Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Keperilakuan yang diampuoleh Ibu. Dr.
Niswatin, S,Pd,SE,MSA

Oleh :

Friska Lestari M Djamil 921417014

Rahmita Kadir 921417019

Khofifa Papeo 921417047

Sri Fingky Tomayahu 921417048

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkah, rahmat karunia serta hidayahNyalah kami dapat menyelesikan makalah Akuntansi
Keperilakuan.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran untuk membangun agar kami dapat menyusunnya lebih
baik dari sebelumnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terutama bagi kami selaku penyusun.

Gorontalo

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyusunan Anggaran Modal ................................................... 2


2.2 Jenis Dan Pentingnya Faktor-Faktor Keperilakuan Dari Penyusunan Anggaran
Modal ...................................................................................................... 2
2.3 Pengembangan Anggota Dan Proyek Modal .......................................... 4
2.4 Penyusunan Anggaran Modal Sebagai Ritual......................................... 4
2.5 Perilaku Mencari Risiko Dan Menghindari Risiko ................................. 5
2.6 Membagi Kemiskinan ............................................................................. 5
2.7 Tampilan Rasional .................................................................................. 5
2.8 Saran-Saran Perbaikan ............................................................................ 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 8


3.2 Sarann ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

ii
iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajer keuangan dan akuntan manajemen terlihat secara mendalam pada penyusunan
anggaran operasional,baik dalam pengembangan anggaran maupun dalam pelaporan kinerja
setelahnnya. Contoh-contoh dari anggaran operasional meliputi anggaran penjualan ,
anggaran biaya tenaga kerja, anggaran biaya produksi, dan saterusnya, dimana penekanan
pada perbandingan antara hasil aktual dan anggaran untuk pengendalian, perencanaan, dan
koordinasi seluruh tujuan, yang seluruhnya didasarkan pada jangka pendek.

Manajer keuangan dan akuntan manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan jenis
lain dari anggaran yaitu, anggaran modal ( capital budgeting). Karena keterlibatan ini,
penting bagi mereka untuk menyadari berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keperilakuan
yang sangat memengaruhi proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyusunan anggaran modal?
2. Apa saja jenis dan pentingnya faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran
modal?
3. Bagaimana pengembangan anggota dan proyek modal?
4. Apa yang dimaksud dengan penyusunan Anggaran Modal Sebagai Ritual?
5. Apa yang dimaksud dengan perilaku mencari risiko dan menghindari risiko?
6. Apa yang dimaksud dengan membagi kemiskinan?
7. Apa itu tampilan rasional?
8. Apa saja saran-saran perbaikan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyusunan anggaran modal
2. Untuk mengetahui jenis dan pentingnya faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan
anggaran modal
3. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan anggota dan proyek modal
4. Untuk mengetahui penyusunan anggaran modal sebagai ritual
5. Untuk mengetahui perilaku mencari risiko dan menghindari risiko
6. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan kemiskinan
7. Untuk mengetahui bagaimana tampilan rasional
8. Untuk mengetahui apa saja saran-saran perbaikan

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyusunan Anggaran Modal

Penyusunan anggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses mengalokasikan dana untuk
proyek atau pembelian jangka panjang. Keptusan penyusunan anggaran modal dibuat ketika
kebutuhan untuk itu muncul dan melibatkan jumlah uang yang relative besar. Komitmen dana
jangka panjang, dan ketidakpastian yang disebabkan oleh panjangnya waktu yang terlibat dan
kesulitan dalam mengestimasikan variabel-variabel pengambilan keputusan (jumlah arus kas,
penentuan, waktu, dan seterusnya). Beberap contoh dari proyek anggaran modal meliputi
pembelian peralatan produksi yang tahan lama dan mahal, pembangunan fasilitas pabrik baru,
(seperti devisi yang dimaksudkan untuk menghasilkan dan memasarkan suatu lini produk baru).

Karena melibatkan jumlah dana yang begitu besar, keputusan anggaran modal yang salah
dapat mengakibatkan kebangkrutan, masalah-masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak,
kegagalan untuk mengoptimalkan operasi perusahaan. Akibatnya, kebanyakan perusahaan
melakukan pendekatan terhadap keputusan ini dengan serius dan terus-menerus mencari cara
untuk memperbaiki proses penyusunan anggaran modal.

