Definisi Geologi Teknik
Definisi Geologi Teknik
Geologi Teknik (Engineering Geology) adalah aplikasi ilmu geologi dalam praktek rekayasa enjiniring
(engineering practice) yang bertujuan memastikan faktor-faktor geologi yang mempengaruhi lokasi,
desain, konstruksi dan perawatan enjiniring telah dikenali dan diperhitungkan dengan matang.
Kebutuhan ahli Geologi Teknik mendapat perhatian dunia pada tahun 1928 pada saat gagalnya
Bendungan St. Francis di California yang menyebabkan hilangnya 426 nyawa. Beberapa kegagalan
pekerjaan rekayasa enjiniring pada tahun-tahun berikutnya juga mendorong peningkatan kebutuhan
ahli Geologi Teknik untuk bekerja pada proyek-proyek rekayasa berskala besar.
Lapisan Bumi
Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan penyusun bumi dari permukaan sampai inti
bumi. Geologi juga mempelajari benda-benda luar angkasa, dan bukan tak mugkin suatu saat nanti kita dapat mengetahui keadaan
geologi bulan misalnya.
Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan,
pecahan dan sifat lainnya.
Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk deskripsi,klasifikasi dan originnya.
Sedimentologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan
sediment.
Stratigrafi, yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan proses pembentukannya.
Geologi Struktur, adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan proses pembentukannya.
Palentologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan
umur dan geologi sejarah.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan proses-proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini
berguna dalam menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
Geologi Terapan, merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang digunakan untuk kepentingan umat manusia,
diantaranya Geologi Migas, Geologi Batubara,Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisila, Geothermal dan sebagainya.
Geologi (berasal dari Yunani ??- (ge-, "bumi") dan ????? (logos, "kata", "alasan")) adalah Ilmu (sains yang mempelajari bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dah proses yang membentuknya.
Geologiwan telah membantu dalam menentukan umur Bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 milyar (4.5x109) tahun, dan menentukan
bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses
yang sering disebut tektonik lempeng. Geologiwan membantu menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi,
seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki nilai
ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat, pumis, kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang,
klorin, dan helium.
Astrogeologi adalah aplikasi ilmu geologi tentang planet lainnya dalam tata surya (solar sistem). Namun istilah khusus lainnya
seperti selenology (pelajaran tentang bulan), areologi (pelajaran tentang planet Mars), dll, juga dipakai.
Kata "geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh
Horace-Bénédict de Saussure pada tahun 1779.
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2160611-pengertian-geologi/#ixzz2GJIY0yDu
https://www.facebook.com/permalink.php?id=399028036818571&story_fbid=399038360150872
bryan
Geologi berasal dari kata Yunani: ge yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu(Bailey, 1939). Jadi dari asal
katanya geologi berarti ilmu yang mempelajari bumi. Akan tetapi pengertian bumi sendiri dapat mencakup
selubung gas yang mengitari planet bumi (atmosfer), akumulasi air di permukaan bumi dan di dalam kerak bumi
(hidrosfer), serta bagian padat dari planet bumi itu sendiri (litosfer).
Pada mulanya orang berusaha memahami semua gejala alam yang ada disekitarnya. Upaya untuk mengetahui
secara mendalam gejala alam yang ada di sekitar manusia diawali oleh para filosof yang uraiannya berupa
tinjauan filsafati sehingga dikenallah istilah Filsafat Alamiah yang kemudian menjelma menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam yang ditunjang oleh ilmu Matematika, Fisika, Kimia, Astronomi dan Geologi (Emmons, 1960). Dengan
demikian ilmu geologi berada dalam deretan ilmu pengetahuan alam. Semula geologi mempelajari bumi dalam
pengertian luas yang mencakup atmosfer, hidrosfer dan litosfer, namun belakangan karena berkembangnya
spesialisasi, geologi terfokus pada litosfer saja.
