Anda di halaman 1dari 187

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafarudin. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

David Stas, Radim Lenort and David Holman. 2015. Green Transport Balanced

Scorecard Model with Analytical Network Process Support. Sustainability.

7. 15243-15261; doi: 10.3390/su71115243.

Dikmen, Isik Z & Birgonul M.T. 2007. Using ANP for Performance Measurement

in Construction.

Gaspersz, Vincent. 2013. All-In-One 150 Key Performance Indicators. Jakarta:

Tri-Al-Bros Publishing.

Kaplan, Robert S. 1996. Balanced Scorecard. Bandung: Erlangga.

Lemantara, Julianto, dkk. 2013. Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode AHP dan

Promethee. JNTETI, Vol. 2, No. 4, 2013. ISSN 2301 – 4156.

Saaty, T. L. 2005. Theory and Applications of the Analytical Network Process.

Pittsburgh, PA: RWS Publications, 4922 Ellsworth Avenue, Pittsburgh,

PA 15213.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Bisnis. Yogyakarta: CV. Andi.

Wheelen, Thomas L. 2006. Strategic Management and Business Policy. New

Jersey. Pearson Prentice Hall.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

YAOGUANG HU Jingqian Wen Yan Yan. 2015. Measuring the Performance of

Knowledge Resources Using A Value Perspective : Integrating BSC and

ANP. Journal of Knowledge Management. Vol. 19 Iss 6 pp.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Gambaran Umum Dunia Bisnis3

Setiap perusahaan hidup dari pelanggan. Karena itu pelanggan merupakan

satu-satunya alasan keberadaan sebuah perusahaan. Dengan demikian, kepuasan

pelanggan wajib menjadi prioritas setiap perusahaan. Berfokus pada pelanggan

melalui usaha memahami kebutuhan, keinginan global yang demikian ketat.

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu, misalnya meraih laba,

mempertahankan eksistensi, mencapai pertumbuhan tertentu, merebut pangsa

pasar, memberikan pelayanan sosial dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan

tersebut, perusahaan berusaha menghasilkan suatu produk yang kemudian

ditawarkan kepada pasar. Produk biasa berupa barang, jasa, organisasi,

orang/pribadi, tempat, informasi, aktivitas, pengalaman, secara memuaskan ide.

Dilain pihak, pasar memiliki kebutuhan dan keinginan yang memerlukan alat atau

sarana pemuas tertentu (baca: produk). Untuk itu pasar akan mencari produk yang

paling sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya itu secara

memuaskan.

Transaksi akan terjadi bila kedua belah pihak (perusahaan/organisasi dan

pasar) terlibat dalam kegiatan pertukaran. Proses pertukaran yang ada, selanjutnya

ditentukan oleh kapasitas produktif perusahaan dan kemampuannya (daya beli)

pasar. Adanya pertukaran tidak lantas berarti proses yang ada telah selesai begitu

3
Fandy Tjiptono. Strategi Bisnis. (Penerbit: CV. Andi. Yogyakarta, 2008). h 1-2.

Universitas Sumatera Utara


saja. Produk yang telah dibeli akan digunakan dan dievaluasi apakah memuaskan

atau tidak. Titik ini akan menentukan proses transaksi ulang berikutnya. Dengan

kata lain, kesinambungan bisnis tergantung pada aspek kepuasan pelanggan

tersebut.

Meskipun demikian, tidak sedikit perusahaan yang kurang menyadari arti

penting kepuasan pelanggan. Akibatnya gampang ditebak, perusahaan secara

cepat atau perlahan namun pasti akan mengalami kemunduran. Beruntung bila

kemunduran itu berlangsung perlahan, karena masih ada waktu berbenah. Tetapi

di pasar global dalam era perdagangan bebas, yaitu di pasar yang semua

berlangsung cepat, boleh jadi perusahaan akan tumbang dan posisinya di pasar

diambil alih oleh para pesaingnya.

Selain mengabaikan kepuasan pelanggan, banyak pula perusahaan yang

kurang berupaya untuk menelusuri dan mempelajari kepuasan pelanggan. Mereka

hanya terpaku pada standar baku yang dianggap sudah cukup memuaskan para

pelanggan tanpa mencari inovasi lain yang mungkin berpotensi meningkatkan

kepuasan pelanggannya. Ada pula perusahaan yang menganggap remeh kekuatan

informasi yang dapat diperoleh dari para pelanggan pesaing-pesaingnya, yang

sebenarnya dapat menjadi kekuatan potensial untuk mengungguli pesaingnya

tersebut.

Dua kelemahan lainnya yang banyak dilakukan perusahaan sehubungan

dengan kepuasan pelanggan adalah ketidakmampuan memantau kualitas yang

diharapkan pasar dan keliru mempersepsikan bobot penting serta tingkat kinerja

dari kriteria pembelian yang berbeda dari setiap pelanggan yang diikuti dengan

Universitas Sumatera Utara


tidak adanya upaya untuk menggali informasi dari pasar yang seharusnya

dilakukan oleh perusahaan. Kesadaran akan kelemahan-kelamahan ini seringkali

baru tumbuh manakala perusahaan telah mendekati atau benar-benar mengalami

keruntuhan. Disinilah kita mengetahui bahwa pelanggan merupakan orang yang

paling penting dari segala urusan bisnis.

3.2. Manajemen Sumber Daya Manusia4

Globalisasi yang gaungnya semakin terasa dipenghujung abad 20 dan awal

milenium baru ini menghadirkan beberapa tantangan besar bagi berbagai aspek

kehidupan organisasi. Termasuk didalamnya aset organisasi yang paling vital,

yaitu sumber daya manusia (SDM). Tantangan-tantangan pokok tersebut meliputi

empat kategori, yakni tantangan organisasional, tantangan lingkungan, tantangan

internasional dan tantangan kesamaan perlakuan pekerja.

Tantangan organisasai meliputi tuntunan akan praktek MSDM yang

mampu meningkatkan kinerja organisasi. Untuk itu praktek ada harus efisien

(karena sumber daya yang dimiliki organisasi sangat terbatas), efektif (harus

mengarah pada tercapainya sasaran dan tujuan), produktif (memberikan hasil yang

maksimal), etis (dilakukan dengan cara benar dan baik) dan bertanggung jawab

secara sosial (menjamin kepentingan setiap stakeholder). Selain itu, praktek

MSDM juga diharapkan senantiasa bersifat proaktif terhadap setiap perubahan

dan perkembangan. Sifat proaktif ini perlu mempertimbangkan keseimbangan

berbagai macam kepentingan dan tujuan, diantaranya tujuan

4
Ibid. Fandy Tjiptono. (2008)

Universitas Sumatera Utara


sosial/kemasyarakatan, tujuan organisasional, tujuan fungsional MSDM dan

tujuan personal setiap anggota organisasi.

Tantangan lingkungan terdiri atas tantangan eksternal, tantangan internal

dan tantangan profesional. Tantangan lingkungan eksternal terutama berupa

keragaman tenaga kerja (baik dalam hal budaya, sikap, gaya hidup, keterampilan

pendidikan, maupun pengetahuannya), perkembangan teknologi (seperti

berkembangnya kecerdasan buatan, otomatisasi dan robotisasi), situasi ekonomi

(resesi, ketersediaan lapangan kerja, tingkat pengangguran, tekanan persaingan,

siklus hidup produk yang semakin singkat, tuntutan akan orientasi pada pelanggan

dan lain-lain), dan peraturan pemerintah berkenaan dengan masalah SDM dalam

organisasi. Sementara itu, tantangan internal organisasi mencakup upaya menjalin

hubungan kemitraan dengan serikat pekerja dalam rangka memperbaiki kualitas

kehidupan kerja. Merancang, mengembangkan dan melaksanakan sistem

informasi SDM yang bisa mendukung pengambilan keputusan dan penentuan

kebijakan SDM yang akurat dan terpercaya, serta menumbuhkan dan

menyesuaikan budaya organisasi yang bisa mewujudkan iklim kondusif bagi

pencapaian tujuan organisasi. Tantangan yang tak kalah pentingnya adalah

tuntutan akan profesionalitas dalam bidang SDM. Di beberapa Negara maju, para

spesialis SDM diwajibkan memiliki sertifikat khusus yang menunjukkan keahlain

dan kemampuannya. Praktek semacam ini di Indonesia memang belum ada, tetapi

kelak pasti akan terjadi pula seiring dengan meningkatnya tuntutan jaminan

kualitas spesialis SDM.

Universitas Sumatera Utara


Dimensi internasional juga memainkan peranan penting dalam

menentukan perkembangan MSDM. Beberapa tantangan internasional MSDM

yang perlu diantisipasi, meliputi kesiapan SDM untuk ditempatkan di Negara lain,

permasalahan seputar tenaga kerja yang datang dari beragam bangsa dan budaya

(multikurtural), perbedaan peraturan antar Negara, perbedaan etos kerja,

kelangkaan SDM yang adaptif terhadap berbagai situasi dan bersedia belajar

terus-menerus dan sebagainya.

3.3. Strategi Penilaian Kinerja5

Penilaian terhadap kinerja karyawan merupakan bagian dari proses

staffing. Proses ini seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu, dimulai dari

proses rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan, job training awal dan proses

penilaian kinerja. Mungkin sekali masih banyak organisasi atau perusahaan yang

mengabaikan fungsi penilaian kinerja (performance appraisal/PA). PA adalah

salah satu bagian penting dari proses manajemen kinerja (performance

management). Sangat mungkin pula sistem penilaian yang diterapkan tidak sesuai

dengan kultur organisasi yang berkembang sehingga tidak mendorong motivasi

kerja. Secara tradisional, penilaian terhadap kinerja dilakukan secara rutin oleh

atasan. Tetapi sering kali ditemui, terutama pada organisasi non bisnis seperti

instansi pemerintahan misalnya, proses penilaian hanya bersifat administrative

dan cenderung subjektif. Proses penilaian yang bersifat administrative kurang

memiliki daya pembeda yang valid.

5
Syafarudin Alwi. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Penerbit: BPFE. Yogyakarta. 2012). h.
183-185

Universitas Sumatera Utara


Jika perusahaan ingin membangun kemampuan bersaing melalui SDM

sebagai sumber keunggulan kompetitif, system penilaian terhadap kinerja orang-

orang dalam organisasi harus memiliki daya pembeda mana karyawan yang

berprestasi sehingga pantas menerima insentif dan mana yang tidak berprestasi.

Mana karyawan yang potensial dikembangkan, dan mana yang tidak. Walaupun

efek dari penilaian tidak terlalu bersifat hitam dan putih seperti itu, namun suatu

aktivitas penilaian haruslah menjadi bagian dari kegiatan strategis organisasi.

Karena itu, sistem penilaian harus dipandang sebagai salah satu strategi organisasi

mendorong prestasi kerja dan pengembangan karyawan. Lebih dari itu, sistem

penilaian harus juga dipandang sebagai cara melindungi hak-hak karyawan berupa

kompensasi atau lainnya atas apa yang telah dilakukannya dan sekaligus juga

sebagai cara pengukuran terhadap sejauhmana kewajiban dan tanggung jawab

karyawan telah ditunaikan. Tetapi proses penilaian ini tidak bisa dilepaskan dari

proses yang lebih luas dari manajemen kinerja.

Manajemen kinerja adalah sentral bagi perusahaan yang membangun

keunggulan bersaing melalui peran SDM dan menjalankan strategi bisnis yang

berorientasi pada customer needs. Bagi perusahaan seperti ini, tidak ada pilihan

kecuali menerapkan sistem manajemen kinerja yang mampu mendorong semua

karyawan untuk memberikan kontribusi secara optimal terhadap pencapaian

tujuan perusahaan. Model manejemen kinerja dalam organisasi melibatkan empat

faktor yang ingin interpenden sifatnya yaitu:

1. Atribut Individual

2. Strategi Organisasi

Universitas Sumatera Utara


3. Hambatan Situasional

4. Tujuan Yang Ingin Dicapai

Kualitas perilaku individu atau hasil yang dicapainya, secara fundamental

ditentukan oleh keahlian dan kemampuan individu yang bersangkutan. Faktor ini

sangat kental dan sangat kritis hubungannya dengan kualitas perilaku karyawan

dan hasil yang dicapainya. Jenis keahlian dan kemampuan yang dimiliki

karyawan sangat terikat dengan strategi organisasi baik untuk tujuan-tujuan

jangka pendek maupun tujuan-tujuan jangka panjang. Keterkaitan antara

manajemen kinerja, strategi organisasi dan tujuan yang hendak dicapai, seringkali

kurang diperhatikan. Akibatnya PA yang merupakan bagian dari manajemen

kinerja, menjadi kurang bermakna bagi pencapaian tujuan PA. hambatan-

hambatan situasional sifatnya terutama kultur kerja yang berkembang dalam

perusahaan pula harus diperhitungkan pula harus diperhitungkan dalam sistem

manajemen kinerja.

Kultur kerja yang tidak sesuai dengan strategi organisasi bisa menjadi

kendala dalam peningkatan kinerja. Kultur yang terbentuk misalnya, kultur dalam

kelompok kerja. Kadang-kadang norma-norma yang berlaku dalam kelompok

tidak mendorong motivasi kinerja anggota.

Tujuan manajemen kinerja dalam hal ini, tidak hanya terfokus pada tujuan

yang bersifat administrative, tetap juga terfokus pada tujuan strategik dan

pengembangan. Tujuan yang bersifat administrative menunjukkan tanggung

jawab manajemen kinerja untuk melakukan pencatatan terhadap perilaku atau

prestasi kerja karyawan selama periode tertentu sehingga berdasarkan dokumen

Universitas Sumatera Utara


itu, dapat ditemukan kompensasi yang harus diterima oleh karyawan. Dokumen

itu berfungsi pula sebagai sumber informasi bagi manajemen untuk menjalankan

kebijakan promosi atau pelatihan.

3.4. Balanced Scorecard6

Benturan antara keharusan membangun kapabilitas jangka panjang dengan

tujuan yang tidak tergoyahkan dari model akutansi keuangan biaya historis telah

menciptakan sebuah sintesis. Balanced Scorecard tetap mempertahankan berbagai

ukuran finansial tradisional. Sayangnya ukuran finansial hanya menjelaskan

berbagai peristiwa masa lalu, yang cocok untuk perusahaan abad industri dimana

investasi dalam kapabilitas jangka panjang dan hubungan dengan pelanggan

bukanlah faktor penting dalam pencapaian keberhasilan. Tetapi berbagai ukuran

finansial tersebut tidak memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan

yang harus dilalui perusahaan abad informasi dalam menciptakan nilai masa

depan melalui investasi yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja,

proses, teknologi dan inovasi.

Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja

masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan

ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran

memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu finansial, pelanggan,

proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif

Balanced Scorecard dapat dilihat dari kerangka sebagai berikut:

6
Robert S. Kaplan. Balanced Scorecard. (Penerbit: Erlangga. 1996). h 7-9

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Kerangka Kerja Manajemen Strategis Balanced Scorecard

Sumber: Robert S. Kaplan, 1996

Balanced Scorecard mengembangkan seperangkat tujuan unit bisnis

melampaui ukuran finansial. Para eksekutif perusahaan sekarang dapat mengukur

seberapa besar berbagai unit bisnis mereka menciptakan nilai bagi para pelanggan

perusahaan ini dan yang akan datang dan seberapa banyak perusahaan harus

meningkatkan kapabilitas internal dan investasi di dalam sumber daya manusia,

sistem dan prosedur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan

datang. Balanced Scorecard mencakup berbagai aktifitas penciptaan nilai yang

dihasilkan oleh partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan dan motivasi

yang tinggi. Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek, yaitu melalui

Universitas Sumatera Utara


perspektif finansial, Balanced Scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai

faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif

jangka panjang yang superior.

