Anda di halaman 1dari 29

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

Untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Ira Suryani, M.Si

KELOMPOK 6

DISUSUN OLEH :

EFRI HAMDAN SITUMORANG (0303183221)


FITRI SAKINAH HARAHAP (0303183181)
PUTRI FADHILAH FAUZYAH (0303183196)

BKI-2/ Sem. 3
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh,


Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini. Sholawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan
iman dan Islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai “Sistem Pendidikan Islam” dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, saya mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun saya ke arah yang lebih baik. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 23 Oktober 2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3.Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi Sistem Pendidikan Islam ................................................................... 3

2.2.Dalil Sistem Pendidikan Islam ........................................................................ 17

2.3.Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam ......................................................... 20

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 22

3.2.Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

LAMPIRAN ......................................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan dasar manusia untuk memulai hidup, sehingga menjadi


komitmen bersama bahwa pendidikan sangat mempunyai peran yang luhur dan
agung. Sifat yang agung ini ditunjukkan dari peran pendidikan yang dipahami
sebagai pemberian bekal peserta didik untuk menghadapi masa depannya.

Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem


dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan
aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan
efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan sistem dan cara sederhana
sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada
pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa
depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi. Sedangkan pada
masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post-industrial, seperti
masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara Timur seperti Jepang. Proses
pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang
dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan yang ditetapkan. Orientasinya
diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu
tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching
dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan
istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tatakrama yang sasarannya

1
manusia. Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini
yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.

Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat
walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesehteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama Islam yang
ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai
kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah
SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Salah satu sarana yang efektif
untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah
pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan islam di
negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien
melalui sistem dan metode yang tepat.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan Islam?
b. Sebutkan dalil dari sistem pendidikan Islam?
c. Bagaimana keistimewaan sistem pendidikan Islam?
1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi sistem pendidikan Islam.
b. Untuk mengetahui dalil dari sistem pendidikan Islam.
c. Untuk mengetahui keistimewaan sistem pendidikan Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Sistem Pendidikan Islam

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema” yang artinya suatu
keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian (whole compounded of several
parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara
teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip
pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah
suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan
atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau
keseluruhan yang kompleks”.1 Sedangkan Campbel menyatakan bahwa sistem itu
merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-
sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen


yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi
dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan
yang telah ditetapkan.

Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan. Faktor atau unsur yang
disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai
tujuannya.

Sistem pendidikan Islam merupakan usaha pengorganisasian proses


kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan

1
Muhd. Mukhlis Solichin, Pendidikan Islam Klasik, Jurnal Tadris, Vol. 02, No. 11, 2008,
h.67.

3
atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari
berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan perguruan
tinggi yang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan
teknologinya.2

Jadi, bisa disimpulkan bahwa Sistem pendidikan Islam berasal dari tiga
kata yaitu sistem, pendidikan dan Islam. Sistem berasal dari bahasa inggris yaitu
dari kata system yang berarti susunan suatu cara atau pola yang berurutan tentang
suatu hal. Dan pendidikan adalah suatu proses pemberian ajaran, bimbingan yang
bereupa keilmuan. Sedangkan islam adalah agama yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad. Dari definisi-definisi di atas bisa kita rangkai bahwa sistem
pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam pemberian ilmu kepada murid
tentang ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan bahwa dalam sistem pendidikan
Islam hanya membahas tentang tata cara pengajaran yang di ajarkan oleh Islam.
Dari cara yang klasik hingga cara modern.3

2.2. Sistem Pendidikan Islam dalam Al- Qur’an dan Hadist

Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan
ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan
dengan maksud lillahi Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridho Allah,
sehingga banyak yang mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam
keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan
harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan
landasan ideologis dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan
merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan
gagasanya “Ajaran Iqra adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah

2
Abd. Halim Mubin, Peningkatan Kualitas Pendidikan, Jurnal Hunafa, Vol. 01, No. 3,
2006, h.21-26.
3
Ibid, hlm.73.

4
terbukti dalam sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa
kegelapan”.4

Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai hambatan


dan rintangan, tapi jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal
sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental
dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar santri-
santrinya tanpa dibayar materi sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas
seperti ini merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak
terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu
sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam
mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.

Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak
yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk
manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan
benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang
baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan
operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal
ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai
keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah
dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke
arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua
yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan
kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya
bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua
yang dilakukan dalam ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari
pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an

4
Fathul Jannah, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasiona, Jurnal Dinamika,
Vol 02, No. 11, 2013. Hlm 69.

5
dan hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir,
beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan ungkapan
“Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan manusia
maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, hadist dan akal sebagai
dasarnya”.5 Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan
dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit
menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan hadist menjadi landasan utama
pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Al- Qur’an

Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Qur’an,


maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan
wahyu Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Qur’an
bisa lebih kontekstual dengan keadaan zaman, karena Al-Qur’an memuat ajaran
yang lengkap dalam berbagai aspek.6 Sebagaimana para mufassir mengemukakan
bahwa Al-Qur’an merupakan sumber ajaran yang tak lekang oleh waktu maka,
dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran yang termaktub didalamnya sudah
dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya
temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga pendidikan Islam
seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam dataran
praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-asas Islam
sebagaimana yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan HM.Arifin
mengenai Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an mengandung dan membawa nilai-nilai
yang membudayakan manusia hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an
mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia.

Adapun ayat mengenai sistem pendidikan Islam dalam surah an-Nahl: 125,

َ ‫س ُۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬


‫ض َّل َع ْن‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬
َ ْ‫ِي اَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َر ِبكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ْ‫اُد‬
١٢٥ – َ‫س ِب ْي ِل ٖه َوه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ

Abdurahman Mas’ud, hal. 69.


5
6
Farida Jaya, Pezantren dan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Indonesia,Vol 1, No.
13, 2004, hlm. 22

6
Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran


yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (16:
125)

Tafsir surah an- Nahl: 125:

Usai menyebut keteladanan Nabi Ibrahim sebagai imam, nabi, dan rasul,
dan meminta Nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat ini Allah meminta
beliau menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara yang baik, "Wahai Nabi
Muhammad, seru dan ajak lah manusia kepada jalan yang sesuai
tuntunan Tuhanmu, yaitu Islam, dengan hikmah, yaitu tegas, benar, serta
bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka, yaitu
siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Memberi petunjuk dan
bimbingan. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dan menyimpang dari
jalan-Nya, dan Dialah pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk dan berada di jalan yang benar."

b. Al-Hadist

Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola
kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai
sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan terhadap Al-Qur’an.
Terlebih dalam dataran praktek hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif,
karena unsur dalam hadits selain merupakan bagian dari wahyu juga bentuk
responsibilitas terhadap persoalan yang muncul,karena hadist merupakan
interpretasi dan rangkuman dari sosok agung dalam Islam, Nabi Muhammad
SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam, hadits merupakan landasan

7
filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih
dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.

Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan budaya, maka tuntutan


dan persoalan umat menjadi rumit dan berkembang, sedang Al-Qur’an dan Hadist
sudah tidak turun lagi untuk menjawab persoalan umat sebagaimana pada masa
kerasulan Muhammad SAW. Maka kita harus meyakini lebih dalam lagi bahwa
Al-Qur’an dan hadist merupakan sumber hukum yang tak terbatas waktu,
kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum periodik namun secara
prinsip Al-Qur’an dan Hadist berlaku tanpa batas waktu, ini yang menuntut
kecerdasan dan pemahaman untuk lebih memahami pesan dan hukum dari kedua
sumber ajaran Islam tersebut, Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu
pada kedua sumber tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain dalam
menentukan rujukan seperti halnya Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai
sumber filosofis pendidikan Islam.

Dengan demikian dasar-dasar endidikan Islam paling tidak yaitu terdiri


dari Al-Qur’an, Sunah dan ijtihad, walaupun sebenarnya ijtihad disini hanya
pemahaman dan penerjemahan terhadap kedua sumber utama tersebut, namun
seperti yang dijelaskan tadi perlunya ijtihad digunakan karena semakin
banyaknya permasalahan yang berkembang sekarang ini dalam bidang
pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi sumber lain dalam penyelenggaran
pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-pemikiran baru yang berhubungan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu adanya
terobosan ilmiah sebagai penunjang dalam pengembangan Pendidikan Islam
secara sistematis.

Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan


mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini. Jadi dengan
pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru yang baik
merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai dengan konsep dasar landasan
pendidikan Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis,karena dengan membuka diri kepada

8
sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan. Karena
pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru
mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.7

Adapun hadist mengenai pendidikan:

‫اء ب ِْن َحي َْوة َ َع ْن دَ ُاودَ ب ِْن َج ِمي ٍّل َع ْن‬ ِ ‫اص ِم ب ِْن َر َج‬ َّ ُ ‫ي َحدَّثَنَا َع ْبد‬
ِ ‫َّللاِ ْبنُ دَ ُاودَ َع ْن َع‬ ُّ ‫ض ِم‬َ ‫ص ُر ْبنُ َع ِلي ٍّ ْال َج ْه‬
ْ َ‫َحدَّثَنَا ن‬
‫اء أَت َ ْيتُكَ ِم ْن‬
ِ َ ‫اء ِفي َمس ِْج ِد ِد َم ْشقَ فَأَت َاهُ َر ُج ٌل فَقَا َل َيا أ َ َبا الد َّْرد‬
ِ َ ‫سا ِع ْندَ أ َ ِبي الد َّْرد‬ ً ‫ ُك ْنتُ َجا ِل‬:َ‫ير ب ِْن قَي ٍّْس قَال‬
ِ ‫َك ِث‬
:َ‫ قَال‬،‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ث بَلَغَنِي أَنَّكَ ت ُ َحد‬
َ ِ ‫ِث بِ ِه َع ْن النَّبِي‬ ٍّ ‫سلَّ َم ِل َحدِي‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ْال َمدِينَ ِة َمدِينَ ِة َر‬
َّ ‫سو ِل‬
َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫صلَّى‬
‫َّللاُ َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ ‫ فَإِنِي‬:َ‫ قَال‬،‫ ََل‬:َ‫ َو ََل َجا َء بِكَ َغي ُْرهُ ؟ قَال‬:َ‫ ََل قَال‬:َ‫ارة ٌ ؟ قَال‬ َ ‫فَ َما َجا َء بِكَ تِ َج‬
‫ط ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّة‬
َ ُ‫َّللاُ لَه‬ َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬
َّ ‫س َّه َل‬ ُ ‫ط ِريقًا يَ ْلت َِم‬ َ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن‬
َ َ‫سلَك‬ َ ‫َو‬

Terjemahannya:
“Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin ‘Aly al-Jahd}amy, Telah
disampaikan kepada kami oleh ‘Abd Allah bin Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin
Haywah, dari Dawud bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika
aku duduk bersama Abu al-Darda’ di Masjid Damaskus, Sesorang datang
kepadanya dan berkata: ‘wahai Abu al-Darda’ aku datang kepadamu dari
Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis yang kamu dengarkan
dari Rasulullah Saw’, Abu al-Darada’ berkata : Jadi kamu datang bukan untuk
berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata: dan bukan pula
selain itu ?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda’ berkata: Sesungguhnya
kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti jalan
untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga”.8

7
Muhammad Idris Usman, Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Al-
Hikmah, Vol. 1, No. 24, 2013. h. 25.
8
Abd. Halim Mubin, Pendidikan Islam Klasik, Jurnal Tadris, Vol. 3, No. 15, 2006. Hlm.
55.

9
2.3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran

a) Kurikulum
Pada masa kejayaan pendidikan Islam taelah bersiri sekolah-sekolah atau
madrasah-madrasah mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam buku pendidikan Islam dalam lintas sejarah, Mahmud Yunus,
menggambarkan pokok-pokok rencana pembelajaran pada berbagai tingkat
pendidikan sebagai berikut: walaupun rencana pelajaran tidak seragam di seluruh
dunia Islam, namun penjelasan ini telah dapat dijadikan sebagai patokan dasar.
1. Rencana Pelajaran Tingkat Dasar (Kuttab)
- Membaca Al-qur’an dan menghafalnya.
- Pokok-pokok agama Islam seperti cara berwudhu, sembahyang,
dan puasa.
- Menulis.9
- Kisah (riwayat) orang-orang besar Islam.
- Membaca dan menghafal syair-syair atau natsar-natsar (prosa).
- Berhitung.
- Pokok-pokok nahu dan syaraf.
2. Rencana Pelajaran Tingkat Menengah
- Al- Qur’an.
- Bahasa Arab dan Kesusastraan .
- Fikih.
- Tafsir.
- Hadist.
- Nahu / syaraf / balaghah.
- Ilmu-ilmu pasti.
- Mantik .
- Tarikh (sejarah).
- Ilmu-ilmu alam.
- Kedokteran.

