Makalah Ipi 6
Makalah Ipi 6
KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
BKI-2/ Sem. 3
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 22
3.2.Saran ................................................................................................................ 22
LAMPIRAN ......................................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
manusia. Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini
yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat
walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama Islam yang
ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai
kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah
SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Salah satu sarana yang efektif
untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah
pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan islam di
negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien
melalui sistem dan metode yang tepat.
1.2.Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Islam?
b. Sebutkan dalil dari sistem pendidikan Islam?
c. Bagaimana keistimewaan sistem pendidikan Islam?
1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi sistem pendidikan Islam.
b. Untuk mengetahui dalil dari sistem pendidikan Islam.
c. Untuk mengetahui keistimewaan sistem pendidikan Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya suatu
keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several
parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara
teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip
pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah
suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan
atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau
keseluruhan yang kompleks”.1 Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu
merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-
sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang
disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai
tujuannya.
1
Muhd. Mukhlis Solichin, Pendidikan Islam Klasik, Jurnal Tadris, Vol. 02, No. 11, 2008,
h.67.
3
atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari
berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan perguruan
tinggi yang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan
teknologinya.2
Jadi, bisa disimpulkan bahwa Sistem pendidikan Islam berasal dari tiga
kata yaitu sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu
dari kata system yang berarti susunan suatu cara atau pola yang berurutan tentang
suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses pemberian ajaran, bimbingan yang
bereupa keilmuan. Sedangkan islam adalah agama yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad. Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem
pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid
tentang ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan
Islam hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh Islam.
Dari cara yang klasik hingga cara modern.3
Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan
ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan
dengan maksud lillahi Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridho Allah,
sehingga banyak yang mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam
keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan
harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan
landasan ideologis dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan
merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan
gagasanya “Ajaran Iqra adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah
2
Abd. Halim Mubin, Peningkatan Kualitas Pendidikan, Jurnal Hunafa, Vol. 01, No. 3,
2006, h.21-26.
3
Ibid, hlm.73.
4
terbukti dalam sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa
kegelapan”.4
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak
yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk
manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan
benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang
baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan
operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal
ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai
keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah
dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke
arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua
yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan
kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya
bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua
yang dilakukan dalam ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari
pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an
4
Fathul Jannah, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasiona, Jurnal Dinamika,
Vol 02, No. 11, 2013. Hlm 69.
5
dan hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir,
beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan ungkapan
“Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan manusia
maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, hadist dan akal sebagai
dasarnya”.5 Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan
dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit
menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan hadist menjadi landasan utama
pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Al- Qur’an
Adapun ayat mengenai sistem pendidikan Islam dalam surah an-Nahl: 125,
6
Artinya:
Usai menyebut keteladanan Nabi Ibrahim sebagai imam, nabi, dan rasul,
dan meminta Nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat ini Allah meminta
beliau menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara yang baik, "Wahai Nabi
Muhammad, seru dan ajak lah manusia kepada jalan yang sesuai
tuntunan Tuhanmu, yaitu Islam, dengan hikmah, yaitu tegas, benar, serta
bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka, yaitu
siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Memberi petunjuk dan
bimbingan. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dan menyimpang dari
jalan-Nya, dan Dialah pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk dan berada di jalan yang benar."
b. Al-Hadist
Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola
kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai
sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan terhadap Al-Qur’an.
Terlebih dalam dataran praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif,
karena unsur dalam hadits selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk
responsibilitas terhadap persoalan yang muncul,karena hadist merupakan
interpretasi dan rangkuman dari sosok agung dalam Islam, Nabi Muhammad
SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits merupakan landasan
7
filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih
dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
8
sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan. Karena
pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru
mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.7
اء ب ِْن َحي َْوة َ َع ْن دَ ُاودَ ب ِْن َج ِمي ٍّل َع ْن ِ اص ِم ب ِْن َر َج َّ ُ ي َحدَّثَنَا َع ْبد
ِ َّللاِ ْبنُ دَ ُاودَ َع ْن َع ُّ ض ِمَ ص ُر ْبنُ َع ِلي ٍّ ْال َج ْه
ْ ََحدَّثَنَا ن
اء أَت َ ْيتُكَ ِم ْن
ِ َ اء ِفي َمس ِْج ِد ِد َم ْشقَ فَأَت َاهُ َر ُج ٌل فَقَا َل َيا أ َ َبا الد َّْرد
ِ َ سا ِع ْندَ أ َ ِبي الد َّْرد ً ُك ْنتُ َجا ِل:َير ب ِْن قَي ٍّْس قَال
ِ َك ِث
:َ قَال،سلَّ َم َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ ث بَلَغَنِي أَنَّكَ ت ُ َحد
َ ِ ِث بِ ِه َع ْن النَّبِي ٍّ سلَّ َم ِل َحدِي َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ ْال َمدِينَ ِة َمدِينَ ِة َر
َّ سو ِل
َ َِّللا
َّ صلَّى
َّللاُ َعلَ ْي ِه َّ سو َل
َ َِّللا ُ س ِم ْعتُ َر َ فَإِنِي:َ قَال، ََل:َ َو ََل َجا َء بِكَ َغي ُْرهُ ؟ قَال:َ ََل قَال:َارة ٌ ؟ قَال َ فَ َما َجا َء بِكَ تِ َج
ط ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّة
َ َُّللاُ لَه َ س فِي ِه ِع ْل ًما
َّ س َّه َل ُ ط ِريقًا يَ ْلت َِم َ سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن
َ َسلَك َ َو
Terjemahannya:
“Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin ‘Aly al-Jahd}amy, Telah
disampaikan kepada kami oleh ‘Abd Allah bin Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin
Haywah, dari Dawud bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika
aku duduk bersama Abu al-Darda’ di Masjid Damaskus, Sesorang datang
kepadanya dan berkata: ‘wahai Abu al-Darda’ aku datang kepadamu dari
Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis yang kamu dengarkan
dari Rasulullah Saw’, Abu al-Darada’ berkata : Jadi kamu datang bukan untuk
berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata: dan bukan pula
selain itu ?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda’ berkata: Sesungguhnya
kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti jalan
untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga”.8
7
Muhammad Idris Usman, Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Al-
Hikmah, Vol. 1, No. 24, 2013. h. 25.