3.4.1. Balanced Scorecard Sebagai Sebuah Sistem Manajemen

Banyak perusahaan yang telah mempunyai sistem pengukuran kinerja

yang menyertakan berbagai ukuran finansial dan nonfinansial. Jadi ada yang baru

pada yang disebut seperangkat ukuran “yang seimbang” (balanced)? Walaupun

hampir semua perusahaan benar-benar memiliki bermacam-macam ukuran

finansial dan nonfinansial, banyak diantaranya menggunakan ukuran nonfinansial

hanya untuk beberapa perbaikan lokal, pada operasi lini depan dan yang langsung

berhadapan dengan pelanggan. Ukuran finansial agregat digunakan oleh para

manajer senior seolah-olah semua ukuran ini mampu menjelaskan hasil operasi

yang dilaksanakan oleh para pekerja tingkat rendah dan menengah. Perusahaan-

perusahaan tersebut mengunakan ukuran kinerja finansial dan nonfinansial hanya

untuk umpan balik taktis dan pengendalian berbagai operasi jangka pendek.

`Balanced Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan

nonfinansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua

tingkat perusahaan. Para pekerja lini depan harus memahami konsekuensi

finansial berbagai keputusan dan tindakan mereka para eksekutif senior harus

memahami berbagai faktor mendorong keberhasilan finansial jangka panjang.

Tujuan dan ukuran dalam Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan

ukuran kinerja finansial dan nonfinansial khusus semua tujuan dan ukuran ini

Universitas Sumatera Utara


diturunkan dari suatu proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan oleh misi

dan strategi unit bisnis.

Balanced Scorecard seharusnya menerjemahkan misi dan strategi unit

bisnis ke dalam berbagai tujuan dan ukuran. Balanced Scorecard menyatakan

adanya keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para pemegang saham dan

pelanggan, dengan berbagai ukuran insternal proses bisnis penting, inovasi, serta

pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua

ukuran hasil apa yang dicapai oleh perusahaan pada waktu yang lalu dengan

semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan.

Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran yang taktis atau

operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah

sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan

menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses

manajemen penting:

1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.

2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis

3. Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif

strategis

4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Misi

Proses scorecard dimulai dengan tim manajemen eksekutif senior yang

bersama-sama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai

tujuan strategis yang spesifik. Untuk menetapkan berbagai tujuan finansial, tim ini

harus mempertimbangkan apakah akan menitikberatkan kepada pertumbuhan

pendapatan dan pasar, profitabilitas atau menghasilkan arus kas (cash flow).

Khusus untuk perspektif pelanggan, tim manajemen harus menyatakan dengan

jelas pelanggan dan segmen pasar yang diputuskan untuk dimasuki. Sebagai

contoh sebuah lembaga keuangan menduga bahwa 25 eksekutif senior puncaknya

setuju dengan strategi perusahaan, yaitu pemberian layanan yang superior kepada

pelanggan sasaran. Tetapi dalam merumuskan sasaran pelanggan dalam

scorecard, tampak bahwa setiap eksekutif mempunyai defenisi yang berbeda

mengenai apa yang dimaksud dengan layanan yang superior dan siapa pelanggan

sasaran. Proses pengembangan ukuran operasional pada scorecard menghasilkan

konsesus diantara ke 25 eksekutif mengenai segmen pelanggan yang paling

dikehendaki dan produk serta jasa yang seharusnya diberikan lembaga keuangan

tersebut kepada segmen sasaran.

Setelah tujuan finansial dan pelanggan ditetapkan, perusahaan kemudian

mengidentifikasi berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal. Identifikasi

semacam ini merupakan salah satu inovasi dan manfaat utama dari pendekatan

scorecard. Sistem pengukuran kinerja tradisional, termasuk sistem yang

menggunakan banyak indikator nonfinansial, memberi perhatian kepada

peningkatan efisiensi biaya, peningkatan mutu dan siklus proses bisnis yang ada.

Universitas Sumatera Utara


Balanced Scorecard menekankan pada proses yang paling penting bagi

tercapainya kinerja yang terbaik bagi pelanggan dan pemegang saham.

Identifikasi semacam ini sering menghasilkan proses internal baru yang harus

dikuasai dengan baik oleh perusahaan agar strategi berhasil.

Keterkaitan yang terakhir, tujuan pembelajaran dan pertumbuhan,

memberi alasan logis terhadap adanya kebutuhan investasi yang besar untuk

melatih ulang para pekerja, dalam teknologi dan sistem informasi, serta dalam

meningkatkan berbagai prosedur organisasional. Semua investasi dalam sumber

daya manusia, sistem dan prosedur menghasilkan inovasi dan perbaikan yang

nyata pada bisnis internal, untuk kepentingan pelanggan, dan pada akhirnya untuk

kepentingan para pemegang saham.

Proses pembangunan Balanced Scorecard menjelaskan tujuan strategis

dan mengidentifikasi beberapa faktor penggerak penting tujuan strategis.

Berdasarkan pengalaman ketika merancang berbagai program scorecard, belum

pernah menemukan sebuah tim manajemen yang mencapai konsensus penuh atas

kepentingan relatif tujuan strategisnya. Secara umum, tim-tim ini adalah tim-tim

yang harmonis dari perusahaan yang dikelola dengan baik. Alasan kurangnya

konsensus biasanya berhubungan dengan sejarah fungsional dan budaya

organisasi. Para eksekutif cenderung membangun karir dalam suatu fungsi saja.

Fungsi-fungsi tertentu cenderung menjadi prioritas. Misalnya perusahaan minyak

cenderung didominasi fokus kepada pemasaran dan penjualan, dengan

mengabaikan teknologi dan inovasi. Perusahaan dengan teknologi tinggi

mempunyai budaya engineering dan teknologi yang kuat, sementara manufaktur

Universitas Sumatera Utara


sering menjadi anak tiri. Ketika para eksekutif dengan perspektif fungsional yang

kuat, berusaha untuk bekerja sama dalam sebuah tim, timbul apa yang disebut

“blind spot” bidang secara relatif tidak akan dipedulikan sehingga sulit untuk

membangun tim dan menghasilkan konsensus diseputarnya karena sedikitnya

pemahaman bersama mengenai tujuan bisnis keseluruhan dan kontribusi serta

terintegrasi dari unit fungsional yang berbeda.

Pengembangan sebuah Balanced Scorecard, selain membuat kurangnya

konsensus dan kerjasama tim menjadi lebih tampak, juga memberi kontribusi

terhadap pemecahan masalahnya. Karena dikembangkan oleh sekelompok

eksekutif senior, sebagai suatu proyek tim, scorecard menciptakan sebuah model

bersama dari bisnis keseluruhan dimana setiap orang memberikan kontribusi.

Tujuan scorecard menjadi tanggung jawab bersama tim eksekutif senior tersebut,

yang memungkinkannya berfungsi sebagai kerangka kerja serangkaian proses

penting manajemen berdasarkan tim. Scorecard menghasilkan konsensus dan

kerjasama tim diantara semua eksekutif senior, tanpa memandang pengalaman

kerja atau kelebihan fungsionalnya.

3.4.3. Mengkomunikasikan dan Mengaitkan Tujuan Serta Ukuran Strategis

Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dikomunikasikan ke

seluruh organisasi melalui surat edaran, papan buletin, video dan bahkan secara

elektronis melalui jaringan computer. Komunikasi tersebut memberi informasi

kepada semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar

strategis organisasi berhasil. Beberapa perusahaan berusaha untuk meguraikan

Universitas Sumatera Utara


ukuran strategis tingkat tinggi scorecard unit bisnis ke dalam ukuran yang lebih

spesifik pada tingkat operasional. Sebagai contoh, tujuan pengiriman tepat waktu

(on time delivery) pada scorecard unit bisnis mungkin akan diterjemahkan ke

dalam tujuan untuk mengurangi waktu pemasangan suatu mesin, atau untuk

sebuah tujuan lokal penyampaian pesanan yang cepat dari suatu proses ke proses

yang lain. Dengan cara ini, usaha perbaikan lokal menjadi selaras dengan faktor

keberhasilan organisasi keseluruhan. Setelah semua pekerja memahami semua

tujuan dan ukuran tingkat organisasi keseluruhan, memahami semua tujuan dan

ukuran tingkat tinggi, maka dapat menetapkan berbagai tujuan lokal yang

mendukung strategi global unit bisnis.

Scorecard juga memberi dasar untuk mengkomunikasikan strategi unit

bisnis untuk mendapatkan komitmen para eksekutif korporasi dan dewan direksi.

Scorecard mendorong adanya dialog antara unit bisnis dengan eksekutif korporasi

dan anggota dewan direksi. Dialog tersebut tidak hanya mengenai sasaran-sasaran

finansial jangka pendek, tetapi juga mengenai perumusan dan pelaksaan strategi

yang menghasilkan terobosan kinerja masa depan.

Di akhir proses pengkomunikasian dan pengaitan, setiap orang di dalam

perusahaan seharusnya sudah memahami tujuan-tujuan jangka panjang unit bisnis,

dan juga strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Secara individu para

pekerja telah merumuskan berbagai tindakan lokal yang akan memberi kontribusi

bagi tercapainya tujuan-tujuan unit bisnis. Semua usaha serta inisiatif perusahaan

akan disesuaikan dengan proses perubahan yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


3.4.4. Merencanakan, Menetapkan Sasaran, dan Menyelaraskan Berbagai

Inisiatif Strategis

Balanced Scorecard akan memberikan dampak terbesar pada saat

dimanfaatkan untuk mendorong terjadinya perubahan perusahaan. Untuk itu para

eksekutif senior harus menentukan sasaran terjadinya perubahan perusahaan. Para

eksekutif senior juga harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran scorecard

untuk tiga atau lima tahunan yang akan datang, yang jika berhasil dicapai, akan

mengubah perusahaan. Sasaran-sasaran tersebut harus mencerminkan adanya

perubahan dalam pekerjaan unit bisnis. Jika unit bisnis tersebut adalah perusahaan

publik, maka pencapaian sasaran harus menghasilkan harga saham yang

meningkat dua kali lipat atau lebih. Sedang sasaran keuangan organisasional

antara lain pelipatgandaan tingkat pengembalian investasi modal atau peningkatan

penjualan sebesar 150 % selama lima tahun berikutnya. Sebuah perusahaan

elektronik menetapkan sasaran finansial berupa pertumbuhan sebesar hampir dua

kali lipat pertumbuhan pelanggannya saat ini.

Untuk mencapai tujuan finansial yang ambisius seperti itu, para manajer

harus mengidentifikasi rentang sasaran pelanggan, proses bisnis internal, tujuan

pembelajaran dan pertumbuhan. Sasaran ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Sasaran ukuran seharusnya berasal dari upaya untuk memenuhi atau melampaui

ekspektasi pelanggan. Preferensi pelanggan yang ada maupun yang potensial

seharusnya diteliti untuk mengidentifikasi eskpektasi akan kinerja yang istimewa.

Benchmarking dapat dipakai agar praktek terbaik yang dapat disertakan untuk

Universitas Sumatera Utara


memeriksa apakah sasaran yang diusulkan secara internal maupun membuat unit

bisnis memenuhi berbagai ukuran strategis yang telah ditetapkan.

Balanced Scorecard juga memungkinkan sebuah perusahaan untuk

mengintegrasikan perencanaan strategis dengan proses penganggaran tahunan.

Pada waktu perusahaan menetapkan rentang sasaran 3-5 tahun untuk berbagai

ukuran strategis, para manajer juga memperkirakan beberapa tonggak penting

untuk setiap ukuran selama tahun fiscal berikutnya, seberapa jauh tonggak-

tonggak tersebut diharapkan berada selama 12 bulan rencana tahun pertama.

Tonggak-tonggak jangka pendek ini memberikan sasaran yang spesifik untuk

menilai kemajuan dalam jangka waktu yang lebih pendek disepanjang perjalanan

mencapai tonggak-tonggak strategis jangka panjang unit bisnis.

Perencanaan dan proses manajemen penetapan sasaran memungkinkan

perusahaan untuk:

1. Mengukur hasil jangka panjang yang ingin dicapai.

2. Mengidentifikasi mekanisme dan mengusahakan sumber daya untuk

mencapai hasil tersebut.

3. Menetapkan tonggak-tonggak jangka pendek bagi ukuran finansial dan

nonfinansial scorecard.

Universitas Sumatera Utara


3.4.5. Mengapa Memilih Balanced Scorecard7

Paling sedikit terdapat enam alasan mendasar, mengapa organisasi-

organisasi lokal maupun kelas dunia memilih balanced scorecard sebagai

kerangka dari suatu sistem manajemen.

1. Balanced Scorecard mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan

kesempatan-kesempatan untuk perbaikan (opportunities for improvement =

OFI) dari berbagai area dalam organisasi yang berkaitan dengan:

a. Kepemimpinan, Visi, Nilai-nilai dan Strategi

b. Fokus pada Finansial (Perspektif Finansial)

c. Fokus pada Pelanggan (Perspektif Pelanggan)

d. Fokus pada Proses Bisnis Internal (Perspektif Proses Bisnis Internal)

e. Fokus pada Sumber Daya Manusia (Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan)

f. Keunggulan kinerja yang berkaitan dengan: kepuasan pelanggan,

peningkatan pasar (penjualan, pangsa pasar) dan finansial (keuntungan,

return on investment (ROI), peningkatan proses terus-menerus dan

peningkatan kompetensi dan pembelajaran sumber daya manusia

2. Balanced Scorecard memberikan kerangka kerja untuk peningkatan menuju

keunggulan kinerja melalui memberikan kebebasan kepada manajemen

untuk melaksanakan strategi-strategi bisnis mandiri dan program-program

peningkatan keunggulan kinerja.

7
Vincent Gaspersz. All-In-One 150 Key Performance Indictors. (Penerbit: Tri-Al-Bros
Publishing. Jakarta. 2013). h. 464

Universitas Sumatera Utara


3. Balanced Scorecard merupakan kerangka kerja manajemen terintegrasi,

mencakup semua faktor yang mendefinisikan organisasi, proses-proses

operasional dan hasil-hasil kinerja yang jelas dan terukur.

4. Balanced Scorecard berfokus pada persyaratan-persayaratan untuk

mencapai keunggulan kinerja, bukan sekedar aplikasi prosedur-prosedur,

alat-alat atau teknik-teknik.

5. Balanced Scorecard mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis dapat

diterapkan pada organisasi besar maupun kecil, organisasi lokal yang hanya

beroperasi disuatu Negara maupun kelas dunia yang beroperasi di banyak

Negara.

6. Balanced Scorecard telah terbukti merupakan praktek-praktek manajemen

global yang valid untuk meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.

3.5. Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard

Kaplan dan Norton (1992) memperkenalkan empat perspektif yang

berbeda dari suatu aktivitas perusahaan yang dapat dievaluasi oleh manajemen,

sebagai berikut:

1. Perspektif Finansial - bagaimana kita memuaskan pemegang saham?

2. Perspektif Pelanggan - bagaimana kita memuaskan pelanggan?

3. Perspektif Proses Bisnis Internal - apa proses-proses yang seyogyanya

diunggulkan untuk mencapai kesuksesan perusahaan?

Universitas Sumatera Utara


4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan – bagaimana kita akan

mempertahankan keberlangsungan kemampuan terhadap perubahan dan

peningkatan?

