Anda di halaman 1dari 6

54

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai masalah-masalah yang


ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. “A”, umur 71
tahun dengan Tuberculosis paru di ruang perawatan Matahari BLUD RS
Benyamin Guluh Kolaka mulai tanggal 16 sampai 20 Juli 2018, berupa
kesenjangan antara konsep teori dengan penerapan asuhan keperawatan secara
langsung di ruang perawatan.
Selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. “A” menggunakan
pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi, penulis dapat mengemukakan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pengkajian
Menurut Setiadi (2012), proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan
dan dilakukan secara sistemik untuk menentukan masalah klien kemudian
membuat perencanaan untuk dilaksanakan, serta mengevaluasi tingkat
keberhasilan tindakan yang dilakukan terhadap masalah yang akan diatasi.
Keluhan utama yang ditemukan melalui pengkajian yang dilakukan terhadap
klien, sebagian besar sesuai dengan literatur yang digunakan yaitu adanya keluhan
sesak napas, batuk berlendir, dan nafsu makan menurun.
Pada tahap pengkajian fisik pada Tn. A ditemukan kondisi klien nampak
batuk berlendir dan sesak napas, RR: 28x/menit dan nampak terpasang O2 kanul
nasal. Dalam proses pengkajian kondisi umum sesuai dengan literatur yang
penulis gunakan, dan pada klien dengan TB paru biasanya ditemukan keluhan
sesak napas batuk berlendir dan nyeri dada, namun pada saat pengkajian penulis
tidak menemukan adanya nyeri dada, kemungkinan karena belum terdapatnya
komplikasi pada klien sehingga nyeri dada tidak ditemukan. Nyeri dada timbul
bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
55

4.2 Diagnosa Keperawatan


Dalam penetapan diagnosa keperawatan peneliti menetapkan 4 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien pada saat dilakukan
pengkajian, berbeda dengan yang terdapat pada literatur yang peneliti gunakan
Nurarif dan Kusuma (2015). Terdapat 4 diagnosa keperawatan yang penulis
dapatkan di lapangan, dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan hanya
tiga diagnosa keperawatan yang sesuai dengan literatur yaitu: ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan sputum berlebihan,
hipertermia berhubungan dengan proses peradangan, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi kurang.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
sputum berlebihan. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas. Penulis menegakkan diagnosa ini karena
klien mengeluh sesak napas, batuk berdahak, pernapasan 28x/menit dan terdengar
suara napas tambahan ronchi pada paru sebelah kanan, tampak terpasang O2
kanul nasal 3 liter, klien tampak gelisah, klien tampak pucat, sputum berwarna
putih kekuning-kuningan.
Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan. Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal. Diagnosa ini penulis tegakkan
karena pada saat pengkajian tepatnya pada tanggal 16 Juli 2018 klien tampak
gelisah, mukosa bibir kering, kulit teraba panas, WBC 13,16 10-3/UL, suhu: 390 C.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi kurang. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh merupakan keadaan dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Alasan penulis menegakkan diagnosa ini karena terdapat
data klien mengatakan kurang nafsu makan, klien tampak pucat, mukosa bibir
kering, BB : 36 kg, TB : 158 cm, IMT : 36/1,58x1,58=14,42, BBI : (158-100)-
(158-100)x10%=58-5,8=52,2.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn. A tetapi tidak
ada dalam literatur yang dijadikan acuan penulis yakni: Gangguan pola tidur
berhubungan dengan sering terjaga. Gangguan pola tidur adalah gangguan
56

kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Gangguan pola tidur
disebabkan karena klien sering terbangun, sesak napas dan merasa gelisah.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan masalah atau
diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A dan semua yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan. Kegiatan perencanaan ini meliputi:
memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.
Dalam tahap perencanaan ini perumusan tujuan pada asuhan keperawatan
berdasarkan pada metode spesifik, measurable, asurable, reality and time
(SMART) yaitu secara spesifik dapat diukur dan diatasi dengan tindakan
keperawatan.
Faktor pendukung penulis dalam menetapkan intervensi yaitu adanya
dukungan dan kerjasama dari perawat ruangan dan mahasiswa yang praktek
diruang Matahari. Faktor penghambat penulis dalam menetapkan rencana
keperawatan yang akan dilakukan yakni terbatasnya pemahaman dan pengetahuan
yang penulis miliki, sehingga penulis perlu lebih giat lagi menambah pengetahuan
untuk dapat menetapkan rencana keperawatan yang sesuai dengan masalah klien
secara efektif.
4.4 Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
intervensi atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada Tn. A. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai
dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas selama 4x24 jam, hal ini
sejalan dengan intervensi yang direncanakan sebelumnya yaitu: Mengajarkan
tehnik batuk efektif, batuk efektif mempermudah ekspektorasi mukus. Somantri
(2012) menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tehnik batuk
efektif terhadap proses pengeluaran mukus pada klien dengan tuberculosis paru.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alie &
Rodiyah, 2012) dengan judul “Pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran
sputum pada pasien tuberculosis” bahwa tehnik batuk efektif dapat membantu
mengeluarkan sputum.
57

Implementasi untuk diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses


peradangan, penulis juga melakukan implementasi sesuai rencana keperawatan
dan dilakukan selama 2x24 jam karena pada hari ketiga klien sudah tidak demam,
salah satu tindakannya adalah memberikan kompres air hangat untuk menurunkan
suhu tubuh pada pasien demam. Menurut Susanti (2012) kompres hangat pada
kulit dapat menghambat shivering dan dampak metabolik yang ditimbulkannya.
Selain itu, kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga
meningkatkan pengeluaran tubuh. Teori ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ayu dkk (2015) dengan judul “kompres air hangat pada daerah
aksila dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam” bahwa
dengan kompres air hangat lebih efektif untuk menurunkan suhu tubuh pada
pasien demam.

Implementasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi kurang penulis melakukan tindakan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun tindakan yang penulis
prioritaskan yakni menganjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet tinggi
kalori tinggi protein (TKTP), hal ini penulis lakukan karena dapat meningkatkan
intake makanan dan nutrisi klien terutama kadar protein tinggi akan meningkatkan
mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan. Salah satu cara untuk mencegah
atau mengobati TB paru adalah dengan mencukupi kebutuhan nutrisi klien. Hal
ini bertujuan agar sistem kekebalan tubuh menjadi kuat dalam melawan infeksi.
Pemenuhan nutrisi untuk klien dengan TB paru bertujuan untuk menjaga berat
badan dan juga untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh penderita.
Implementasi dilakukan selama 5 hari karena klien pulang pada hari jumat 20 Juli
2018.

Penatalaksanaan implementasi pada diagnosa terakhir dengan gangguan


pola tidur berhubungan dengan sering terjaga penulis melakukan implementasi
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan diantaranya merapikan dan
membersihkan tempat tidur klien, memberitahukan kepada keluarga untuk
membatasi jumlah pembesuk pada malam hari karena lingkungan yang nyaman
dapat membantu klien untuk tidur, menjelaskan kepada klien tentang pentingnya
58

tidur yang cukup. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak
harus dipenuhi oleh semua orang, dengan istirahat dan tidur yang cukup tubuh
akan berfungsi secara optimal. Tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang
terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu
memperbaiki sistem tubuh dan memulihkan energi. Pada diagnosa ini penulis
melakukan implementasi selama 3x24 jam karena pada hari keempat klien
mengatakan sudah bisa tertidur.

Berdasarkan hal diatas, penulis menyimpulkan bahwa tidak semua data pada
pengkajian dan diagnosa yang ada berdasarkan literatur yang penulis gunakan
sesuai dengan yang ada pada pasien, kemungkinan karena belum terdapatnya
komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan secara komprehensif dalam


24 jam, namun ada sebagian tindakan yang didelegasikan kepada mahasiswa
praktek yakni pemberian combivent dan pulmicor (nebulizer) pada jam 24.00
WITA. Penulis mengimplementasikan rencana keperawatan dimulai pada jam
06.00 sampai 21.00 WITA, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kebutuhan
istirahat klien.

4.5 Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersambung dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Evaluasi yang dilakukan oleh penulis didasarkan pada tujuan yang telah
ditetapkan saat penetapan intervensi, pada tahap evaluasi tidak semua masalah
dapat teratasi hal ini dapat dilihat seperti:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
sputum berlebihan. Pada diagnosa ini penulis sudah melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan intervensi dan dilakukan semaksimal mungkin dengan
tujuan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi, namun
59

sampai hari Jumat, 20 Juli 2018 masalah belum teratasi ditandai dengan klien
mengatakan masih batuk berlendir, pernapasan 24x/menit. Untuk diagnosa
hipertermia pada hari Selasa, 17 Juli 2018 teratasi ditandai dengan klien
mengatakan sudah tidak demam, suhu tubuh 37oC, kulit teraba hangat.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
hingga hari kelima berdasarkan kriteria hasil yang telah dijelaskan pada kolom
intervensi ditinjauan kasus dimana BB klien tidak mengalami penurunan drastis
dan cenderung stabil, dari hasil evaluasi penulis menemukan data klien tampak
menghabiskan porsi makan siang dan malam, BB 37 kg dimana berat badan klien
saat ini masih dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan karena peningkatan berat
badan yang membutuhkan waktu yang lama dan keteraturan makan.
Gangguan pola tidur teratasi pada hari Rabu, 18 Juli 2018 ditandai dengan
klien mengatakan sudah bisa tidur dan klien tampak rileks. Rencana kepulangan
pasien adalah pada hari kelima yaitu Jumat 20 Juli 2018 dan dokter mengatakan
bahwa klien bisa dirawat di rumah.

Anda mungkin juga menyukai