8
Abd. Halim Mubin, Pendidikan Islam Klasik, Jurnal Tadris, Vol. 3, No. 15, 2006. Hlm.
55.
9
2.3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran
a) Kurikulum
Pada masa kejayaan pendidikan Islam taelah bersiri sekolah-sekolah atau
madrasah-madrasah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam buku pendidikan Islam dalam lintas sejarah, Mahmud Yunus,
menggambarkan pokok-pokok rencana pembelajaran pada berbagai tingkat
pendidikan sebagai berikut: walaupun rencana pelajaran tidak seragam di seluruh
dunia Islam, namun penjelasan ini telah dapat dijadikan sebagai patokan dasar.
1. Rencana Pelajaran Tingkat Dasar (Kuttab)
- Membaca Al-qur’an dan menghafalnya.
- Pokok-pokok agama Islam seperti cara berwudhu, sembahyang,
dan puasa.
- Menulis.9
- Kisah (riwayat) orang-orang besar Islam.
- Membaca dan menghafal syair-syair atau natsar-natsar (prosa).
- Berhitung.
- Pokok-pokok nahu dan syaraf.
2. Rencana Pelajaran Tingkat Menengah
- Al- Qur’an.
- Bahasa Arab dan Kesusastraan .
- Fikih.
- Tafsir.
- Hadist.
- Nahu / syaraf / balaghah.
- Ilmu-ilmu pasti.
- Mantik .
- Tarikh (sejarah).
- Ilmu-ilmu alam.
- Kedokteran.
9
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2017. Hlm 123
10
- Music.
3. Rencana Pelajaran Tingkat Perguruan Tinggi
- Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab serta kesusatraan, Ibn
Khaldun menamakannya dengan ilmu naqliyah yang meliputi:
a. Tafsir Al- Qur’an.
b. Hadist .
c. Fikih dan ushul fiqh.
d. Nahu/syaraf.
e. Balaghah.
f. Bahasa Arab dan kesusatraan.
- Jurusan ilmu-ilmu hikmah(filsafat), ibnu Khaldun menamainya
ilmu-ilmu ‘aqliyah, yang meliputi:
a. Mantik.
b. Music.
c. Ilmu-ilmu pasti.
d. Ilmu alam dan kimia.
e. Ilmu ukur.
f. Ilmu falak.
g. Ilmu ilahiyah (ketTuhanan).
h. Ilmu tumbuh-tumbuhan.
i. Ilmu kedokteran (Yunus, 1992: 58).10
Dengan demikian, kurikulum pada waktu itu menurut Mahmud Yunus dan
Nakosteen adalah perpaduan antara ilmu-ilmu naqliyah dan aqliyah.
10
Ibid., hlm 125.
11
mencapai ribuan halaman, seperti Abu Bakar, Ibn al-Anbari telah mendiktetkan
45.000 halaman hadist Rasulullah (Kertanegara, 2005: 72). Kedua, menghafal,
orang-orang Arab sudah terkenal sangat kuat hafalannya, karena itulah pra-Islam
para penyair Arab mampu menghafal sejumlah besar bait-bait syair, karena itu
pulalah pada ketika itu sedikit orang yang berminat untuk pandai menulis, karena
orang lebih mengandalkan hafalan. Metode menghafal ini masih tetap
diberlakukan dalam metode pendidikan Islam sampai sekarang terutama di dunia
Arab dan di Indonesia di pesantren-pesantren. Ketiga, debat (jadal), metode ini
akan menimbulkan daya kritik bagi pelajar, oleh karena itu metode ini sangat
penting. Metode ini dapat menjadi motivasi dan alat dorong bagi murid untuk
lebih menggali ilmu serta untuk mencari argument yang tepat untuk
mempertahankan kebenaran.
c) Lembaga-lembaga Pendidikan
d) Pendidik
12
Dalam teori pendidikan tugas pokok seorang pendidik yaitu:
Ketiga macam ini telah diperankan oleh pendidik Islam oleh periode
klasik.
e) Peserta Didik
Perhatian kepada peserta didik yang kurang mampu telah muncul di abad
pertengahan Islam. Shalaby misalnya mengungkapkan, para pelajar yang miskin
mendapat tunjangan yang diambil dari wakaf yang diperuntukkan khusus itu.
