INTERNASIONAL
a) Pandangan yang berang apan bahwa suatu perkawinan campuran adalah
perkawinan yang berlangsung antara pihak-pihak yang berbeda domicilenya
sehing a terhadap masing-masing pihak berlaku kaidah-kaidah hukum intern
dari dua sistem hukum yang berbeda.
b) Pandangan yang berang apan bahwa suatu perkawinan diang ap sebagai
perkawinan campuran apabila para pihak berbeda kewarganegaraan
/nasionalitasnya.
Asas-asas hukum perdata internasional di bidanghukum keluarga/ perkawinan
adalah hukum yang harus digunakan untuk mengatur validitas materiil suatu
perkawinan adalah:
1) Asas Lex loci celebrationis yang bermakna bahwa validitas materiil perkawinan harus
ditetapkan berdasarkan kaidah hukum dari tempat dimana perkawinan diresmikan/dilangsungkan.
2) Asas yang menyatakan bahwa validitas materiil suatu perkawinan ditentukan berdasarkan sistem
hukum dari tempat masing-masing pihak menjadi warga negara sebelum perkawinan dilangsungkan.
3) Asas yang menyatakan bahwa validitas materiil perkawinan harus ditentukan berdasarkan
sistem hukum dari tempat masing-masing pihak ber-domicile sebelum perkawinan dilangsungkan.
4) Asas yang menyatakan bahwa validitas materiil perkawinan harus ditentukan berdasarkan
sistem hukum dan tempat dilangsungkannya perkawinan (locus celebrationis), tanpa mengabaikan
persyaratan perkawinan yang berlaku di dalam sistem hukum para pihak sebelumperkawinan
dilangsungkan.
Akibat
Hukum perkawinan Campuran
Pada umumnya di berbagai sistem hukum, berdasarkan asas locus regit actum, diterima
asas bahwa validitas/persyaratan formal suatu perkawinan ditentukan berdasarkan
“lex loci celebrationis\”, bahwa sepanjang yang keterkaitan dengan perkawinan,
maka berlaku “adigium”, yaitu hukum setempatlah yang mengatur segala sesuatu
mengenai formalitas-formalitas, yang mana hal ini dapat berlangsung dengan tiga
cara, yaitu:
i. Secara memaksa (compulsory), artinya
bahwa semua perkawinan dilakukan menurut hukum dari tempat dilangsungkannya
(lex loci celebretionis), baik yang dilakukan di dalam maupun yang di luar
negara, tidak ada sistem hukum lain yang diperbolehkan, dan ianya bersifat mengikat
ii. Secara optimal, artinya bahwa diadakan pembedaan antara perkawinan-perkawinan
yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Perkawinan yang dilangsungkan di dalam
wilayah forum harus tunduk
kepada formalitas-formalitas setempat. Sebaliknya, perkawinan dari pihak-pihak
di luar negeri boleh memperhatikan lex loci celebrationis atau hukum personal
mereka.
iii. Semua perkawinan yang dilangsungkan di dalam wilayah harus harus dilakukan
menurut ketentuan-ketentuan dari forum. Tidak ada bentuk-bentuk perkawinan lain yang
diperbolehkan secara mengikat
Perkawinan yang Dilakukan Diluar Indonesia
Perkawinan yang dilakukan diluar negeri menurut pasal 56 UU No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan, perkawinan diluar negeri adalah perkawinan yang dilangsungkan diluar
Indonesia antara dua orang warga negara Indonesia atau seorang warga negara Indonesia
dengan warga Negara asing.