Memahami empat perspektif dalam Balanced Scorecard menjadi sangat

penting agar mampu menerapkan konsep Balanced Scorecard secara tepat dan

berhasil.

1. Perspektif Finansial

a. Membangun suatu Balanced Scorecard harus mengaitkan unit-unit

bisnis yang berkaitan dengan strategi perusahaan.

b. Tujuan finansial berperan sebagai fokus untuk tujuan-tujuan strategik

dan ukuran-ukuran dalam semua perspektif yang lain dari Balanced

Scorecard.

c. Setiap ukuran yang dipilih seyogyanya menjadi bagian dari suatu

keterkaitan hubungan sebab-akibat yang memuncak (mencapai puncak)

dalam peningkatan kinerja finansial.

Ketika mendefinisikan nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial),

manajemen perusahaan harus mempertimbangkan tahap-tahap dalam siklus hidup

bisnis (business life cycle) yang pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahap:

1. Perusahaan yang berada pada tahap awal pertumbuhan (early stage

company)

2. Perusahaan yang berada pada tahap keberlangsungan (sustainable stage

company)

3. Perusahaan yang berada pada tahap kematangan (mature stage company)

Universitas Sumatera Utara


2. Perspektif Pelanggan

Pada dasarnya perpektif pelanggan dalam Balanced Scorecard bertujuan

untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan, dimana model generik dari nilai

pelanggan, dimana model generik dan nilai pelanggan (customer value)

dinyatakan sebagai berikut:

Nilai = Atribut Produk (barang dan/atau jasa) + image + hubungan

Atribut Produk terdiri dari: kualitas, harga, waktu penyerahan, fungsi produk

Image merupakan reputasi dari produk dan/atau perusahaan

Hubungan berkaitan dengan tanggung jawab, daya tanggap,

keramahtamahan, sopan santun.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam proses bisnis internal dari Balanced Scorecard manajer harus

megidentifikasi proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan

peningkatan bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan

nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial). Banyak organisasi

memfokuskan untuk melakukan peningkatan proses-proses operasional.

Untuk Balanced Scorecard biasanya dipergunakan model rantai nilai proses

bisnis internal yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

1. Proses Inovasi

Yang mengidentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang

serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan itu. Sebagai

misal solusi yang dilakukan adalah meluncurkan produk (barang dan/atau

jasa) baru, menambah features baru pada produk ke pasar. Proses inovasi

Universitas Sumatera Utara


dapat dilakukan melalui riset pasar untuk mengidentifikasi ukuran pasar,

preferensi atau kebutuhan pelanggan secara spesifik, sehingga mampu

menciptakan dan menawarkan produk (barang dan/jasa) sesuai kebutuhan

pelanggan dan pasar.

2. Proses Operasional

Yang mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam proses

operasional serta mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam

proses operasional itu agar meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan

kualitas produk dan proses, memperpendek waktu siklus (cycle time)

sehingga meningkatkan penyerahan produk berkualitas tepat waktu. Proses

operasional dapat ditingkatkan melalui melakukan eliminasi terhadap semua

pemborosan (waktu) serta melakukan pengendalian kualitas pada setiap sub-

proses kritis dalam proses itu menggunakan diagram alir proses (process

chart).

3. Proses Pelayanan

Berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti: pelayanan purna

jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada pelanggan dalam kesempatan

pertama yang cepat, melakukan tindak lanjut secara proaktif dan tepat

waktu, memberikan “sentuhan pribadi” (personal touch).

Universitas Sumatera Utara


4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif keempat atau terakhir dalam Balanced Scorecard adalah

mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan

pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Jika tujuan-tujuan yang

ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan dan proses bisnis internal

mengidentifikasi dimana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan

kinerja, maka tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

memberikan infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius

dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuan- tujuan dalam perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pengendali untuk mencapai

keunggulan outcome dalam ketiga perspektif finansial, pelanggan dan

proses bisnis internal.

Terdapat tiga kategori yang sangat penting dalam perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan, yaitu:

1. Kompetensi karyawan.

2. Infrastruktur teknologi.

3. Kultur perusahaan.

3.6. Analytic Network Process (ANP) 8

Analytic Network Process (ANP) adalah metode penilaian multi kriteria

untuk strukturisasi keputusan dan analisis yang memiliki kemampuan untuk

8
Isik, Z., Dikmen, I., & Birgonul, M.T. Using ANP for Performance Measurement in
Construction (2007), RICS, h.4.

Universitas Sumatera Utara


mengukur konsistensi dari penilaian dan fleksibilitas pada pilihan dalam level

subkriteria.
9
Saaty (1999) mendefinisikan ANP sebagai metode pengukuran relatif

yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio

individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen

yang saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol.

ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada

hierarki yang digunakan dalam Analytic Hierarchy Process (AHP), yang

merupakan titik awal ANP. Konsep utama dalam ANP adalah influence

(pengaruh), sementara konsep utama dalam AHP adalah preference (pilihan).

AHP dengan asumsi-asumsi dependensinya tentang kluster dan elemen

merupakan kasus khusus ANP. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses

pengambilan keputusan yang memberikan kerangka kerja umum dalam

memperlakukan keputusan-keputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang

independensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemen-elemen

pada level yang lebih rendah dan tentang independensi elemen-elemen dalam

suatu level (Saaty, 1999).

Perbedaan antara hierarki dan jaringan (network) digambarkan pada

Gambar 3.2. dimana hirearki memiliki tujuan (goal) atau titik sumber (source

node) serta kriteria dan sub kriteria atau titik tumpahan (sink node). Bentuknya

berupa struktur linear dari atas ke bawah tanpa adanya timbal balik (feedback)

dari level terendah ke level diatasnya. Selain itu, loop hanya terjadi pada pada
9
Saaty, T. L. Theory and Applications of the Analytic Network Process. (2005) Pittsburgh, PA:
RWS Publications, 4922 Ellsworth Avenue, Pittsburgh, PA 15213

Universitas Sumatera Utara


level terendah. Jaringan (network) menyebar dalam segala arah dan

memungkinkan terjadinya pengaruh (influence) dari suatu kluster terhadap cluster

lainnya maupun kluster itu sendiri dan timbal balik (feedback) yang membentuk

siklus (Saaty, 2004).

ANP merupakan gabungan dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari

hierarki kontrol atau jaringan dari kriteria dan subkriteria yang mengontrol

interaksi. Pada kontrol ini tidak membutuhkan struktur hierarki seperti pada

metode AHP. Bagian kedua adalah jaringan pengaruh-pengaruh diantara elemen

dan kluster (Saaty, 1999).

Gambar 3.2. Perbedaan Hierarki dan Jaringan (Network)

Sumber : Saaty, 2004

Metode ANP memiliki keuntungsan besar, diantaranya: (a) Dengan ANP,

kriteria prioritas dapat ditentukan berdasarkan angka perbandingan berpasangan

oleh pembuat keputusan; (b) Dengan ANP, pembuat keputusan dapat

Universitas Sumatera Utara


mempertimbangkan antara faktor tangible dan intangible; (c) ANP dapat

mentransformasi nilai kualitatif kedalam nilai angka untuk analisis perbandingan;

(d) ANP adalah metode yang sederhana bagi pembuat keputusan agar dapat

mengerti dengan mudah dan mengaplikasikannya tanpa pengetahuan khusus

(Mahmet Kabak dan metin dagdeviren, 2014).

Boyokyazici dan Sucu (2003) menjelaskan bahwa model network tidak

dapat digambarkan dengan struktur hierarki dan bukan merupakan bentuk linear

dari level atas ke bawah. Istilah level dalam AHP digantikan dengan istilah kluster

dalam ANP. Model ANP memiliki lingkaran hubungan antara elemen satu dengan

yang lain serta dalam kluster itu sendiri yang disebut dengan system with

feedback.

Hubungan ketergantungan antar elemen pada pendekatan ANP

digambarkan dengan tanda anak panah bolak-balik pada masing-masing kluster.

Kluster atau komponen dalam ANP adalah kumpulan elemen-elemen yang

diturunkan dari sinergi interaksi yang tidak ditemukan dalam elemen tunggal

(Saaty, 2004).

Perbandingan tingkat kepentingan dalam setiap elemen maupun kluster

direpresentasikan dalam sebuah matriks dengan memberikan skala rasio dengan

perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Perbandingan berpasangan

menggunakan rasio dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual.

Dalam hal penggunaan judgements, dalam AHP seseorang bertanya: “Mana yang

lebih disukai atau lebih penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya:

“Mana yang mempunyai pengaruh lebih besar?”. Pertanyaan terakhir jelas

Universitas Sumatera Utara


memerlukan observasi dan pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban

yang valid, yang membuat pertanyaan kedua lebih obyektif dari pada pertanyaan

pertama (Yamanita, 2005).

Saaty (2004) merekomendasikan sebuah skala 1-9 untuk membandingkan

antara dua komponen. Skala 1 menunjukkan tingkat kepentingan yang sama

antara dua komponen dan skala maksimal 9 untuk menunjukkan dominasi antara

komponen pada baris dan komponen pada kolom. Masing-masing skala rasio

menunjukkan perbandingan kepentingan antara elemen di dalam sebuah

komponen dengan elemen di luar komponen (outer dependence) atau di dalam

elemen terhadap elemen itu sendiri yang berada di komponen dalam (inner

dependence). Tidak setiap elemen memberikan pengaruh terhadap elemen dari

komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada elemen lain akan

memberikan nilai nol.

Matriks hasil perbandingan direpresentasikan kedalam bentuk vertikal dan

horisontal dan berbentuk matriks yang bersifat stokastik yang disebut sebagai

supermatriks. Supermatriks diharapkan dapat menangkap pengaruh dari elemen-

elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan (Saaty, 2004). Matriks

merupakan suatu kumpulan angka-angka (sering disebut elemen-elemen) yang

disusun menurut baris dan kolom sehingga berbentuk empat persegi panjang,

dimana panjang dan lebarnya ditunjukkan oleh banyaknya kolom-kolom dan

baris-baris (Supranto, 1992). Supermatriks adalah dua dimensional matriks dari

elemen terhadap elemen (matriks dari matriks-matriks). Supermatriks dibangun

dengan menempatkan kluster dan semua elemen masing-masing kluster dalam

Universitas Sumatera Utara


urutan secara vertikal di sebelah kiri dan secara horizontal di sebelah atas. Vektor

prioritas dari perbandingan berpasangan nampak dalam suatu kolom yang sesuai

dari suatu supermatriks (Saaty, 1999).

Supermatriks terdiri dari 3 tahap yaitu :

1. Tahap supermatriks tanpa bobot(unweighted supermatrix)

Merupakan supermatriks yang didirikan dari bobot yang diperoleh dari

matriks perbandingan berpasangan.

2. Tahap supermatriks terbobot (weighted supermatrix)

Merupakan supermatriks yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen

di dalam komponen dari unweighted supermatrix dengan bobot kluster yang

sesuai sehingga setiap kolom pada weighted supermatrix memiliki jumlah 1.

Jika kolom pada unweighted supermatrix sudah memiliki jumlah 1, maka

tidak perlu membobot komponen tersebut pada weighted supermatrix.

3. Tahap supermatriks batas (limit supermatrix)

Merupakan supermatriks yang diperoleh dengan menaikkan bobot dari

weighted supermatrix. Menaikkan bobot tersebut dengan cara mengalikan

supermatriks itu dengan dirinya sendiri sampai beberapa kali. Ketika bobot

pada setiap kolom memiliki nilai yang sama, maka limit matrix telah stabil

dan proses perkalian matriks dihentikan.

Hasil akhir perhitungan memberikan bobot prioritas dan sintesis. Prioritas

merupakan bobot dari semua elemen dan komponen. Didalam prioritas terdapat

bobot limiting dan bobot normalized by kluster. Bobot limiting merupakan bobot

yang didapat dari limit supermatrix sedangkan bobot normalized by kluster

Universitas Sumatera Utara


merupakan pembagian antara bobot limiting elemen dengan jumlah bobot limiting

elemen-elemen pada satu komponen. Sintesis merupakan bobot dari alternatif.

Didalam sintesis terdapat bobot berupa ideals, raw dan normals. Bobot normals

merupakan hasil bobot alternatif seperti terdapat pada bobot normalized by kluster

prioritas. Bobot raw merupakan hasil bobot alternatif seperti terdapat pada bobot

limiting prioritas atau limit matrix. Bobot ideals merupakan bobot yang diperoleh

dari pembagian antara bobot normals pada setiap alternatif dengan bobot normals

terbesar diantara alternatif-alternatif tersebut.

Dalam penelitian ini, salah satu metode MCDM yakni Analytic Network

Process (ANP) akan diimplementasikan untuk dipakai dalam penentuan kriteria-

kriteria pemasaran guna mendapatkan kriteria pemasaran yang tepat untuk

dikembangkan oleh pihak perusahaan. Dimulai dengan melakukan identifikasi

dan mengkaji visi, misi, dan kriteria-kriteria pembangun strategi pemasaran serta

alternatif-alternatif yang digunakan oleh pihak perusahaan yang nantinya akan

dirumuskan menjadi tujuan strategis (strategic objectives) yang digunakan acuan

manajemen menyusun program dan rencana kerjanya. Setelah semua tujuan

strategis teridentifikasi, dilakukan penyebaran kuesioner perbandingan

berpasangan (pairwase comparison) pada expert judgements dalam strukur

organisasi prusahaan yang berkaitan dengan perspektif untuk mengetahui

preferensi mereka terhadap rancangan tujuan strategis yang telah terbentuk.

Adapun kuesioner yang diberikan dalam bentuk kuesioner perbandingan

berpasangan. Skala yang digunakan adalah skala terbatas yang dimulai dari sama

pentingnya (equally prefered) hingga mutlak pentingnya (extremelly prefered).

Universitas Sumatera Utara


Pemilihan skala 1 hingga 9 didasarkan pada penelitian psikologi yaitu berdasarkan

kemampuan otak manusia menyuarakan urutan preferensinya (Harker & Vargas,

1987). Penilaian yang diberikan diharapkan berdasarkan dari penilaian pakar.

Skala untuk penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria

Intensitas
Definisi Penjelasan
Kepentingan
Dua elemen menyumbangnya sama
1 Kedua elemen sama penting
besar pada sifat itu
Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit
3
penting ketimbang lainnya menyokong satu elemen atas lainnya
Elemen yang satu essensial Pengalaman dan pertimbangan dengan
5 atau sangat penting ketimbang kuat menyokong satu elemen atas
elemen lainnya elemen lainnya
Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong, dan
7
dari elemen lain dominannya telah terlihat dalam praktek
Bukti yang menyokong elemen yang
Satu elemen mutlak lebih
satu yang lain memiliki tingkat
9 penting ketimbang elemen
penegasan tertinggi yang mungkin
lainnya
menguatkan
Nilai-nilai antara dua Kompromi diperlukan antara dua
2,4,6,8
pertimbangan berdekatan pertimbangan
Jika untuk aktivitas i mendapat
satu angka bila dibandingkan
Kebalikan dengan aktivitas j, maka j
mempunyai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
Sumber : Saaty, 2004

Universitas Sumatera Utara


3.6.1. Langkah-langkah Pengerjaan ANP
10
Adapun langkah-langkah dalam pengerjaan metode ANP yakni:

1. Bangun model permasalahan secara terstruktur

Dalam langkah ini hal yang perlu ditekankan adalah pendefinisian masalah

yang akan menjadi objek penelitian harus jelas. Kriteria, subkriteria,

maupun alternatif dipilih berdasarkan brainstorming atau metode

pengumpulan ide lainnya. Selanjutnya membuat kluster-kluster dari kriteria,

subkriteria dan alternatif tersebut sehingga membentuk jaringan (Network).