9
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2017. Hlm 123

10
- Music.
3. Rencana Pelajaran Tingkat Perguruan Tinggi
- Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab serta kesusatraan, Ibn
Khaldun menamakannya dengan ilmu naqliyah yang meliputi:
a. Tafsir Al- Qur’an.
b. Hadist .
c. Fikih dan ushul fiqh.
d. Nahu/syaraf.
e. Balaghah.
f. Bahasa Arab dan kesusatraan.
- Jurusan ilmu-ilmu hikmah(filsafat), ibnu Khaldun menamainya
ilmu-ilmu ‘aqliyah, yang meliputi:
a. Mantik.
b. Music.
c. Ilmu-ilmu pasti.
d. Ilmu alam dan kimia.
e. Ilmu ukur.
f. Ilmu falak.
g. Ilmu ilahiyah (ketTuhanan).
h. Ilmu tumbuh-tumbuhan.
i. Ilmu kedokteran (Yunus, 1992: 58).10

Dengan demikian, kurikulum pada waktu itu menurut Mahmud Yunus dan
Nakosteen adalah perpaduan antara ilmu-ilmu naqliyah dan aqliyah.

b) Metode Belajar Mengajar

Metode belajar mengajar yang lazim diterapkan di lembaga-lembaga


pendidikan formal, seperti madrasah pada ketika itu ialah menyalin, menghafal,
dan berdebat (jadal). Pertama, seorang guru mendiktekan pelajarannya ini dan
murid-murid mencatatnya. Kadang-kadang pendiktean ini sampai berhari-hari dan

10
Ibid., hlm 125.

11
mencapai ribuan halaman, seperti Abu Bakar, Ibn al-Anbari telah mendiktetkan
45.000 halaman hadist Rasulullah (Kertanegara, 2005: 72). Kedua, menghafal,
orang-orang Arab sudah terkenal sangat kuat hafalannya, karena itulah pra-Islam
para penyair Arab mampu menghafal sejumlah besar bait-bait syair, karena itu
pulalah pada ketika itu sedikit orang yang berminat untuk pandai menulis, karena
orang lebih mengandalkan hafalan. Metode menghafal ini masih tetap
diberlakukan dalam metode pendidikan Islam sampai sekarang terutama di dunia
Arab dan di Indonesia di pesantren-pesantren. Ketiga, debat (jadal), metode ini
akan menimbulkan daya kritik bagi pelajar, oleh karena itu metode ini sangat
penting. Metode ini dapat menjadi motivasi dan alat dorong bagi murid untuk
lebih menggali ilmu serta untuk mencari argument yang tepat untuk
mempertahankan kebenaran.

c) Lembaga-lembaga Pendidikan

Bila sekarang ini popular tiga bentuk lembaga pendidikan: formal,


nonformal, dan informal, maka pada zaman kemajuan pendidikan Islam juga
hamper mirip dengan saat sekarang. Lembaga-lembaga seperti kuttab, masjid
khan, madrasah, dan juga rumah sakit serta perguruan tinggi juga digolongkan
sebagai pendidikan formal. Adapun pendidikan non-formal, misalnya lebaga
pendidikan privat. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang
dilaksanakan di rumah tangga masing-masing, orang tua yang menjadi guru secara
langsung.

d) Pendidik

Dalam buku pendidikan Islam dalam lintasan sejarah, Shalaby,


maenjelaskan bahwa satu hal yang menjadi ciri pendidikan Islam pada masa
klasik adalah setiap orang yang berilmu berperan menyampaikan ilmunya kepada
masyarakat. Jadi, dengan demikian setiap ulama berperan sebagai pendidik.
Pendidikan itu juga berperan untuk membentuk akhlak siswa, karena pendidiklah
yang akan bergaul secara terus-menerus dengan mereka. Dan pendidik pulalah
yang akan membetulkan apa-apa saja yang salah dalam perilakunya.