Spesialisasi berkembang karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk terbatas di mana tak seorangpun
mampu memahami bumi dalam pengertian luas secara mendalam. Karena itu timbul pembatasan ruang lingkup
kajian sehingga bumi dalam pengertian luas dipelajari berbagai ilmu seperti Meteorologi dan Klimatologi
mempelajari gejala alam di Atmosfer, Hidrologi dan Oseanografi mempelajari gejala alam di hidrosfer sedang
litosfer dipelajari dalam ilmu Geologi. Ruang lingkup kajian geologi yang sudah dibatasi pada litosfer saja masih
sangat luas sehingga terjadi spesialisasi lebih lanjut menghasilkan berbagai sub-bidang geologi/cabang-cabang
geologi, bahkan cenderung untuk berdiri sendiri. Spesialisasi ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan kemajuan peradaban sehingga kebutuhan manusia juga meningkat. Orang tidak merasa puas lagi dengan
hanya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan melainkan ke kebutuhan tingkat tinggi dan sangat
kompleks seperti kebutuhan berbagai asesori, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Semua itu membutuhkan
berbagai bahan baku yang gudang utamanya di bumi, sehingga untuk mendapatkannya perlu mempelajari
sumbernya secara mendalam. Muncullah berbagai cabang geologi antara lain Geologi Pertambangan yang dapat
dipecah lagi menjadi Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Batubara dan seterusnya, Geologi Teknik, Mineralogi
dan sebagainya.
Selain tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat, gejala spesialisasi juga ditunjang oleh bencana alam yang
sering menimpa manusia sejak dahulu. Sebagai makhluk berakal, manusia tidak mau mati konyol sehingga
berusaha untuk menanggulangi bencana alam tersebut dengan cara mempelajari sumber bencana alam tersebut.
Muncullah cabang-cabang geologi seperti Vulkanologi, Seismologi, dan sebagainya.
Sumber : google
Sering kita ketemu dengan istilah Geofisika dan Geokimia, tidak lain dari aplikasi teori-teori dan teknik-teknik
fisika (Geofisika) atau teori-teori dan teknik kimia (Geokimia) dalam mempelajari bumi dalam pengertian luas
termasuk atmosfer dan hidrosfer. Semua ilmu yang mempelajari seluk beluk planet bumi secara keseluruhan
diikat dalam satu istilah Earth Sciencesatau Ilmu Ke-bumian. Geologi termasuk salah satunya, bahkan kadang-
kadang digunakan sebagai sebutan lain untuk menyatakan Earth Science(Menard. 1974). Geografi termasuk
dalam kelompok Earth Sciences.
Karena geologi tidak hanya berkenaan dengan gambaran dan proses-proses yang terlihat pada masa sekarang
melainkan juga perkembangannya melewati waktu yang sangat lama sejak sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu,
maka sering pula dibedakan atas Geologi Fisik dan Geologi Sejarah. Cabang-cabang geologi yang disebutkan
terdahulu dapat dimasukkan kedalam kedua bagian ini, misalnya Petrologi, Mineralogi, Geologi struktur dan
sebagainya tergolong Geologi Fisik, sedang Palaeontologi, Stratigrafi dan Geokronologi (suatu sub-spesialisasi
gabungan antara Geokimia dan Geofisika yang berusaha menentukan umur mutlak berdasarkan mineral-mineral
yang terkandung di dalam batuan) tergolong Geologi Sejarah.
Sub bidang geologi atau cabang-cabang geologi saling berhubungan, saling tergantung, saling menunjang satu
sama lain dalam mengungkapkan masalah-masalah yang berkenaan dengan bumi. Hasil penelitian dari salah satu
sub bidang sangat bermanfaat bagi sub bidang yang lain dalam mengungkapkan masalah yang menjadi titik
perhatiannya.
Demikianlah gambaran ruang lingkup kajian geologi, begitu luas baik dalam dimensi ruang maupun dimensi
waktu. Berkaitan dengan fraksi-fraksi yang sangat kecil yang hanya dapat diamati di bawah mikroskop sampai ke
yang sangat besar sehingga mata kita tidak mampu melihatnya secara keseluruhan. Bertalian dengan proses-
proses yang sangat lambat sehingga manusia sering keliru menafsirkannya sebagai statis, sampai ke proses yang
sangat cepat sehingga dengan mudah diamati perubahannya.
Sebagai suatu kesimpulan, geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi khususnya litosfer, mengenai
materi penyusun bumi, bagaimana proses-proses yang dialami serta perubahan-perubahan yang
dihasilkan oleh proses-proses tadi
https://affajri.wordpress.com/2014/03/01/pengertian-geologi/
BAB II
STRUKTUR BUMI
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung kelangsungan hidup
seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya. Oleh karenanya pengetahuan
mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelngsungan hidup penhhuninya termasuk manusia
Bumi merupakan anggota tata-surya bersama 8 planet lainnya yang sama sama mengelilingi
matahari dengan waktu tempuh yang berbeda-beda sesuai dengan jari-jari lintasannya. Bumi berjarak
rata-rata 150 juta km terhadap Matahari dan mengelilingi Matahari selama 365 hari, yang dijadikan
dasar system kalender. Anggota tata-surya secara lengkap secara berturut turut yaitu: Matahari
sebagai pusat, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto.
Tata-surya merupakan bagian dari suatu galaksi yang dinamakan galaksi bima sakti (Milky Way).
Diameter galaksi bima sakti sekitar 80.000-100.000 tahun cahaya.
Di jagat raya ini masih banyak galaksi yang belum didiketahui yang jaraknya kemungkinan bisa jutaan
tahun cahaya. Dari data-data ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita
masih sangat kecil bila dibandingkan dengan luasnya jagat raya. Ini juga merupakan bukti bahwa Alloh
Maha Besar, Maha Mengetahui atas segalanya dan kita tidak sepatutnya sombong dengan
pengetahuan kita yang sangat sedikit ini
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari kerak
samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda
bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Penyebab perbedaan
umur ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
BAB III
TEORI TEKTONIK LEMPENG
Lempeng lempeng tersebut bergerak satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-beda dan terjadi
interaksi yang menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian geologi seperti pembentukan gunung api,
gempa bumi, pembentukan struktur geologi, pembentukan batuan dan kejadian geologi lainnya.
Walaupun kecepatan rata-rata lempeng tersebut hanya sekitar 7cm/tahun dan kita tidak bisa
merasakannya, tetapi dengan waktu berjuta-juta tahun akan menyebabkan kejadian yang berarti
seperti kejadian geologi yang disebutkan sebelumnya. Misalkan kecepatan lempeng 5cm/tahun dan
waktunya 50 juta tahun maka lempeng tersebut akan bergerak sejauh 2500 km. Dalam kejadian-
kejadian geologi waktu yang diperlukan cukup panjang yaitu dengan satuan juta tahun. waktu ini
disusun dalam skala waktu geologi.
Contoh lempeng-lempeng yang besar diantaranya, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, lempeng
Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Afrika.
Batas lempeng
Sudah disebutkan bahwa antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang berdampingan akan
terjadi interaksi pada batas lempengnya, jenis interaksi yang terjadi yaitu :
Batas Divergen
Batas Divergen adalah batas dimana dua buah lempeng atau lebih saling menjauh, gaya yang bekerja
pada batas ini adalah gaya tarikan (tensional). Hal ini mengakibatkan lempeng saling menjauh dan
mengakibatkan naiknya magma dari astenosfer dan terjadilah pembentukan kerak baru dalam hal ini
kerak samudra.
Jika kejadian ini berlangsung tanpa adanya penunjaman kembali lempeng di sisi yang lain maka dapat
dibayangkan bumi ini akan terus membesar. Contoh batas divergen yaitu Mid Atlantic Ridge.
Batas Konvergen
Batas Konvergen yaitu batas dimana dua buah lempeng saling mendekat, hal ini mengakibatkan
terjadinya subduksi atau kolisi. Gaya yang timbul pada interaksi ini yaitu gaya kompresional.
• Subduksi
Bila lempeng samudra dengan lempeng benua terjadi interaksi jenis ini maka lempeng samudra akan
menunjam kebawah lempeng benua. Hal ini terjadi karena berat jenis dari lempeng samudra lebih
berat dari lempeng benua sehingga lempeng benua seperti menunggang atau mengapung. Hal inilah
yang menyebabkan batuan di kerak benua umurnya lebih tua dari umur batuan di kerak samudra.
Akibat kejadian ini akan terjadi kejadian kejadian geologi seperti pembentukan jalur gunung api pada
kerak yang menunggangi dalam hal ini kerak benua, yang diakibatkan peleburan kerak samudra yang
menunjam sehingga memicu pembentukan magma yang kemudian naik dan membentuk gunung api.
Selain itu akan terjadi berbagai macam struktur geologi seperti sesar dan lipatan yang diakibatkan
gaya kompresional dari interaksi tersebut. Contoh interaksi ini yaitu bagian Barat Sumatera dan
Selatan Jawa.
Bila lempeng samudra dengan lempeng samudra terjadi interaksi konvergen maka salah satu lempeng
akan menunjam. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan jalur kepulauan gunungapi (island arc)
pada lempeng yang menunggangi. Contoh interaksi ini yaitu kepulauan Jepang
• Kolisi
Apabial lempeng benua bertemu dengan lempeng benua maka lempeng tersebut tidak ada yang
tertunjam karena keduanya sama-sama ringan, hal ini mengakibatkan pembentukan pegunungan
lipatan yang biasanya sangat tinggi. Contoh yang paling nyata yaitu pegunungan himalaya yang
diakibatkan interaksi antara lempeng Eurasia dengan India.
Sesar Transform
Yaitu batas antara lempeng yang saling berpapasan, biasanya batas ini terjadi karena batas konvergen
yang tidak lurus.
BAB IV
BATUAN
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara alami yang tersusun
oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut.
Mineral adalah zat padat anorganik yang mempunyai komposisi kimia tertentu dengan susunan atom
yang teratur, yang terjadi tidak dengan perantara manusia dan tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan, dan dibentuk oleh alam (Warsito Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat padat yang
mempunyai bentuk bangun yang beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan susunan yang teratur.
Berzelius mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan, yaitu:
1. Elemen native, contohnya emas, perak, tembaga dan intan
2. Sulfida, contohnya Galena, pirit
3. Oksida dan Hidroksida, contohnya korondum
4. Halida, contohnya Halite
5. Karbonat, Nitrat, Borat, Lodat, contohnya Kalsit
6. Sulfat, Khromat, Molibdenat, dan Tungstat, contohnya Barit
7. Fosfat, Arenat dan Vanadat, contohnya Apatit
8. Silikat, contohnya kuarsa, Feldspar, Piroksen.
Mineral memiliki sifat-sifat khusus yang dapat kita jadikan sebagai penciri mineral tertentu. Sifat-sifat
mineral diantaranya
1. Warna,
2. Goresan,
3. Kilap,
4. Belahan,
5. Pecahan
6. Kekerasan.
Tabel Kekerasan Mineral
Kekerasan Mineral
1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Fluori
5 Apatit
6 Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topas
9 Korondum
10 Intan
Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku, sedimen, dan
metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi (pembekuan) magma.
Batuan sediment terbentuk dibawah kondisi permukaan dan terdiri dari kumpulan (1) presipitasi kimia
dan biokimia; (2) fragmen atau butiran batuan, mineral dan fosil; (3) kombinasi material-material
tersebut.\
Batuan metamorf adalah batuan yang asalnya adalah batuan beku, sediment atau metamorf yang
berubah secara mineralogy, tekstur atau keduanya tanpa mengalami peleburan yang diakibatkan oleh
panas, tekanan, atau cairan kimia aktif. Panas dan tekanan disini berbeda dengan kondisi
dipermukaan.
Di daratan, batuan sediment menutupi sekitar 66 % dari total batuan yang tersingkap (Blatt dan
Jones, 1975). Sisanya sekitar 34 % adalah batuan kristalin yang berupa batuan beku dan metamorf.
Di bawah samudra kebanyakan ditutupi oleh material sediment atau batuan sediment yang tipis.
Dibawah tutupan sediment, didominasi oleh batuan beku dan metamorf.
Batuan beku (Igneous Rock) adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi atau pembekuan dari
magma. Pembekuan ini dapat berlangsung di permukaan atau jauh di bawah permukaan. Perbedaan
tempat pembentukan ini pada ahirnya akan digunakan dalam klasifikasi dan mempengaruhi sifat-sifat
batuan yang terbentuk.Batuan beku yang terbentuk di permukaan disebut batuan volkanik (ekstrusif)
dan yang terbentu di jauh di bawah permukaan bumu disebut batuan plutonik (intrusif).
Magma adalah cairan silikat yang sangat panas, mengandung oksida, sulfide serta volatile. Volatile ini
terutama terdiri dari CO2, Sulfur (S), Chlorine (Cl), Fluorine (F) dan Boron (B) yang dikeluarkan ketika
magma membeku. Temperatur magma berkisar antara 6000 C ( magma asam) sampai 12500 C
(magma basa), dimana kedua jenis magma ini merupakan induk batuan beku.
