Anda di halaman 1dari 11

Pengertian

Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi


penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal
dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, serta
kondisi ramah lingkungan, di sekitar instalansi tenaga listrik.
TUJUAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (K2)
Untuk mewujudkan kondisi:
a. Andal dan aman bagi instalasi;
b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. Ramah lingkungan
UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN K2:
1. STANDARISASI
2. PENERAPAN 4 PILAR K2
3. SERTIFIKASI
4. PENERAPAN SOP
5. ADANYA PENGAWAS PEKERJAAN
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
Dasar Hukum :
1. UU No.1 / 1970 ttg Keselamatan Kerja
2. UU No. 30 / 2009 ttg Ketenagalistrikan
3. PP No.3 / 2005 ttg Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
4. Keppres No.22 / 1993 ttg Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
5. Kep Menaker No.5/Men/1996 ttg Sistem Manajemen K3 (SMK3)
6. Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Instalasi
7. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Umum
8. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Kerja
9.
KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN ( Persero ) :
NO : 090.K/DIR/2005 ,TENTANG KESELAMATAN INSTALASI
DILINGKUNGAN PT PLN ( Persero )
NO: 091.K/DIR/2005 TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN UMUM DILINGKUNGAN PT
PLN ( Persero )
NO: 092.K/DIR/2005 TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN KERJA DILINGKUNGAN PT
PLN (
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
1. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
2. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi :
a. Standarisasi
b. Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :
- Andal dan aman bagi instalasi ( Keselamatan Instalasi )
- Aman dari bahaya bagi manusia :
* Tenaga Kerja ( Keselamatan Kerja )
* Masyarakat Umum ( Keselamatan Umum )
- Akrab lingkungan ( Keselamatan Lingkungan )
c. Sertifikasi :
- Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL,
- Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL untuk instalasi
pemanfaatan TL (instalasi pelanggan),
- Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja/rumah tangga)
- Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan
STANDARISASI SEBAGAI PEGANGAN AWAL MELAKSANAKAN KEGIATAN BERPOTENSI
BAHAYA :
- Standarisasi Proses ( Pemasangan dsb)
- Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning,dsb)
- Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)
EMPAT PILAR KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
1. Keselamatan Kerja : perlindungan terhadap pegawai
2. Keselamatan Umum: perlindungan terhadap masyarakat , instalansi
3. Keselamatan Lingkungan : perlindungan terhadap lingkungan instalansi
4. Keselamatan Instalansi : perlindungan terhadap instalasi penyediaan tenaga listrik
. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

5.1. PENGERTIAN
Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang
dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.
SOP Pengoperasian kubikel 20 KV berarti ketentuan tentang prosedur / langkah – langkah
kerja untuk mengoperasikan kubikel 20 kv pada pengoperasian instalasi atau jaringan distribusi
20 KV .
SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri
dari :
a. SOP Sistem Jaringan Distribusi,
b. SOP Komunikasi dan
c. SOP Lokal Jaringan Distribusi.

5.2. TUJUAN SOP


Pengoperasian Kubikel 20 KV berarti membuat peralatan yang ada di kubikel bekerja atau
tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari aliran arus listrik. Dampak dari
pengoperasian kubikel berarti jaringan distribusi dibebani atau dikosongi bebannya, instrumen
sebagai kelengkapannya bekerja atau tidak bekerja sehingga mempengaruhi kerja peralatan
listrik sebelum maupun sesudah kubikel.
Contoh :
 Akibat pengoperasian kubikel terhadap sistem dan peralatan listrik lain
Apabila kubikel 20 KV di Gardu Induk sebagai alat hubung penyulang dimasukkan, maka pada
sisi hulu yaitu Trafo GI dan Generator Pembangkit yang melayani trafo GI akan mendapat
beban sebanyak yang tersambung dari penyulang. Beberapa dampak yang timbul antara lain
tegangan Trafo GI dan Generator Permbangkit menjadi turun, sehingga perlu pengaturan.
Tetapi akibat buruk dapat terjadi misalnya, pada Trafo GI atau Generator Pembangkit terjadi
beban lebih atau overload sehingga terjadi Trip bahkan dapat terjadi pemadaman total.
Sebaliknya pelepasan beban juga dapat berdampak kurang baik, misalnya tegangan trafo atau
generator akan naik melebihi batas yang dapat merusak peralatan listrik.

 Akibat pengoperasian terhadap personil


Pengoperasian kubikel 20 KV pada jaringan atau instalasi beban di sisi hulu tanpa ada
koordinasi dengan pihak lain di sisi hilir : pemakai listrik , pihak pemeliharaan , dapat
menyebabkan terjadi kecelakaan terhadap personil.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pengoperasian kubikel dapat
menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan kerugian material.
Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi prosedur langkah-langkah
yang tertata guna melaksanakan kegiatan.

