Anda di halaman 1dari 74

BAGIAN I LAPORAN KEUANGAN

A. 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN (APBD)

1.1Pengertian

Laporan Realisasi Anggaran (LRA ) merupakan salah

satu komponen laporan keuangan pemerintah yang

menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas

pelapor secara tersanding untuk satu periode tertentu.

Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukan

tingkat capaian target-target yang telah disepakati antara

legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna

anggaran dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi

sumber-sumber daya ekonomi , akuntabilitas, dan ketaatan

entitas pelaporan terhadap anggaran. Berhubung anggaran

akan disandingkan dengan realisasinya maka dalam

penyusunan APBD seharusnya digunakan struktur, definisi,

dan basis yang sama dengan yang digunakan dalam

pelaporannya.

1.2. Ruang Lingkup

APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan

pembiayaan. Pendapatan adalah semua penerimaan kas

umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam

1
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi

hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh

pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum

daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode

tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan

yang perlu dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang

akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,

yang dalam penganggaran pemerintah terutama

dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan

surflus anggaran. Pendapatan dipungut berdasarkan

Undang-Undang. Oleh karena itu jenis pendapatan yang

dipungut dan / atau diterima oleh Pemerintah Daerah harus

sesuai dengan undang-undang. Belanja mencakup seluruh

jenis belanja sebagaiman diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Pembiayaan mencakup seluruh

transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Anggaran pemerintah daerah dituangkan

dalam bentuk APBD, yang merupakan pedoman tindakan

yang akan dilaksanakan pemerintah, meliputi rencana

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan selama satu

periode tertentu.

Ι 2
Anggaran diukur dalam satuan rupiah. Anggaran

diklasifikasikan secara sistematis sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Anggaran belanja yang dituangkan

dalam Perda APBD disebut sebagai appropiasi, yaitu

merupakan anggaran yang disetujui oleh DPRD yang

merupakan mandat yang diberikan kepada Walikota untuk

melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang

ditetapkan. Sedangkan anggaran pendapatan dalam Perda

APBD disebut Estimasi Pendapatan.

Berdasarkan APBD selanjutnya disiapkan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD. Anggaran yang

dialokasikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) sebagai Pengguna Anggaran dituangkan ke dalam

DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Anggaran

pendapatan SKPD pada DPA disebut Estimasi Pendapatan

yang dialokasikan. Anggaran Belanja dalam DPA disebut

Allotment. Dengan demikian, LRA SKPD membandingkan

antara realisasi terhadap alokasi anggaran dalam satu DPA

SKPDyang bersangkutan, sedangkan untuk LRA ditingkat

pemerintah daerah realisasi anggaran dibandingkan dengan

estimasi pendapatan dan appropriasi yang tertuang dalam

APBD.

Ι 3
1.3. Sruktur Anggaran

Anggaran terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran

belanja, dan anggaran pembiayaan. Struktur anggaran

tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

a) Pendapatan

b) Belanja

c) Surplus/Defisit

d) Pembiayaan

e) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran

a. Pendapatan

Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli

Daerah, Pendapatan Transfer, dan lain-lain

pendapatan yang sah.

1. Pendapatan Asli Daerah merupakan pajak yang

dihasilkan daerah itu sendiri, terdiri dari :

Pendapatan Pajak Daerah, pendapatan retribusi

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan PAD lain-lain.

2. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang

berasal dari entitas pelaporan lain, seperti

Ι 4
Pemerintah Pusat atau daerah otonom lain dalam

rangka perimbangan keuangan.

3. Lai-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan

lainnya yang diperkenankan menurut peraturan

perundang-undangan misalnya hibah dan dana

darurat.

b. Belanja

Belanja diklasifikasikan menurut organisasi , fungsi

dan ekonomi. Klasifikasi menurut organisasi artinya

anggaran dialokasikan ke organisasi sesuai dengan

struktur organisasi pemerintah daerah yang

bersangkutan. Klasifikasi organisasi ini tidak disajikan

dilembar muka laporan keungan, melainkan disajikan

di catatan atas laporan keuangan.

Berdasarkan karakter belanja dikelompokan menjadi

belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak

terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk

sehari-hari pemerintah daerah yang memberi manfaat

dalam jangk waktu pendek.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi

Ι 5
manfaat lebih ,satu, periode ,akuntansi,

,seperti,tanah,,gedung,dan,bangunan, peralatan dan

mesin, dll.

Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran

untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

diharapkan berulang seperti bencana alam.

c. Transfer

Transfer yang dimaksud adalah transfer keluar yaitu

pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan ke

entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana

perimbangan dan dana bagi hasil.

d. Surplus/ Defisit

Surplus / Defisit timbul sehubungan dengan

penggunaan anggaran defisit, dimana jumlah

pendapatan tidak dama dengan jumlah belanja.

Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan

belanja selama satu periode pelapora. Defisit adalah

selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama

periode pelaporan.

e. Pembiayaan ( Financing)

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi

keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun

Ι 6
pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima

kembali, yang dalam pengganggaran pemerintah

terutama dimakdudkan untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran.

f. Pembiayaan Neto

Pembiayaan Neto adalah selisih antara penerimaan

pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan.

g. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran

SILPA merupakan selisih antara penerimaan anggaran

dikurangi dengan pengeluaran anggaran. Dengan kata

lain jumlah ini diperoleh dengan menjumlahkan

surplus/defisit dengan pembiayaan neto.

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN (APBN)

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan khususnya

melalui upaya kesehatan promotif dan prepentif perlu

menetapkan Bantuan Operasional Kesehatan(BOK) di

Puskesmas dan jaringannya sesuai dengan peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 210 tahun 2011 tentang

petunjuk teknis bantuan Operasional Kesehatan. Pada pasal 1

penyelenggaraan Bantuan Operasional Kesehatan dalam rangka

Ι 7
1. Meningkatkan akses dan pemerataan kesehatan masyarakat

melalui kegiatan promotif dan prepentif puskesmas untuk

mewujudkan pencapian target Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehtan dan Millenium Development Goals (MDGS).

2. Meningkatkan cakupan Puskesmas dalam pelayanan

kesehatan yang bersipat Promotif dan prepentif.

3. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif dan prepentif bagi

perencanaa masyarakat

4. Terselenggaranya proses loka karya Mini di Puskesmas dalam

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

B. NERACA

Laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu

periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan

entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri

dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas yang

dihubungkan dengan persamaan akuntansi berikut:

aset = liabilitas + ekuitas

Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber

kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh

Ι 8
kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi

(triwulanan, caturwulanan, atau tahunan).

C. LAPORAN ARUS KAS

Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang

berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi

investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan / pendanaan serta

kenaikan atau penurunan bersih dalam kas

suatu,perusahaan,selama,satu,periode.

Menurut PSAK No.2 (2002:5) Arus kas adalah arus masuk dan

arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas merupakan

revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana

mereka membelanjakannya.Laporan arus kas merupakan

ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan

selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).

Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam

aliran/arus,kas,yaitu:

1.Cash,inflow

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi

yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas).

Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

a. Hasil,penjualan,produk/jasa,perusahaan.

Ι 9
b. ,Penagihan,piutang,dari,penjualan,kredit

c. Penjualan,aktiva,tetap,yang,ada.

d. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham, bila perseroan

,terbatas.

e. Pinjaman/hutang,dari,pihak,lain.

f. Penerimaan,sewa,dan,pendapatan,lain.

2.Cash,out,flow

Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi

yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash

out flow) terdiri dari :

a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung

dan,biaya,pabrik,lain-lain.

b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi

penjualan.

c. Pembelianaktivatetap.

d. Pembayaran,hutang-hutang,perusahaan.

e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.

f. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan

pengeluaran,lain-lain.

Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan

tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari

suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi

berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan,pendanaan.

Ι 10
Menurut PSAK No.2 (2002:9) Laporan arus kas harus

melaporkan arus kas selama periode tertentu yang

diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan

pendanaan.

Aktivitas,Operasi

Aktivitas operasi menimburkan pendapatan dan beban dari

operasi utama suatu perusahaan. Karena itu aktivitas operasi

mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan dengan

dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan

dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari opersi

berasal dari pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas

yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman

dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi

meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta

pembayaran,bunga,dan,pajak.

Aktivitas,Investasi

Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva

jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk melakukan

kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti

tanah, gedung, atau peralatan merupakan kegiatan investasi,

atau dapat pula berupa pembelian atau penjualan investasi

Ι 11
dalam saham atau obligasi dari perusahaan,lain.