Diantara para pelajar yang mengambil itu adalah Al- Ghazali dan saudaranya
bernama Ahmad (Shalaby, 19976: 254).
13
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal
yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud
berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat
pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju
pencapaian tujuan pendidikan itu.
a. Tujuan
1) Pembinaan akhlak.
2) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3) Penguasaan ilmu.
4) Keterampilan bekerja dalam masyarakat
b. Siswa
11
Al- Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm 79.
12
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013).
14
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan
Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi
(jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan
sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain
yang diberikan Allah SWT adalah fitrah, yakni potensi manusiawi
yang educable.13
c. Pendidik
Materi atau isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan
oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam
usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban atau materi pendidikan,
yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan. (b) materi harus sesuai
dengan kebutuhan siswa.15
13
Ibid.
14
Ibid., hal. 70.
15
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2005), hlm. 65.
15
1. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika,
fisika, medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan
dengan kuantitas.
2. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences),
terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu
fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.
e. Lingkungan Pendidikan
f. Alat Pendidikan
Alat pendidikan dapat membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu
dapat menggantikan peran pendidikdalam proses pembelajaran.17
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama
alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat
keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
16
Ibid.,
17
Ibid., hal. 88.
16
2.5.Dalil pada Pendidikan Islam
Artinya :
“Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari
Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah
kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah
bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi
menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu
Dawud.
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan
berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” (Q.S. Al-Kahf: 60).18
18
Q.S. Al- Kahf: 60.
17
Tafsir al-Kahf: 60 tentang pendidikan:
Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi Allah Swt Musa ‘alihi
al-salam- yang bergelar kalim al-rahman (teman dialog bagi Allah Swt) terus
berusaha meniti jalan dengan kesabaran menuju ilmu hingga sampai ke tempat
pendidikan pertemuan dua buah lautan dimana beliau akan mendapatkan proses
pendidikan lanjutan dari Allah Swt. melalui gurunya yang bernama Khidhr ‘alaihi
al-salam.
ِ َّاس بَ ِشي ًْرا َّونَ ِذي ًْرا َّو ٰل ِك َّن اَ ْكث َ َر الن
٢٨ – َاس ََل َي ْعلَ ُم ْون ِ َّس ْل ٰنكَ ا ََِّل ك َۤافَّةً ِللن
َ َو َما ٓ ا َ ْر
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada
seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang
mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa
peringatan kepada orang yang mengingkari atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi
Muhammad adalah nabi penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul diutus Allah
sesudahnya. Dengan demikian, pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk
18
seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terakhir, maka di dalamnya
tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik
untuk dijalankan di setiap tempat dan masa. Risalah yang dibawa Nabi
Muhammad bersumber dari Allah Yang Maha bijaksana dan Maha Mengetahui.
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya.
Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur
semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan
dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak
mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia
kalau peraturan dan syariat itu tidak mencakup seluruh kepentingan manusia pada
setiap masa. Dengan demikian, pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk
diterapkan kepada siapa dan umat yang mana pun di dunia ini. Banyak ayat di
dalam Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia
seluruhnya. Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam (jin dan manusia).
ُّۚ
١١٤ - ب ِزدْنِ ْي ِع ْل ًما ٓ ٰ فَتَعٰ لَى َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق َو ََل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر ٰا ِن ِم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يُّ ْق
ِ ضى اِلَيْكَ َوحْ يُهٗ َۖوقُ ْل َّر
Artinya: Maka Maha tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah
engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku”. (QS. Thaha: 114).
(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang
dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap
Alquran) sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya (dan katakanlah,
"Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Alquran,
19
sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Alquran, makin bertambah ilmu
pengetahuannya.
19
Syaeful Rokhim, Karakteristik Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No.
11, 2014. Hlm, 32.
20
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tata laku
orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan Islam adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak
didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam Al-Qur’an
dan as-sunnah atau al-hadits.
3.2.Saran
Dalam makalah kami ini, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah
sempurna seperti apa yang teman-teman harapkan. Untuk itu, jika terdapat
kesalahan atau kekeliruan baik dalam pengetikan maupun dari presentasinya,
21
penulis sangat mengaharap kritikan dan saran-sarannya dari teman-teman
sekalian, dan semoga kritikan dan saran-saran dari teman-teman sekalian bisa
membangun motivasi kami dalam penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya
penulis ucapkan terimakasih.
22
DAFTAR PUSTAKA
Jaya, Farida. 2008. Pesantren dan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Indonesia:
analisa arah perkembangan, Jurnal Hunafa, 11, 205- 690.
Daulay, Haidar Putra, dan Nugraya Pasa. 2013. Pendidikan Islam dalam Lintasan
Sejarah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
23
LAMPIRAN
24
25
26