12
Dalam teori pendidikan tugas pokok seorang pendidik yaitu:

1. Transfer of knowledge (transfer ilmu).


2. Transfer of value (transfer nilai-nilai).
3. Transfer of skill (transfer kemampuan).

Ketiga macam ini telah diperankan oleh pendidik Islam oleh periode
klasik.

e) Peserta Didik

Rasululah telah memberikan petunjuk bahwa orang tua mestilah mendidik


anak-anak mereka dimulai dengan sedini mungkin. Dalam pandangan Islam,
pendidiakn itu berlangsung sepanjang hayat, karena itu pendidikan tidak dibatasi
oleh usia.

Perhatian kepada peserta didik yang kurang mampu telah muncul di abad
pertengahan Islam. Shalaby misalnya mengungkapkan, para pelajar yang miskin
mendapat tunjangan yang diambil dari wakaf yang diperuntukkan khusus itu.
Diantara para pelajar yang mengambil itu adalah Al- Ghazali dan saudaranya
bernama Ahmad (Shalaby, 19976: 254).

Pendidikan Islam di era zaman klasik telah mengklasifikasikan murid-


murid berdasarkan bakat dan kemampuannya. Seorang anak diarahkan kepada
suatu ilmu yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Guru juga harus
menyesuaikan pengajarannya dengan kemampuan anak, tidak boleh mengajarinya
di luar kemampuan, karena hal ini dapat menyebabkan keputus asaan memperoleh
pengetahuan tersebut (Shalaby, 1976: 259).

2.4. Komponen Sistem Pendidikan

13
Untuk menghasilkan output dari sistem pendidikan yang bermutu, hal
yang paling penting adalah bagaimana membuat semua komponen yang dimaksud
berjalan dengan baik. Yang mana pendidik, siswa, materi pendidikan, alat
pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya satu langkah menuju
pencapaian tujuan pendidikan itu.

Komponen dalam sistem pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik,


isi atau materi, situasi lingkungan, dan alat pendidikan.11

a. Tujuan

Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam


aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-
komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada
tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan
dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.

Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:12

1) Pembinaan akhlak.
2) Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
3) Penguasaan ilmu.
4) Keterampilan bekerja dalam masyarakat

b. Siswa

Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha


mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

11
Al- Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm 79.
12
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013).

14
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan
Islam tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi
(jasmanyiah dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan
sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain
yang diberikan Allah SWT adalah fitrah, yakni potensi manusiawi
yang educable.13

c. Pendidik

Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab


untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.14

d. Materi atau isi Pendidikan

Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses


kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.

Materi atau isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan
oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam
usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat, terdapat syarat utama dalam pemilihan beban atau materi pendidikan,
yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan. (b) materi harus sesuai
dengan kebutuhan siswa.15

Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam yang


bersumber dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:

13
Ibid.
14
Ibid., hal. 70.
15
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2005), hlm. 65.

15
1. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika,
fisika, medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan
dengan kuantitas.
2. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences),
terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu
fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.
e. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung


kegiatan pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.

1) Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam.


2) Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah,
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,
Universitas Islam.
3) Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan
mushala, TPA.16

f. Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan


yang berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan,
oleh pendidik kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.

Alat pendidikan dapat membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu
dapat menggantikan peran pendidikdalam proses pembelajaran.17

Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama
alat pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat
keras yang digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.

16
Ibid.,
17
Ibid., hal. 88.

16
2.5.Dalil pada Pendidikan Islam

Ilmu dapat membantu memberikan kemudahan dalam mengamalkan amal-amal


shaleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan menuju surga Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.

‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ قَا َل قَا َل َر‬ َ ِ‫الزنَا ِد َع ْن ْاْلَع َْرج‬ ِ ‫ي َع ْن َمالِكٍّ َع ْن أَبِي‬ ُّ ِ‫َحدَّثَنَا ْالقَ ْعنَب‬
‫س ِم ْن َج ْد َعا َء‬ ِ ْ ‫َص َرانِ ِه َك َما تَنَات َ ُج‬
ُّ ‫اْل ِب ُل ِم ْن بَ ِهي َم ٍّة َج ْم َعا َء َه ْل ت ُ ِح‬ ْ ‫ُك ُّل َم ْولُو ٍّد يُولَد ُ َعلَى ْال ِف‬
ِ ‫ط َرةِ َفأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه َويُن‬
ِ ‫َّللاُ أ َ ْعلَ ُم ِب َما كَانُوا َع‬
)‫املِينَ (رواه أبو داود‬ َّ ‫ير قَا َل‬ َ ‫َّللاِ أَفَ َرأَيْتَ َم ْن َي ُموتُ َوه َُو‬
ٌ ‫ص ِغ‬ ُ ‫قَالُوا َيا َر‬
َّ ‫سو َل‬

Artinya :

“Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari
Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah
kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah
bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi
menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu
Dawud.