Untuk membantu dalam pencarian ini, para konsultan, peneliti, dan mereka yang terlibat
langsung dengan penambilan keputusan semacam itu telah mengembangkan beberapa teknik
yang kebanyakan fokus pada perbaikan interpretasi ekonomi atas data yang terkait dengan
keputusan tersebut. Beberapa dari teknik tersebut adalah diskonto pembayaran kembali, estimasi
nilai sekarang bersih, analisis sensivitas, simulasi, dan pemrograman matematis, sementara
literature penuh dengan diskusi mengenai teknik-teknik tersebut, hanya sedikit perhatian yang
diberikan pada faktor-faktor keperilakuan penting yang terlibat dalam proses tersebut.

2.2 Jenis dan Pentingnya Faktor-faktor Keperilakuan dari Penyusunan Anggaran Modal

Seseorang mungkin bertnya-tanya apa sebenarnya factor keperilakuan itu karena teknik
seleksi yang disebutkan sebelumnya kelihatannya hanya memerlukan identitas atas proyek
potensial, estimasi arus kas untuk setiap proyek, penggunaan teknik analisis seleksi keputusan
dan kemudian penerapan proyek-proyek yang kelihatannya sederhana dan langsung . Akan
tetapi, keseluruhan proses tersebut melibatkan sejumlah pertimbangan keperilakuan atas
dampak-dampak yang luas.

Identifikasi dari sertifikasi atas proyek potensi memerlukan kreatifitas dan kemampuan untuk
mengubah ide yang bagus menjadi suatu proyek yang praktis. Menurut pemikiran, keputusan
yang telah dipilij tersebut akan benar-benar objektif, tetapi hal tersebut sangatlah tidak mungkin
terjadi. Ketidakpastian yang melekat dalam data yang menggambarkan suatu proyek (seperti
2
3

mengestimasikan waktu dari arus kas atau nilai sisa) tidak memungkinkan penerapan teknik
seleksi untuk dapat sepenuhnya objektif.

Sebagai contoh dari keberadaan factor keperilakuan ini, kesuksesan , atau kegagalan
terdhulu dari suatu proyek bergabung pada kineja dari karyawan yang menerapkan proyek
tersebut. Akibatnya, tidak bijak untuk mengevaluasi dan menerapkan proyek modal tanpa
mempertimbangkan konteks keperilakuan dari proses tersebut. Beberapa dari faktor- faktor
keperilakuan berikut ini:

1) Masalah dalam Mengidentifikasikan Proyek Potensial

Penting untuk diperhatikan bahwa selalu terdapat minat yang besar dalam mengevaluasi
keberhasilan dari proyek yang dipilih. Akan tetapi, proyek yang dikorbankan, baik
karena tidak adanya identifikasi maupun seleksi, hamper tidak pernah dipertimangkan
sesudahnya. Hal itu mungkin disebabkan karena biaya kesempatan dari proyek tersebut
lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari proyek yang dipilih dan diterapkan.

2) Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Periode Manusia

Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun kelompok


aktivitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan yang
bebahaya.

3) Masalah Manajer dan Ukuran Kinerja Jangka Panjang

Aspek keperilakuan lain dari prosedur seleksi proyek adalah bahwa metodepeninjauan
kinerja cenderng bersifat jangka panjang biasanya untuk tahun, kurta, atau buln lalu.
Dengan demikian focus dari manajemen tingkat bawah-dan sampai tingkat tertentu.

4) Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Dari dengan Proyek

Manajemen puncak sebaiknya menyadari bahwa proses mencoba untuk membuat proyek
yang buruk terlihat bagus dapat menyiksa bahkan manajer yang terbaik sekalipn.
Sebaiknya, terdpat mekanisme yang elegan untuk “menyelamatka” proyek sebelum
manajer yang sebenarnya sangat bagus meninggalka perusahaan atau bertindak sebagai
disfungsional untuk menghindari keharusan untuk mengakui bahwa suatu proyek yang
mereka usulkan tidak berhasil.

