَ ُك ْم فِي ْال ِق‬
Artinya :”Dan dalam qishas itu ada (jaminan) kehidupan
bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertaqwa” (Al-
baqarah 2: 179)8
Hifzhun nafs dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, diantaranya:
1) Pada saat darurat (sangat terpaksa) ini, wajib memakan apa
saja demi keberlansungan hidup, meskipun yang ada pada saat
itu sesuatu yang memang haram pada asalnya.
2) Memenuhi apa saja kebutuhan diri yaitu, berupa makanan,
minuman dan pakaian.
3) Mewajibkan pelaksanaan qishas (hukm bunuh bagi siapa yang
membunuh, jika sudah memenuhi syarat-syaratnya)
4) Dan diharamkan untuk menyakiti atau menyiksa diri
c. Menjaga Akal (Hifzhul-Aqil)
Salah satu sarana untuk menjaga akal yaitu ilmu. Kalimat
wahyu yang pertama kali sampai kepada Rasulullah dan menyentuh
telinga Rasulullah adalah kalimat iqra’ (bacalah !) setelah itu adalah
kalimat :

‫سانَ َمالَ ْم َي ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْل ْن‬ َ
Artinya : “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Al-Alaq 96:5)9

8
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.2

12
Karena membaca adalah salah satu jalan untuk mendapatkan
ilmu, meskipun bukan dari jalan satu-satunya, akan tetapi merupakan
jalan terpenting. Dalam nash Al-Qur’an yang lain, Allah berfirman:

‫ب ِِز ْدنِي ِع ْل اما‬ ِ ‫َّللاُ ْال َم ِلَكُ ْال َح ُّق َو ًَل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر‬
َ ‫آن ِم ْن قَ ْب ِل أ َ ْن يُ ْق‬
ِ ‫ضى ِِإلَيَْكَ َوحْ يُهُ َوقُ ْل َر‬ َّ ‫فَت َ َعالَى‬

Artinya : Maka maha tinggi Allah rajayang sebenar-benarnya,


dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukanya kepadamu [946] dan katakanlah : “Ya
tuhanku, tambahkanlah kepadaku pengetahuan” [Thaha: 20: 114]10

d. Menjaga Keturunan (Hifzhun-Nasli)


Diantara Dharuriyat-khams yang dipelihara dan yang dijaga
dalam syariat yaitu dengan menjaga keturunan. Allah Azza Wa Jalla
berfirman :
‫س ِب ا‬
‫يَل‬ َ ‫شةا َو‬
َ ‫سا َء‬ ِ ‫َو ًَل ت َ ْق َربُوا‬
ِ َ‫الِزنَا ِِإنَّهُ َكانَ ف‬
َ ‫اح‬
Artinya : dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah kami
binasakan, dan cukuplah tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha
melihat dosa hamba-hamba-Nya. [Al-Isra/ 17: 32]11
Bentuk penjagaan agar manusia menjauhi diri dari perbuatan
zina, maka syariat membolehkan dan menganjurkan untuk
berpoligami, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah :

‫ت أ َ ْي َمانُ ُك ْم َذلَِكَ أ َ ْدنَى أ َ ًَّل تَعُولُوا‬


ْ ‫اح َدة ا أ َ ْو َما َملَ َك‬
ِ ‫ع فَإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ًَّل ت َ ْع ِدلُوا فَ َو‬
َ ‫َو ُربَا‬

Artinya: dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya). Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu

9
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.597
10
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.312
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.382

13
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil, maka [kawinilah] seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki, yang demikian itu adlah lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya. [An-nisa/ 4 :3]12
Pemeliharaan keturunan ini, bisa dilihat dari beberapa hal
berikut :
a) Anjuran untuk melakukan pernikahan
b) persaksian dalam pernikahan
c) kewajiban memelihara serta memberikan nafkah kepada anak,
termasuk kewajiban dalam memperhatikan pendidikan anak.
d) Mengharamkan nikah dengan seoang pezinah.
e) Melarang memutuskan untuk thalaq jika tidak karena terpaksa.
f) Mengaharamkan ikhtilath.