Dalam al-Qur'an Allah SWT mengisahkan tentang perjalanan Nabi Musa


‘alaihisalam bersama dengan pembantunya untuk mendapatkan ilmu dari Nabi
Khidhr ‘alaihi al-salam sebagaimana yang Allah firmankan:

٦٠ - ‫ي ُحقُبًا‬ ِ ‫َل اَب َْر ُح َحتٓى اَ ْبلُ َغ َمجْ َم َع ْالبَحْ َر ْي ِن ا َ ْو اَ ْم‬


َ ‫ض‬ ٓ َ ُ‫َواِذْ قَا َل ُم ْوسٰ ى ِلفَ ٰتىه‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan
berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” (Q.S. Al-Kahf: 60).18

18
Q.S. Al- Kahf: 60.

17
Tafsir al-Kahf: 60 tentang pendidikan:

Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi Allah Swt Musa ‘alihi
al-salam- yang bergelar kalim al-rahman (teman dialog bagi Allah Swt) terus
berusaha meniti jalan dengan kesabaran menuju ilmu hingga sampai ke tempat
pendidikan pertemuan dua buah lautan dimana beliau akan mendapatkan proses
pendidikan lanjutan dari Allah Swt. melalui gurunya yang bernama Khidhr ‘alaihi
al-salam.

Adapun tentang gambaran dimudahkannya seorang peniti jalan dalam


menuntut ilmu menuju ke surga, al-Nawawy menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan hal itu adalah hendaknya seseorang menyibukkan dirinya
menuntut ilmu-ilmu yang disyari’atkan (al-‘ulum al-syar’iyyah) dengan syarat dia
menuntut ilmu hanya mengharap ridho Allah SWT, para ulama mempersyaratkan
adanya niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam menempuh proses pendidikan
yang melelahkan sebab mayoritas manusia meremehkan keikhlasan dalam belajar
utamanya para pemula. Sebab kemudahan meniti jalan ke surga bagi para peniti
jalan menuntut ilmu diukur berdasarkan kadar keihlasannya dalam menjalani
proses pendidikan yang melelahkan tersebut.

ِ َّ‫اس بَ ِشي ًْرا َّونَ ِذي ًْرا َّو ٰل ِك َّن اَ ْكث َ َر الن‬
٢٨ – َ‫اس ََل َي ْعلَ ُم ْون‬ ِ َّ‫س ْل ٰنكَ ا ََِّل ك َۤافَّةً ِللن‬
َ ‫َو َما ٓ ا َ ْر‬

Atinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada


semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS. Saba’: 28).

Tafsir kemenag dalam surah Saba’: 28:

Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada
seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang
mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa
peringatan kepada orang yang mengingkari atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi
Muhammad adalah nabi penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul diutus Allah
sesudahnya. Dengan demikian, pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk

18
seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terakhir, maka di dalamnya
tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik
untuk dijalankan di setiap tempat dan masa. Risalah yang dibawa Nabi
Muhammad bersumber dari Allah Yang Maha bijaksana dan Maha Mengetahui.
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya.
Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur
semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan
dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak
mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia
kalau peraturan dan syariat itu tidak mencakup seluruh kepentingan manusia pada
setiap masa. Dengan demikian, pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk
diterapkan kepada siapa dan umat yang mana pun di dunia ini. Banyak ayat di
dalam Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia
seluruhnya. Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam (jin dan manusia).

ُّۚ
١١٤ - ‫ب ِزدْنِ ْي ِع ْل ًما‬ ٓ ٰ ‫فَتَعٰ لَى َّللاُ ْال َم ِلكُ ْال َح ُّق َو ََل ت َ ْع َج ْل ِب ْالقُ ْر ٰا ِن ِم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يُّ ْق‬
ِ ‫ضى اِلَيْكَ َوحْ يُهٗ َۖوقُ ْل َّر‬

Artinya: Maka Maha tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah
engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku”. (QS. Thaha: 114).