Temperatur magma turun hingga mencapai titik jenuhnya, maka magma akan mulai mengkristal.
Umumnya unsure-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih dulu seperti apatit, zircon, ilmenit,
magnetit, rutile, titanit, chromit. Sementara mineral yang mudah larut mengkristal kemudian dan
terjebak di sekitar kristal yang terbentuk terlebih dahulu.
Mineral utama pembentuk batuan juga mengalami hal yang serupa, yang mula-mula mengkristal dan
selanjutnya yaitu olivin, piroksen, amfibol, dan selanjutnya seperti yang dikemukakan oleh Bowen
(1922). Bowen menggambarkannya berupa chart yang disebut Deret Bowen (Bowen’s Series)
Urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya dapat dibedakan menjadi beberapa tahap
pembekuan yaitu :
1. Tahap Orthomagmatik, yaitu pembekuan magma yang pertama kali dengan temperatur > 8000C
2. Tahap Pegmatitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 6000C – 8000C
3. Tahap Pneumatolitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 4000C – 6000C serta kaya
akan gas
4. Tahap Hydrothermal, yaitu pembekuan magama berkisar antara 1000C – 4000C. Berupa larutan
sisa yang kaya akan gas dan larutan/cairan.
Dalam perjalanannya magma mengalami perubahan yang terdiri dari tiga proses utama, yaitu :
1. Differensiasi magma, yaitu suatu proses yang menyebabkan magma yang asalnya relatif homogen
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian atau fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh migrasi ion atau molekul dalam larutan magma karena adanya perubahan temperatur
dan tekanan. Ketika magma mengalami penurunan tekanan dan temperatur, maka mineral yang
memiliki titik lebur yang tinggi mulai mengkristal, sedangkan cairan yang belum membeku akan terus
naik dan akhirnya keseluruhan cairan magma itu membeku.
2. Assimilasi. Ketika magma naik menuju ke permukaan, magma tersebut tentunya melewati batuan
samping, hal ini akan menyebabkan terjadinya interaksi antara magma dan batuan samping. Interaksi
yang terjadi yaitu meleburnya batuan samping, terjadi reaksi dengan batuan samping dan pelarutan
batuan samping, dengan demikian magma akan mengalami perubahan komposisi. Tingkat perubahan
komposisi pada magma tergantung pada jenis magma, jenis batuan samping, dan jauh dekatnya jarak
yang ditempuh oleh magma.
3. Pencampuran magma. Dalam perjalanannya magma dapat bertemu dengan magma dengan
komposisi yang berbeda, hal ini tentunya akan merubah komposisi magma.
5.3 Struktur batuan beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan
intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan
tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita
perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan
proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini
terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa
atau zeolit.
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu
akibat aliran.
Gambar 5.2 Struktur Vesikular (atas) dan Columnar joint (bawah) pada suatu aliran lava
Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan
ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang
asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya
tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan
yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan
sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan
ini yaitu:
1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau
memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar
.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil yaitu< 100 km2
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan
dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-
hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur
yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan
dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk
membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi
pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun
batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian)
yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.
1. Tingkat kristalisasi
Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran
kasar.
Porphyritic, yaitu batuan beku yang tersusun oleh mineral berukuran kasar (fenokris) dan mineral
berukuran halus (masa dasar)
Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk
sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya
tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk
kristal euhedral (sempurna)
Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.
Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral.
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan bumu
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) seperti
olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan
feldspatoid.
Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2nya batuan beku diklasifikasikan menjadi
empat yaitu:
1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit, Andesit3.
Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 45%, contohnya peridotit, piroksenit, dunit.
Mineralogi dan tekstur biasanya menjadi suatu dasar yang tidak terpisahkan dalam pengklasifikasian
batuan beku. Berdasarkan mineraloginya (Streickeisen) batuan beku terbagi menjadi 2 yaitu :
Untuk klasifikasi berdasarkan mineralogi, batuan harus disayat tipis dan kemudian dilakukan
pendeskripsian melalui mikroskop. '
http://marskrip.blogspot.com/2009/12/pengertian-geologi.html