Gina Apriana
Instalasi Kamar Bedah dan Anastesi (IKBA)
Email: ginaapriana64@gmail.com
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari fisik, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan
No 23, 1992). Kesehatan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap
orang. Namun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai permasalahan
yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal
awal bagi perkembangan potensi individu dalam hidup.
Masalah kesehatan pada masyarakat saat ini telah mengalami perubahan yang
ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi ditandai
dengan perubahan pola penyakit dan kematian yang semula didominasi oleh penyakit
infeksi beralih ke penyakit non infeksi (non-communicable disease) atau penyakit tidak
menular (PTM). Perubahan pola penyakit sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi
(pendidikan, umur, dan jenis kelamin), sosial ekonomi (pendapatan) dan sosial budaya
(Rahajeng, 2012). Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan risiko
akibat perubahan gaya hidup, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan
hidup. Faktor risiko PTM berhubungan dengan perilaku tidak sehat seperti merokok,
kurang aktivitas fisik, diet kurang buah dan sayur (McCloskey, 2017).
WHO (World Health Organization) bahwa 63% dari 56 juta kematian disebabkan
oleh PTM pada tahun 2008. Sebagian besar (60%) kematian berhubungan dengan
penyakit kardiovas-kuler kuler, diabetes, kanker dan penyakit pernafasan (WHO, 2013).
Laporan WHO bahwa lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal
akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stoke dan diabetes. Pada
tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta kematian pertahun karena PTM naik 9 juta jiwa
dari 38 juta pada saat ini (Dewi, 2013).
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
yaitu 64%. Sebagian besar PTM disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (30%),
selanjutnya kanker (13%), penyakit pernafasan (7%), diabetes (3%) dan yang 10%
disebabkan penyakit PTM lainnya. Selanjutnya, pada tahun 2008 jumlah laki-laki yang
meninggal akibat PTM sebesar 582.300 dan perempuan sebesar 481.700 (Riskesdas,
2013). Berdasarkan data profil kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012,
penyakit cardiovaskuler (CVD) seperti jantung, stroke, hipertensi merupakan penyebab
kematian tertinggi selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2009, PTM mendominasi
penyebab kematian di Yogyakarta yaitu lebih dari 80% kematian yang ada di rumah sakit
(Dinkes DIY, 2013).
Dampak meningkatnya kejadian PTM adalah meningkatnya pembiayaan
pelayanan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah;
menurunnya produktivitas masyarakat menurunnya daya saing negara yang pada
akhirnya mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Seiring dengan
fenomena tersebut, perlunya kegiatan dan pendampingan yang menggerakkan dan
memotivasi masyarakat untuk hidup sehat dan mengubah gaya hidup, terutama pada
kelompok yang berisiko. Melaksanakan upaya preventif dan promotif namun tidak
mengesampingkan aspek kuratif-rehabilitatif melalui peningkatan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan. Masyarakat harus selalu diajak untuk mengenali
penyakitnya, segala macam faktor risiko dan pencegahan yang dapat dilakukan.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan akan berdampak baik bagi
dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya.
Melalui INPRES No.1 Tahun 2017, pemerintah telah menerapkan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS merupakan suatu tindakan sistematis
dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik,
Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa
kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban.
Penerapan gaya hidup sehat melalui perilaku 'CERDIK' yaitu Cek kesehatan secara
berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin beraktifitas fisik; Diet yang baik dan
seimbang;Istirahat yang cukup; dan Kelola stress.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga dan diri sendiri. Perlunya
partisipasi yang tinggi dari sasaran sehingga memberikan dampak yang signifikan pada
perubahan perilaku. Suksesnya pelaksanaan GERMAS ini seyogyanya ada perhatian
serius oleh semua pihak baik pemangku kebijakan maupun masyarakat. Pendampingan
dalam masyarakat sangat diperlukan untuk jalannya program Germas yang
berkesinambungan. Pendamping Desa GERMAS ( PDG) sebagai agent of change
dalam masyarakat yang akan mempengaruhi, memberi motivas, memberi edukasi dan
selalu mengingat pada masyarakat dalam pelaksanaan segala program germas di desa
tersebut. PDG ini sebagai penghubung dan perpanjangan tangan dari segala
stakeholder terkait baik itu puskesmas, dinkes, dan segala multidisiplin yang terkait.
PDG akan langsung turun ke masyarakat untuk mensukseskan dan mengaplikasikan
kegiatan-kegiatan GERMAS. Dengan adanya Pendampingan ini diharapkan nantinya
mampu menciptakan masyarakat yang mandiri, sadar akan kesehatan dan berperilaku
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN
Pendampingan adalah suatu strategi yang sangat menentukan keberhasilan
program pemberdayaan masyarakat. Pendampingan dilakukan oleh fasilitator atau
pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program. Tugasnya lebih sebagai
pendorong, penggerak, katalisator, motivator masyarakat, sementara pelaku dan
pengelola kegiatan adalah masyarakat sendiri. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama
masyarakat dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi di lapangan selanjutnya
mendiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan kearah peningkatan
kapasitas produktivitas masyarakat. Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu
memerlukan sebuah proses belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang
baik, secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang
bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri. Berkaitan dengan hal
ini, bahwa keberdayaan masyarakat yang ditandai adanya kemandiriannya dapat
dicapai melalui proses pemberdayaan.