Tafsir (Jalalyn) dalam surah Thaha: 114:

(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang
dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap
Alquran) sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya (dan katakanlah,
"Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Alquran,

19
sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Alquran, makin bertambah ilmu
pengetahuannya.

2.6.Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam

Islam adalah agama paripurna. Dalam pendidikan pun, siapapun yang


menelaah sistem pendidikan didalam Islam akan melihat banyak keistimewaan.

Keistimewaan – keistimewaan tersebut antara lain:

1) Dasarnya adalah akidah islamiyah (iman/al-aqidah al-islamiyyah).


2) Islam menjadikan akidah sebagai landasan dalam pendidikan. Sejak awal,
kaum Muslim saat menuntut ilmu baik yang fardlu kifayah maupun fardlu
’ain dasarnya adalah keimanan kepada Allah.
3) Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam dan
memberikan keterampilan dalam ilmu kehidupan.
4) Tolak ukur bukan sekedar berupa nilai. Konsekuensi dari tujuan di atas,
penilaian bukan hanya didasarkan pada nilai melainkan juga ketaatan
kepada Allah SWT.
5) Pendidikan terpadu. Dalam sistem pendidikan saat ini kebanyakan hanya
memadukan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Padahal,
aspek-aspek tersebut hanya menyelesaikan persoalan
individual. Karenanya,perlu dipadukan juga aspek yang terkait
materi. Dilihat dari materi yang diberikan, keterpaduan berarti memadukan
antara kepribadian Islam, ilmu keislaman dan ilmu kehidupan.19

19
Syaeful Rokhim, Karakteristik Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No.
11, 2014. Hlm, 32.

20
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Pendidikan dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tata laku
orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan Islam adalah usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak
didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam Al-Qur’an
dan as-sunnah atau al-hadits.

Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum, yang merupakan pendidikan


secara khusus, kelebihan dalam Al-Qur’an terletak pada metode yang
menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di
dalamnya, Al-Qur’an mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa
meng-Esakan Allah, serta mengimani hari akhir.

As-sunnah atau al-hadits adalah perbuatan, perkataan ataupun pengakuan


Rosul Allah SWT, pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau perbuatan orang
lain yang diketahui Rosulullah, untuk membina umat manjadi manusia seutuhnya.
Al-Hadits sebagai dasar Islam tidak terlepas dari fungsi itu sendiri terhadap Al-
Qur’an, fungsi as-sunnah terhadap Al-Qur’an adalah sangat penting.

Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang


masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari
komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang
telah ditetapkan.

3.2.Saran

Dalam makalah kami ini, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah
sempurna seperti apa yang teman-teman harapkan. Untuk itu, jika terdapat
kesalahan atau kekeliruan baik dalam pengetikan maupun dari presentasinya,

21
penulis sangat mengaharap kritikan dan saran-sarannya dari teman-teman
sekalian, dan semoga kritikan dan saran-saran dari teman-teman sekalian bisa
membangun motivasi kami dalam penulisan makalah yang akan datang. Akhirnya
penulis ucapkan terimakasih.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rokhim, Syaeful. 2014. Karakteristik Pendidikan Islami, Edukasi Islami Jurnal


Pendidikan Islam, 03, 551- 111.

Mubin, Abd, Halim. 2006. Peningkatan Kualitas Pendidikan (Perspektif


Manajemen Pendidikan Islam), Jurnal Hunafa, 03, 5731- 110.

Solichin, Muhd. Mukhlis. 2008. Pendidikan Islam Klasik (Telaah Sosio-Historis


Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Masa Awal sampai Masa
Pertengahan), Jurnal Tadris, 02, 237- 340.

Jannah, Fathul. 2013. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional,


Jurnal Dinamika Ilmu, 02, 234- 515.

Jaya, Farida. 2008. Pesantren dan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Indonesia:
analisa arah perkembangan, Jurnal Hunafa, 11, 205- 690.

Usman, Idris, Muhammad. 2013. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam


(Sejarah Lahir, Sistem Pendidikan, dan Perkembangan Masa Kini), Jurnal
Al- Hikmah, 14, 418- 740.

Syafaruddin. 2017. Ilmu Pendidikan Islam (Melejitnya Potensi Budaya Umat).


Jakarta: Hijri Pustaka Utama.

Daulay, Haidar Putra, dan Nugraya Pasa. 2013. Pendidikan Islam dalam Lintasan
Sejarah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

23
LAMPIRAN

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai