PENDAHULUAN
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, pada masa
Lansia atau lanjut usia adalah periode saat manusia telah mencapai
rasa senang dan puas pada dirinya, menerima keadaan dirinya, fakta,
realistis, baik secara fisik maupun psikis dengan segala kelemahan dan
kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa kecewa dan berusaha
pada lansia biasanya berhubungan dengan anak atau keluarga yang tidak
yang masih tinggal di panti dan masih merasa belum menerima keputusan
ditahun 2009. Pertumbuhan ini terjadi lebih cepat di negara maju. Di china
sejak tahun 1999 komite aging melaporkan bahwa penduduk usia lanjut
1
2
diprediksikan mencapai 400 juta atau sekitar 30% dari total jumlah
populasi lanjut usia 5,3 juta jiwa (4,48% dari total keseluruhan penduduk
indonesia) dan pada tahun 2009 mencapai 19,3 juta (8,37% dari total
(BPS) pada tahun 2010, UHH lanjut usia di Indonesia 7,56% dan menjadi
penduduk lanjut uisa sebesar 7,4%. Mayoritas 67% lanjut usia tinggal
bersama keluarganya dan hanya 13% yang hidup sendiri. Lansia yang
werdha tresno mukti turen sebanyak 40 orang yang terdiri dari 14 wanita
panti werdha tresno mukti dikarenakan anak yang tidak mampu merawat
Ada 4-5 orang lansia yang masih merasa tidak nyaman dan suka marah
perkembangan dari bayi sampai tua. Masa tua merupakan masa hidup
mental dan sosial. Sedikit demi sedikit tidak mampu melakukan tugasnya
yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Selain itu lansia ialah
waktu. Semakin tingginya usia harapan hidup, maka individu akan hidup
lebih lama atau lebih besar untuk menjakani hidup lebih panjang.
(Hensides, 2018).
rumah dengan sebaik mungkin agar lansia merasa lebih nyaman dan tidak
penjagaan oleh anak yang sibuk bekerja dan apabila lansia tinggal dipanti
lansia yang berada pada panti jompo Werdha Tresno Mukti Turen.
4
1. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
psikologis yang murni dari seseorang (purely psychic inner state), tetapi
proses ini terjadi pada setiap individu secara subjektif dan unik. Keunikan
ini terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai
dan norma yang ingin diperthankan dan dikelola oleh individu (Wawan &
Dewi, 2016)
Menurut Wawan dan Dewi (2016), struktur sikap terdiri atas 3 komponen
1. Komponen kognitif
2. komponen Afektif
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
6
7
3. komponen Konatif
(dalam wawan dan dewi 2016), menyatakan bahwa ada 3 komponen yang
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan
hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang
negtaif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu sikap positif dan
negatf.
sikap.
tingkatan yakni :
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (responding)
diberikan. Pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima
ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
posandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti Bahwa si ibu
Menurut Wawan dan Dewi (2016), sifat dapat bersifat positif dan
negatif :
obyeknya.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapa juga
1. Pengalaman Pribadi
3. Pengaruh kebudayaan
pengalaman masyarakatnya.
4. Media masa
11
mempengaruhi sikap.
6. Faktor Emosioanal
lebih dari 100 buah atau lebih. Pernyataan itu kemudian diberikan
c. Unobskrusive Measures
d. Multidimensioanal Scaling
terutama apabila diterapkan pada orang, lain isu, dan lain skala
aitem.
maupun swasta dan memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk
yang diberikan kepada lansia tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan
16
yang diberikan oleh panti werdha terhadap para lansia akan mengurangi
kuratif, dan rehabilitatif dengan tujuan meningkatkan kualitas dari lansia itu
mereka pada apa yang sering rentan terjadi dalam kehidupan mereka.
Pekeja sosial memiliki keahlian dan pelatihan untuk membantu para lanisa
lansia yang merupakan hal penting yang harus terpenuhi dalam rangka
lansia didalam panti merupakan hal yang sering dijumpai di zaman yang
kebutuhan dasar dapat terpenuhi tetapi kebutuhan lain yang tidak didapat
werdha yang dikenal dengan panti soisal tresna werdha memiliki peran
dengan proses penuaan dan keterbatasan yang dialami oleh lansia maka
Gutama, 2014).
sendiri, atau tidak bersikap sinis kepada diri sendiri. Penerimaan diri
menerima kelebihannya.
hidupnya.
5. Mempertanggungjawabkan perbuatannya.
4. Sikap sosial yang positif, yaitu jika seseorang memiliki sikap sosial
menerima dirinya.