2. Perhitungan matriks berpasangan dan prioritas

Adapun langkah langkah dalam perhitungan matriks berpasangan dan

prioritas adalah sebagai berikut:

a. Jumlahkan harga dari semua elemen dalam 1 kolom

b. Bagikan nilai dari setiap elemen dengan harga tersebut

c. Jumlahkan nilai setiap elemen dalam setiap baris dan dibagikan dengan

jumlah elemennya. Hal ini disebut dengan prioritas relatif tiap elemen.

3. Membangun supermatriks

Adapun langkah-langkah dalam membangun supermatriks adalah sebagai

berikut:

a. Mendapatkan unweight supermatrix dari prioritas setiap elemen.

b. Mendapatkan weighted supermatrix.

c. Mendapatkan limiting supermatrix.

10
Ibid. Saaty, T. L. (2005)

Universitas Sumatera Utara


d. Menghitung total bobot setiap alternatif dan didapatkanlah peringkat dari

masing-masing alternatif yang dibandingkan.

3.7. Studi dari Manajemen Strategi11

Manajemen Strategis adalah keputusan dari manajerial dan tindakan yang

menentukan kinerja jangka panjang dari suatu perusahaan. Ini mencakup

pemindaian lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi (perencanaan

strategis atau jangka panjang), implementasi strategi, evaluasi dan kontrol. Studi

tentang manajemen strategis, oleh karena itu, mangemen strategi menekankan

untuk monitoring dan evaluasi besarnya peluang dan ancaman eksternal dalam

kekuatan dan kelemahan korporasi. Awalnya disebut kebijakan bisnis, manajemen

strategis mencakup topik seperti perencanaan strategis, perencanaan lingkungan

dan analisis industri.

3.8. Strategi Perusahaan

Tentang Nike menggambarkan strategi perusahaan pentingnya

kelangsungan hidup perusahaan dan kesuksesan. strategi perusahaan berkaitan

dengan tiga isu utama yang dihadapi perusahaan secara keseluruhan:

1. Orientasi keseluruhan perusahaan terhadap pertumbuhan, stabilitas, atau

penghematan (strategi directional).

2. Industri atau pasar di mana perusahaan bersaing melalui produk dan unit

bisnis (strategi portofolio).

11
Thomas L. Wheelen. Strategic Management and Business Policy. (Penerbit: Pearson Prentice
Hall. New Jersey. 2006). h. 3

Universitas Sumatera Utara


3. Cara yang dilakukan manajemen untuk mengkoordinasikan kegiatan dan

sumber daya dan memupuk kemampuan antara lini produk dan unit bisnis

(strategi parenting). strategi perusahaan terutama tentang pilihan arah untuk

perusahaan secara keseluruhan dan pengelolaan usaha atau portofolio

produk. Hal ini berlaku apakah perusahaan merupakan perusahaan kecil atau

perusahaan besar multinasional (MNC). Dalam beberapa perusahaan bisnis

besar, khususnya, strategi perusahaan berkaitan dengan mengelola berbagai

lini produk dan unit bisnis untuk keuntungan maksimum. Dalam hal ini,

kantor pusat perusahaan harus memainkan peran "orang tua" organisasi,

dalam hal ini harus berurusan dengan berbagai produk dan unit bisnis "anak-

anak". Meskipun setiap lini produk atau unit bisnis memiliki strategi

kompetitif atau koperasi sendiri yang menggunakan untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif sendiri di pasar, perusahaan harus

mengkoordinasikan strategi bisnis yang berbeda sehingga korporasi secara

keseluruhan dapat berhasil sebagai "keluarga".

3.9. Perencanaan Strategik

Perencanaan Strategik adalah suatu sikap, atau bahkan merupakan suatu

hidup (“way of life”). Sebab, perencanaan meminta suatu kebiasaan dan keharusan

untuk bekerja berdasarkan perkiraan-perkiraan masa depan, artinya adanya

kebulatan tekad untuk selalu merencanakan secara teratur dan sistematis, sebagai

suatu bagian integral dari manajemen. Perencaan strategik sebenarnya lebih

condong untuk disebut sebagai suatu “proses berfikir” atau suatu “latihan

Universitas Sumatera Utara


intelektual” daripada suatu kumpulan proses, prosedur, struktur ataupun teknik.

Untuk memperoleh hasil yang tebaik, para manajer dan stafnya dalam organisasi

tersebut harus yakin bahwa perencanaan strategik bermanfaat untuk diterapkan

dan mau serta mampu untuk melakukannya.

Suatu sistem perencanaan strategik formal mengaitkan tiga jenis rencana

sekaligus, yaitu rencana-rencana strategis, rencana-rencana jangka menengah dan

anggaran-anggaran jangka pendek serta rencana-rencana operasional. Mungkin

dalam suatu perusahaan yang dikelola berdasarkan prinsip desentralisasi divisi-

divisi sudah dikenal kaitan serupa, yaitu antara rencana-rencana divisi dan kaitan

lain yaitu antara rencana-rencana strategis yang dibuat oleh pimpinan pusat dan

rencana masing-masing divisi. Berdasarkan kaitan inilah strategi-strategi dari

pucuk pimpinan perusahaan dijabarkan menjadi keputusan-keputusan untuk

langkah-langkah opersasional. Pemikiran mengenai suatu struktur rencana-

rencana juga tercermin dalam defenisinya: Perencanaan Strategik adalah usaha

sistematis formal dari suatu perusahaan, untuk menggariskan wujud utama dari

perusahaan tersebut, sasaran-sasarannya, kebijakan-kebijakan dan strategi-

strateginya, demi tercapainya sasaran-sasaran dan wujud utama perusahaan yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Chevron Pacific Indonesia yang bergerak

dalam eksplorasi minyak bumi dan gas. Perusahaan ini berlokasi di Rumbai,

Pekan Baru. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 hingga Januari

2017.

4.2. Jenis Penelitian12

Jenis penelitian ini adalah descriptive research dimana penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang fakta-fakta dan sifat-

sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian descriptive adalah

untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang

menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah kinerja dari PT. Chevron Pacific

Indonesia (Rumbai). Untuk melihat kinerja dilakukan dengan pendekatan

Balanced Scorecard yaitu dari Perpektif Finansial, Pelanggan, Proses Bisnis

Internal, Pembelajaran dan Pertumbuhan.

12
Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian. (Cet I; Medan: USU Press, 2011), h. 26.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel Indipenden adalah variabel bebas yang dapat mempengaruhi

variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Variabel yang

termasuk dalam jenis ini, yaitu:

Perspektif Balanced Scorecard:

a. Finansial

b. Pelanggan

c. Proses bisnis internal

d. Pembelajaran dan pertumbuhan

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel yang termasuk dalam jenis ini yaitu:

a. Kinerja Perusahaan

4.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah sebuah model yang ditunjukkan kedalam bentuk

diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel

penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review

artikel yang akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian. Selanjutnya,

untuk melakukan pengukuran kinerja menggunakan pendekatan Balanced

Scorecard. Dalam Balanced Scorecard kinerja diukur dengan 4 perspektif yaitu

Universitas Sumatera Utara


perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal,

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dari masing-masing perspektif

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan menjadi Sub-Kriteria.

Selanjutnya Kriteria dan Sub-Kriteria ditentukan hubungannya dan dibangun

struktur jaringan (network) untuk mengukur kinerja. Dilakukan perhitungan rata-

rata bobot Kriteria dengan metode ANP dengan menyebarkan terlebih dahulu

kuesioner ANP mengenai Kriteria dan Sub-Kriteria. Hasil perhitungan bobot

global Sub-Kriteria dari pengolahan ANP digunakan sebagai pengambilan

keputusan.

Kerangka berpikir pengukuran kinerja perusahaan ini dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


Perspektif
Finansial

Perspektif
Pelanggan

Pendekatan Struktur Perhitungan


Penentuan
Balanced Jaringan Bobot
Subkriteria
Scorecard (Network) Global

Perspektif
Proses Bisnis
Internal

Perspektif
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan

melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan-

tahapan tersebut meliputi:

1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat

penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara

jelas dan terarah.

2. Studi literatur

Kajian literatur merupakan bagian dari studi yang bertujuan untuk

mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil

penelitian, jurnal, dan literatur lain.

3. Perumusan masalah

Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang

teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup

permasalahan yang spesifik.

4. Perumusan tujuan penelitian

Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan

menentukan hasil akhir penelitian.

5. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan

data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder.

Universitas Sumatera Utara


Adapun langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada

Gambar 4.2

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Studi Literatur
Studi Lapangan
1. Teori Buku
Melakukan pengamatan awal pada
2. Referensi Jurnal Penelitian
perusahaan

Pengumpulan Data
1. Data Primer
Hasil dari wawancara Kriteria dan
Subkriteria dari masing-masing perpektif
dalam Balanced Scorecard
2. Data Sekunder
- Gambaran umum perusahaan
- Struktur jaringan
- Data perbandingan berpasangan

Pengolahan Data
1. Perhitungan rata-rata bobot kriteria
2. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi
matriks
3. Penyusunan supermatriks ANP

Analisis dan Evaluasi Pemecahan Masalah


Menentukan bobot global Sub-Kriteria dan
mengetahui perpektif yang harus ditingkatkan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 4.2. Langkah-Langkah Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.7. Responden

Responden pada penelitian ini adalah yang memahami tentang kinerja.

Teknik sampling yang digunakan adalah judgement sampling yang merupakan

teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang

ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau

masalah penelitian.

4.8. Pengumpulan Data

4.8.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer.

Merupakan data yang diperoleh secara langsung menggunakan instrument

(alat pengumupulan data). Data primer pada penelitian ini terdiri dari

wawancara, kuesioner.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dengan mengambil dari dokumen

perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari: data gambaran

umum perusahaan, struktur jaringan, data perbandingan berpasangan.

Universitas Sumatera Utara


4.8.2. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan pada perusahaan

secara langsung untuk mengetahui proses bisnis yang dijalankan oleh

perusahaan dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan

penelitian.

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak

terkait di perusahaan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Teknik kepustakaan (studi literatur), yaitu dengan mengumpulkan dan

mempelajari teori-teori dari buku dan mencari informasi dari jurnal yang

berkaitan dengan pemecahan masalah sesuai dengan permasalahan pada

perusahaan.

4.9. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan

maka langkah selanjutnya adalah pembobotan kriteria dengan menggunakan

pendekatan perspektif Balanced Scorecard dan pembobotan masing-masing

kriteria dengan ANP. Blok diagram pengolahan data dengan menggunakan

pendekatan Balanced Scorecard dan ANP dapat dilihat pada gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Input data :
- Data perspektif Balanced
Scorecard
- Data Sub-Kriteria
- Struktur jaringan
(network)
- Data kuisioner
perbandingan berpasangan

Menghitung Perbandingan
Berpasangan Antar Kriteria

Menghitung Perbandingan
Antar Sub-Kriteria

Menghitung Rata-rata
Geometrik Antar Kriteria
dan Sub-Kriteria

Menghitung perbandingan
Matriks Normalisasi antar
Kriteria dan Sub-Kriteria

Membuat supermatriks
ANP

Perhitungan bobot global


Sub-Kriteria

Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Balanced Scorecard dan

ANP

Universitas Sumatera Utara


4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah berawal dari pengukuran kinerja dengan

Balanced Scorecard dan ANP dan kemudian menentukan perspektif yang harus

ditingkatkan.

4.11. Kesimpulan dan Saran

Langkah akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi

hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian

selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Visi dan Misi PT. Chevron Pacific Indonesia

Adapun visi PT. CPI, yaitu :“To Be the Indonesian Energy Company

most admired for its People, Partnership, and Performance.”

Visi inilah yang menjadi gerak langkah PT. CPI untuk berkiprah dalam

pembangunan nasional di Indonesia. Visi ini tidaklah lengkap tanpa didukung

oleh suatu misi. Misi dari PT. CPI, yaitu :

1. As a Business Partner with GOI, CPI will add value by Effectively Exploring

for and Developing Hydrocarbons for the Benefit of Indonesia and CPI‟s

Shareholders.

2. CPI will Independently Pursue Other Energy Related Business

Opportunities by Leveraging its Resources to Assure Continued Value

Addition and Growth.

Misi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang

diharapkan akan membangun pemahaman yang sama bagi setiap pihak yang

bekerja atau berinteraksi dengannya. Enam nilai pokok yang harus dijunjung

tinggi segenap pimpinan dan karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah:

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

3. Memberlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

Universitas Sumatera Utara


4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan

masyarakat.

6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah

hidup.

5.2. Pembuatan Struktur Jaringan (Network)

Pembuatan struktur jaringan (network) merupakan tahapan yang sangat

penting di dalam proses Analytic Network Process. Pada tahap ini setiap Kriteria

dan Sub-Kriteria akan ditentukan apakah mempengaruhi satu dengan yang lain.

Penentuan hubungan pengaruh antara Sub-Kriteria ini dilakukan dengan cara

wawancara dengan manager. Instrumen yang digunakan yakni berupa kuisioner

tertutup. Ketiga responden tersebut harus menentukan apakah Sub-Kriteria pada

bagian kiri memiliki pengaruh terhadap Sub-Kriteria bagian atas yang

dibandingkan.

Tabel 5.2. berikut ini menunjukkan hubungan antara Sub-Kriteria, dimana

setiap angka menunjukkan jumlah responden yang menyatakan Kriteria tersebut

berpengaruh terhadap Kriteria lain yang dibandingkan.

Tabel 5.1. berikut ini menunjukkan keterangan Sub-Kriteria yang

dibandingkan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Keterangan Sub-Kriteria yang Dibandingkan

Perspektif Strategi Tujuan Strategis

F1- Peningkatan Laba Bersih


F2- Pencapaian Surplus Aliran Kas
F3- Peningkatkan ROI (Return On Investment)
F4- Pengendalian Biaya Operasi
Mempersiapkan pendanaan
F5- Peningkatan Pendapatan Operasi
Finansial untuk mendukung
pengembangan perusahaan F6- Peningkatan ROA (Return On Asset)
F7- Peningkatan Harga Saham
F8- Pengelolaan Modal
F9- Peningkatan ROCE (Return On Capital
Employed)

P1- Peningkatan Kepuasan Pelanggan


P2- Peningkatan Jumlah Pelanggan
P3- Menurunkan Keluhan Pelanggan
Meningkatkan porsi pasar P4- Peningkatan Data Pasar yang Up to Date
ekspor dan segmen
pelanggan industri serta P5- Peningkatan Pangsa Pasar
Pelanggan pangsa pasar, serta
meningkatkan daya saing P6- Peningkatan Penjualan Usaha
melalui peningkatan
kepuasan pelanggan P7- Retensi Pelanggan
P8- Akuisisi Pelanggan
P9- Profitabilitas Pelanggan
P10- Green Manufacturing Process

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Keterangan Sub-Kriteria yang Dibandingkan (Lanjutan)

Perspektif Strategi Tujuan Strategis

I1- Pengendalian Pasokan Gas Bumi


I2- Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Gas
I3- Peningkatan K3 dan Zero Accident
I4- Peningkatan Pengadaan Barang/Jasa yang
Sesuai Spesifikasi Teknis
I5- Peningkatan Pemeliharaan Gedung Stasiun Gas
dan Fasilitasnya
Meningkatkan daya saing I6- Pengendalian Persediaan
keunggulan operasional,
Proses Bisnis Internal sistem manajemen I7- Pengembangan Investasi Jaringan Pipa dan
korporasi dan penguasaan Fasilitasnya
teknologi pengelolaan gas
I8- Peningkatan Peran Sistem Manajemen
Korporasi
I9- Perbaikan Proses Eksplorasi Minyak
I10- Pengembangan Bisnis Gas Global
I11- Peningkatan Kemampuan Organisasi
I12- Peningkatan Pemanfaatan Teknologi
I13- Peningkatan Hubungan Baik dengan Mitra

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Keterangan Sub-Kriteria yang Dibandingkan (Lanjutan)

Perspektif Strategi Tujuan Strategis

P1- Pengembangan Kompetensi Inti (Core


Competency)
P2- Peningkatan Kepuasan Pekerja
P3- Peningkatan Optimalisasi Sistem Informasi
Kepegawaian
P4- Pengembangan Manajemen Pengetahuan
P5- Program Pengembangan Keahlian Dasar
Pengeboran

Meningkatkan kompetensi P6- Peningkatan Prosedur Perhitungan dan


Pembelajaran dan dan profesionalisme SDM Penyemenan Ulang Lubang Bor
Pertumbuhan serta optimalisasi sistem
informasi korporasi P7- Skenario Kegiatan Produksi
P8- Peningkatan Keandalan dan Efisiensi
P9- Peningkatan Promosi
P10- Meningkatkan Motivasi Karyawan
P11- Pemeliharaan Hubungan dengan Karyawan
P12- Pemeliharaan Hubungan dengan Mitra
P13- Peningkatan Disiplin Karyawan
P14- Retensi Karyawan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Hubungan Antara Sub-Kriteria

Finansial (F) Customer (C) Proses Bisnis Internal (I) Pembelajaran dan Pertumbuhan (P)

F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7 F-8 F-9 C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6 C-7 C-8 C-9 C-10 I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 I-11 I-12 I-13 P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 P-11 P-12 P-13 P-14
Finansial (F)
F-1        
F-2    
F-3   
F-4      
F-5    
F-6   
F-7    
F-8    
F-9 
Customer (C)
C-1         
C-2     
C-3      
C-4  
C-5  
C-6     
C-7    
C-8  
C-9     
C-10   
Proses Bisnis Internal (I)
I-1      
I-2         
I-3 
I-4      
I-5    
I-6    
I-7     
I-8 
I-9        
I-10     
I-11 
I-12    
I-13  
Pembelajaran dan Pertumbuhan (P)
P-1
P-2          
P-3     
P-4         
P-5      
P-6       
P-7     
P-8  
P-9 
P-10 
P-11
P-12 
P-13
P-14   

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hubungan antara Sub-Kriteria yang ditunjukkan dari Tabel

5.2. selanjutnya disusun ke dalam struktur jaringan (network) yang dapat dilihat

pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Struktur Jaringan (Network) Penilaian Kinerja


Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


5.3. Pembuatan Kuesioner Perbandingan Berpasangan

Kuesioner perbandingan berpasangan digunakan untuk memberi bobot

untuk masing-masing Kriteria dan Sub-Kriteria sehingga dapat diketahui dari

perspektif mana yang memiliki bobot Kriteria tertinggi. Kuisioner ini memiliki 2

bagian yakni perbandingan berpasangan antara Kriteria, perbandingan

berpasangan antara Sub-Kriteria. Di bawah ini menunjukkan perbandingan

berpasangan antara Kriteria dan Sub-Kriteria yang digunakan. Kuesioner

penetapan bobot/prioritas kepentingan dari perspektif-perspektif dalam Balanced

Scorecard dapat dilihat pada Lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara


Keterangan penilaian perbandingan berpasangan di atas dapat dilihat pada

Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Skala Perbandingan Berpasangan

Intensitas Kepentingan Definisi

1 Kedua elemen sama penting


3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya
Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang
5
elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain
9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai antara dua pertimbangan berdekatan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


5.4. Pengolahan Analytical Network Process (ANP)

5.4.1. Perbandingan Berpasangan Antara Kriteria

Perbandingan berpasangan antara Kriteria untuk masing-masing Kriteria

yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Finansial

Responden 1
Proses Bisnis Pembelajaran dan
Finansial Customer
Internal Pertumbuhan

Finansial 1 3 2 2

Customer 1/3 1 1/3 1/2

Proses Bisnis 1/2 3 1 2


Internal

Pembelajaran dan 1/2 2 1/2 1


Pertumbuhan

Responden 2
Proses Bisnis Pembelajaran dan
Finansial Customer
Internal Pertumbuhan

Finansial 1 3 3 3

Customer 1/3 1 1/5 2

Proses Bisnis 1/3 5 1 2


Internal

Pembelajaran dan 1/3 1/2 1/2 1


Pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Finansial

(Lanjutan)

Responden 3
Proses Bisnis Pembelajaran dan
Finansial Customer
Internal Pertumbuhan

Finansial 1 3 3 2

Customer 1/3 1 2 1/2

Proses Bisnis 1/3 1/2 1 3


Internal

Pembelajaran dan 1/2 2 1/3 1


Pertumbuhan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Cara perhitungan Consistency Ratio untuk matriks banding berpasangan

Kriteria Finansial ditampilkan sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata pembobotan dengan cara menghitung rata-rata

geometrik. Rata-rata geometrik dihitung dengan rumus:

Contoh untuk perhitungan rata-rata geometrik untuk perbandingan

berpasangan antara Kriteria Finansial:


3
GM √3x3x3 3,0000

Perhitungan rata-rata geometrik untuk matriks perbandingang berpasangan

diatas ditampilkan pada Tabel 5.5.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5. Perhitungan Rata-Rata Geometrik untuk Perbandingan antara

Kriteria Finansial

Proses Bisnis Pembelajaran dan


Finansial Customer
Internal Pertumbuhan

Finansial 1.0000 3.0000 2.6207 2.2894

Customer 0.3333 1.0000 0.5109 0.7937

Proses Bisnis 0.3816 1.9574 1.0000 2.2894


Internal

Pembelajaran dan 0.4368 1.2599 0.4368 1.0000


Pertumbuhan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

2. Masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah kolom masing-masing.

Tabel 5.6. Matriks Normalisasi dan Bobot Parsial

Proses Bisnis Pembelajaran dan


Finansial Customer Bobot Parsial
Internal Pertumbuhan

Finansial 0.4647 0.4157 0.5737 0.3593 0.4533

Customer 0.1549 0.1386 0.1118 0.1245 0.1325

Proses Bisnis 0.1773 0.2712 0.2189 0.3593 0.2567


Internal

Pembelajaran dan 0.2030 0.1746 0.0956 0.1569 0.1575


Pertumbuhan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


3. Menghitung rasio Konsistensi

(Matriks Perhitungan Rata-rata Geometrik) x (Vektor Bobot Tiap Baris)

1.0000 3.0000 2.6207 2.2894 1.0000 0.4533 1.8840

0.3333 1.0000 0.5109 0.7937 0.3333 0.1325 0.5397


X =
0.3816 1.9574 1.0000 2.2894 0.3816 0.2567 1.4447

0.4368 1.2599 0.4368 1.0000 0.4368 0.1575 0.4936

4. Menghitung Konsistensi Vektor

(Rasio Konsistensi : Vektor bobot tiap baris)

1.8840 0.4533 4.1560

0.5397 0.1325 4.0746


: =
1.4447 0.2567 5.6284

0.4936 0.1575 3.1335

5. Menghitung rata-rata entri ( maks )

 Konsistens iVektor
maks = i 1

4.1560  4.0746  5.6284  3.1335


maks   4.2481
4

6. Menghitung Consistency Index (CI)

maks n
CI
n1
4.2481 4
CI 0.0827
3

Universitas Sumatera Utara


7. Menghitung Consistency Ratio (CR)

CI
CR 
Random Consistency Index

0,0827
CR 0,0919
0,9

Didapatkan CR < 0,1 , maka jawaban responden konsisten. Perhitungan yang

sama dilakukan pada semua elemen antara Kriteria dan Sub-Kriteria.

Perbandingan berpasangan antara Kriteria lanjutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.4.2. Perbandingan Berpasangan Antara Sub-Kriteria

Perbandingan berpasangan antara Sub-Kriteria disusun berdasarkan

hubungan inner dependence dan outer dependence yang mempengaruhi setiap

Kriteria yang dibandingkan. Hubungan inner dependence merupakan hubungan

yang menunjukkan keterkaitan antara Sub-Kriteria dalam Kriteria yang sama

sedangkan hubungan outer dependence menunjukkan keterkaitan antara Sub-

Kriteria dalam Kriteria yang berbeda. Terdapat 46 Sub-Kriteria yang akan

dibandingkan berdasarkan Kriterianya yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Perbandingan berpasangan antara Sub-Kriteria selanjutnya dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Universitas Sumatera Utara


a. Peningkatan Laba Bersih (F-1)

Tabel 5.7. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-1 pada Kriteria

Finansial

Responden 1
F-1 F-6 F-7 F-8
F-6 1 2 2
F-7 1/2 1 1/2
F-8 1/2 2 1
Responden 2
F-1 F-6 F-7 F-8
F-6 1 3 2
F-7 1/3 1 1/5
F-8 1/2 5 1
Responden 3
F-1 F-6 F-7 F-8
F-6 1 5 4
F-7 1/5 1 1/3
F-8 1/4 3 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


b. Pencapaian Surplus Aliran Kas (F-2)

Tabel 5.8. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-2 pada Kriteria

Finansial

Responden 1
F-2 F-1 F-4 F-7 F-8
F-1 1 2 5 2
F-4 1/2 1 3 1/3
F-7 1/5 1/3 1 1/2
F-8 1/2 3 2 1
Responden 2
F-2 F-1 F-4 F-7 F-8
F-1 1 2 2 3
F-4 1/2 1 3 1/3
F-7 1/2 1/3 1 1/2
F-8 1/3 3 2 1
Responden 3
F-2 F-1 F-4 F-7 F-8
F-1 1 3 2 2
F-4 1/3 1 2 1/3
F-7 1/2 ½ 1 1/4
F-8 1/2 3 4 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


c. Peningkatan ROI (Return On Investment) (F-3)

Tabel 5.9. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-3 pada Kriteria

Finansial

Responden 1
F-3 F-1 F-8
F-1 1 5
F-8 1/5 1
Responden 2
F-3 F-1 F-8
F-1 1 1/2
F-8 2 1
Responden 3
F-3 F-1 F-8
F-1 1 2
F-8 1/2 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


d. Pengendalian Biaya Operasi (F-4)

Tabel 5.10. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-4 pada Kriteria

Finansial

Responden 1
F-4 F-2 F-8 P-7
F-2 1 5 2
F-8 1/5 1 1/3
P-7 1/2 3 1
Responden 2
F-4 F-2 F-8 P-7
F-2 1 3 1/2
F-8 1/3 1 3
P-7 2 1/3 1
Responden 3
F-4 F-2 F-8 P-7
F-2 1 2 4
F-8 1/2 1 2
P-7 1/4 1/2 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


e. Peningkatan Harga Saham (F-7)

Tabel 5.11. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-7 pada Kriteria

Finansial

Responden 1
F-7 F-1 F-2 F-6
F-1 1 3 4
F-2 1/3 1 1/2
F-6 1/4 2 1
Responden 2
F-7 F-1 F-2 F-6
F-1 1 4 2
F-2 1/4 1 1/2
F-6 1/2 2 1
Responden 3
F-7 F-1 F-2 F-6
F-1 1 2 5
F-2 1/2 1 1/3
F-6 1/5 3 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


f. Pengelolaan Modal (F-8)

Tabel 5.12. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-8 pada Kritera

Finansial

Responden 1
F-8 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-9
F-2 1 2 3 3 2 3
F-3 1/2 1 2 1/2 4 1/2
F-4 1/3 1/2 1 1/3 1/2 1/4
F-5 1/3 2 3 1 1/2 1/2
F-6 1/2 1/4 3 2 1 1/2
F-9 1/3 2 4 2 2 1
Responden 2
F-8 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-9
F-2 1 3 2 3 2 2
F-3 1/3 1 3 2 2 5
F-4 1/2 1/3 1 4 1/3 3
F-5 1/3 1/2 1/4 1 4 1/2
F-6 1/2 1/2 3 1/4 1 1/2
F-9 1/2 1/5 1/3 2 2 1
Responden 3
F-8 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-9
F-2 1 3 5 3 5 2
F-3 1/3 1 3 2 2 1/3
F-4 1/5 1/3 1 4 1/3 2
F-5 1/3 1/2 1/4 1 2 1/2
F-6 1/5 1/2 3 1/2 1 1/5
F-9 1/2 3 1/2 2 5 1
Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


5.4.3. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Antara Kriteria dan Sub-Kriteria

Tabel 5.13. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Finansial

Pembelajaran dan
Finansial Customer Proses Bisnis Internal
Pertumbuhan
Finansial 1.0000 3.0000 2.6207 2.2894
Customer 0.3333 1.0000 0.5109 0.7937
Proses Bisnis Internal 0.3816 1.9574 1.0000 2.2894
Pembelajaran dan
0.4368 1.2599 0.4368 1.0000
Pertumbuhan
Total 2.1517 7.2174 4.5684 6.3726
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.14. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Customer

Pembelajaran dan
Finansial Customer Proses Bisnis Internal
Pertumbuhan
Finansial 1.0000 2.2894 3.9149 3.1072
Customer 0.4368 1.0000 0.6934 2.2894
Proses Bisnis Internal 0.2554 1.4422 1.0000 3.1072
Pembelajaran dan
0.3218 0.4368 0.3218 1.0000
Pertumbuhan
Total 2.0141 5.1685 5.9301 9.5039
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.15. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria

Proses Bisnis Internal

Pembelajaran dan
Finansial Customer Proses Bisnis Internal
Pertumbuhan
Finansial 1.0000 2.8845 3.1072 3.4200
Customer 0.3467 1.0000 0.5109 0.6694
Proses Bisnis Internal 0.3218 1.9574 1.0000 1.9574
Pembelajaran dan
0.2924 1.4938 0.5109 1.0000
Pertumbuhan
Total 1.9609 7.3357 5.1290 7.0468
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan

Pembelajaran dan
Finansial Customer Proses Bisnis Internal
Pertumbuhan
Finansial 1.0000 2.8845 2.0000 1.7100
Customer 0.3467 1.0000 0.6934 0.6934
Proses Bisnis Internal 0.5000 1.4422 1.0000 1.9574
Pembelajaran dan
0.5848 1.4422 0.5109 1.0000
Pertumbuhan
Total 2.4315 6.7690 4.2042 5.3608
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.17. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-1 pada

Kriteria Finansial

F-1 F-6 F-7 F-8


F-6 1.0000 3.1072 2.5198
F-7 0.3218 1.0000 0.3218
F-8 0.3969 3.1072 1.0000
Total 1.7187 7.2145 3.8417
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.18. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-2 pada

Kriteria Finansial

F-2 F-1 F-4 F-7 F-8


F-1 1.0000 2.2894 2.7144 2.2894
F-4 0.4368 1.0000 2.6207 0.3333
F-7 0.3684 0.3816 1.0000 0.3969
F-8 0.4368 3.0000 2.5198 1.0000
Total 2.2420 6.6710 8.8550 4.0196
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.19. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-3 pada

Kriteria Finansial

F-3 F-1 F-8


F1 1.0000 1.7100
F-8 0.5848 1.0000
Total 1.5848 2.7100
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.20. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-4 pada

Kriteria Finansial

F-4 F-2 F-8 P-7


F-2 1.0000 3.1072 1.5874
F-8 0.3218 1.0000 1.2599
P-7 0.6300 0.7937 1.0000
Total 1.9518 4.9009 3.8473
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.21. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-7 pada

Kriteria Finansial

F-7 F-1 F-2 F-6


F-1 1.0000 2.8845 3.4200
F-2 0.3467 1.0000 0.4368
F-6 0.2924 2.2894 1.0000
Total 1.6391 6.1739 4.8567
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.22. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-8 pada

Kritera Finansial

F-8 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-9


F-2 1.0000 2.6207 3.1072 3.0000 2.7144 2.2894
F-3 0.3816 1.0000 2.6207 1.2599 2.5198 0.9410
F-4 0.3218 0.3816 1.0000 1.7472 0.3816 1.1447
F-5 0.3333 0.7937 0.5724 1.0000 1.5874 0.5000
F-6 0.3684 0.3969 3.0000 0.6300 1.0000 0.3684
F-9 0.4368 1.0627 0.8736 2.0000 2.7144 1.0000
Total 2.8419 6.2555 11.1739 9.6370 10.9176 6.2436
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Perhitungan rata-rata geomerik antara Sub-Kriteria dan Kriteria selanjutnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.

