Penerapan komunikasi pada orang dewasa dan komunikasi pada lansia, meliputi : sikap dan bentuk-bentuk
dan teknik komunikasi pada orang dewasa dan lansia, suasana, serta model komunikasi pada orang dewasa
dan lansia.
Di samping pendekatan di atas, keterampilan komunikasi yang penting dilakukan perawat pada saat
komunikasi dengan lansia sebagai berikut.
a. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan lama
wawancara.
b. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespons verbal.
c. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berpikir
abstrak.
e. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respons
nonverbal, seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang
ada.
g. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
h. Perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap
mengobservasi.
i. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
j. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
l. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang
sangat mengenal pasien.
m. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan berdasarkan empat aspek,
yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Tahukah Anda bagaimana pendekatan spesifik yang penting dilakukan saat berkomunikasi dengan
lansia?
Berikut uraian dari keempat pendekatan komunikasi pada lansia.
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang dialami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit
yang dapat dicegah progresivitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan
dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan
sebagai konselor, advokat, suporter, dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab
bagi klien.
c. Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-
kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan
latar belakang keagamaan yang baik.
6. Teknik komunikasi pada lansia
Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat dalam
berkomunikasi dengan lansia sebagai berikut.
a. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya. Perawat bersikap
menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan
klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan lansia.
b. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan segera melakukan
klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan bentuk perhatian perawat kepada
klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespons berarti
bersikap aktif atau tidak menunggu permintaan dari klien.
Contoh:
“Apa yang Ibu pikirkan saat ini? ... Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
c. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan mengungkapkan
pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan
dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan
kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya
perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
d. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu disikapi dengan
menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif).
Contoh:
Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi
dukungan, jangan mempunyai kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
merendahkan kepercayaan klien kepada perawat.
Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada lansia sebagai berikut.
“Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika Bapak
memerlukan saya siap membantu.”
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi yang disampaikan
klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang terjadi pada lansia
dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang
dengan tujuan menyamakan persepsi.
Contoh:
“Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini .”
f. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanak-kanakan.
Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien
lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang
dapat merusak komunikasi dan hubungan perawat dan klien.
RINGKASAN
Komunikasi pada dewasa sampai lansia adalah sulit dan perlu pendekatan khusus. Pengetahuan yang
dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru. Kepada orang dewasa sampai lansia,
tidak dapat diajarkan sesuatu yang baru.
1) Sikap komunikasi pada orang dewasa.
Dalam berkomunikasi dengan lansia, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas. Sikap-
sikap psikologis spesifik pada orang dewasa dalam komunikasi, yaitu menggunakan motivasi, tidak
perlu mengajari, gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa/lansia, bekerja sama untuk
menyelesaikan masalah, serta memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.
2) Suasana komunikasi pada orang dewasa dan lansia
Seperti halnya remaja, orang dewasa dan lansia memerlukan suasana saling menghormati, saling
menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
3) Teknik komunikasi pada orang dewasa dan penerapannya
Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dan dipengaruhi, komunikasi
secara timbal balik secara langsung, serta dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis, dan
selalu dinamis.