5.3. KOMPONEN DALAM SOP


Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pengoperasian Kubikel 20 KV antara lain :

5.3.1. Pihak Yang Terkait


Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat pengoperasian kubikel 20
KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis /
surat ataupun komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat
mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah kerusakan material akibat
dioperasikannya kubikel. Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format
yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu
berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar agar dalam
mengambil keputusan tidak berlarut-larut.
Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP
Komunikasi.
Pihak yang terkait pada pengoperasian Kubikel 20 KV antara lain :
 Untuk instalasi kubikel baru beberapa pihak yang terkait antara lain, team Komisioning ,
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen. Berkoordinasi dengan team komisioning
adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi kubikel yang akan dioperasikan
dalam keadaan aman. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar
keadaan jaringan dipastikan siap dibebani atau dipadamkan maupun aman dari adanya
kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pengoperasian kubikel dimaksud maupun di luar lokasi
yang berhubungan dengan jaringan yang akan dioperasikan. Sedangkan berkoordinasi dengan
Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya listrik di tempat konsuman dan segera
memanfaatkannya. Selain itu agar konsumen mengantisipasi hal-hal yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan akibat listrik.
 Untuk instalasi lama beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket
Pengatur, Pihak Pemeliharaan, Pelayanan Pelanggan dan Konsumen. Berkoordinasi dengan
Pengatur Distribusi dan Konsumen tujuannya adalah sama dengan pengoperasian Instalasi
Kubikel baru. Berkoordinasi dengan pihak pemeliharaan adalah untuk mengetahui maksud /
tujuan pengoperasian termasuk pemadaman kubikel, lama waktu dipeliharanya dan kondisi
kubikel paska pemeliharaan. Sedangkan berkoordinasi dengan Pihak Pelayanan Pelanggan
adalah berkaitan dengan pemberitahuan formal kepada Pelanggan akan adanya pemadaman /
pengoperasian jaringan .

5.3.2. Perlengkapan Kerja


Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian kubikel dengan baik dan aman harus
dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan seadanya berarti
mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi.
Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin .
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :
 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja
 Alat Ukur
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi Kubikel 20 KV yang akan dioperasikan
 Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

5.3.3. Prosedur Komunikasi


Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai persiapan
pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT )
dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan
berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

5.3.4. Prosedur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian kubikel, mulai
dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan
pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan terhadap
langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan operasi bahkan dapat terjadi
kecelakaan kerja.
Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi kubikel harus dimintakan persetujuan
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan setelah pelaksanaannya. Hal tersebut
disampaikan langsung dengan menggunakan peralatan komunikasi langsung dan
melaporkannya dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.

5.4. PEMBUATAN SOP


Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
 Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian kubikel 20 KV untuk membuat
ketentuan berkoordinasi.
 Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar Arus ( KHA )
hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.
 Struktur jaringan

5.5. SOP SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI


SOP Jaringan Distribusi adalah aturan atau pedoman bagi Operator/teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian Instalasi Jaringan
Distribusi pada kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi darurat.
SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang
terpasang dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.
Adapun didalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada beberapa kondisi,
yaitu :

5.5.1. SOP Kondisi Normal :


Operator/teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi Jaringan Distribusi dan melaksanakan
perintah Dispatcher/APD untuk manuver perbaikan sistem maupun pemeliharaan Jaringan
Distribusi serta kebutuhan lainnya.
5.5.2. SOP Kondisi Gangguan :
Operator/teknisi melakukan tindakan seperti :
 Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 ( nol ) kV untuk JTM
 Periksa dan yakinkan serta catat jika ada pmt yang trip di GI maupun Gardu Hubung (GH) dan
kelainan-kelainan yang terjadi.
 Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol, di GI atau GH kemudian
direset.
 Periksa dan catat semua indikator rele yang muncul pada panel proteksi, kemudian direset.
 Laporkan kepada Dispatcher APD.
 Laporkan kepada Piket APJ/Cabang.

5.5.3. SOP Kondisi Pemulihan :


 Operator/teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher kemudian
melaporkannya..
5.5.4. SOP Kondisi Darurat :
 Tindakan Operator/teknisi Jaringan Distribusi membebaskan peralatan dari
tegangan, sehubungan dengan kondisi setempat seperti ; banjir, kebakaran, huru-hara,
instalasi membara yang cukup besar dll atau kondisi yang dianggap bahaya oleh
Operator/teknisi Jaringan Distribusi (dapat dipertanggung jawabkan), selanjutnya
Operator/teknisi/ Jaringan Distribusi harus melaporkan kejadian tersebut kepada Dispatcher
APD dan Piket APJ/Cabang.

