Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS BAYI BALITA DAN

ANAK PRA SEKOLAH

“ASUHAN DAN PENDOKUMENTASIAN NEONATUS DENGAN ATRESIA


DUODENI, ESOPHAGUS DAN PENATALAKSANAANYA”

Disusun oleh

Kelompok 13:

Hana Nur Aini

Melisa Krisdayani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES RIAU

JURUSAN DIII KEBIDANAN

TK. 2A

TAHUN 2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan kami membuat makalah ini
adalah untuk menyelesaikan tugas tentang ”Asuhan dan Pendokumentasian Neonatus
dengan Atresia Duodeni, Esophagus dan Penatalaksanaanya” .
Ucapan terima kasih atas selesainya tugas ini dan semoga bermanfaat bagi
penulis sendiri dan bagi pembaca. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen
selaku dosen pengajar mata kuliah Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir yang telah
membimbing penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-
organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke
usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam
ahli bedah pediatric. Atresia duodenal ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran
hidup. Lebih dari 40% dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom
down. Atresia duodenum dijumpai satu diantara 6.000─ 10.000 kelahiran hidup. Dasar
embriologi terjadinya atresia duodenum disebabkan karena kegagalan rekanalisasi
duodenal pada fase padat intestinal bagian atas dan terdapat oklusi vascular di daerah
duodenum dalam masa perkembangan fetal. Setengah dari semua bayi baru lahir
dengan atresia duedenal juga mempunyai anomali kongenital pada sistem organ
lainnya.
Atresia esophagus ( AE ) merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan
tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal.
Atresia esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE) yaitu kelainan
kongenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea.
Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan insidensi
rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, komplikasi dan penatalaksanaan atresia duodeni esophagus.
Untuk mengetahui pengertian, gambaran klinik, kelainan-kelainan dalam
atresia esophagus, etiologi, tanda gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan atresia
esophagus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Atresia Duodeni


2.1.1. Pengertian
Atresia duodeni adalah Suatu kondisi dimana duodenum ( bagian pertama dari
usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari
lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.

2.1.2. Etiologi
Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui,
tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum, yaitu:
1. Gangguan pada awal masa kehamilan (minggu ke 4 dan minggu ke 5 ).
2. Gangguan pembuluh darah.
3. Banyak terjadi pada bayi premature.

2.1.3. Tanda dan gejala


1. Pembengkakan abdomen bagian atas.
2. Muntah banyak segera setelah lahir berwarna kehijauan akibat adanya empedu.
3. Perut kembung di daerah epigastrium.
4. Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kencing.
5. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
6. Berat badan menurun dan sukar bertambah.

2.1.4. Patofisiologi
Muntah dimulai setelah segera lahir dan secara berkembang menjadi buruk
dengan pemberian makanan. Feses akan terlihat seperti mekonium normal, tetapi pada
pemeriksaan tidak mengandug sel epitalium berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan
keutuhan usus. Dengan meningkatnya dedikasi akan timbul demam.
Suatu suhu tubuh 39 °C merupakan indikasi peritonitis akibat ruptur dari atresia.
Kelainan seringkali ditemukan pada bayi sindrom down.

2.1.5. Penatalaksanaan
1. Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
2. Memberikan cairan elektrolit melalui intravena (menngoreksi dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit).
3. Mengatasi sindrom down.
4. Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun
tidak darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur
operatif standar saat ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada
kuadran kanan atas, meskipun dengan perkembangan yang ada telah
dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum dengan cara yang
minimal invasive.

2.1.6. Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi, terutama
bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut
seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan motilitas usus, atau
refluks gastroesofageal.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat maka kita
sebagai seorang calon bian harus mempunyai wawasan yang luas tentang kesehatan
yang mana harus disertai dengan skill dari seorang calon bidan itu sendiri semoga
dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu pembaca dalam memberikan informasi
tentang kesehatan kepada klien khususnya masyarakat luar. Sehingga masyarakat
mengerti akan kesehatan keluarganya, serta bermanfaat bagi kita yang membuat
makalah ini dan pembaca semua tentang kelainan yang terjadi pada neonatus dengan
kelainan bawaan Atresia Duodeni dan Atresia Esophagus.

3.2. Saran
Marilah kita meningkatkan pengetahuan kita dengan lebih banyak membaca,
karena dengan membaca banyak hal yang akan kita peroleh. Sehingga diharapkan calon
tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap penderita
atresia duodeni dan esophagus. Sehingga dapat meminimalisirkan komplikasi-
komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami atresia duodeni dan
esophagus.

Anda mungkin juga menyukai