5.4.4. Perhitungan Matriks Normalisasi Antara Kriteria dan Sub-Kriteria

Tabel 5.23. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Finansial

Proses Pembelajaran
Finansial Customer Bisnis dan Bobot Parsial
Internal Pertumbuhan
Finansial 0.4647 0.4157 0.5737 0.3593 0.4533
Customer 0.1549 0.1386 0.1118 0.1245 0.1325
Proses Bisnis Internal 0.1773 0.2712 0.2189 0.3593 0.2567
Pembelajaran dan
0.2030 0.1746 0.0956 0.1569 0.1575
Pertumbuhan
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.24. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Customer

Proses Pembelajaran
Finansial Customer Bisnis dan Bobot Parsial
Internal Pertumbuhan
Finansial 0.4965 0.4430 0.6602 0.3269 0.4816
Customer 0.2169 0.1935 0.1169 0.2409 0.1920
Proses Bisnis Internal 0.1268 0.2790 0.1686 0.3269 0.2254
Pembelajaran dan
0.1598 0.0845 0.0543 0.1052 0.1009
Pertumbuhan
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.25. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Proses Bisnis Internal

Proses Pembelajaran
Finansial Customer Bisnis dan Bobot Parsial
Internal Pertumbuhan
Finansial 0.5100 0.3932 0.6058 0.4853 0.4986
Customer 0.1768 0.1363 0.0996 0.0950 0.1269
Proses Bisnis Internal 0.1641 0.2668 0.1950 0.2778 0.2259
Pembelajaran dan
0.1491 0.2036 0.0996 0.1419 0.1486
Pertumbuhan
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.26. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan

Proses Pembelajaran
Finansial Customer Bisnis dan Bobot Parsial
Internal Pertumbuhan
Finansial 0.4113 0.4261 0.4757 0.3190 0.4080
Customer 0.1426 0.1477 0.1649 0.1293 0.1461
Proses Bisnis Internal 0.2056 0.2131 0.2379 0.3651 0.2554
Pembelajaran dan
0.2405 0.2131 0.1215 0.1865 0.1904
Pertumbuhan
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.27. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-1 pada Kriteria

Finansial

F-1 F-6 F-7 F-8 Bobot Parsial


F-6 0.5818 0.4307 0.6559 0.5562
F-7 0.1873 0.1386 0.0838 0.1365
F-8 0.2309 0.4307 0.2603 0.3073
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0831
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.28. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-2 pada Kriteria

Finansial

F-2 F-1 F-4 F-7 F-8 Bobot Parsial


F-1 0.4460 0.3432 0.3065 0.5696 0.4163
F-4 0.1948 0.1499 0.2960 0.0829 0.1809
F-7 0.1643 0.0572 0.1129 0.0987 0.1083
F-8 0.1948 0.4497 0.2846 0.2488 0.2945
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0886
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.29. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-3 pada Kriteria

Finansial

F-3 F-1 F-8 Bobot Parsial


F-1 0.6310 0.6310 0.6310
F-8 0.3690 0.3690 0.3690
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.30. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-4 pada Kriteria

Finansial

F-3 F-2 F-8 P-7 Bobot Parsial


F-2 0.5124 0.6340 0.4126 0.5197
F-8 0.1649 0.2040 0.3275 0.2321
P-7 0.3228 0.1619 0.2599 0.2482
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0790
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.31. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-7 pada

Kriteria Finansial

F-7 F-1 F-2 F-6 Bobot Parsial


F-1 0.6101 0.4672 0.7042 0.5938
F-2 0.2115 0.1620 0.0899 0.1545
F-6 0.1784 0.3708 0.2059 0.2517
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0975
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.32. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-8 pada Kritera

Finansial

F-8 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-9 Bobot Parsial


F-2 0.3519 0.4189 0.2781 0.3113 0.2486 0.3667 0.3293
F-3 0.1343 0.1599 0.2345 0.1307 0.2308 0.1507 0.1735
F-4 0.1132 0.0610 0.0895 0.1813 0.0349 0.1833 0.1106
F-5 0.1173 0.1269 0.0512 0.1038 0.1454 0.0801 0.1041
F-6 0.1296 0.0634 0.2685 0.0654 0.0916 0.0590 0.1129
F-9 0.1537 0.1699 0.0782 0.2075 0.2486 0.1602 0.1697
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0902
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.33. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-1 pada Kriteria

Customer

C-1 C-2 C-3 C-7 C-8 C-9 Bobot Parsial


C-2 0.3099 0.2680 0.4436 0.1970 0.3418 0.3121
C-3 0.1549 0.1340 0.1174 0.3579 0.0470 0.1623
C-7 0.1182 0.1933 0.1693 0.1420 0.2465 0.1739
C-8 0.2816 0.0670 0.2133 0.1790 0.2153 0.1912
C-9 0.1354 0.3377 0.0564 0.1241 0.1493 0.1606
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0893
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.34. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-2 pada Kriteria

Customer

C-2 C-1 C-3 C-6 Bobot Parsial


C-1 0.4902 0.3796 0.6242 0.4980
C-3 0.3399 0.2632 0.1594 0.2542
C-6 0.1699 0.3572 0.2164 0.2478
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0969
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.35. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-3 pada Kriteria

Customer

C-3 C-1 C-7 Bobot Parsial


C-1 0.1859 0.1859 0.1859
C-7 0.8141 0.8141 0.8141
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.36. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-4 pada Kriteria

Customer

C-4 C-2 C-5 C-6 C-9 Bobot Parsial


C-2 0.2038 0.3036 0.1077 0.2245 0.2099
C-5 0.1617 0.2410 0.5129 0.2364 0.2880
C-6 0.2939 0.0730 0.1553 0.1639 0.1715
C-9 0.3406 0.3825 0.2240 0.3752 0.3306
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0753
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.37. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-5 pada Kriteria

Customer

C-5 C-1 C-2 C-3 C-4 C-6 Bobot Parsial


C-1 0.1994 0.3449 0.2738 0.1245 0.1237 0.2133
C-2 0.1019 0.1762 0.1449 0.3070 0.3050 0.2070
C-3 0.1742 0.2909 0.2392 0.1820 0.2771 0.2327
C-4 0.2148 0.0770 0.1762 0.1341 0.1021 0.1408
C-6 0.3098 0.1110 0.1659 0.2524 0.1921 0.2062
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0661
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.38. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-6 pada Kriteria Customer

C-6 C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-7 C-8 C-9 Bobot Parsial
C-1 0.1698 0.2481 0.1604 0.2139 0.1270 0.1124 0.1241 0.1599 0.1644
C-2 0.0589 0.0860 0.2546 0.1576 0.1221 0.0779 0.0439 0.0554 0.1071
C-3 0.1178 0.0376 0.1112 0.1347 0.0672 0.1559 0.2335 0.1830 0.1301
C-4 0.1348 0.0927 0.1401 0.1698 0.2308 0.2832 0.1366 0.2306 0.1773
C-5 0.1178 0.0620 0.1457 0.0648 0.0880 0.0779 0.0596 0.0880 0.0880
C-7 0.1484 0.1084 0.0700 0.0589 0.1109 0.0982 0.1193 0.1007 0.1018
C-8 0.1178 0.1684 0.0410 0.1069 0.1270 0.0708 0.0860 0.0554 0.0967
C-9 0.1348 0.1969 0.0771 0.0934 0.1270 0.1237 0.1969 0.1269 0.1346
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0661
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.39. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-7 pada Kriteria Customer

C-7 C-1 C-2 C-3 C-9 Bobot Parsial


C-1 0.4465 0.3787 0.4780 0.4258 0.4323
C-2 0.2232 0.1894 0.0877 0.2952 0.1989
C-3 0.1352 0.3126 0.1448 0.0930 0.1714
C-9 0.1950 0.1193 0.2895 0.1860 0.1975
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0965
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.40. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-8 pada Kriteria

Customer

C-8 C-1 C-6 C-9 Bobot Parsial


C-1 0.2353 0.3255 0.2098 0.2569
C-6 0.1482 0.2051 0.2402 0.1978
C-3 0.6165 0.4695 0.5499 0.5453
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0344
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.41. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-9 pada Kriteria

Customer

C-9 C-1 C-3 C-7 Bobot Parsial


C-1 0.3275 0.4547 0.2265 0.3362
C-3 0.2599 0.3609 0.4881 0.3696
C-7 0.4126 0.1844 0.2854 0.2941
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0702
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.42. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-10 pada

Kriteria Customer dengan Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal

C-10 I-2 I-9 I-12 Bobot Parsial


I-2 0.4232 0.3522 0.4784 0.4180
I-9 0.2833 0.2358 0.1899 0.2363
I-12 0.2934 0.4120 0.3317 0.3457
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0263
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.43. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-1 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-1 I-2 I-6 I-7 I-9 I-10 I-12 Bobot Parsial


I-2 0.2440 0.3066 0.2144 0.1337 0.1875 0.2487 0.2225
I-6 0.1066 0.1339 0.2309 0.0999 0.0650 0.2737 0.1517
I-7 0.1936 0.0987 0.1702 0.1421 0.3083 0.1506 0.1772
I-9 0.1936 0.1423 0.1271 0.1061 0.0394 0.0862 0.1158
I-10 0.0931 0.2340 0.0627 0.3061 0.1136 0.0684 0.1463
I-12 0.1691 0.0844 0.1948 0.2122 0.2862 0.1724 0.1865
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0861
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.44. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-1 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

I-1 P-4 P-5 Bobot Parsial


P-4 0.2325 0.2325 0.2325
P-5 0.7675 0.7675 0.7675
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.45. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-2 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-2 I-1 I-4 I-5 I-6 I-9 I-12 Bobot Parsial


I-1 0.2810 0.3819 0.2811 0.2144 0.2619 0.2212 0.2736
I-4 0.1035 0.1407 0.2811 0.1072 0.1650 0.2962 0.1823
I-5 0.1072 0.0537 0.1073 0.1139 0.1816 0.1294 0.1155
I-6 0.2231 0.2233 0.1602 0.1702 0.1650 0.0712 0.1688
I-9 0.1547 0.1229 0.0851 0.1487 0.1441 0.1794 0.1392
I-12 0.1304 0.0774 0.0851 0.2455 0.0825 0.1027 0.1206
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0728
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.46. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-4 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-4 I-2 I-5 I-7 Bobot Parsial


I-2 0.2083 0.3386 0.1719 0.2396
I-5 0.1444 0.2348 0.2940 0.2244
I-7 0.6473 0.4266 0.5341 0.5360
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0791
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.47. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-5 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Finansial

I-5 F-4 F-5 Bobot Parsial


F-4 0.1859 0.1859 0.1859
F-5 0.8141 0.8141 0.8141
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.48. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-5 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-5 I-2 I-4 I-7 I-9 Bobot Parsial


I-2 0.3033 0.4576 0.2286 0.1997 0.2973
I-4 0.1911 0.2883 0.4756 0.3489 0.3260
I-7 0.2407 0.1100 0.1815 0.2769 0.2023
I-9 0.2649 0.1441 0.1143 0.1745 0.1745
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0782
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.49. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-6 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-6 I-1 I-2 I-4 I-7 Bobot Parsial


I-1 0.3609 0.3244 0.3315 0.3982 0.3537
I-2 0.1844 0.1657 0.1149 0.1991 0.1660
I-4 0.2274 0.3011 0.2088 0.1519 0.2223
I-7 0.2274 0.2088 0.3448 0.2508 0.2579
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0271
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.50. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-7 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Finansial

I-7 F-1 F-2 F-5 Bobot Parsial


F-1 0.1254 0.1415 0.0967 0.1212
F-2 0.5491 0.6198 0.6521 0.6070
F-5 0.3255 0.2387 0.2512 0.2718
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0179
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.51. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-7 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal

I-7 I-1 I-2 I-4 I-5 I-6 Bobot Parsial


I-1 0.2807 0.2362 0.3589 0.4829 0.1734 0.3064
I-2 0.2228 0.1875 0.1009 0.2184 0.1575 0.1774
I-4 0.0903 0.2146 0.1155 0.0639 0.1431 0.1255
I-5 0.0850 0.1255 0.2645 0.1462 0.3276 0.1898
I-6 0.3213 0.2362 0.1602 0.0886 0.1984 0.2009
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0892
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.52. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-9 pada Kriteria Proses Bisnis Internal

I-9 I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-10 Bobot Parsial
I-1 0.1957 0.3384 0.3434 0.2436 0.0611 0.1086 0.1764 0.2096
I-2 0.0855 0.1478 0.1651 0.1795 0.2044 0.1243 0.1487 0.1508
I-3 0.1185 0.1173 0.1310 0.0784 0.3244 0.2487 0.2912 0.1871
I-4 0.1077 0.1104 0.2241 0.1341 0.0829 0.1086 0.1703 0.1340
I-5 0.2108 0.0755 0.0422 0.1689 0.1044 0.1423 0.0650 0.1156
I-6 0.1778 0.1173 0.0520 0.1218 0.0724 0.0987 0.0548 0.0993
I-10 0.1040 0.0931 0.0422 0.0738 0.1506 0.1687 0.0937 0.1037
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0888
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.53. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-9 pada Kriteria Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

I-9 P-5 P-6 P-7 Bobot Parsial


P-5 0.2331 0.2224 0.3013 0.2523
P-6 0.6724 0.6416 0.5765 0.6301
P-7 0.0945 0.1360 0.1222 0.1176
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0162
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.54. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-10 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal

I-10 I-1 I-9 Bobot Parsial


I-1 0.3550 0.3550 0.3550
I-9 0.6450 0.6450 0.6450
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.55. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-11 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan

I-11 P-10 P-14 Bobot Parsial


P-10 0.4609 0.4609 0.4609
P-14 0.5391 0.5391 0.5391
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.56. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-12 pada Kriteria Proses Bisnis Internal

I-12 I-1 I-2 I-4 I-7 I-9 I-10 I-13 Bobot Parsial
I-1 0.1935 0.3741 0.2315 0.1386 0.1324 0.1495 0.1436 0.1947
I-2 0.0738 0.1427 0.2235 0.3632 0.1570 0.2156 0.0905 0.1809
I-4 0.0713 0.0545 0.0853 0.1144 0.0525 0.0942 0.1186 0.0844
I-7 0.1758 0.0495 0.0939 0.1259 0.1156 0.1495 0.3765 0.1552
I-9 0.1341 0.0835 0.1490 0.0999 0.0918 0.0593 0.0498 0.0954
I-10 0.1758 0.0899 0.1230 0.1144 0.2101 0.1358 0.0905 0.1342
I-13 0.1758 0.2059 0.0939 0.0436 0.2406 0.1959 0.1305 0.1552
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0884
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.57. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-12 pada Kriteria Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