3
4

2.3 Pengembangan Anggota dan Proyek Modal

Dalam proses seleksi proyek, manajemen puncak harus mempertimbangkan apakah proyek
yang diusulkan baik untuk pengembangan dari si penngusul proyek tersebut pada saat ini. Proyek
tersebut mungkin saja terlalu besar bagi orang atau divisi tersebut untuk diserap tanpa membuat
mereka menjadi putus asa.

Dipihak lain, manajemen puncak dapat mendorong divisi untuk terlibat dalam proyek-
proyek yang secara ekonomi tidak menarik, tetapi menawarkan manfaat pelatihan karyawan
yang potensial dimasa sepan yang tidak dapat dikuantifikasi.

Dengan demikian, suatu perusahaan dapat melaksanakan suatu proyek yang melibatkan
sedikit laba atau bahkan tidak sama sekali hanya untuk manfaat pelatihan karyawan.
Pertimbangan pengembangan karyawan mungkin saja melebihi nilai sekarang bersih yang
negatif dari proyek modal individual, terutama untuk proyek-proyek yang lebih kecil.

2.4 Penyusunan Anggaran Modal sebgai Ritual

Beberapa ilmuwan keperilakuan menyarankan banwa seluruh proses penyusunan anggaran


modal adala sebuah rotual. Mereka menyarankan bahwa hanya sedikit proyek yang diajukan oleh
manajer tingkat bawah kecuali jika usulan tersebut memiliki peluang yang baik untuk disetujui.
Terlalu banyak rasa malu dan “ hilang muka “ yang diidentifikasikan dengan proyek yang
ditolak.

Ketika suatu proyek memperoleh persetujuan awal pada tingkat organisasi lebih bawah,
proyek tersebut b iasanya harus melalui serangkaian peninjauan dan persetujuan ketingkat
organisasi yang lebih tinggi. Ketika proses persetujuan atas proyek tersebut berjalan

Proyek tersebut memiliki momentum yang sulit untuk dihentikan. Ketika proyek tersebut
telah menerima persetujuan pada beberapa tingkatan bawah, para pembuat keputusan dan
analisis di tingkat atas biasanya tidak mau menolaknya. Asalkan dana tersedia, proyek tersebut
biasanya disetujui karena pada saat itu, berbagai manajer dan analis tingkat bawah telah
mengindikasikan persetujuan dan komitmen pribadi mereka terhadap proyek tersebut. Suatu
penolakan pada titik ini akan dianggap sebagai “tamparan di wajah” oleh mereka yang
sebelumnya telah menyetujui proyek tersebut.

Dengan demikian, manajer tingkat atas biasanya, menolak suatu proyek hanya jika
terdapat alasan yang sangat kuat untuk melakukannya. Ketika proses persetujuan atas proyek
tersebut naik semakin tinggi di hierarki, momentum tersebut terus bertumbuh, sehingga
keputusan akhir lebih menyerupai suatu anugerah dan bukannya keputusan pemberian
persetujuan yang rasional.

4
5

2.5 Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko

Individu bereaksi secara berbeda terhadap risiko. Beberapa orang tampaknya menikmati
pengambilan keputusan yang berisiko yang berada dalam situasi yang berisiko sementara yang
lain mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. Kondisi tertentu dari tingkat penghindaran
risiko oleh pengambilan keputusan dalam penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi
bagaimana orang tersebut akan bereaksi terhadap proyek. Berdasarkan kelompok data yang
sama, dua pengambil keputusan yang berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan
yang berlawanan bergantung pada perasaan mereka terhadap risiko.

2.6 Membagi Kemiskinan

Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting dalam proses
penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih banyak proyek anggaran modal
yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan dana yang tersedia untuk
mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi modal.

Menghadapi keadaan ini, manajemen puncak kadang kala memilih untuk mengalokasikan
dana yang tersedia kepada sebanyak mungkin manajer, bahkan jika hal itu berarti mengorbankan
proyek yang lebih menguntungkan. Misalnya saja, hal ini dapat terjadi ketika manajer A
memiliki tiga proyek dengan potensi yang besar sementara Manajer B dan Manajer C masing-
masing memiliki proyek dengan potensi yang biasa saja. Jika hanya tiga proyek saja yang dapat
didanai, manajemen dapat memutuskan untuk mendanai hanya salah satu dari proyek Manajer A
guna mendanai proyek Manajer B dan Manajer C.