Pada laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari

sekedar pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan

sebagai investasi di neraea. Pemberian pinjaman juga

merupakan suatu kegiatan investasi karena pinjaman

menciptakan piutang kepada peminjam. Pelunasan pinjaman

tersebut juga dilaporkan sebagai kegiatan investasi pada

laporan,arus,kas.

Aktivitas,Pendanaan

Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari

investor dan kreditor yang diperlukan untuk menjalankan dan

melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan pendanaan mencakup

pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel

bayar dan pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan,

dan pembayaran terhadap pemegang saham seperti dividen dan

pembelian saham perbendaharaan. Pembayaran terhadap kreditor

hanyalah mencakup pembayaran pokok pinjaman.

D. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) meliputi penjelasan atau

daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan

dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi

Ι 12
yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

1. Kebijakann Akuntansi

Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari

satu atau lebihentitas akuntansi yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan wajibmenyampaikan Laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Entitas pelaporan dalam hal ini adalah DinasPendapatan dan

Pengelolaan Keuangan yang mempunyai kewajiban menyusun

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai bentuk

pertanggungjawabanpelaksanaan APBD. Sedangkan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) adalahentitas akuntansi yang

berkewajiban menyusun laporan keuangan atas

pertangungjawaban pelaksanaan APBD di SKPD selaku

PenggunaAnggaran/Pengguna Barang.

1.1. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan

Tahunan

Puskesmas menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi

Ι 13
Anggaran yaitu untuk pengakuan pendapatan, belanja dan

pembiayaan serta basis aktual untuk Neraca yang terdiri dari

aset, kewajiban dan ekuitas dana.

1.2. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan

Keuangan

a. Pendapatan

Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas

Umum Daerah.

b. Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari

Rekening Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui

Bendahara Pengeluaran berupa Uang Persediaan, Pengakuan

Belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas

pengeluaran tersebut disahkan oleh fungsi Perbendaharaan

denganditerbitkannya SP2D GU/Nihil.

c. Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada

rekening Kas Daerah sedangkan pengeluaran pembiayaan

diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas daerah.

 Transaksi dalam mata uang asing

Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam

mata uang rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang

Ι 14
asing tersebut menurut kurs tengah Bank Indonesia pada

tanggal transaksi.

 Kas dan Setara Kas

Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang

setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

pemerintahan. Uang tunai terdiri atas uang kertas dan

logam. Kas juga meliputi seluruh Uang Yang Harus

Dipertanggungjawabkan (UYHD)/Uang Persediaan (UP) yang

belum dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca.

Termasuk setara kas yaituinvestasi jangka pendek yang

sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kasyang

mempunyai masa jatuh tempo yang pendek yaitu kurang

dari tiga bulan sejak tanggal perolehannya.

Pengakuan saat diterima atau dikeluarkan dan dinilai

berdasarkan nilai nominal uang.

Apabila ada kas daerah dalam valuta asing maka harus

dikonversi berdasarkan nilai kurs pada tanggal transaksi.

Kas terdiri atas Kas di Umum Daerah, Kas di Bendahara

Pengeluaran dan Kas di Bendahara Penerimaan. Setara kas

terdiri atas simpanan di bank dalam bentuk deposito kurang

dari 3 (tiga) bulan, investasi jangka pendek lainnya yang

sangat likuid atau kurang dari 3 (tiga) bulan.

 Investasi Jangka Pendek

Ι 15
Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat

segeradiperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka

manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki sampai

dengan 12 (dua belas) bulan.

Investasi Jangka Pendek terdiri dari Deposito Berjangka tiga

sampai dua belas bulan dan atau yang dapat diperpanjang

secara otomatis (revolvingdeposits) serta pembelian Surat

Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh

pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat

Bank Indonesia (SBI). Investasi jangka pendek diakui

berdasarkan bukti investasi dan dicatat sebesar nilai

perolehan.

Pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi

jangka pendek apabila memenuhi salah satu kriteria :

a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau

jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi

tersebut dapat diperoleh pemerintah daerah

b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur

secara memadai (reliable)

 Piutang

Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada

pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang

dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau

Ι 16
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang undangan

atau akibat lainnya yang sah.

Piutang antara lain terdiri dari :

a. Piutang Pajak

b. Piutang Retribusi

c. Piutang Dana Bagi Hasil

d. Piutang Dana Alokasi Umum

e. Piutang Dana Alokasi Khusus

Pengakuan piutang terjadi pada akhir periode ketika akan

disusun neraca dan diakui sebesar Surat Ketetapan tentang

Piutang yang belum dilunasi atau pada saat terjadinya

pengakuan hak untuk menagih piutang yaitu pada saat

terbitnya Surat Ketetapan tentang Piutang. Piutang dicatat

sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang

yang belum dilunasi.

Agar nilai piutang sama dengan nilai bersih yang dapat

direalisasikan (NetRealizable Value) maka disesuaikan

dengan melakukan penyisihan piutang tidak tertagih.

Penyisihan piutang diperhitungkan dan dibukukan dalam

periodeyang sama dengan periode timbulnya piutang

sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul

diharapkan dapat ditagih. Penyisihan piutang tidak tertagih

dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang

berdasarkan umur piutang.

Ι 17
 Piutang Lain-Lain

Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan definisi antara

piutang dengan piutang lain-lain, hanya klasifikasinya saja

yang berbeda. Piutang Lain-Lain terdiri dari :

a. Piutang Bagian Lancar Penjualan Angsuran

b. Piutang Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah

c. Piutang Hasil Penjualan Barang Milik Daerah

d. Piutang Dividen

e. Piutang Bagi Hasil Laba usaha Perusahaan Daerah

f. Piutang Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

 Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau

perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung

kegiatan operasional Pemerintah Daerah, dan barang-barang

yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan merupakan aset yang berwujud :

a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan

dalam rangkakegiatan operasional pemerintah daerah

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan

dalam proses produksi

Ι 18
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk

dijual ataudiserahkan kepada masyarakat

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat dalam rangka kegiatan Pemerintah

Daerah.

Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat

berdasarkan inventarisasifisik (stock opname).

Persediaan disajikan sebesar :

 Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian

 Biaya standar jika diperoleh dengan memproduksi

sendiri

 Nilai wajar jika diperoleh dengan cara lain seperti

donasi/rampasan.

Persediaan antara lain terdiri dari :

a. persediaan alat tulis kantor

b. persediaan alat listrik

c. persediaan material/bahan

d. persediaan benda pos

e. persediaan bahan bakar

f. persediaan bahan makanan pokok

 Investasi Jangka Panjang

Ι 19
Investasi Jangka Panjang adalah investasi yang

dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas)

bulan.

Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai

investasi apabila memenuhi salah satu kriteria :

- kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau

jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi

tersebut dapat diperoleh pemerintah

- nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur

secara memadai (reliable). Pengeluaran untuk memperoleh

investasi jangka panjang diakui sebagaipengeluaran

pembiayaan.

Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran

aset pemerintah daerah, maka nilai investasi yang diperoleh

pemerintah daerah adalah sebesar biaya perolehan, atau

nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak

ada.

Penilaian investasi pemerintah daerah dilakukan dengan tiga

metode, yaitu :

a. Metode Biaya

Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat

sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut

diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak

Ι 20
mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan

hukum yang terkait. Kriterianya adalah kepemilikan kurang

dari 20%.

b. Metode Ekuitas

Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat

investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau

dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah

tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk

saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai

investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai

pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga

diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi

pemerintah , misalnya adanya perubahan yang timbul akibat

pengaruh valuta asing serta revaluasi asset tetap. Kriterianya

adalah kepemilikan 20% sampai 50% atau kurang dari 20%

tetapi memiliki pengaruh yang signifikan atau kepemilikan

lebih dari 50%.

c. Metode Nilai Bersih yang dapat Direalisasikan

Metode ini digunakan terutama untuk kepemilikan yang

akan dilepas/dijualdalam jangka waktu dekat.

Investasi Jangka panjang terdiri dari:

Ι 21
a. Investasi Permanen yaitu : investasi jangka panjang yang

dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.

Terdiri dari : penyertaan modal pemerintah daerah pada

perusahaan negara/perusahaan daerah, lembaga keuangan

Negara, badan hukum milik Negara, badan internasional dan

badan hukum lainnya bukan milik Negara serta investasi

permanen lainnya.

b. Investasi Non Permanen yaitu : investasi jangka panjang

yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak

berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya. Terdiri dari

: pembelian Surat Utang Negara, penanaman modal dalam

proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada fihak

ketiga, investasi nonpermanen lainnya.

Investasi non permanen dalam bentuk dana bergulir dinilai

sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable

Value). Penyisihan investasi non permanen dana bergulir

yang tidak tertagih dilakukan berdasarkan umur investasi

non permanen dana bergulir.

 Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

Ι 22
dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus

berwujud dan memenuhi kriteria :

1. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

3. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

entitas

4. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk

digunakan

Selain itu juga mempunyai nilai yang material sesuai nilai

minimum kapitalisasi sebagaimana diatur dalam kebijakan

akuntansi Puskesmas. Untuk penilaian asset sesuai nilai

minimum kapitalisasi akan dilakukan secara bertahap oleh

Bagian Perlengkapan.Aset tetap dinilai dengan biaya

perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan

biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap

didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

belinya atau konstruksinya, ditambah pengeluaran-

pengeluaran lainnya yang dapat diatribusikan secara

langsung ke dalam aset tersebut ke kondisi siap untuk

digunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara

langsung adalah :

1. biaya impor

Ι 23
2. biaya persiapan tempat

3.biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan

dan bongkar muat(handling cost)

4. biaya pemasangan (installation cost)

5. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur

6. biaya konstruksi

7. biaya kepanitiaan

Aset tetap terdiri atas tanah, peralatan dan mesin, gedung

dan bangunan, jalan, jaringan dan instalasi,aset tetap

lainnya dan konstruksi dalampengerjaan.

Kebijakan akuntansi tentang penyusutan sampai dengan 31

Desember 2014 belum dilaksanakan dan bertahap akan

diterapkan setelah penataan aset tetap di lingkungan

Puskesmas selesai dilaksanakan. Suatu aset tetap

dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset

secara permanen dihentikan penggunaanya dan tidak ada

manfaat ekonomik

di masa yang akan datang. Aset tetap secara permanen

dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset

Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah

daerah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus

dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai nilai tercatatnya.

Ι 24
 Dana Cadangan

Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk

beberapa tahun anggaran menampung kebutuhan yang

memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi

dalam satu tahun anggaran. Pembentukan maupun

peruntukan dana cadangan harus diatur dengan peraturan

daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan

untuk peruntukan yang lain. Biasanya digunakan untuk

pembangunan aset, misalnyarumah sakit, pasar induk, atau

gedung olah raga

 Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah daerah yang tidak

dapatdikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka

panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri

atas:

1. Tagihan Piutang Penjualan Angsuran Menggambarkan

jumlah yang dapat diterima dari penjualan

assetpemerintah daerah secara langsung kepada pegawai

Pemerintah daerah/Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.

Contoh: tagihan piutang penjualan angsuran antara lain

adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan

dinas.

Ι 25
Tagihan piutang penjualan angsuran dinilai sebesar nilai

nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset

yangbersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran

yang telah,di Wakili Kepala Daerah ke kas umum daerah

atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

2. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

Tuntutan perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses

yangdilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk

menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita

oleh Negara/daerah sebagai akibat langsung maupun

tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian

dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal

dalam Surat Keputusan Pembebanan setelah dikurangi

dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang

bersangkutan ke kas umum daerah.

Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan suatu proses yang

dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara

dengan tujuan untuk menuntutpenggantian atas suatu

kerugian yang diderita oleh pemerintah/daerah sebagai

akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu

perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh

Ι 26
pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas

kewajibannya. Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai

nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak

(SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah

dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas umum

daerah.

3. Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih

yangmempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan

yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset

dan /atau hak usaha yang dimiliki.

Bentuk kemitraan antara lain berupa :

a) Bangun, Kelola/Guna, Serah adalah suatu bentuk

kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah daerah

oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak

ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau

sarana lain berikut fasilitasnya serta

mendayagunakannya dalam jangka waktutertentu, untuk

kemudian menyerahkannya kembali dan/atau sarana

lainberikut fasilitasnya kepada pemerintah daerah setelah

berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa konsesi).

Dalam perjanjian ini pencatatannyadilakukan terpisah

Ι 27
oleh masing-masing pihak. Dicatat sebesar nilai asetyang

diserahkan oleh pemerintah kepada pihak ketiga/investor

untuk membangun aset Bangun, Kelola/Guna, Serah

tersebut. Aset yang beradadalam Bangun, Kelola/Guna,

Serah ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.

b) Bangun, Serah, Kelola/Guna adalah pemanfaatan aset

pemerintahdaerah oleh pihak ketiga/investor , dengan

cara pihak ketiga/investortersebut mendirikan bangunan

dan/atau sarana lain berikut fasilitasnyakemudian

menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada

pemerintahdaerah untuk dikelola/digunakan sesuai

dengan tujuan pembangunan aset tersebut oleh pihak

ketiga/investor tersebut dalam jangka waktu tertentu

yang disepakati.

Bangun, Serah, Kelola/Guna dicatat sebesar nilai

perolehan aset yang dibangun, yaitu sebesar nilai aset

yang dipisahkan dari aset tetap ditambah dengan jumlah

aset yang dibangun oleh pihak ketiga/investor sesuai

dengan perjanjian kerjasama.

c) Kerjasama Operasi (KSO) adalah perikatan antara

Pemerintah Daerah yang menyediakan aset daerah

dengan pihak ketiga menanamkanmodalnya, selanjutnya

Ι 28
kedua belah pihak secara bersama-sama ataubergantian

mengelola manajemen dan proses operasionalnya sesuai

dengan kesepakatannya. Pengakuan dan penilaian

berdasarkan harga perolehan pada saatbangunan atau

aset lainnya tersebut selesai dibangun.

4. Aset Tidak Berwujud

Aset Tidak Berwujud adalah aset yang secara fisik tidak

dapat dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta

dimiliki untuk digunakandalam menghasilkan barang

atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnyatermasuk

hak atas kekayaan intelektual. Contoh : hak paten, hak

cipta, hakmerek, serta biaya riset dan pengembangan.

Aset tidak berwujud dapat

diperoleh melalui pembelian atau dapat dikembangkan

sendiri olehpemerintah daerah.

Aset tidak berwujud meliputi :

a. software komputer yang dipergunakan dalam jangka

waktu lebih darisatu tahun

b. lisensi dan franchise

c. hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya

d. hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka

panjang

Ι 29
5. Aset Lain-Lain

Pos aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya

yang tidakdapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak

Berwujud, Tagihan PenjualanAngsuran, Tuntutan

Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan

Kemitraandengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain

adalah aset tetap yangdihentikan dari penggunaan aktif

Pemerintah Daerah.

 Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban kepada

pihak ketiga sebagaiakibat transaksi keuangan masa lalu,

yang harus dibayar kembali atau jatuhtempo dalam satu

periode akuntansi terdiri dari :

 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Utang PFK merupakan kewajiban yang timbul akiba

pemerintah belum menyetor kepada pihak lain ata

pungutan/potongan PFK dari SP2D atau dokumen lain yang

dipersamakan. Nilai yang dicantumkan dalam neraca adalah

sebesar saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan

kepada pihak lain sampai dengan tanggal neraca. Terdiri dari

: utang Taspen, utang askes, utangPPh Pusat, utang PPN

Pusat, utang Taperum, utang Perhitungan PihakKetiga

Lainnya.

Ι 30
 Utang Bunga

Utang bunga timbul karena pemerintah daerah mempunyai

kewajibanuntuk membayar beban bunga atas utang.

Nilai yang dicantumkan adalah sebesar biaya bunga yang

telah terjaditetapi belum dibayar oleh pemerintah daerah.

Utang bunga terdiri dari : Utang Bunga kepada Pemerintah

Pusat, UtangBunga kepada Daerah Otonom Lainnya, Utang

Bunga kepada BUMN/BUMD, Utang Bunga kepada

Bank/Lembaga Keuangan, UtangBunga Dalam Negeri

Lainnya, Utang Bunga Luar Negeri.

 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian

utang jangkapanjang yang jatuh tempo dalam satu periode

akuntansi.

Pengakuan dan penilaian pada saat reklasifikasi dalam

periode berjalanatau berdasarkan jumlah pembayaran

bagian lancar utang jangkapanjang yang akan dibayarkan di

satu periode akuntansi mendatang.Terdiri dari : Utang Bank,

Utang Obligasi, Utang Pemerintah Pusat, UtangPemerintah

Provinsi, Utang Pemerintah Kabupaten/Kota.

Ι 31
 Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan yang

sudah diterimakasnya namun pendapatan tersebut belum

menjadi hak pada periodeyang bersangkutan.

Pengakuan dan penilaian pada akhir periode akuntansi

berdasarkanjumlah penerimaan kas yang telah diakui dalam

periode berjalan.Terdiri dari : setoran kelebihan pembayaran

dari pihak ketiga, uang mukapenjualan produk Pemerintah

Daerah dari pihak III, uang muka lelangpenjualan aset

daerah.

 Utang Jangka Pendek Lainnya

Kewajiban Lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang

tidaktermasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam

kewajiban lancarlainnya tersebut adalah biaya yang masih

harus dibayar pada saatlaporan keuangan disusun.

Pengukuran untuk masing-masing item

disesuaiikan dengan karakteristik masing-masing pos

tersebut, misalnyautang pembayaran gaji kepada pegawai

dinilai berdasarkan jumlah gajiyang masih harus dibayarkan

atas jasa yang telah diserahkan olehpegawai tersebut.

 Kewajiban Jangka Panjang

Ι 32
Kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban

pemerintah daerah yangwaktu jatuh temponya lebih dari 12

bulan sejak tanggal pelaporan.

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa

pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau

telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajibanyang ada

sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut

mempunyai nilai

penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban

diakui pada saatdana pinjaman diterima atau pada saat

kewajiban timbul.

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam

mata uang asingdijabarkan dan dinyatakan dalam mata

uang rupiah. Penjabaran mata uangasing menggunakan kurs

tengah bank sentral pada tanggal neraca.

 Ekuitas Dana

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Pemerintah Daerah

yang merupakanselisih antara aset dan kewajiban

Pemerintah Daerah.

Ekuitas Dana diklasifikasikan ke dalam :

a. Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar

dengan kewajibanjangka pendek. Terdiri dari : Sisa Lebih

Ι 33
Pembiayaan Anggaran (SILPA),pendapatan yang

ditangguhkan, cadangan piutang, cadangan persediaan,dana

yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka

pendek.

b. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah

daerah yangtertanam dalam aset non lancar selain dana

cadangan, dikurangi dengankewajiban jangka panjang.

Terdiri dari : diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang,

diinvestasikan dalam Aset Tetap diinvestasikan dalamAset

Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan), dana yang harus

disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang.

c. Ekuitas Dana Cadangan

Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan

pemerintah daerahyang dicadangkan untuk tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya sesuaiperaturan perundang-

undangan. Terdiri atas : diinvestasikan dalam

DanaCadangan.

 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,

dan Peristiwa LuarBiasa

Ι 34
Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya dikelompokkan

dalam 2 (dua) jenis :

1. Kesalahan yang tidak berulang

Adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi

kembali, yangdikelompokan dalam 2 (dua) jenis yaitu

kesalahan yang tidak berulangyang terjadi pada periode

berjalan dan kesalahan yang tidak berulang yangterjadi pada

periode sebelumnya.

– Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada

periodeberjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun

yang tidak,dilakukan dengan pembetulan pada akun yang

bersangkutan dalam periode berjalan.

– Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada

periodeperiodesebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,

apabila laporankeuangan periode tersebut belum diterbitkan,

dilakukan denganpembetulan pada akun pendapatan atau

akun belanja dari periodeyang bersangkutan.

– Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga

mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak

berulangyang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

mempengaruhiposisi kas, serta mempengaruhi secara

material posisi aset selainkas, apabila laporan keuangan

periode tersebut sudah diterbitkan,dilakukan dengan

Ι 35
pembetulan pada akun pendapatan lain-lain, akunaset, serta

akun akuitas dana yang terkait.

– Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga

mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak

berulangyang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

mempengaruhiposisi kas dan tidak mempengaruhi secara

material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan

periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan

pembetulan pada akun pendapatanlain-lain.

– Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak

berulangyang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan

mempengaruhiposisi kas, apabila laporan keuangan periode

tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan

pada akun ekuitas danalancar.

– Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada

periodeperiodesebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi

kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode

tersebut diterbitkan,dilakukan dengan pembetulan pos-pos

neraca terkait pada periodeditemukannya kesalahan.

2. Kesalahan yang berulang dan sistemik

Kesalahan yang berulang dan sistemik tidak memerlukan

koreksi,melainkan dicatat pada saat terjadi.

Ι 36
Perubahan Kebijakan Akuntansi

Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan

hanya apabilapenerapan suatu kebijakan akuntansi yang

berbeda diwajibkan oleh peraturanperundangan atau standar

akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau

apabiladiperkirakan bahwa perubahan tersebut akan

menghasilkan informasi mengenaiposisi keuangan, kinerja

keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebihandal

dalam penyajian laporan keuangan entitas.

Perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya harus

diungkapkandalam Catatan atas Laporan Keuangan

Peristiwa Luar Biasa

Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau

transaksi yangsecara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Di

dalam aktivitas biasa entitaspemerintah daerah termasuk

penanggulangan bencana alam atau sosial yangterjadi

berulang. Dengan demikian, yang termasuk dalam peristiwa

luar biasahanyalah peristiwa-peristiwa yang belum pernah

atau jarang terjadi sebelumnya.

Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh persyaratan

berikut:

a. tidak merupakan kegiatan normal dari entitas

Ι 37
b. tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi

berulang

c. berada diluar kendali atau pengaruh entitas

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi

anggaran atau posisiaset/kewajiban.

Penerapan Kebijakan Akuntansi

Berkaitan dengan Ketentuan yang Adadalam Standar

Akuntansi Pemerintahan Kebijakan akuntansi yang

dipergunakan dalam penyusunan LaporanKeuangan

Puskesmas Tahun 2011 berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5165)

dan Permendagri No. 13 tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006

sebagaimana telah diubah kedua kali dengan

PermendagriNo.21 Tahun 2011 serta Perwali No. 13 Tahun

2010 sebagaimana telah diubah dengan Perwali nomer 58

tahun 2011.

 Penyajian Laporan Keuangan

- Pelaporan keuangan harus menyajikan secara wajar dan

mengungkapkan secara penuh kegiatan Pemerintah Daerah

dan sumber daya ekonomis yang dipercayakan, serta

Ι 38
menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

- Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga

perolehan kecuali terhadap aktiva tetap apabila tidak

diperoleh harga perolehan digunakan harga perolehan yan

diestimasikan

- Transaksi dan kejadian diakui atas dasar kas modifikasian

yaitu merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akrual

- Periode akuntansi adalah sama dengan periode anggaran.

Ι 39
2. Penjelasan Laporan Keuangan

2.1 Laporan realisasi Anggaran

PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK


UPT PUSKESMAS KECAMATAN SUKMAJAYA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

ANGGARAN
NO %
URU URAIAN SETELAH REALISASI LEBIH/ KURANG Realisa
T si
PERUBAHAN

1 2 3 4 5

1 PENDAPATAN
4.567.187.000,00 5.315.295.500,00 (748.108.500,00) 3,23
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
4.567.187.000,00 5.315.295.500,00 (748.108.500,00) 2,21
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 0 0 0 0
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 754.715.000,00 767.733.500,00 -13.018.500,00 101,72%
Pendapatan Hasil Pengelolaan
1.1.3 Kekayaan Daerah yang 0 0 0
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli
1.1.4 -735.090.000,00 119,28%
Daerah yang Sah 3.812.472.000,00 4.547.562.000,00
4.567.187.000,0 5.315.295.500,0 221,01
Jumlah -748.108.500,00
0 0 %

9.206.185.200,0 5.764.094.075,0 2.114.228.525,0


2 BELANJA 62,61%
0 0 0
7.878.322.600,0 5.764.094.075,0 2.114.228.525,0
2.1 BELANJA OPERASI 73,16%
0 0 0
2.1.1 Belanja Pegawai 2.591.736.000,00 2.309.060.000,00 282.676.000,00 89,09%
2.1.2 Belanja Barang 5.286.586.600,00 3.455.034.075,00 1.831.552.525,00 65,35%

2.2 BELANJA MODAL 1.327.862.600,0 0,00 0,00 0,00


0
2.2.1 Belanja Tanah 0,00 0,00 0,00
-
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 1.327.862.600,00 0,00 0,00 0,00
2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 0,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Jalan, Irigasi dan
2.2.4 0,00 0,00 0,00 0,00
Jaringan
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00

2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00


9.206.185.200,0 5.764.094.075,0 2.114.228.525,0
Jumlah 62,61%
0 0 0
- -
Surplus/(Defisit) 4.638.998.200,0 -448.798.575,00 2.862.337.025,0 9,67%
0 0

Ι 40
2.2 Neraca

PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK


PUSKESMAS SUKMAJAYA
NERACA
Per 31 Desember Tahun 2014 dan tahun 2014
TAHUN 2014 TAHUN 2013 TAHUN 2012

URAIAN (Rp) (Rp) (Rp)


ASET 12.351.184.784,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00
ASET LANCAR 1.329.530.400,00 0,00 0,00
Kas 1.329.530.400,00 0,00 0,00
Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00 0,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00 0,00
Kas di Bank (JKN) 1.329.530.400,00 0,00 0,00
Piutang 0,00 0,00 0,00
Piutang Retribusi 0,00 0,00 0,00
Piutang Lain-lain 0,00 0,00 0,00
Persediaan 0,00 0,00 0,00

Jumlah
ASET TETAP 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00
Tanah 1.715.125.000,00 1.715.125.000,00 1.715.125.000,00
Gedung dan Bangunan 6.596.096.149,00 6.546.656.049,00 5.511.601.764,00
Peralatan dan Mesin 2.365.404.590,00 2.315.964.490,00 2.300.779.357,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan 321.883.645,00 321.883.645,00 321.883.645,00
Aset Tetap Lainnya 23.145.000,00 23.145.000,00 23.145.000,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Jumlah 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00


ASET LAINNYA 0,00 0,00 0,00
Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah


Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain

Jumlah 0,00 0,00 0,00

JUMLAH ASET 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00

KEWAJIBAN 1.329.530.400,00 0,00 0,00


KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Uang Muka dari Kas Daerah
Pendapatan Diterima Dimuka 1.329.530.400,00 0,00 0,00
Utang Jangka Pendek Lainnya

Jumlah 1.329.530.400,00 0,00 0,00

Ι 41
EKUITAS DANA 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00

EKUITAS DANA LANCAR (448.798.575,00) (1.474.801.686,00) (727.925.678,00)

SILPA (448.798.575,00) (1.474.801.686,00) (727.925.678,00)


Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan

Jumlah -448.798.575,00 -1.474.801.686,00 -727.925.678,00


EKUITAS DANA INVESTASI 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

Jumlah 11.021.654.384,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00

EKUITAS DANA UNTUK DIKONSOLIDASI 448798575,00 1.474.801.686,00 727.925.678,00

RK PPKD 448798575,00 1.474.801.686,00 727.925.678,00

Jumlah 448798575,00 1.474.801.686,00 727.925.678,00


JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
12.351.184.784,00 10.922.774.184,00 9.872.534.766,00

Ι 42
2.3 Arus Kas

PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK


PUSKESMAS SUKMAJAYA
ARUS KAS
PER 31 Desember 2014
TAHUN 2014
URAIAN (Rp)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk :
Pendapatan Dari Layanan 5.315.295.500,00
Pendapatan Non Operasional (non AT)
Jumlah Arus kas masuk 5.315.295.500,00
Arus Kas Keluar :
Belanja Operasional 5.764.094.075,00
Belanja Non Operasional
Jumlah Arus kas keluar 5.764.094.075,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI -448.798.575,00
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NONKEUANGAN
Arus Kas Masuk :
Hasil Penjualan Aset Tetap
Hasil Penjualan Aset Lain-lain
Jumlah Arus kas masuk 0
Arus Kas Keluar :
Belanja Modal 0,00
Belanja Investasi Jk Panjang
Jumlah Arus kas keluar 0,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN 0,00
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hibah Tidak Terikat
Penerimaan dari APBD 3.574.981.115,00
Penerimaan dari APBN
Penerimaan Piutang
Perolehan Pinjaman
Jumlah Arus kas Masuk 3.574.981.115,00
Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Pembayaran Utang
Pemberian Pinjaman
Setoran Ke Pemkab Sukabumi
Jumlah Arus Kas Keluar 0,00
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 3.574.981.115,00
ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Dari Fihak Ketiga
Jumlah Arus kas Masuk 0
Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan dari Fihak Ketiga
Jumlah Arus Kas Keluar 0
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN 0
Kenaikan/Penurunan Bersih Kas 3.126.182.540,00
Saldo Awal Kas dan Setara Kas (1 Januari 2012)
Saldo Akhir Kas 3.126.182.540,00

Ι 43
BAGIAN II INFORMASI MANAJEMEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah ditetapkan ketentuan BPJS, maka peran

Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat

pertama menjadi semakin vital. Puskesmas menjadi ujung

tombak pelayanan kesehatan, sehingga BPJS memandang

perlu untuk mentransfer dana kapitasi langsung ke rekening

Puskesmas. Muncul permasalahan, karena Puskesmas sebagai

Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Kesehatan, terikat

dengan ketentuan penggunaan dan pelaporan keuangan

dengan mekanisme APBD, maka dana tersebut tidak bisa di

gunakan secara langsung, permasalahan ini bisa diatasai

dengan menjadikan Puskesmas menjadi Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD). BLUD memiliki beberapa fleksibilitas yaitu

dapat menggunakan dana kapitasi secara langsung,

mengunakan fleksibilitas penggunaan anggaran yaitu ambang

batas, dan mengintegrasikan anggaran ke RKA ( Rencana

Kegiatan dan Anggaran) Dinas Kesehatan. Namaun disisi lain

44
tuntutan akuntabilitas BLUD juga sangat tinggi, yaitu harus

menyusun Tata Kelola, Rencana Bisnis dan Anggaran ( RBA ),

Laporan Keuangan dan Standar Pelayanan Minimal ( SPM )

Puskesmas yang telah ditetapkan sebagai Badan Layanan

Umum (BLU) memiliki kewajiban untuk menyusun laporan

keuangan pokok atau prognosa / proyeksi laporan keuangan

sesuai dengan Permendagri No. 61 tahun 2007 pasal 16 yang

terdiri dari Laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas

laporan keuangan. Untuk penyusunan Laporan keuangan bagi

SKPD atau unit kerja yang baru dibentuk dengan berpedoman

pada Standar Akuntansi yang diterbitkan oleh Asosiasi Propesi

Akuntansi Indonesia.sedangkan untuk penyusunan Laporan

Realisasi Anggaran harus sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP). Karena SAK disusun berdasarkan prinsip

accrual basis dan SAP disusun belum sepenuhnya berdasarkan

accrual basis maka timbul perbedaan.Atas perbedaan tersebut

manajemen Puskesmas wajib menyusun rekonsiliasi.

Hal terpenting adalah perubahan yang menuntut pergeseran

pla pikir dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manuasia

Ι 45
B. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PUSKESMAS SUKMAJAYA KOTA DEPOK

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah

yang akuntabel dan transparan sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

tentang penimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah. Laporan keuangan tersebut meliputi :

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan

Keuangan yang disusun seseuai dengan Standar Akutansi

Pemerintahan sebagaimana yang diatur dalam Pemerintah No.

24 Tahun 2005 Tentang Standar Akutansi Pemerintahan.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan

Puskesmas SukmajayaKota Depok adalah untuk mengevaluasi

posisi keuangan dan bahan informasi serta perbandingan

laporan keuangan per 31 Desember 2014.

Ι 46
C. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PUSKESMAS SUKMAJAYA KOTA DEPOK

Dasar hukum penyusunan Laporan Keuangan Puskesmas

Sukmajaya Anggaran Tahun 2014 sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah

2. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

3. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme,

4. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

5. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan

Negara

6. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

7. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

Ι 47
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang

pedoman teknis Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum

Daerah.

Peraturan perundang-undangan tersebut diatas

merupakan ketentuan yang telah mengerahkan pembangunan

Sistem Akutansi Pemerintah Daerah (SPAD) agar laporan

keuangan yang dihasilkan memenuhi asas tertib, transparasi,

akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat

dipercaya, dan mudah dimengerti serta dihasilkan dari suatu

proses akutansi.

Ι 48
BAB II

EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN KEUANGAN, DAN PENCAPAIAN

TARGET YANG TELAH DITETAPKAN

A. EKONOMI MAKRO

Ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah studi

tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro-ekonomi

menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak

masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat

digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk

memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan

ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian

keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Meskipun ekonomi makro merupakan bidang

pembelajaran yang luas, ada dua area penelitian yang menjadi

ciri khas disiplin ini: kegiatan untuk mempelajari sebab dan

akibat dari fluktuasi penerimaan negara jangka pendek (siklus

bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari

pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan

pendapatan nasional). Model makro-ekonomi yang ada dan

Ι 49
prediksi-prediksi yang ada jamak digunakan oleh pemerintah

dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan

evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis.

Makro-ekonomi meliputi berbagai konsep dan variabel, tetapi

selalu ada tiga topik utama untuk penelitian makro-

ekonomi.Teori-teori makro-ekonomi biasanya terhubung

dengan fenomena keluaran, pengangguran dan inflasi.Diluar

teori makro-ekonomi, topik-topik tersebut juga sangatlah

penting untuk semua agen ekonomi termasuk pekerja,

konsumen dan produsen.

Pengeluaran dan Pendapatan

Keluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara

pada masa yang sudah ditentukan. Semua yang diproduksi

dan dijual menghasilkan pendapatan. Maka dari itu, keluaran

dan pendapatan biasanya dianggap setara dan dua istilah

tersebut sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa

diukur sebagai jumlah pendapatan, atau, bisa dilihat dari sisi

produksi dan diukur sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa

atau bisa juga dari penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam

negeri.

Ι 50
Keluaran ekonomi makro biasanya diukur dengan Produk

Domestik Bruto (PDB) atau salah satu akun nasional. Ekonom

yang tertarik dengan kenaikan keluaran jangka panjang akan

mempelajari pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi,

akumulasi mesin dan modal lainnya, serta pendidikan yang

lebih baik dan modal manusia semuanya akan berujung pada

keluaran ekonomi lebih besar di selama berjalannya waktu.

Tetapi, keluaran tidak selalu naik secara konsisten. Siklus

bisnis bisa menyebabkan penurunan keluaran jangka pendek

yang disebut resesi. Ekonom mencari kebijakan ekonomi makro

yang bisa mencegah ekonomi anjlok ke jurang resesi dan

akhirnya bisa memacu pertumbuhan jangka panjang dengan

lebih cepat.

Pengangguran

Jumlah pengangguran di sebuah ekonomi diukur dengan

angka pengangguran, yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa

pekerjaan yang ada di dalam angkatan kerja.Angkatan kerja

hanya memasukan pekerja yang aktif mencari kerja.Orang-

orang pensiunan, mengejar pendidikan atau yang tidak

mendapat dukungan mencari kerja karena ketiadaan prospek

kerja, tidaklah termasuk di dalam angkatan kerja.

Ι 51
Inflasi dan Deflasi

Kenaikan harga umum disebuah ekonomi disebut dengan

inflasi. Ketika harga menurun, maka terjadi deflasi. Ekonom

mengukur perubahan harga ini menggunakan indeks harga.

Inflasi bisa terjadi ketika suhu ekonomi menjadi terlalu panas

dan tumbuh terlalu cepat. Mirip dengan ini, ekonomi yang

merosot bisa mengakibatkan deflasi.

Bank Sentral yang mengatur ketersediaan uang suatu negara,

selalu mencoba menghindari adanya perubahan tingkat harga

menggunakan kebijakan moneter. Dengan menaikan tingkat

suku bunga atau menurunkan ketersediaan uang di dalam

sebuah ekonomi akan menurunkan inflasi. Inflasi bisa

mengakibatkan bertambahnya ketidakpastian dan konsekuensi

negatif lainnya. Deflasi bisa menurunkan keluaran ekonomi.

Permasalahan dalam Ekonomi Makro

1. kemiskinanan dan pemerataan

2. krisis nilai tukar

3. hutang luar negeri

4. perbankan, kredit macet

5. inflasi

6. pertumbuhan ekonomi

7. pengangguran

Ι 52
B. KEBIJAKAN KEUANGAN

Kebijakan Keuangan Daerah

Implementasi Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-

Undang Nomor 25 tahun 1999 yang disempurnakan menjadi

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Nomor 33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

membawa angin segar terhadap demokratisasi dan pembangunan

di daerah. Sebab, dengan diimplementasikannya undang-undang

tersebut berarti daerah memiliki kewenangan yang semakin besar

dalam hal mengurus rumah tangga sendiri, termasuk di dalamnya

adalah kewenangan yang lebih besar dalam hal penyusunan

anggaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

menegaskan dalam pasal 8 bahwa APBD disusun dengan

pendekatan kinerja. Peraturan ini mengubah sistem anggaran dari

sistem anggaran yang disusun dengan metode incremental

menjadi sistem anggaran yang berbasis pada kinerja. Dengan

sistem ini menuntut adanya transparansi, akuntabilitas, dan

evaluasi yang memadai dari semua stakeholder yang

berkepentingan. Lebih jelasnya perspektif perubahan pengelolaan

Ι 53
anggaran ini adalah sebagai berikut menurut para pakar adalah

sebagai berikut :

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada

kepentingan publik (public oriented).

2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada

umumnya dan anggaran daerah pada khususnya.

3. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para

partisan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti

DPRD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan perangkat

daerah lainnya.

4. Kerangka hukum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi,

dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah

mekanisme pasar, value for money, transparansi dan

akuntabilitas.

5. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran

kinerja dan anggaran multi tahunan.

6. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang dan aset daerah

yang lebih professional.

7. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran

DPRD, dan akuntan publik dalam pengawasan, pemberian

opini dan rating kinerja anggaran, dan transparansi anggran

kepada publik.

Ι 54
8. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan

peran pembinaan, peran asosiasi, dan peran anggota

masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat

pemerintah daerah.

9. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk

menyediakan infromasi keuangan daerah yang akurat dan

pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap

penyebaran informasi sehingga memudahkan pelaporan,

pengendalian serta kemudahan mendapatkan informasi.

Surat Keputusan Menteri dalam Negri No. 29 tahun 2002 tentang

Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan

Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, telah

menggariskan secara detil sebagai pedoman bagi seluruh

Pemerintah daerah. Sistem perencanaan ini menuntut kepada

daerah untuk membuat Rencana Pembangunan Jangka Panjang

untuk menyususn dan menjabarkan visi dan misi daerah.

Dokumen tersebut dijabarkan lagi menjadi dokumen Rencana

jangka pendek Lima Tahunan.

Ι 55
BAB III
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

A. Ikhtiar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan


Pada Tahun Anggaran Tahun 2014 Anggaran Belanja dan
Realisasi sasaran kinerja Puskesmas Sukmajaya selama Tahun 2014
dapat dilihat secara ringkas pada tabel 1 berikut ini :
ANGGARAN
NO
%
URU URAIAN SETELAH REALISASI LEBIH/ KURANG
Realisasi
T
PERUBAHAN

1 2 3 4 5

1 PENDAPATAN 5.315.295.500,00 3,23


4.567.187.000,00 (748.108.500,00)
PENDAPATAN ASLI
1.1 5.315.295.500,00 2,21
DAERAH 4.567.187.000,00 (748.108.500,00)
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 0 0 0 0
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 754.715.000,00 767.733.500,00 -13.018.500,00 101,72%
Pendapatan Hasil
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan 0 0 0
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli
1.1.4 4.547.562.000,00 -735.090.000,00 119,28%
Daerah yang Sah 3.812.472.000,00
Jumlah 4.567.187.000,00 5.315.295.500,00 -748.108.500,00 221,01%

2 BELANJA 9.206.185.200,00 5.764.094.075,00 2.114.228.525,00 62,61%


2.1 BELANJA OPERASI 7.878.322.600,00 5.764.094.075,00 2.114.228.525,00 73,16%
2.1.1 Belanja Pegawai 2.591.736.000,00 2.309.060.000,00 282.676.000,00 89,09%
2.1.2 Belanja Barang 5.286.586.600,00 3.455.034.075,00 1.831.552.525,00 65,35%

2.2 BELANJA MODAL 0,00 0,00 0,00


1.327.862.600,00
2.2.1 Belanja Tanah 0,00 0,00 0,00
-
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 1.327.862.600,00 0,00 0,00 0,00
Belanja Gedung dan
2.2.3 0,00 0,00 0,00 0,00
Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan
2.2.4 0,00 0,00 0,00 0,00
Jaringan
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00

2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 9.206.185.200,00 5.764.094.075,00 2.114.228.525,00 62,61%

Surplus/(Defisit) -4.638.998.200,00 -448.798.575,00 -2.862.337.025,00 9,67%

Ι 56
B. Hambatan dan Kendala yang Ada dalam Pencapaian Target

yang Telah Ditetapkan

Secara umum permasalahan yang masih dihadapi dalam

pengelolaanpendapatan daerah dipengaruhi masalah internal

maupun eksternal.

Permasalahan internal antara lain : kurangnya SDM, sarana

prasarana, sehingga kepuasan pelayanan yang diberikan

kepada pasien.

Permasalahan eksternal antara lain : adanya perda No.09

tahun 2009 tentang retribusi, antara lain adanya pembebasan

retribusi bagi semua masyarakat baik yang memiliki kartu

jaminan maupun umum. Di sisi lain puskesmas dituntut

pencapaian target retribusi.

C. Faktor Pendukung Pencapaian Target yang Telah

Ditetapkan

Faktor-faktor penunjung pencapaian kinerja adalah:

a) Adanya perbaikan system kerja, sarana dan prasarana yang

mendukung pencapaian target kinerja.

Ι 57
b) Adanya peningkatan kapaisatas sumberdaya aparatur baik

melalui pembinaan dan pelatihan internal/eksternal,

ataupun melalui pengingkatan jenjang pendidikan.

c) Semakin meningkatnya koordinasi lintas sekor ataupun

lintas program.

d) Semakin meningkatnya koordinasi dengan pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah daerah dan intansi-

intasi terkait dengan Puskesmas Sukmajaya

Ι 58
BAB IV

INFORMASI MANAJEMEN LAINNYA

A. JUMLAH KUNJUNGAN PASEN

Grafik kunjungan pasien rawat jalan Puskesmas Sukmajaya

Tahun 2014

Tabel 2.1

Kunjungan Pasien Rawat Jalan Umum UPT Puskesmas Kecamatan


Sukmajaya Tahun 2014

Jumlah Kunjungan
Bulan Poli Poli Poli Pelayanan
TOTAL
Umum lansia Balita Sore-Malam

Januari 2848 1845 736 3190 8619

Februari 3876 1378 929 3499 9682

Maret 4206 1710 1141 3987 11044

April 4488 2010 1086 4363 11947

Mei 2828 542 947 3686 8003

Juni 2073 1942 871 3693 8579

Juli 2290 1384 633 2756 7063

Agustus 2484 1766 964 4176 9390

September 2561 2014 1065 4009 9649

Oktober 2186 1960 832 3835 8813

November 1558 2133 895 3551 8137

Desember 2334 1942 873 3486 8635

Jumlah 33732 20626 10972 44231 109561

Sumber: Laporan Tahunan 2014 UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya

Ι 59
Grafik 2.1
Kunjungan Pasien Rawat Jalan
UPT Puskesmas Kec. Sukmajaya Tahun 2014

14000

12000

10000

8000
Jumlah

6000

4000

2000

0
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des
Series1 8619 9682 11044 11947 8003 8579 7063 9390 9649 8813 8137 8635

Sumber: Laporan Tahunan Tahun 2014.

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa untuk rawat jalan umum

masih memperlihatkan data yang fluktuatif. Melihat dari grafik diatas,

kunjungan pasien tertinggi pada bulan April sebanyak 11947 pasien.

Sedangkan kunjungan pasien rawat jalan terendah pada bulan Juli

sebanyak 7063 pasien. Hal ini disebabkan pada bulan juli, merupakan

bulan Suci Ramadhan.

Ι 60
Tabel 2.2

Kunjungan Pasien Rawat Jalan Umum UPT Puskesmas Kecamatan


Sukmajaya Tahun 2014

Jumlah Kunjungan Pasien Umum


Bulan
Pagi Pusling Sore Malam Jumlah

Januari 3965 64 2572 355 6956

Februari 4141 128 2404 444 7117

Maret 4232 109 2336 330 7007

April 4522 113 2476 335 7446

Mei 3744 79 2126 356 6226

Juni 3671 57 2102 437 6267

Juli 3111 41 1144 239 4494

Agustus 3973 21 2355 440 6789

September 3961 133 2207 414 6715

Oktober 3332 77 1998 355 5762

November 3065 92 1699 229 4993

Desember 3457 120 2073 308 5958

Total 45174 1034 25492 4242 75730

Jumlah kunjungan Rawat Jalan Umum


8000
7000
6000
5000
4000
3000 Jumlah kunjungan rwt
2000 Jalan Umum
1000
0
November
Mei

juli
Agustus

Desember
maret
April

Juni

September
Oktober
Februari
januari

Ι 61
Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa untuk rawat jalan

umum masih memeperlihatkan data yang fluktuatif. Melihat dari grafik

diatas, kunjungan pasien tertinggi pada bulan April sebanyak 7446 pasien.

Sedangkan kunjungan pasien rawat jalan terendah pada bulan Juli

sebanyak 4494 pasien. Hal ini disebabkan pada bulan juli, merupakan

bulan Suci Ramadhan.

Tabel 2.2

Kunjungan Pasien Rawat Jalan Umum UPT dan UPF Puskesmas

Kecamatan Sukmajaya Tahun 2012 – 2014

Tahun
No PUSKESMAS

2012 2013 2014

1 Sukmajaya 91.371 100.237 109.561

2 Baktijaya 32.260 33.493 35.167

3 Abadijaya 47.518 47.967 50.366

4 Pondok
Sukmajaya 14.397 15.863 13.847

JUMLAH 185.546 16.628 208.341

Ι 62
Tabel 2.3
Kunjungan Pasien Rawat Jalan Gigi
UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014
Bulan Jumlah Kunjungan
Januari
403
Februari 406
Maret
505
April
447
Mei
466
Juni
442
Juli
396
Agustus
546
September 448
Oktober
403
November
405
Desember 448
Sumber: Laporan Tahunan 2014 UPT Puskesmas Kec. Sukmajaya

Grafik 2.2Kunjungan Pasien Rawat Jalan Gigi


UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014

600

500

400

300

200 jumlah Kunjungan

100

0
Juli
Mei

Agustus
Maret

Desember
April

Juni

Oktober
November
Januari
Februari

September

Sumber : Laporan Tahunan 2014

Ι 63
Dari grafik di atas terlihat bahwa realisasi kunjungan pasien rawat
jalan gigi memperlihatkan data yang fluktuatif. Kunjungan pasien rawat
jalan gigi terendah pada bulan Juli sebanyak 396 pasien. Hal ini
disebabkan pada bulan juli, merupakan bulan Suci Ramadhan.

Tabel 2.4

Kunjungan Pasien Rawat Jalan Gigi UPT dan UPF Puskesmas Kecamatan
Sukmajaya Tahun 2012 - 2014

Tahun
No Puskesmas
2012 2013 2014

1 Sukmajaya 4980 5028 5040

2 Baktijaya 3807 3478 3468

3 Abadijaya 4093 3722 3879

4 Pondok sukmajaya 1869 2353 2101

JUMLAH 14749 14581 14488

Tabel 2.4
Jumlah Kunjungan Persalinan Nakes
UPT dan UPF Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014

Bulan Jumlah Kunjungan


Januari 22
Februari 12
Maret 17
April 13
Mei 23
Juni 18
Juli 20
Agustus 18
September 16
Oktober 21
November 13
Desember 13
TOTAL 206

Sumber: Laporan Tahunan 2014 UPT Puskesmas Kec. Sukmajaya.

Ι 64
Grafik 2.3

Kunjungan Persalinan Nakes UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun


2014

Kunjungan Persalinan Nakes


25
20
15
10
Jumlah Kunjungan
5 Persalinan Nakes
0 Juli
Mei

Agustus

November
Maret

Desember
April

Juni
Januari

Oktober
Februari

September

Sumber : Laporan Tahunan Tahun 2014

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa untuk persalinan


Nakes masih memeperlihatkan data yang fluktuatif. Dimana dari bulan ke
bulan tidak bisa ditentukan jumlah kelahiran.

Tabel 2.5
Jumlah Kunjungan KIA dan KB UPT Puskesmas
Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014

Bulan Kunjungan KIA Kunjungan KB


Januari 382 65
Februari 299 73
Maret 358 67
April 403 91
Mei 385 82
Juni 364 57
Juli 423 65
Agustus 489 66
September 549 85
Oktober 508 76
November 437 97
Desember 439 68
TOTAL 5036 892

Ι 65
Grafik 2.5

Kunjungan KIA dan KB

UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014

600

500

400

300 KIA
200 KB

100

Sumber: Laporan Tahunan 2014

Berdasarkan grafik diatas menunjukan bahwa untuk kunjungan KIA

dan KB masih memperlihatkan data yang fluktuatif.

Secara umum kunjungan pasien ke UPT Puskesmas Kecamatan

Sukmajaya paling rendah kunjungannya pada bulan Februari. Hal ini,

berhubungan pada bulan Februari sudah mulai peralihan dari jampersal

menjadi BPJS sehingga banyak masyarakat yang belum memiliki kartu

kepesertaan BPJS.

Ι 66
Tabel 2.6

Jumlah Kunjungan KIA dan KB UPT &

UPF Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2014

Tahun
No Puskesmas
2012 2013 2014

1 Sukmajaya 5206 5688 5714

2 Baktijaya 2275 2335 2568

3 Abadijaya 5167 4775 3997

4 Pondok Sukmajaya 834 994 828

JUMLAH 13482 13792 13107

Layanan Laboratorium tersedia di UPT Puskesmas Kec. Sukmajaya dan UPF

Puskesmas Abadijaya, sementara di UPF Puskesmas Baktijaya & Pondok

Sukmajaya belum tersedia.

Tabel 2.7

Jumlah Kunjungan Laboratorium UPT dan

UPF Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2012 - 2014

Tahun
No Puskesmas
2012 2013 2014

1 Sukmajaya 2.081 3.973 4.284

2 Abadijaya 535 856 1045

JUMLAH 2.616 4.829 5.329

Ι 67
1. Analisis Lingkungan Internal

a. Perspektif Pelanggan

Salah satu kinerja pelayanan adalah bagaimana memperoleh

gambaran dari perilaku pelanggan. Terdapat tiga indikator yang

dapat menunjukkan perilaku pelanggan, yaitu:

1) Customer Acquisition.

Indikator ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana

"pasien baru" menggunakan jasa layanan yang disediakan.

2) Customer Loyality.

Indikator ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana

Puskesmas mampu mempertahankan pasien lama (kunjungan

ulang) untuk menggunakan jasa layanan yang disediakan.

B. KINERJA PELAYANAN

Puskesmas Sukmajaya adalah salah satu unit pelayanan

kesehatan di wilayah Kota Depok Namun demikian derajat

kesehatan masyarakat masih di bawah harapan, yang

ditunjukkan dengan masih rendahnya Indeks Pembangunan

Manusia. Untuk mengangkat IPM tersebut, salah satu upaya

Ι 68
yang harus dilakukan adalah meningkatkan peran puskesmas

Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan baik

yang mendukung maupun yang menghambat. Setidaknya

rumah puskesmas lebih diuntungkan, karena sebagian

anggaran belanja puskesmas masih ditopang dari subsidi

pemerintah, hampir seratus prosen infrastruktur dan belanja

pegawai yang sebagian besar PNS daerah dibayar dari APBN

dan APBD

C. SUMBER DAYA MANUSIA

Puskesmas Sukmajaya senantiasa menempatkan sumber daya

manusia pada posisi sentral dalam pengelolaannya. Sebab

keberhasilan pengelolaan SDM merupakan salah satu kunci

sukses dalam upaya memberikan pelayanan yang berkualitas

bagi masyarakat. Oleh karenanya, seluruh aspek terkait

dengan sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.

Puskesmas Sukmajaya memiliki 3 Puskesmas Pembantu

sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat dan membantu pelaksanaan program

menuju tercapainya visi dan misi puskesmas.

Ι 69
a) Kegiatan Pengelolaan SDM

Saat ini tengah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan

fungsi manajemen; Penyempurnaan Sistem pengelolaan aset;

pengembangan kompetensi dan pembinaan karir;

Penyempurnaan Sistem Reward and punishment;

Pengembangan SDM diprioritaskan pada pendidikan SDM

yang mempunyai daya ungkit yang signifikan terhadap

kemajuan Puskesmas berdasarkan prestasi, kompetensi &

kontribusi terhadap puskesmas serta pengembangan /

pendidikan yang mengutamakan pelayanan, maka berbagai

kegiatan manajemen umum, diantaranya meningkatkan kinerja

manajemen operasional dengan mewujudkan indikator kinerja

serta menyempurnakan sistem informasi manajemen; sistem

pengelolaan keuangan dan akuntansi serta mengembangkan

sistem monitoring dan evaluasi.

Kebijakan kegiatan pengembangan SDM didasarkan pada

peningkatan kualitas SDM sesuai standar kompetensi,

kebutuhan Puskesmas sehingga memiliki daya ungkit yang

besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dari

alokasi biaya pengembangan SDM, sampai akhir tahun 2014

Puskesmas telah memberikan kesempatan peningkatan

Ι 70
pendidikan berbagai jenis ketenagaan diantaranya tenaga

perawat, tenaga medis, tenaga non medis, dan tenaga kesehatan

lainnya.

1) Pengembangan Infrastruktur

Unsur pengukuran kinerja pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran lainnya adalah kondisi infrastruktur puskesmas

Dalam menilai kondisi infrastruktur digunakan dua indikator

yaitu ketersediaan peralatan dan ruangan. Ketersediaan

peralatan diukur dengan 3 proxy yaitu (1) kelengkapan

peralatan, (2) kalibrasi, dan (3) kondisi peralatan pada layanan

rawat jalan, penunjang medis, dan non medis. Sedangkan

ketersediaan ruangan diukur dengan pemenuhan standar

minimum luas ruangan pada layanan rawat jalan, penunjang

medis, dan non medis.

Dari kinerja indikator perspektif pelanggan di atas dapat

disimpulkan bahwa penyediaan sumber daya pelayanan berupa

SDM dan infrastruktur masih belum memadai dalam rangka

memberikan pelayanan kesehatan yang prima.

Ι 71
D. PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN INSFRASTRUKTUR

Unsur pengukuran kinerja pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran lainnya adalah kondisi insfrastruktur puskesmas

dalam menilai kondisi insfrastruktur digunakan dua indikator

yaitu ketersediaan peralatan dan ruangan.Ketersediaan

peralatan diukur dengan 3 proxy yaitu :

1. Kelengkapan peralatan

2. Kalibrasi

3. Kondisi peralatan pada layanan rawat jalan,penunjang

medis,dan non medis.

Sedangkan ketersediaan ruangan diukur dengan pemenuhan

standarminimum luas ruangan pada layanan rawat jalan.

Penunjang medis, dan non medis.

Kondisi peralatan tahun 2014 dibandingkan dengan standar

minimum digambarkan dalam tabel berikut :

LAYANAN KELENGKAPAN ALAT ALAT DIKALIBRASI


Rawat Jalan 70 % -
Penunjang Medis 70 % -
Non Medis - -
Rata-rata 70 % -

Dari tabel diatas, rata-rata kelengkapan alat baru mencapai 70

% dari standar minimum yang harus ada.Kalibrasi alat masih

Ι 72
belum dilakukan.Sedangkan kondisi peralatan 70 % masih

baik.

Kondisi ketersediaan ruangan tahun 2014 dibandingkan

dengan standar minimum digambarkan dengan tabel berikut :

LAYANAN PEMENUHANSTANDAR MINIMUM

LUAS RUANGAN

Rawat Jalan 30 m

Penunjang Medis 75,2 m

Penunjang Non Medis. 92 m

Dari kinerja indikator perspektif pelanggan diatas dapat

disimpulkan bahwa penyediaan Sumber Daya pelayanan

berupa SDM dan insfrastruktur masih belum memadai dalam

rangka memberikan pelayanan kesehatan yang prima.

Ι 73
BAB V

PENUTUP

Laporan keuangan merupakan wujud pertanggungjawaban


kinerja keuangan pada suatu periode tertentu yang harus dipenuhi
oleh setiap entitas fiscal, termasuk didalamnya Puskesmas
Sukmajaya

Harapan kami, Laporan Keuangan ini dapat memenuhi


gambaran sebagai bahan evaluasi, informasi dan dapat dijadikan
referensi dalam mengelola keuangan daerah agar lebih baik dimasa
yang akan mendatang.

Semoga buku laporan keuangan untuk dapat bermanfaat bagi


semua pihak unutk terus meningkatkan kualitas kinerja pengelolaan
keuangan daerah yang tertib dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Depok, Oktober 2015

Kepala UPTPuskesmas Kecamatan


Sukmajaya

Dr. Umi Zakiati

NIP. 197503032005012011

Ι 74

Anda mungkin juga menyukai