e. Harta (mal)
1) Menjaga harta (Hifzhul-Mail)
Bagian terakhir dari dharuriyatul –khams yang dijaga
oleh syariat yaitu sesuatu yang menjadi penopang hidup,
kesejahteraan serta kebahagiaan,yaitu dengan menjaga harta
sebagaimana dengan firman Allah :

‫سو ُه ْم َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو اًل‬


ُ ‫ار ُِزقُو ُه ْم فِي َها َوا ْك‬ َّ ‫سفَ َها َء أ َ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل‬
ْ ‫َّللاُ لَ ُك ْم قِيَا اما َو‬ ُّ ‫َو ًَل تُؤْ تُوا ال‬
‫َم ْع ُروفاا‬

Artinya : dan janganlah kamu serahkan kepada orang -


orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikanAllah sebagai pokok
kehidupan, berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta

12
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.77

14
itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. [An-
Nisa/ 4:5]

2) Mencari Harta
Dalam hal mencari harta kita disuruh bersungguh-
sungguh danpenuh keyakinan tidak pantas jika umat islam
bermalas-malasan dalambekerja keras dengan alasan sudah
terlalu sibuk beribadah, mengenai hal ini Allah berfirman :

ِ‫َّللا‬
َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنت َ ِش ُروا فِي ْاْل َ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫يرا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َ َّ ‫َوا ْذ ُك ُروا‬
‫َّللا َكثِ ا‬
Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat,maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah banyak-banyaksupaya kamu beruntung.
(Al-jumuah 62:10)13

2.) Kebutuhan Hajiyat (Kebutuhan Sekunder)


Kebutuhan hajiyat ialah menyangkut kepentingan atau maslahat yang
sifatnya sekunder. Sekiranya aspek hajiyi ini tidak/belum terwujud
tidaklah membawa/ menimbulkan bencana atau kerusakan, tetapi dapat
menimbulkan kesulitan bagi manusia. Misalnya, dalam lapangan ibadah
Allah memberikan jalan keluarnya yaitu ada rukhsah. Misalnya boleh
tidak berpuasa jika sakit atau safar dalam jarak tertentu, atau boleh meng-
qasar shalat dalam perjalanan.
Hajiyat adalah ungkapan yang dipergunakan untuk semua baran gdan
jasa yang tidak mungkin diklasifikasikan secara tegas kedalam
kelengkapan, dan beberapa fleksibelitas sangat dikehendaki dalam

Heru Juabdin Sada, “Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Al-Tadzkiyyah
13

Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 08, No.2 (2017). Hal. 217-224

15
mendefinisikan kategori ini. Dalam ilmu ekonomi modern biasanya
disebut dengan secondary goods. Kebutuhan sekunderini Tujuan tingkat
sekunder bagi kehidupan manusia adalah sesuatu yang dibutuhkan bagi
kehidupan manusia, tetapitidak mencapai tingkat daruri. Sandainya
kebutuhan itu tidak terpenuhi maka dalam kehidupan manusia, tidak akan
meniadakan atau merusak kehidupan itu sendiri. Meskipun tidak akan
sampai merusak kehidupan, namun keberadaanya dibutuhkan untuk
memberikan kemudahandalam kehidupan .tujuan penetapan hokum shara’
dalambentuk ini disebut tingkat hajiyyat. 14
Merupakan kelengkapan yang berada di sekitar kebutuhan pokok dan
berfaedah untuk melengkapi dharuriyat.
Untuk lebih jelas ungkapan Al-Ghazali tentang secondary good/
hajiyat (kebutuhan sekunder) dapat disimak pernyataanya di bawah ini
yang artinya :
Tingkatan kedua adalah maslahah yang berada pada posisi hajat,
seperti pemberian kekuasaan kepada walinya untuk mengawinkan
anaknya yang masih kecil. Hal ini tidak sama pada batas darurat (sangat
mendesak) tetapi diperlkan untuk mencapai kemaslahatan untuk mencapai
kesetaraan (kafah) agar dapat dikendalikan, karena khawatir kalau
kesempatan tersebut terlewatkan dan untuk mendapatkan kebaikan yang
diharapkan pada masa datang.