I-12 P-5 P-8 Bobot Parsial


P-5 0.1378 0.1378 0.1378
P-8 0.8622 0.8622 0.8622
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.58. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-13 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal

I-13 I-8 I-11 Bobot Parsial


I-8 0.2135 0.2135 0.2135
I-11 0.7865 0.7865 0.7865
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.59. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-2 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 Bobot Parsial


P-3 0.4285 0.2430 0.6179 0.3909 0.4201
P-4 0.2595 0.1472 0.0743 0.1184 0.1498
P-5 0.1485 0.4245 0.2142 0.3415 0.2822
P-6 0.1635 0.1854 0.0936 0.1492 0.1479
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0949
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.60. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-4 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-4 P-2 P-5 P-6 P-7 Bobot Parsial


P-2 0.2751 0.2086 0.4830 0.1935 0.2900
P-5 0.1907 0.1446 0.0837 0.1758 0.1487
P-6 0.1375 0.4172 0.2415 0.3516 0.2870
P-7 0.3967 0.2296 0.1917 0.2791 0.2743
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0905
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.61. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-5 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal

P-5 I-9 I-12 Bobot Parsial


I-9 0.2035 0.2035 0.2035
I-12 0.7965 0.7965 0.7965
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.62. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-5 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-5 P-2 P-4 P-6 P-7 P-8 P-14 Bobot Parsial


P-2 0.1997 0.2345 0.1358 0.1595 0.3553 0.1176 0.2004
P-4 0.1385 0.1626 0.1843 0.3189 0.1244 0.1176 0.1744
P-6 0.1585 0.0951 0.1078 0.0448 0.1688 0.0934 0.1114
P-7 0.1472 0.0599 0.2824 0.1175 0.0949 0.1347 0.1394
P-8 0.1044 0.2429 0.1186 0.2300 0.1858 0.3885 0.2117
P-14 0.2517 0.2049 0.1711 0.1293 0.0709 0.1482 0.1627
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0842
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.63. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-6 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-6 P-2 P-4 P-7 P-14 Bobot Parsial


P-2 0.3147 0.2456 0.5288 0.2632 0.3381
P-4 0.2107 0.1644 0.0801 0.1998 0.1637
P-7 0.0953 0.3289 0.1601 0.2199 0.2011
P-14 0.3793 0.2610 0.2310 0.3171 0.2971
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0871
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.64. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-7 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-7 P-2 P-4 P-6 Bobot Parsial


P-2 0.3541 0.3161 0.4663 0.3788
P-4 0.5107 0.4559 0.3558 0.4408
P-6 0.1351 0.2280 0.1779 0.1803
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0390
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.65. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-8 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-8 P-2 P-4 Bobot Parsial


P-2 0.7675 0.7675 0.7675
P-4 0.2325 0.2325 0.2325
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.66. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-9 pada Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-9 P-2 P-3 P-4 Bobot Parsial


P-2 0.4429 0.3403 0.5599 0.4477
P-3 0.3515 0.2701 0.1802 0.2673
P-4 0.2056 0.3896 0.2599 0.2850
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0788
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.67. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-10 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-10 P-2 P-4 Bobot Parsial


P-2 0.3550 0.3550 0.3550
P-4 0.6450 0.6450 0.6450
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.68. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-11 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-11 P-2 P-3 Bobot Parsial


P-2 0.5905 0.5905 0.5905
P-3 0.4095 0.4095 0.4095
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5.69. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-13 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-13 P-2 P-3 Bobot Parsial


P-2 0.5905 0.5905 0.5905
P-3 0.4095 0.4095 0.4095
Total 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.70. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-14 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

P-14 P-3 P-4 P-5 Bobot Parsial


P-3 0.5059 0.5607 0.4695 0.5120
P-4 0.1754 0.1944 0.2347 0.2015
P-5 0.3187 0.2449 0.2958 0.2865
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
CR = 0.0129
Sumber: Hasil Pengolahan Data

5.4.5. Pembuatan Supermatrix Analytic Network Process (ANP)

Supermatriks merupakan hasil vektor prioritas dari perbandingan antara

Kriteria dan Sub-Kriteria. Supermatriks terdiri atas tiga tahap yaitu Supermatriks

Tidak Terbobot (Unweighted Supermatrix), Supermatriks Terbobot (Weighted

Supermatrix), dan Supermatriks Limit (Limiting Supermatrix). Untuk memperoleh

ketiga supermatriks ini digunakan bantuan software Super Decision untuk

memudahkan proses pengolahan.

Unweighted Supermatrix merupakan terjemahan dari bobot masing-

masing Kriteria dan Sub-Kriteria yang diinput ke dalam sebuah tabel matriks

kompleks. Unweighted Supermatrix dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tahap selanjutnya, yaitu membuat Weighted Supermatrix yang diperoleh

dengan mengalikan semua elemen pada Unweighted supermatrix dengan nilai

yang terdapat dalam matriks Kriteria sehingga nilai setiap kolom berjumlah satu.

Weighted Supermatrix dapat dilihat pada Lampiran 6.

Weighted Supermatrix yang telah diperoleh selanjutnya dikalikan dengan

dirinya sendiri dalam beberapa iterasi. Iterasi ini bertujuan agar bobot

Universitas Sumatera Utara


supermatriks stabil, artinya nilai baris setiap elemen menjadi sama. Ketika bobot

pada setiap kolom memiliki nilai yang sama, maka Limiting Supermatrix telah

didapatkan tampak seperti pada Lampiran 7.

Nilai bobot setiap baris sudah sama, artinya supermatriks dalam keadaan

stabil (steady state).

Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode Analytical Network Process

di atas maka diperoleh bobot untuk setiap Sub-Kriteria yang dapat dilihat pada

Tabel 5.71.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.71. Bobot Global Sub-Kriteria

Prioritas Bobot
Peningkatan Laba Bersih 0.244043
Peningkatan ROA (Return On Asset) 0.121207
Pengelolaan Modal 0.085314
Peningkatan Prosedur Perhitungan dan Penyemenan Ulang
0.076295
Lubang Bor
Pencapaian Surplus Aliran Kas 0.047850
Perbaikan Proses Eksplorasi Minyak 0.042264
Pengembangan Bisnis Gas Global 0.035844
Peningkatan Pendapatan Operasi 0.032013
Peningkatan Harga Saham 0.030464
Peningkatan ROI (Return On Investment) 0.027756
Peningkatan Kepuasan Pekerja 0.026369
Pengendalian Biaya Operasi 0.023854
Peningkatan Kepuasan Pelanggan 0.021294
Green Manufacturing Process 0.020482
Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Gas 0.018904
Peningkatan Pemanfaatan Teknologi 0.015165
Peningkatan ROCE (Return On Capital Employed) 0.014535
Skenario Kegiatan Produksi 0.014377
Pengembangan Manajemen Pengetahuan 0.014242
Program Pengembangan Keahlian Dasar Pengeboran 0.012905
Pengendalian Pasokan Gas Bumi 0.010618
Peningkatan Optimalisasi Sistem Informasi Kepegawaian 0.008676
Peningkatan Penjualan Usaha 0.007093
Retensi Karyawan 0.005292
Peningkatan Pengadaan Barang/Jasa Sesuai Spesifkasi Teknis 0.004653
Retensi Pelanggan 0.004309

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.71. Bobot Global Sub-Kriteria (Lanjutan)

Prioritas Bobot
Peningkatan Promosi 0.004243
Peningkatan Keandalan dan Efisiensi 0.004199
Pengendalian Persediaan 0.003804
Pengembangan Investasi Jaringan Pipa dan Fasilitasnya 0.003602
Peningkatan Pemeliharaan Gedung Stasiun Gas dan Fasilitasnya 0.003473
Peningkatan K3 dan Zero Accident 0.003457
Menurunkan Keluhan Pelanggan 0.003171
Profitabilitas Pelanggan 0.002464
Peningkatan Jumlah Pelanggan 0.002357
Peningkatan Hubungan Baik Dengan Mitra 0.001115
Akuisisi Pelanggan 0.000882
Peningkatan Data Pasar Yang Up To Date 0.000494
Peningkatan Pangsa Pasar 0.000361
Peningkatan Kemampuan Organisasi 0.000233
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Meningkatkan Motivasi Karyawan 0.000107
Peningkatan Peran Sistem Manajemen Korporasi 0.000063
Pemeliharaan Hubungan Dengan Karyawan 0.000000
Pengembangan Kompetensi Inti (Core Competency) 0.000000
Peningkatan Disiplin Karyawan 0.000000
Total 1.00000
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Grafik dari hasil perhitungan bobot global dapat dilihat pada Lampiran 8.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.72. Bobot Sub-Kriteria Finansial

Finansial Bobot
Peningkatan Laba Bersih 0.244043
Pencapaian Surplus Aliran Kas 0.047850
Peningkatan ROI (Return On Investment) 0.027756
Pengendalian Biaya Operasi 0.023854
Peningkatan Pendapatan Operasi 0.032013
Peningkatan ROA (Return On Asset) 0.121207
Peningkatan Harga Saham 0.030464
Pengelolaan Modal 0.085314
Peningkatan ROCE (Return On Capital Employed) 0.014535
Total 0.627036
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Grafik dari hasil perhitungan bobot dari perspektif finansial dapat dilihat

pada Lampiran 9.

Tabel 5.73. Bobot Sub-Kriteria Pelanggan

Pelanggan Bobot

Peningkatan Kepuasan Pelanggan 0.021294


Peningkatan Jumlah Pelanggan 0.002357
Menurunkan Keluhan Pelanggan 0.003171
Peningkatan Data Pasar Yang Up To Date 0.000494
Peningkatan Pangsa Pasar 0.000361
Peningkatan Penjualan Usaha 0.007093
Retensi Pelanggan 0.004309
Akuisisi Pelanggan 0.000882
Profitabilitas Pelanggan 0.002464
Green Manufacturing Process 0.020482
Total 0.062907
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Grafik dari hasil perhitungan bobot dari perspektif pelanggan dapat dilihat

pada Lampiran 10.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.74. Bobot Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal

Proses Bisnis Internal Bobot


Pengendalian Pasokan Gas Bumi 0.010618
Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Gas 0.018904
Peningkatan K3 dan Zero Accident 0.003457
Peningkatan Pengadaan Barang/Jasa Sesuai
0.004653
Spesifkasi Teknis
Peningkatan Pemeliharaan Gedung Stasiun Gas dan
0.003473
Fasilitasnya
Pengendalian Persediaan 0.003804
Pengembangan Investasi Jaringan Pipa dan
0.003602
Fasilitasnya
Peningkatan Peran Sistem Manajemen Korporasi 0.000063
Perbaikan Proses Eksplorasi Minyak 0.042264
Pengembangan Bisnis Gas Global 0.035844
Peningkatan Kemampuan Organisasi 0.000233
Peningkatan Pemanfaatan Teknologi 0.015165
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Total 0.142236
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Grafik dari hasil perhitungan bobot dari perspektif proses bisnis internal

dapat dilihat pada Lampiran 11.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.75. Bobot Sub-Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pembelajaran dan Pertumbuhan Bobot


Pengembangan Kompetensi Inti (Core Competency) 0.000000
Peningkatan Kepuasan Pekerja 0.026369
Peningkatan Optimalisasi Sistem Informasi
0.008676
Kepegawaian
Pengembangan Manajemen Pengetahuan 0.014242
Program Pengembangan Keahlian Dasar Pengeboran 0.012905
Peningkatan Prosedur Perhitungan dan Penyemenan
0.076295
Ulang Lubang Bor
Skenario Kegiatan Produksi 0.014377
Peningkatan Keandalan dan Efisiensi 0.004199
Peningkatan Promosi 0.004243
Meningkatkan Motivasi Karyawan 0.000107
Pemeliharaan Hubungan Dengan Karyawan 0.000000
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Peningkatan Disiplin Karyawan 0.000000
Retensi Karyawan 0.005292
Total 0.166861
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Grafik dari hasil perhitungan bobot dari perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan grafik dari hasil perhitungan

bobot berdasarkan urutan kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 13.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Struktur Jaringan Analytic Network Process (ANP)

Penyusunan keterkaitan antar Kriteria dan Sub-Kriteria dilakukan dengan

wawancara kepada pihak pakar. Pemilihan narasumber ini didasarkan kepada

metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu judgement sampling

dikarenakan penggunaan metode ANP yang mengharuskan penggunaan pihak ahli

dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai objek penelitian.

Penentuan hubungan antar Sub-Kriteria dan Kriteria dari pihak ahli

menjadi dasar dibentuknya struktur jaringan (network), yang merupakan bagian

utama dan penting dari ANP. Terdapat dua jenis hubungan pada struktur jaringan

yang terbentuk, yakni inner dependence dan outer dependence. Hubungan inner

dependence menunjukkan setiap Sub-Kriteria yang ada pada masing-masing antar

Kriteria saling mempengaruhi. Sementara itu Sub-Kriteria memiliki hubungan

outer dependence.

Universitas Sumatera Utara


6.1.2. Hasil Pembobotan Analytical Network Process (ANP)

Hasil pengolahan ANP memberikan total bobot global untuk setiap Sub-

Kriteria. Peringkat Sub-Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6.1. berikut.

