Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ADITYA REINHARDT

PRODI : DIII KEPERAWATAN REG XX

NIM : PO.62.20.1.17.200

Konsep Belajar

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena
demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen
psikologi belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan
mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.

Pengertian belajar menurut James Owhittaker adalah “Learning is the process by wich
behavior (in the broader sense originated of changer through practice or training)”, artinya
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan).

Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar
adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :

1. Moh. Surya “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

2. Bell-Gredler belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai
dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

3. Witherington: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang


dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

B. Faktor-faktor pembelajaran

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis
dan faktor psikologis.

a. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik


individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

1) Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas


belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi


fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera.
Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula.

b. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi


proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat, konsentersi, percaya diri, kebiasaan
dan cita-cita.

1) Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.

2) Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dala diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).
Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil
belajar sebaik mungkin.

3) Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni: (1)
Menerima kesan, (2) Menyimpan kesan, dan (3) Memproduksi kesan. Mungkin karena
fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral
peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-
hal yang dipelajarinya

4) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum
tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan
dari situlah diperoleh kepuasan.

5) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap juga merupakan kemampuan
memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian.
Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak,
atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa
dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

6) Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude
merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang
atau kemampuan tertentu.Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

7) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta
selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian
selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat
selingan beberapa menit.

8) Rasa Percaya Diri


Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
“perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil
menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan
selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

9) Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:

1) Belajar pada akhir semester

2) Belajar tidak teratur


3) Menyia-nyiakan kesempatan belajar

4) Bersekolah hanya untuk bergengsi

5) Dating terlambat bergaya seperti pemimpin

6) Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,

7) Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.

Kebiasaa-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar,
kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar
tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal
seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

10) Cita-cita Siswa

Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan
motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi
siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.

2. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan
social dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan Sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya,
sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat
orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

1) Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

2) Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

3) Lingkungan sosial keluarga.

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat


orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

b. Lingkungan non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

1) Lingkungan alamiah

Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal
ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik.
Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan
tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya
serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus
diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas,
tidak akan maksimal.

2) Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabi dan lain sebagainya.
3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar
guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan konsdisi siswa.

C. Cara-cara belajar efektif

1) Keteraturan dalam belajar

Cara belajar yang efisien mengandung asas-asas tertentu yang tidak saja untuk dipahami
melainkan lebih dihayati sepanjang masa dalam belajarnya. Asas adalah suatu dalil umum
yang dapat diterapkan pada suatu rangkaian kegiatan untuk menjadi petunjuk dalam
melakukan tindakan-tindakan.Dalam belajar yang baik / cara belajar yang efektif efisien,
yang menjadi pokok pangkal pertama ialah adanya suatu keteraturan, baik dalam belajar,
mencatat ataupun menyimpan alat-alat perlengkapan untuk belajar.

2) Disiplin belajar

Asas lain cara belajar yang baik ialah disiplin. Dengan jalan berdisiplin untuk
melaksanakan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seseorang
mempunyai cara belajar yang baik. Karena berdisiplin selain akan membuat seseorang
memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik juga merupakan suatu proses kearah
pembentukan watak yang baik yang akan menciptakan pribadi yang luhur. Dengan
demikian cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yang dapat dimiliki seseorang
dengan jalan latihan.

3) Konsentrasi

Setiap orang yang sedang menuntut ilmu harus melakukan konsentrasi dalam belajarnya,
karena tanpa konsentrasi dalam belajarnya, tak mungkin berhasil menguasai pelajaran
yang diberikannya. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
menyampaikan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.

4) Pemakaian perpustakaan
Selain keteraturan, disiplin dan konsentrasi masih ada satu hal lagi yang perlu dijadikan
pedoman, yaitu perpustakaan, sebab tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa
bacaan dan gudang bacaan itu hanya terdapat dalam perpustakaan .

Perlunya pemakaian kepustakaan sebab tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa
buku bacaan, minat baca untuk meningkatkan prestasi belajar.

Proses berpikir dan pemecahan masalah

A. Proses berpikir

Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an
pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian
masalah.

B. Kegiatan berpikir

1. Berfikir asosiatif

Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya,
jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:

o Asosiasi bebas

Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide
tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak
yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya

o Asosiasi terkontrol

Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya,
ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya,
pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal
lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam
barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.

o Melamun
Menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak
realistis.

o Mimpi

Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini
kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat
diingat.

o Berfikir artistik

Proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan
pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para
seniman dalam mencipta karya-karya seninya.

2. Berfikir terarah

Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan
pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir
terarah, yaitu:

o Berfikir analitis

Berpikir analitis yaitu Berpikir Konvergen (cenderung


menyempit dan menuju jawaban yang tunggal.

o Berfikr kreatif

Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara


berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru,
menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya untuk memperoleh lebih dari satu
jawaban.

Dalam berpkir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal
dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang
terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf.

Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol


matematika, simbol simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik,
mata uang, dan sebagainya.
Strategi pemecahan masalah

A. Strategi menyeluruh

Dalam strategi ini, persoalan dipandang sebagai sesuatu yang menyeluruh dan dipecahkan
secara keseluruhan. Dalam strategi ini seringkali ditemikan hal-hal yang sama pada
beberapa bagian, sehingga dapat diatasi sekaligus. Cara ini lebih efisien jika waktunya
terbatas.

B. Stategi detalistis

Dalam strategi ini, persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian
demi bagian.

Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:

a. Set:

Yaitu pemecahan-pemecahan persoalan yang berhasil dan cenderung dipertahankan pada


persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul set), padahal belum tentu persoalan yang
berikutnya itu dapat dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul
kesulitan-kesulitan, terutama jika orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.

b. Sempitnya pandangan:

Hal ini sering muncul dalam memecahkan persoalan apabila seseorang hanya melihat satu
kemingkinan jalan keluar. Meskipun kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang
tersebut akan mencobanya secara terus-menerus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang
lain.
Kesimpulan

Seorang berpikir itu tidak hanya dengan otaknya, tetapi juga dengan seluruh tubuhnya.
Sitem syaraf itu mempunyai peranan yang penting dalam berpikir, karena
mengintegrasikan semua bagian tubuh, alat indera, otot dan kelenjar memegang peranan
yang tidak kalah penting. Proses berpikir juga sangat berperan dalam memecahkan
masalah. Namun, dalam berpikir juga ada suatu hal yang dapat menghambatnya, misalnya
data yang kurang sempurna sehinga masih banyak lagi data yang harus
diperoleh.Kekreativitasan dalam berpikir juga sangat dibutuhkan, terlebih dalam dunia
pendidikan. Khususnya bagi para pendidik dan para siswa/mahasiswa yang dididiknya,
dimana kreativitas merupakan salah satu bentuk transfer karena melibatkan aplikasi
pengetahuan dan keterampilan yang telah diketahui sebelumnya kepada situasi yang baru.
Ada tidaknya unsur kreatif pada seseorang dapat ditinjau dari 2 komponen berikut yaitu:
perilaku baru

Anda mungkin juga menyukai