3.) Kebutuhan Tahsiniyah


Tahsiniyah adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh norma atau tatanan
hidup serta perilaku menurut jalan yang lurus .hal yang bersifat tahsiniyah
berpangkal dari tradisi yang baik dan segala tujuan perikehidupan manusia
menurut jalan yang baik. Secara lebih spesifik tahsiniyah adalah semua

Abdur Rohman, “Konsep Kebutuhan dan Keinginan Imam Al-Ghazali”,Edu Islamika, Volume 4.
14

No. 01. Maret 2012 hal. 149

16
barang yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan gampang tanpa
berlebih-lebihan atau bermewahan, seperti makanan yang baik, pakaian
yang nyaman, peralatan kecantikan, interior rumah yang tertata
lengkapdan tertata indah, serta semua barang yang menjadikan hidup
manusia menjadi lebih baik.15

C. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP BKI

Manusia sebagai dengan hakikatnya seperti yang telah diuraikan pada


kelompok sebelumnya, diciptakan dalam keadaan yang terbaik, termulia,
tersempurna, dibandingkan dengan makhluk lainnya, tetapi sekaligus memiliki hawa
nafsu dan perangai atau sifat tabiat buruk, misalnya suka menuruti hawa nafsu,
lemah, terburu nafsu, membantah dll, karena manusia dapat terjerumus ke dalam
lembah kenistaan, kesengsaraan, dan kehinaa. Dengan kata lain, manusia bisa
bahagia hidupnya di dunia maupun diakhirat, dan bisa pula sensara atau
tersiksa.Mengingat berbagai sifat seperti itu maka diperlukan adanya upaya untuk
menjaga agar manusia tetap menuju ke arah bahagia, menuju kecitranya yang terbaik,
kearah “ahsanitaqwim”, dan tida terjerumus ke keadaan yang hina atau ke “asfal
safilin”seperti dilukiskan Allah Swt dalam surat A- Tin :

َ‫) ِإِ ًَّل الَّذِين‬5( َ‫سافِلِين‬


َ ‫) ث ُ َّم َر َد ْدنَاهُ أ َ ْسفَ َل‬4( ‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم‬َ ْ‫سانَ فِي أَح‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
ٍ ُ‫غي ُْر َم ْمن‬
‫ون‬ َ ‫ت فَ َل ُه ْم أَجْ ٌر‬ َّ ‫ع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫آ َمنُوا َو‬

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah- rendahnya

15
Nur Wulandari M, dkk, “Telaah Unsur Syariah Aplikasi IB Hasanah Card”,Jurnal Iqtisaduna, Vol.
4, No. 1, Juni 2018, hal. 114

17
(neraka), kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka
bagi mereka pahala yang tiada putus- putusnya,(Q.S At- Tin 95:4-6).16

Jika dirinci lebih lanjut, yan menjai latar belakang perlunya bimbingan dan
konseling islami itu dapat dijelaskan seperti yang tertera daam uraian berikut yang
urutannya disesuaikan dengan uraian mengenai hakikat manusia, yaitu manusia yang
memiliki unsur jasmaniah( biologis) dan psikologis atau mental (ruhaniah), manusia
sebagai makhluk individu, sosial, berbudaya, dan sebagai makhluk Tuhan (religius).

1. Dari segi jasmaniah


Karena manusia memiliki unsur jasmaniah atau biologis,
manusia memiliki berbagai kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya,
semisal makan, minum, menghirup udara, berpakaian, bertempat tinggal
dan sebagainya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah
dapat dilakukan manusia selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah. Dengan keyakinan bahwa ketentuan dan petunjuk Allah
pasti akan membawa manusia bahagia. “Dan sesungguhnya akan
kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu
apabila orang-orang yang ditimpa musibah mereka mengucapkan
‘Innalillahi waina ilaihi rajiun’ (Sesungguhnya kami milik Allah
dan kepada-Nya lah kami kembali)” (QS.Al-Baqarah 155-156).
Ayat di atas menunjukkan bahwa kelaparan, kekurangan
harta, kekurangan buah-buahan dan sebagainya itu merupakan
sesuatu yang wajar terjadi dihadapi manusia, sebagai sesuatu yang
berada dalam situasi dan kondisi lingkungan yang bisa terjadi juga
karena ulah tangan manusia. Dalam pada itu sifat, sikap dan
perbuatan manusia itu sendiri apa yang ditunjukkan Allah SWT

16
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.597

18
sebagai sifat, sikap dan perilaku upaya memenuhi kebutuhan
jasmaniah yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
Mengingat keadaan manusia serupa itulah maka diperlukan
adanya bimbingan dan konseling Islam, agar dalam upaya
memenuhi kebutuhan jasmaniahnya itu manusia senantiasa
selarasdenganketentuandanpetunujuk Allah SWT.
2. Dari segi rohaniah (psikologis)
Secara luas untuk bisa hidup bahagia, manusia memerlukan
keadaan mental psikologis yang baik (selaras dan seimbang).
َ ‫وء ِإِ ًَّل َما َر ِح َم َربِي ِإِ َّن َربِي‬
ٌ ُ‫غف‬
‫ور‬ ِ ‫س‬ َ ‫س َْل َ َّم‬
ُّ ‫ارة ٌ بِال‬ ُ ‫َو َما أُبَ ِر‬
َ ‫ئ نَ ْف ِسي ِإِ َّن النَّ ْف‬
‫َر ِحي ٌم‬
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku dari
kesalahan karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyeru kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. Yusuf 12:53).17
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling Islami diperlukan untuk membentuk
manusia dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya dapat
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT
termasuk mengatasi kondisi psikologis yang membuat seseorang
menjadi berada dalam keadaan tidak selaras.
3. Dari sudut individu
Manusia merupakan makhluk individu, dengan kata lain,
keadaan orang per orang mencakup keadaan jasmaniah dan
rohaniah atau psikologisnya bisa membawanya ke kehidupan yang
tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. Ketidak

17
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.335

19
normalan sosok jasmaniah, ketidak unggulan (tetapi juga
kesuperioritaskan) potensi rohaniah, dapat membawa manusia
kekehidupan yang tidak selaras.
4. Dari segi sosial
Selain sebagai makhluk individual, manusia juga termasuk
makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia lain
dalam kehidupan kemasyarakatan. Semakin modern kehidupan
manusia, semakin kompleks tatanan kehidupan yang harus
dihadapi manusia. Manusia bisa saling memaksakkan kehendak,
bertikai, bahkan berperang dan saling membunuh.

َ َّ‫ض ُكلُّ ُه ْم َج ِميعاا أَفَأ َ ْنتَ ت ُ ْك ِرهُ الن‬


‫اس‬ ِ ‫َولَ ْو شَا َء َربَُّكَ ََل َمنَ َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬
َ‫َحتَّى يَ ُكونُوا ُمؤْ ِمنِين‬
“Dan jikalau Tuhan mu menghendaki, tentulah beriman
semua orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu
hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya”.(QS. Yunus 10: 99).18
5. Dari segi budaya
Semakin maju tingkat kehidupan, manusia harus berupaya
terus meningkatkan berbagai perangkat kebudayaan dan
peradabannya. Ilmu dan teknologi dikembangkan untuk
memperoleh kebahagiaan hidup yang sebaik-baiknya, kendati
kerap kali makna kebahagiaan yang dicari seringkali salah, tidak
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT.
Dalam mengelola atau memanfaatkan alam sekitarnya,
manusia kerap kali berlakurakus, serakah, tidak memperhatikan
kepentingan orang lain dan kelestarian alam, yang pada dasarnya

18
Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: Cv Madinatul Ilmi, tt)h.335

20
akan menjadikan dirinya sendiri pun terkena akibat negatifnya
tanpa disadarinya atau pura-pura tidak disadarinya.
6. Dari segi agama
Agama merupakan wahyu Allah, wahyu Allah itu benar,
tetapi dalam penafsirannya bisa terjadi banyak perbedaan antara
berbagai ulama sehingga muncul masalah-masalah khilafiyah. Ini
kerap kali bukan saja menimbulkan konflik sosial tetapi juga
menimbulkan konflik batin dalam diri seseorang yang dapat
menggoyahkan kehidupan dan keimanannya. Konflik-konflik batin
dalam manusia yang berkenaan dengan ajaran agama Islam
maupun lainnya banyak ragamnya. Oleh karenanya, diperlukan
selalu adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan
bimbingan kehidupan keagamaan kepada individu agar mencapai
kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.

َ‫اس أ َ ْن يُتْ َر ُكوا أ َ ْن يَقُولُوا آ َمنَّا َو ُه ْم ًَل يُ ْفتَنُون‬ َ ‫أ َ َح ِس‬


ُ َّ‫ب الن‬

“Apakah manusia itu mengira bahwa dibiarkan saja


mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi”.
(QS. Al-‘Ankabut 29:2)19

Selain kita lihat dalam uraian diatas, kebutuhan manusia


terhadap Bimbingan dan Konseling Islam dapat kita uraikan
berdasarkan urgensi Bimbingan dan Konseling Islam itu sendiri.
Sebagaimana telah diterangkan terdahulu bahwa manusia memiliki
dua predikat, yaitu sebagai Abdullah atau hamba Allah dan sebagai
khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Predikat pertama
menunjukkan kelemahan, kekecilan dan keterbatasan serta
ketergantungan manusia kepada yang lain sehingga setia manusia

19
Aunur Rahim faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001) h.12-20

21
potensil untuk mengidap masalah, sedangkan predikat kedua
menunjukkan kebesaran manusia sekaligus besarnya tanggung
jawab yang dipikul dalam kehidupannya di muka bumi.

Dari sudut pandang itu maka jika dikaji dalam urgensi


Bimbingan dan Konseling bagi manusia merujuk kepada dua
predikat tersebut.

1. Sebagai makhluk yang lemah (‘abdun) suatu ketika


manusia tidak tahan menghadapi realita kehidupan yang pahit,
sempit dan berat. Dalam kondisi fisik tak berdaya, orang
membutuhkan bantuan orang lain, dokter misalnya, Untuk
memulihkan kesehatannya. Demikian pula dalam kondisi mental
yang kacau, seseorang membutuhkan bantuan kejiwaan, untuk
memulihkan rasa percaya dirinya, meluruskan cara berfikir, cara
pandang dan cara merasanya sehingga ia kembali realistis, mampu
melihat kenyataan yang sebenarnya dan mampu mengatasi
problemnya dengan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Sebagai khalifah Allah, manusia dibebani tanggung


jawab menyangkut kebaikan dirinya maupun untuk
masyarakatnya. Setiap manusia diberi kebebasan untuk
memutuskan sendiri apa yang baik untuk dirinya, asal bukan
perbuatan maksiat yang dilakukan secara terang-terangan. Sebagai
khalifah Allah yang dibebani tanggung jawab untuk kemaslahatan
masyarakatnya, maka seorang muslim harus merasa terpanggil
untuk memelihara ketertiban masyarakat. Oleh karena itu ia
terpanggil untuk meluruskan hal-hal yang menyimpang, menata
hal-hal yang salah tempat, mendorong hal-hal yang benar dan
menghentikan kekeliruan-kekeliruan yang berlangsung.

22
Jadi secara kodrati manusia memang membutuhkan bantuan kejiwaan
termasuk konseling agama, dan secara konsepsional harus ada orang yang
menekuni bidang ini agar layanan konseling agama ini dapat diberikan
secara professional, sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawabnya
sebagai khalifah Allah.20
Adapun pengertian bimbingan dan konseling religius menurut H. M.
Arifin adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami
kesulitan baik lahiriah, maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya
di masa kini dan dimasa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan
dibidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun
dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan.21
Nilai bimbingan yang terdapat dalam Ajaran Alquran dapat digunakan
pembimbing untuk membantu si terbimbing dalam menentukan pilihan
perubahan tingkah laku positif.
Dalam konteks konseling, alquran menyebutkan adanya pribadi
malasuai diantaranya adalah (QS.Al-Baqarah 2 : 10) yang tidak sadar telah
diderita manusia sementara ia sendiri tidak tahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri. Sebagai firman allah (QS Al-
Baqarah 2 : 8-9) Klien yang beragama islam teknik efektif untuk
mengubah tingkah laku klien adalah membuka kesadaran klien. Kesadaran
ini dapat diwujudkan dengan intervensi kognitif, afektif, maupun aksi.22

BAB III

20
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara, 2000) h.23-
25
21
Farid hasyim, Bimbingan dan Konseling Religius, (Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2017) h.41
22
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012)
h.154

23
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk yang serba berkebutuhan. Dan kebutuhan-
kebutuhan tersebut harus terpenuhi. Baik dari segi fisiologis dan
psikologis.
Disisi lain, jika ditinjau dari syariat Islam, manusia hendaknya
memenuhi kebutuhannya harus sesuai dengan syariat agama. Dengan
begitu, kebutuhan tercapai dengan mengandung manfaat serta keberkahan
di dalamnya.
Di dalam Bimbingan dan Konseling Islam terdapat dua predikat yang
hubungan keduanya sangat berkaitan erat. Yakni ditinjau dari segi seorang
konselor dan konseli. Konseli membutuhkan konselor sebab ada
kelemahan pada dalam diri konseli. Adanya gangguan-gangguan yang ada
pada jiwa konseli harus segera ditangani oleh seorang konselor. Maka dari
itu, tugas yang dijalankan konselor disini disebut sebagai tugas dari
seorang khalifah Allah.

B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap agar pembaca
mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang baru. Dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

24
Budiraharji, Paulus. 1997. Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir.
Yogyakarta : Kanisius

Departemen Agama Republik Indonesia. Tt. Mushaf Al-Qur’an. Jakarta :


Cv Madinatul Ilmi

E Koeswara. 1991. Teori-Teori Kebutuhan. Bandung : PT Eresco

Hasyim, Farid. 2017. Bimbingan dan Konseling Religius. Yogyakarta : Ar


Ruzz Media

Jarvis, Matt. 2017. Teori-Teori Psikologi. Bandung : Nusa Media

Juabdin Heru Sada. “Kebutuhan Dasar Manusia dalam Perspektif


Pendidikan Islam” Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam, 8 (2017).

Kasiati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :Erlangga

Mubarok, Ahmad. 2000 .Konseling Agama Teori dan Kasus. Jakarta : PT.
Bina Rena Pariwara

Mu’awanah ,Elfi. 2012. Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar.


Jakarta : PT Bumi Aksara

Rahim, Faqih Ainur. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.


Yogyakarta : UII Press

25
Rohman,Abdur. “Konsep Kebutuhan dan Keinginan Imam Al-Ghazali”, 4
(2012)
Wulandari, Nur.“Telaah Unsur Syariah Aplikasi IB Hasanah Card”, 4
(2018)

26

Anda mungkin juga menyukai