2.7 Tampilan Rasional

Faktor manusia sangat terlibat dalam penyusunan anggaran modal, sekalipun hanya ada begitu
sedikit perhatian yang diberikan untuknya dalam literature.

Dalam meninjau faktor-faktor ini, juga dicatat terdapat bahwa masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memilih proyek modal dan
kebutuhan akan kreativitas dan penilaian manusia. Patut juga dicatat bahwa terdapat masalah
yang disebabkan oleh kesulitan dalam memprediksi perilaku manusia dan bagaimana hal ini
diperparah oleh sifat jangka panjang dari proyek modal. Juga diamati bahwa terdapat banyak
manajer yang cenderung untuk memiliki perspektif jangka pendek karena evaluasi kinerja
mereka biasanya didasarkan pada ukuran-ukuran jangka pendek. Hal ini dapat menghambat
seleksi dan manajemen proyek modal yang memerlukan perspektif jangka panjang.

Telah ditunjukkan bahwa proyek modal marginal kadang kala diimplementasikan untuk
menyediakan suatu mekanisme guna melatih karyawan manajemen. Penyusunan anggaran modal
juga dapat menjadi ritual dan dengan demikian gagal untuk memanfaatkan teknik pengambilan
keputusan yang rasional. Telah dicatat bahwa penerimaan atau penolakan terhadap suatu proyek
modal dapat bergantung pada tingkat penghindaran risiko dari pribadi si pengambil keputusan.
5
6

Perilaku mencari risiko atau menghindari risiko juga dapat memengaruhi proses tersebut dan
sebaiknya dipantau. Akhirnya, dicatat bahwa tekanan politik dapat sangat memengaruhi
keputusan penyusunan anggaran modal.

Kesimpulannya, seseorang dapat mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran


memiliki tampak muka rasionalitas, terutama ketika model matematis yang rumit digunakan.
Model matematis tersebut memberikan atmosfir kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan. Tetapi,
yang mendasari proses pengambilan keputusan adalah faktor-faktor keprilakuan yang disebutkan
dalam bab ini. Sayangnya, para pengambil keputusan mungkin tidak ingin mengakui bahwa
faktor-faktor manusia yang irasional mungkin menjadi faktor yang terpenting dalam penerimaan
atau penolakan terhadap suatu proyek tertentu.

2.8 Saran-saran Perbaikan

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari faktor-faktor
keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggaran modal? Pertama, penting bagi
mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor keperilakuan
yang melekat pada proses tersebut. Di mana mungkin, faktor-faktor ini setidaknya tidak
diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relavan dan yang bersifat lebih rasional.
Sementara itu, tidak mungkin untuk sama sekali menghilangkan faktor-faktor manusia, suatu
pendekatan yang berhasil akan menekankan pada kesadaran akan faktor-faktor tersebut dan
usaha-usaha untuk mengendalikan dampaknya yang disfungsional.

Lebih lanjut lagi, disarankan agar audit pasca-implementasi dilakukan terhadap proyek-
proyek anggaran modal. Dengan melakukan hal itu, seseorang dapat mengamati bukan hanya
kesesuaian dari suatu model pengambilan keputusan (pengembalian, nilai sekarang bersih, dan
seterusnya) dan akurasi dari estimasi data yang digunakan, melainkan juga usaha untuk
mengidentifikasikan berbagai faktor keperluan yang memengaruhi seleksi dan proses manajemen
proyek di suatu perusahaan. Di sini, seseorang dapat mencoba untuk menentukan faktor-faktor
perilaku manakah yang menghambat keputusan yang tepat dan implementasi berikutnya. Ketika
hal ini dilakukan, seorang pengambil keputusan mengenai anggaran modal dapat mengambil
langkah-langkah untuk memperhitungkan faktor-faktor ini dalam proses seleksi dan
implementasi. Dalam mengembangkan kesadaran akan faktor-faktor yang menghambat,
manajemen sebaiknya membiasakan diri untuk menemukan kasus-kasus ritualisme dalam proses
penyusunan anggaran dan mencatat apakah tingkat penghindaran risiko atau tingkat pencarian
risiko dari manajer individual adalah dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Audit pasca-implementasi yang disarankan disini sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari
masa proyek modal tersebut dan sebaiknya mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah.
Jika dilakukan dengan cara ini, maka mungkin untuk secara objektif menemukan standar kinerja
baru untuk masing-masing manajer yang mengelola proyek modal, suatu pendekatan yang cukup
serupa dengan konsep penggunaan anggaran fleksibel dan bukannya anggaran statis dalam
penyusunan anggaran operasional. Hal ini berlawanan dengan tendensi untuk terus mengukur
kinerja anggaran modal terhadap data awal yang digunakan untuk membuat keputusan
6
7