“Menurut Prof. Waryono Darmabarata . “ Perkawinan selain harus memperhatikan hukum
negara, seperti yang tersimpul dalam pasal 2 ayat (2) UU perkawinan dan
penjelasannya, juga harus memperhatikan agama dan kepercayaan suami
isteri.Dengan demikian perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut hukum
Negara dan kepercayaan mereka itu”. “1Pasal 56 Undang-Undang Nomor 1 tahun
1974, menentukan :
Apabila calon pengantin WNI nya adalah seorang wanita hendaknya memastikan
kehadiran wali atau surat wakalah wali yang diketahai oleh kepala KUA/Penghulu
setempat di Indonesia dan dilegalisasi oleh pejabat yang membidangi kepenghuluan di
Departemen Agama Pusat. Dan bila calon mempelai pria yang belum mencapai umur 19
tahun dan bagi calon mempelai wanita yang belum mencapai 16 tahun hendaknya
mengurus surat dispensasi dar Pengadilan Agama Jakarta Pusat.Surat keterangan
telah diimunisasi Tetanus Toxoid dari puskesmas/rumah sakit setempat.
a) Pengumuman Nikah di Luar Negeri
Apabila pengumuman nikah telah dipampang selama sepuluh hari kerja maka akad nikah sudah
boleh dilaksanakan. Pelaksanaan akad nikah kurang dari sepuluh hari kerja hanya dapat
dilangsungkan oleh penghulu jika terdapat keadaan-keadaan mendesak, dan itupun harus
memperoleh dispensasi dari Knator Perwakilan RI di Negara setempat terlebih dahulu.
Prosesi akad nikah yang terlaksana di Luar Negeri sama saja dengan prosesi akad nikah yang ada di
dalam Negeri, begitu juga prosedur pencatatannya sampai masing-masing suami istri memperoleh
kutipan akta nikah. Jika suami istri tersebut kembali ke Indonesia, surat bukti pernikahannya harus
didaftarkan di Knator Urusan Agama Kecamatan tempat tinggal mereka, dalam waktu satu tahun
setelah berada di Indonesia ( UU No.1/1974 pasal 56 ayat (2) ).
Prosedur Perkawinan Campuran
Perceraian di dalam sebuah perkawinan campuran adalah merupakan sebuah realitas, meskipun
tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, namun
karena pasangan suami istri masing-masing membawa kebiasaan, budaya dan hukum yang berbeda,
sudah tentu sangat rentan akan terjadi persilisihan dan pertengkaran diantara mereka, sehingga
dapat berujung pada perceraian. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan ialah antara lain
tentang kedudukan suami istri setelah perkawinan, perselisihan dalam perkawinan campuran antara
adat yang berlatar belakang perbedaan martabat, adat-istiadat sering menimbulkan perceraian.
Apabila terjadi perceraian, maka harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing (Pasal 37),
yang dimaksud hukum masing-masing pihak yang didalam Undang-Undang Perkawinan iniadalah
hukum agama, hukum adat atau hukum lainnya.
Di Indonesia terdapat dua instansi yang berwenang mencatat perkawinan dan
perceraian yang tugasnya ditentukan secara pasti yaitu: Catatanan sipil berdasarkan
Pasal 199 angka 3e dan Pengadilan Negeri (Pasal 207) . UUP memberikan sanksi yang
keras terhadap pelanggaran ketentuan pencatatan perkawinan campuran. Ketentuan
tentang sanksi pelanggaran proses perkawinan campuran berisi ancaman terhadap PPN
pada KUA dan KCS dengan maksud agar selalu tercipta suasana saling menghormati
dan koordinasi dalam melaksanakan tugas. Sedangkan sanksi terhadap pengantin
berfungsi untuk menjaga stabilitas masyarakat agar hidup dalam suasana kebersamaan
yang rukun. Ketentuan tentang sanksi ini merupakan upaya untuk menciptakan
ketenteraman hukum dan administrasi negara disebabkan adanya perbedaan instansi
pemberi pelayanan hukum perkawinan. Di samping sanksi tersebut, Pasal 45 PP. No. 9
Tahun 1975 menentukan sanksi pula terhadap perkawinan campuran. Ketentuan
tentang sanksi ini secara keseluruhan merupakan upaya untuk menciptakan
ketenteraman hukum dan kerukunan kehidupan umat beragama di Indonesia.
BUAH DURIAN BUAH SELASI
CUKUP SEKIAN DAN TERIMAKASIH