5.6. SOP PENGOPERASIAN JARINGAN /


INSTALASI BARU :
Didalam mengoperasikan Jaringan Distribusi atau Instalasi baru ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
 Peralatan Jaringan Distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan
oleh PLN.
 Buku SOP Sistem Jaringan Distribusi yang berlaku dan telah disepakati.
 Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang oleh
pejabat terkait.
 Telah terbit pernyataan laik bertegangan / Operasi dari pejabat yang berwenang.
 Telah dinyatakan siap Operasi oleh Manager APJ/Cabang.
 Skenario / Panduan manuver yang telah dibuat.

5.7. SOP PEMBEBASAN INSTALASI GARDU TIANG


5.7.1. SOP Urutan Pembebasan Instalasi Dari Tegangan :
1. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.
2. PMS/Saklar utama oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. CO dibuka oleh Operator/teknisi.
4. PMS Tanah/Grounding dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.

5.7.2. SOP Urutan Pemberian Tegangan Pada Instalasi :


1. PMS Tanah/Grounding dilepas oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
2. CO dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. PMS/Saklar utama dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
4. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.

STANDING OPERATION PROCEDURE


PENGOPERASIAN INSTALASI KUBIKEL TM DENGAN TRAFO DISTRIBUSI
No. SOP : 002a / TRAFO - GARDU/SOP/XI/2002

NO URAIAN PENGAWAS PELAKSANA POSKO TURJASI


UPD
Laporan 1c
pekerjaansiap 1a 1b
1. •
untuk
dioperasikan • •

Vhek fisik dan 2.a


2.b
2. kesiapan
koleksi •

3.b

Kesiapan •
terpenuhi ijin
3
tegangan
dimasukan 3a


4 Tegangan 4.b 4.a
dimasukan



5 Pekerjaan 5.b
selesai 5c. 5.a

• • •

DISKRIPSI SOP MENGOPERASIKAN SACO DAN ACO TM PADA GARDU DISTRIBUSI

No. SOP : 005B/ SACO-GARDU/SOP/XI/2002

URAIAN
NO KETERANGAN
.
1. Pengawas pekerjaan melaporkan pekerjaan siap
dioperasikan ke turjasi
Turasi melaporkan ke UPD
.
2. Turjasi meminta pelaksana untuk mengecek fisik Izin sudah diberikan
kelokasi
Sebelum memasukan tegangan
3. menggunakan alat K3 antar lain sarung
Pelaksana melapor ke turjasi dan turjasi melapor ke tangan karet 20 kV dan sepatu 20 kV
UPD dan izin pengoperasiam tegangan diukur menggunakan Volt meter
4.
Pelaksana me;lapor ke turjasi bahwa tegangan sudah
di masukan dan langsung di uji coba
5.
Turjasi lapor ke UPD pekerjaan selesai dan sudah
normal

STANDING OPERATION PROCEDURE


MENDETEKSI GANGGUAN PADA INSTALASI KUBIKEL DAN TRANSFORMATOR
GARDU

No. SOP : 006A / DTKSI - GARDU/SOP/XI/2002

N
URAIAN PELANGGAN
O
1B
1a
LAPORAN
1. PELANGG
AN

3a

CHEK 2.b
FISIK DAN
2. KESIAPA
N
KOLOKSI
LAPORAN
HASIL
PENGECE
KAN
3
(KUBIKEL
dan
TRAFO
RUSAK)
4 PEKERJA 4b
AN
BELUM
SELESAI

DISKRIPSI SOP MENGOPERASIKAN SACO DAN ACO TM PADA GARDU DISTRIBUSI

No. SOP : 006b/ DTKSI-GARDU/SOP/XI/2002

URAIAN
NO KETERANGAN
.
1. Pelanggan melaporkan ke listrik padam ke posko
pelayanan gangguan
Posko mela[orkan ke turjasi dan turjasi melaporkan
ke UPD
Alat K3 antar lain sarung tangan karet 20
2. kV dan sepatu 20 kV
Turjasi meminta pelaksana untuk mengecek fisik Alat kerja : kunci pas/ring, marger. Tri
kelokasi phasa amper meter dan volt meter
3.
Setelah dilakukan pemeriksaan detail
Pelaksana melaporkan hasil pemeriksaan ke turjasi dengan alat meger
bahwa MV cell/trafo dinyatakan rusak
4.
Turjasi melaporkan ke pelaksana agar pemeriksaan
dilanjut untuk penggantinya
ISI-ISU P2TL Harus dipastikan p2tl bukan dari hilir saja tapi dari hulu.. lihat pemasangan ct pt dan faktor
kali meter jangan lupa di foto. Mengevaluasi TO P2TL harus dilihat dari : jam nyala, dlpd, pelanggan tdk
beli token, clear temper berulang, cater, harus turun ke lapangan. pemetaan bagi pegawai untuk
mengukur pengukuran dan penyeimbangan akurat bagi 1 phasa pasca dan prabayar. Dan untuk 3 phase.
PROGRAM EKSELEN Executive management for excellence peformance team (x-man 4 expert)
Membentuk Scoreboard Team, Widly Important Goa

Anda mungkin juga menyukai