5. Tidak adanya stres yang berat, tidak ada stres atau tekanan
penerimaan diri.
dirinya sempit.
kategori :
diri (self esteem), lebih bisa menerima kritik, penerimaan diri yang
melihat bahwa diri kita tidak seperti apa yang dibayangkan, dan
pembukaan diri yang akan kita lakukan tersebut diterima atau tidak
oleh orang lain. Kalau kita sendiri menolak diri (self-rejecting), maka
b. Kesehatan psikologis
Orang yang menerima diri biasanya lebih menerima orang lain. Bila
kita berpikiran positif tentag diri kita, maka kita pun akan berfikir
positif tentang orang lain. Sebaliknya bila kita menolak diri kita,
kehidupan manusia. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun
seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari
beranjak jauh dari periode hidupnya, ia akan melihat masa lalunya dengan
25
sedikit lebih tua atau setelah usia madya dan usia lanjut setelah mereka
merupakan suatu peristiwa yang akan dialami oleh semua orang yang
harapan, 2014).
tahun.
masalah kesehatan.
1. Perubahan fisik
pencernaan.
menurun.
lansia
mengalami kekakuan.
tanduk.
encoding menurun .
sangat mempengaruhi.
2. Perubahan Sosial
pensiun). Kalau tidak, anak dan cucu yang akan meberi uang.
lansia.
manusia.
3. Perubahan psikologis
kecemasan.
berikut:
cacat.
lebih cocok.
abu.
mengapur.
dilubang hidung.
lebih muda.
memuaskan.
dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut
kecantikan atau ketmapanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal
ini berrati kehilangan daya tarik dirinya (H. wahjudi nugroho, 2015 ).
panas pada wajah, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan
tanda menapouse.
keriput.
tertentu.
stres mental.
i. Insomnia atau kesulitan saat tidur. Hal ini dapat disebakan oleh
tidur berubah-ubah.
kehidupan seksual.
koefisien korelasi yaitu (r) sebesar 0,604 dan F sebesar 23,764 dengan
tarif signifikan (p) sebesar 0,000 (p<0,01) yang menunjkan bahwa adanya
38
sosial ekonomo.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
skala likert dan pada status sosial ekonomi menggunakan model skala
dari status sosial ekonomi. Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi
rendah pula yaitu 90,778. Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi
Deskripsi tentang
penerimaan diri:
- Tinggi
- Sedang
- rendah
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Yang saling Berhubungan
Gambar 2.1 kerangka konsep
hambatan dari lingkungan, sikap sosial yang positif, tidak adanya stres
memiliki penyesuaian diri yang baik, perspektif diri yang baik, pola asuh
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah hasil akhir dari satu tahap keputusan yang
penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan menghasilkan
Mukti Turen.
32
33
Populasi: Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lansia yang
tinggal di panti Werdha Tresno Mukti Turen sejumlah 40 orang.
Sampel: Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lansia yang
tinggal di panti Werdha Tresno Mukti Turen sejumlah 40 orang.
Penyajian data
Penarikan Kesimpulan
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
ini adalah lansia yang tinggal di Panti Werdha Tresno Mukti Turen
sejumlah 40 lansia.
3.3.3 Sampling
sampling yang digunakan dalam penelitian ini total sampling yaitu teknik
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
diri lansia.
Sikap penerimaan Sikap penerimaan Sikap penerimaan diri Kuesioner Ordinal a. Pernyataan positif (+)
Sering : score 2
Kadang-kadang : score 3
Jarang : score 4
36
37
Kategori Score:
a. Tinggi : 76%-100%
b. Sedang : 56%-75%
c. Rendah : <56%
37
suatu penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepada responden.
hingga kuisioner.
ceklis. Item dalam kuisioner ini terdapat jenis item yang favorable yaitu
pernyataan negatif.
Item- item dalam skala ini merupakan pernyataan dengan lima pilihan
1. Coding (pengkodean)
a. Jenis Kelamin
b. Umur
c. Urutan responden
2. Scoring
a. Pernyataan positif
- Sering : score 4
- Kadang-kadang : score 3
- Jarang : score 2
b. Pernyataan Negatif
- Sering : score 2
- Kadang-kadang : score 3
- Jarang : score 4
Sp
𝑁= 𝑥 100%
Sm
Keterangan :
N : Nilai
Sm : Skor total
Kategori Score:
a. Tinggi : 76%-100%
b. Sedang : 56%-75%
c. Rendah : <56%
41
3. Tabulasi
Pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai
4. Analisa Data
univariate.
manusia tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam
penelitian dengan manusia yang lain sebagai objek penelitian juga tidak
terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam setiap hubungan anatar
terkait dnegan hubungan anatar dua pihak: dokter dan pasien. Dimana
masing-masing pihak ini, baik dokter maupun pasien selalu melekat hak
da kewajiban yang harus mereka akui dan patuhi. Apabila pihak yang satu
dignity)
inclusiveness).