penyusunan anggaran. Dengan demikian, konsep fleksibilitas dapat di perkenalkan ke dalam


manajemen proyek modal.

Karena audit pasca-implementasi dapat di lakukan dari waktu ke waktu dan objektif
kinerja ditentukan secara periodic, maka adalah mungkin untuk menetapkan ukuran-ukuran
kinerja jangka pendek untuk proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari
proyek tersebut. Hal ini memiliki dampak manghilangkan masalah yang berkaitan dengan
manajer jangka pendek. Manajer akan benar-benar dievaluasi dengan ukuran-ukuran kinerja
jangka pendek dan bukannya bauran antara ukuran jangka pendek untuk operasi normal dan
ukuran jangka panjang untuk proyek modal.

Pada titik ini seseorang akan bertanya-tanya apakah mungkin untuk memberikan
tanggung jawab yang kontinu kepada manajer (bahkan jika mereka telah ditransfer) untuk
proyek-proyek modal yang mereka mulai. Kemungkinan tidak, karena manajer harus memiliki
kendali terhadap aktivitas untuk mana mereka harus bertanggung jawab. Jika tanggung jawab
berkelanjutan dibebankan kepada manajer yang ditransfer, maka orang tersebut harus berbagi
tanggung jawab untuk suatu proyek modal yang berkaitan dengan penugasan pekerjaan awal.
Aksiomatis bahwa jika semua orang memiliki tanggung jawab tersebut, maka tidak seorang pun
yang memiliki tanggung jawab untuk itu. Sesuai dengan itu, direkomendasikan bahwa ukuran
kinerja jangka pendek untuk proyek anggaran modal yang realistis sebaiknya dikembangkan.

Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan


anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan
faktor-faktorkeperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil langkah-
langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran
modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.

7
8

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keputusan dalam proses penyusunan anggaran modal seringkali mencerminkan faktor-


faktor keperilakuan dari pihak pengambil keputusan tersebut. Walaupun hal ini
mengandung risiko yang relative tinggi, namun hal ini masih saja belum memperoleh
perhatian yang serius dari para ahli penganggaran. Kondisi ini tampak jelas dalam proyek
penyusunan anggaran untuk suatu proyek.

Penyusunan anggaran modal atas suatu proyek dapat dilakukan berdasarkan pada apa
yang dipahami dan diminati oleh si penyusun. Selain itu, pengajuan usulan anggaran
modal tersebut juga sebaiknya mempertimbangkan pihak-pihak yang memberikan
persetujuan atasnya. Jika kondisi yang muncul semacam ini, pengambilan keputusan
mengenai anggaran modal secara rasional melalui pendekatan matematis dan pendekatan-
pendekatan ilmiah lainnya dapat dikesampingkan karena hampir tidak memiliki
kontribusi. Oleh karena itu, semua fakta keperilakuan dari pihak penyusun anggaran
modal beserta pihak yang menyetujui usulan anggaran tersebut perlu diidentifikasikan
sedini mungkin sebelum anggaran tersebut diimplementasikan.

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Lubis Ikhsan Arfan, Akuntansi Keperilakuan: Akuntansi Multiparadigma, Jakarta: Salemba


Empat, 2017

Anda mungkin juga menyukai