Suharto (2009) merumuskan kegiatan serta proses pendampingan sosial
berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi yang dapat disingkat dalam akronim
4P, yakni: pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, penguatan (empowering),
perlindungan (protecting), dan pendukungan (supporting). 1) Pemungkinan merupakan
fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. 2)
Penguatan ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas
masyarakat (capacity building). 3)Perlindungan, disini peran pendamping sangat
dibutuhkan terutama untuk menguruskan surat rujukan yang sangat dibutuhkan untuk
pengobatan. 4) Pendukungan, Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi
manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu
melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti
melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.
Pendamping Desa Germas (PDG) akan dibentuk dalam suatu tim dalam satu
desa yang nantinya akan terjun langsung ke masyarakat. Program utamanya yaitu
meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi Germas dan melakukan diseminasi
informasi layanan masyarakat terkait pola hidup bersih dan sehat.
Kegiatan-kegiatan dari germas yang dapat dilakukan oleh PGD yaitu:
1. Peningkatan Aktivitas Fisik
a. Mengajak dan menghimbau pemuda setempat untuk penyelenggaraan olahraga
masyarakat seperti volly, sepakbola, badminton dan olahraga lainnya
b. Mengadakan perlombaan olahraga secara rutin bekerjasama dengan dinas
pemuda olahraga
c. Mengajukan permohonan penyediaan fasilitas sarana olahraga masyarakat
kepada dinas setempat
d. Mengajak masyarakat untuk mengutamakan berjalan kaki atau bersepeda saat
berangkat kerja, kesekolah dll
e. Mendorong penataan sarana dan fasilitas perhubungan yang aman dan nyaman
bagi pejalan kaki dan pesepeda, bekerja sama dengan dinas perhubungan.
2. Peningkatan Perilaku Hidup Sehat
a. Menghimbau masyarakat untuk tidak merokok di Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
rumah tanpa asap rokok
b. Penyuluhan kepada masyarakat untuk hidup sehat tanpa rokok dan tidak
minum minuman beralkohol, serta bebas narkoba
c. Meningkatkan advokasi dalam pelaksanaan kebijakan KTR
d. Mendorong Kampung Ramah Anak;
e. Mengajak masyarakat untuk senantiasa Cuci Tangan Pakai Sabun
f. Bekerjasama debgan kader dan puskesmas memperkuat fungsi Pos
Pembinaan Terpadu
3. Penyediaan Pangan Sehat Dan Percepatan Perbaikan Gizi
a. Memberikan penyuluhan menyediakan makanan di rumah dengan diet
seimbang, minimal satu porsi sayur dan satu porsi buah
b. Mengajak para masyarakat untuk konsumsi pangan beragam, bergizi,
seimbang dan aman (B2SA)
c. Edukasi kepada para penjual makanan dalam penggunaan bahan berbahaya
yang sering disalahgunakan, khusunya pedagang makanan di sekolah
d. Mengajak masyarakatuntuk produksi buah dan sayur dengan pemanfaatan
pekarangan rumah untuk menanam buah dan sayur, bekerjasama dengan
dinas pertanian
e. Penyuluhan kepada keluarga dan ibu menyusui untuk menerapkan ASI Ekslusif
4. Peningkatan Pencegahan Dan Deteksi Dini Penyakit
a. Melakukan skrinning awal masyarakat berisiko dan meningkatkan pelaksanaan
deteksi dini penyakit
b. Mengajak masyarakat untuk melakukan cek kesehatan rutin sesuai dengan
kebutuhan melakukan promosi untuk menggerakan partisipasi kaum
perempuan dalam upaya deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular
5. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
a. Mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan di selalu bersih dan menjaga
kualitas lingkungan
b. Mencanangkan untuk gotong royong secara rutin untuk membersihkan
lingkungan sekitar mendorong pemerintah daerah menyediakan Ruang
Terbuka Hijau Publik yang memadai di desa.
c. Mengajukan kepada perangkat daerah dalam penyediaan air bersih dan
sanitasi dasar, jika diperlukan
d. Bersama-sama dengan masyarakat mengendalikan pencemaran air
e. Mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank sampah
untuk mengurangi timbunan sampah;
KESIMPULAN
Pendamping Desa Germas (PDG) menjadi fasilitator, pendorong, penggerak,
katalisator, motivator masyarakat, dalam berbagai kegiatan program GERMAS. Upaya
pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan untuk menciptakan masyarakat
mandiri dan berperilaku hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
McCloskey DJ, McDonald MA, Cook J, Roberts SH, Updegrove S, Sampson D, et al.
Eva-luation of Community-Based Interventions for Non-communicable Diseases:
Experiences India and Indonesia. PubMed. NCBI. [cited 2 Mar 2019]. Available
from: https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21071458.