Tabel 6.1. Peringkat Bobot Sub-Kriteria

Prioritas Bobot
Peningkatan Laba Bersih 0.244043
Peningkatan ROA (Return On Asset) 0.121207
Pengelolaan Modal 0.085314
Peningkatan Prosedur Perhitungan dan Penyemenan Ulang
0.076295
Lubang Bor
Pencapaian Surplus Aliran Kas 0.047850
Perbaikan Proses Eksplorasi Minyak 0.042264
Pengembangan Bisnis Gas Global 0.035844
Peningkatan Pendapatan Operasi 0.032013
Peningkatan Harga Saham 0.030464
Peningkatan ROI (Return On Investment) 0.027756
Peningkatan Kepuasan Pekerja 0.026369
Pengendalian Biaya Operasi 0.023854
Peningkatan Kepuasan Pelanggan 0.021294
Green Manufacturing Process 0.020482
Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Gas 0.018904
Peningkatan Pemanfaatan Teknologi 0.015165
Peningkatan ROCE (Return On Capital Employed) 0.014535
Skenario Kegiatan Produksi 0.014377
Pengembangan Manajemen Pengetahuan 0.014242
Program Pengembangan Keahlian Dasar Pengeboran 0.012905
Pengendalian Pasokan Gas Bumi 0.010618
Peningkatan Optimalisasi Sistem Informasi Kepegawaian 0.008676
Peningkatan Penjualan Usaha 0.007093
Retensi Karyawan 0.005292
Peningkatan Pengadaan Barang/Jasa Sesuai Spesifkasi Teknis 0.004653
Retensi Pelanggan 0.004309

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.1. Peringkat Bobot Sub-Kriteria (Lanjutan)

Prioritas Bobot
Peningkatan Promosi 0.004243
Peningkatan Keandalan dan Efisiensi 0.004199
Pengendalian Persediaan 0.003804
Pengembangan Investasi Jaringan Pipa dan Fasilitasnya 0.003602
Peningkatan Pemeliharaan Gedung Stasiun Gas dan Fasilitasnya 0.003473
Peningkatan K3 dan Zero Accident 0.003457
Menurunkan Keluhan Pelanggan 0.003171
Profitabilitas Pelanggan 0.002464
Peningkatan Jumlah Pelanggan 0.002357
Peningkatan Hubungan Baik Dengan Mitra 0.001115
Akuisisi Pelanggan 0.000882
Peningkatan Data Pasar Yang Up To Date 0.000494
Peningkatan Pangsa Pasar 0.000361
Peningkatan Kemampuan Organisasi 0.000233
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Meningkatkan Motivasi Karyawan 0.000107
Peningkatan Peran Sistem Manajemen Korporasi 0.000063
Pemeliharaan Hubungan Dengan Karyawan 0.000000
Pengembangan Kompetensi Inti (Core Competency) 0.000000
Peningkatan Disiplin Karyawan 0.000000
Total 1.00000

Universitas Sumatera Utara


6.1.3. Hasil Pembobotan Berdasarkan Kriteria

Hasil pembobotan berdasarkan Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6.2.

berikut:

Tabel 6.2. Bobot Sub-Kriteria Finansial

Finansial Bobot
Peningkatan Laba Bersih 0.244043
Pencapaian Surplus Aliran Kas 0.047850
Peningkatan ROI (Return On Investment) 0.027756
Pengendalian Biaya Operasi 0.023854
Peningkatan Pendapatan Operasi 0.032013
Peningkatan ROA (Return On Asset) 0.121207
Peningkatan Harga Saham 0.030464
Pengelolaan Modal 0.085314
Peningkatan ROCE (Return On Capital Employed) 0.014535
Total 0.627036

Tabel 6.3. Bobot Sub-Kriteria Pelanggan

Pelanggan Bobot
Peningkatan Kepuasan Pelanggan 0.021294
Peningkatan Jumlah Pelanggan 0.002357
Menurunkan Keluhan Pelanggan 0.003171
Peningkatan Data Pasar Yang Up To Date 0.000494
Peningkatan Pangsa Pasar 0.000361
Peningkatan Penjualan Usaha 0.007093
Retensi Pelanggan 0.004309
Akuisisi Pelanggan 0.000882
Profitabilitas Pelanggan 0.002464
Green Manufacturing Process 0.020482
Total 0.062907

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.4. Bobot Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal

Proses Bisnis Internal Bobot


Pengendalian Pasokan Gas Bumi 0.010618
Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Gas 0.018904
Peningkatan K3 dan Zero Accident 0.003457
Peningkatan Pengadaan Barang/Jasa Sesuai
0.004653
Spesifkasi Teknis
Peningkatan Pemeliharaan Gedung Stasiun Gas dan
0.003473
Fasilitasnya
Pengendalian Persediaan 0.003804
Pengembangan Investasi Jaringan Pipa dan
0.003602
Fasilitasnya
Peningkatan Peran Sistem Manajemen Korporasi 0.000063
Perbaikan Proses Eksplorasi Minyak 0.042264
Pengembangan Bisnis Gas Global 0.035844
Peningkatan Kemampuan Organisasi 0.000233
Peningkatan Pemanfaatan Teknologi 0.015165
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Total 0.142236

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.5. Bobot Sub-Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pembelajaran dan Pertumbuhan Bobot


Pengembangan Kompetensi Inti (Core Competency) 0.000000
Peningkatan Kepuasan Pekerja 0.026369
Peningkatan Optimalisasi Sistem Informasi
0.008676
Kepegawaian
Pengembangan Manajemen Pengetahuan 0.014242
Program Pengembangan Keahlian Dasar Pengeboran 0.012905
Peningkatan Prosedur Perhitungan dan Penyemenan
0.076295
Ulang Lubang Bor
Skenario Kegiatan Produksi 0.014377
Peningkatan Keandalan dan Efisiensi 0.004199
Peningkatan Promosi 0.004243
Meningkatkan Motivasi Karyawan 0.000107
Pemeliharaan Hubungan Dengan Karyawan 0.000000
Pemeliharaan Hubungan Dengan Mitra 0.000156
Peningkatan Disiplin Karyawan 0.000000
Retensi Karyawan 0.005292
Total 0.166861

Hasil pengolahan ANP juga memberikan total bobot global untuk setiap

Kriteria. Kriteria dengan bobot tertinggi adalah Kriteria Finansial dengan bobot

0.627036 dan bobot terendah adalah Kriteria Pelanggan dengan bobot 0.062907

Urutan bobot Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Peringkat Bobot Kriteria

Kriteria Bobot
Finansial (F) 0.627036
Pembelajaran dan Pertumbuhan (P) 0.166861
Proses Bisnis Internal (G) 0.142236
Pelanggan (C) 0.062907
Total 1.00000

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perspektif dalam Balanced Scorecard adalah sebagai berikut: Perspektif

Finansial, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Perspektif Finansial terdapat 9

Kriteria, Perspektif Pelanggan terdapat 10 Kriteria, Perspektif proses Bisnis

Internal terdapat 13 Kriteria, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

terdapat 14 kriteria. Dari hasil perhitungan Perspektif Finansial mendapat

bobot tertinggi yaitu 0.627036 dan Perspektif Pelanggan mendapat bobot

terendah yaitu 0.062907.

7.2. Saran

Saran yang dapat diajukan adalah :

1. Penelitian selanjutnya dapat membahas kinerja dengan mempertimbangkan

kriteria lainnya.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan perbandingan (benchmark)

dengan hasil penelitian lainnya pada perusahaan berbeda.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia

Berdirinya PT. Chevron Pacific Indonesia diawali dari eksplorasi minyak

di Pulau Sumatera, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur pada tahun 1924 yang

dipimpin oleh Emerson M. Butterworth. PT. CPI berawal pada bulan Maret 1924,

saat dilakukannya upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron

Corporation, saat itu bernama Standard Oil Company of California (SOCAL)

yang berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan dan khususnya di daerah Aceh.

Usaha yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut, pernah terhenti

karena Indonesia pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Hindia

Belanda. Namun usaha eksplorasi tersebut tidak berhenti total karena pada bulan

Juni 1930 pemerintah Hindia Belanda memberi izin pengeboran minyak kepada

SOCAL, dengan menunjuk SOCAL sebagai „minority partner‟ dari suatu

perusahaan yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan nama „N.V.

Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij‟ (NPPM).

Pada tahun 1935, terjadi suatu perkembangan baru yang sangat penting

dalam sejarah keberadaan PT. Chevron Pacific Indonesia. Pada tahun tersebut,

SOCAL mendapat tawaran dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengeksplorasi

minyak di kawasan Sumatera Tengah dengan tanah seluas ± 600.000 hektar.

Tawaran pemerintah Hindia Belanda itu tetap diterima pihak SOCAL walaupun

kandungan potensial minyak di Sumatera Tengah belum banyak dieksplorasi dan

Universitas Sumatera Utara


masih dianggap kurang memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda.

Disamping itu daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak

dikehendaki oleh SOCAL, tetapi kegiatan eksplorasi tetap dijalankan pada daerah

tersebut. SOCAL bekerja sama dengan perusahaan minyak Amerika lain yaitu

TEXACO (Texas Oil Company) untuk mengeksplorasi wilayah itu. Pada bulan

Juli 1936, SOCAL dan TEXACO mendirikan perusahaan minyak bernama

CALTEX (California Texas Petroleum Corporation), bersamaan dengan

ditemukannya cadangan minyak bumi pertama kali di Sebanga.

Hasil penelitian kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936 –

1937 mengindikasikan bahwa prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah

selatan, sehingga atas permintaan Chevron daerah kerjanya diubah seperti

sekarang yaitu berbentuk Kangguru menghadap ke barat. Pekerjaan eksplorasi

yang pertama mencakup penelitian geologis beserta pengeboran sumur dan

penelitian seismik. Penelitian seismik dilakukan tahun 1937–1941 dengan

melakukan pengeboran pada lokasi–lokasi yang terpencar pada kedalaman 26.208

feet (7.862,4 m). Kegiatan eksplorasi untuk pertama kali dilakukan pada bulan

April 1939 di daerah lapangan Kubu I.

Pada bulan Agustus 1940 ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga

merupakan penemuan pertama di daerah Riau. Pada bulan November 1940

ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan pada bulan

Maret 1941 di daerah Duri. Pada tahun 1942 Mercu Bor siap dipasang di lapangan

minyak di Minas I, akan tetapi karena pecahnya Perang Dunia Kedua (PD II) di

Universitas Sumatera Utara


Indonesia maka kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti. Kegiatan

eksplorasi pada tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang.

Setelah berakhirnya perang, kegiatan eksplorasi dipusatkan bagi

pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, Pemerintah Republik Indonesia

mulai mempelajari dan menyusun suatu undang–undang yang berkaitan dengan

pertambangan. Dari hasil undang–undang pertambangan yang telah dibentuk,

maka pada bulan Januari 1951 Pemerintah Republik Indonesia memberi izin atas

berdirinya ‟Caltex Pacific Oil Company‟ (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan

SOCAL.

Setelah setahun CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas

maka pada tanggal 20 April 1952 diadakanlah pengapalan pertama Minas ‟Crude‟

dari Perawang menyusuri sungai Siak menuju Pakning di Selat Malaka. Hasil dari

ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan

jalan dan pemasangan ‟shippingline‟ (pipa saluran) yang mempunyai diameter 60

dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai,

mencakup pula pembangunan ‟gathering station‟ (stasiun pengumpul) dan stasiun

pompa pusat serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri dan Dumai.

Menjelang tahun 1958, produksi minyak Chevron telah mencapai 200.000

BOPD. Upaya menasionalisasikan perusahaan minyak asing di Indonesia diatur

dalam Undang-Undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan UU tersebut ditetapkan

bahwa semua kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya

dilakukan oleh perusahaan tambang minyak nasional (PERTAMINA). Pada tahun

Universitas Sumatera Utara


1963, Chevron menjadi badan hukum di Indonesia dengan kepemilikan saham

terdiri atas 50% SOCAL dan 50% TEXACO Inc.

Ladang minyak Duri memberikan sumbangan sebesar 8% dan 42% total

produksi minyak Indonesia. PT. CPI pernah mengalami penurunan produksi sejak

tahun 1964. Penurunan produksi dari ladang minyak Duri sangat memprihatinkan,

karena hal ini sangat berpengaruh pada ‟economic life expectancy‟ dari

perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI menciptakan proyek

injeksi uap di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto

pada bulan Maret 1991. Injeksi uap ini merupakan teknologi perminyakan

generasi ketiga dari PT. CPI yang mutakhir dan dapat mempermudah penyedotan

minyak dari perut bumi. Dengan menerapkan teknologi baru tersebut, PT. CPI

mengharapkan produksi minyak dari ladang minyak Duri dapat dilipatgandakan.

Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang minyak

dengan pola yang bervariasi, diantaranya pola tujuh titik (‟inverted 7– spot‟),

yaitu satu sumur injeksi untuk enam sumur produksi, pola lima titik (‟inverted 5–

spot‟) dan pola sembilan titik (‟inverted 9-spot‟). Pada tahun 1960, pemerintah

Indonesia memberlakukan undang–undang No. 44 tahun 1960 mengenai

pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu seluruh wilayah konsesi

NPPM (Rokan I Block dan Rokan III Block seluas 9.030 km2) dikembalikan oleh

Chevron pada pemerintah RI, tetapi pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan

oleh Chevron yang pada tahun 1963 menjadi badan hukum dengan nama PT.

Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI), dimana 100% sahamnya tetap dimiliki

secara patungan oleh Chevron (nama baru dari SOCAL) dan TEXACO Inc.

Universitas Sumatera Utara


Pada bulan September 1963, diadakanlah “Perjanjian Karya” yang

ditandatangani antar perusahaan negara dan perusahaan asing yang termasuk

didalamnya PT. CPI dan Pertamina. Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa

wilayah PT. CPI adalah wilayah Kangguru seluas 9.030 km2. Perjanjian yang

diadakan pertama kali yaitu pada tahun 1963 untuk jangka waktu selama 30 tahun

dengan menyatakan wilayah kerja PT. CPI meliputi wilayah Blok A, B, C dan D

seluas 12.328 km2. Setelah memperoleh tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka

pada tahun 1968 sebagian wilayah Blok A dan D serta keseluruhan wilayah Blok

C (seluruhnya 32,6% dari daerah asal) diserahkan kembali ke pemerintah

Indonesia, sedangkan pengembalian daerah–daerah berikutnya dilakukan pada

tahun 1973 dan 1978.

Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi

hasil (CPS) dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1971 yaitu ‟Coastal Plain

Pekanbaru Block‟ seluas 21.975 km2 dan pada bulan Januari 1975 yaitu ‟Mount

Front Kuantan Block‟ seluas 6.865 km2. Wilayah kerja sebelumnya yang dikenal

dengan sebutan ”Kanggaroo Block” seluas 9.030 km2 diperpanjang masa

operasinya sampai 8 Agustus 2001. Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil

yang disepakati sampai saat ini antara Pertamina dan PT. CPI adalah 88% dan

12% ditambah dengan ketentuan khusus berupa fleksibilitas bagi PT. CPI untuk

hal-hal tertentu.

Dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT. CPI merupakan

kontraktor minyak yang terbesar. Produksi minyak mentah PT. CPI mencapai

65,8% pada tahun 1974 dan menurun menjadi 46,5% pada tahun 1990. Meskipun

Universitas Sumatera Utara


terjadi penurunan produksi PT. CPI tetap menguasai pangsa produksi sebesar

75%, berbeda dengan Pertamina dan Unocal yang mengalami penurunan produksi

besar-besaran.

Setelah dilakukan pengembalian beberapa daerah dari wilayah kerja secara

bertahap, sekarang ‟Coastal Plain Pekanbaru Block‟ hanya seluas 9.996 km2.

Tahun 1979 hingga tahun 1991 dilakukan penambahan kontrak–kontrak baru oleh

PT. CPI yaitu sebagai berikut :

1. ‟Joint Venture‟ dengan Pertamina pada tahun 1976 yaitu meliputi daerah

‟Jambi Selatan Block D‟ seluas 5.826 km2 dan dikembalikan keseluruhannya

pada tahun 1988.

2. Kontrak Bagi Hasil (CPS) untuk wilayah ‟Singkarak Block‟ pada tahun 1981

seluas 7.163 km2 di daerah Sumatera Barat dan wilayah pantai Daerah

Istimewa Aceh, yang kemudian dikembalikan pada bulan Mei 1986.

3. Kontrak bagi hasil „Nias Block‟ pada tahun 1981 seluas 16.166 km2.

4. Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil (CPS)

untuk wilayah „Siak Block‟ selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28

November 1993 dengan luas wilayah kerja 8.314 km2 .

5. Kontrak Bagi Hasil (CPS) untuk wilayah „Langsa Block‟ pada tahun 1981

seluas 7.080 km2 di Selat Malaka.

Pada tanggal 10 Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan

Texaco yang selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah bersatu,

maka didirikanlah sebuah perusahaan Chevron Texaco. Sejak saat itu manajemen

Chevron juga ikut berubah menjadi IndoAsia Business Unit (IBU). Setelah

Universitas Sumatera Utara


mengakuisisi Unocal pada 10 Agustus 2004, pada tanggal 9 Mei 2005 nama

Chevron Texaco Corp. berubah kembali menjadi Chevron Corp. Pada 16

September 2005, PT. Caltex Pacific Indonesia pun mengubah namanya menjadi

PT. Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron Pacific Indonesia maupun Caltex

Pacific Indonesia memiliki singkatan yang sama, yaitu CPI. Digram sejarah PT.

Chevron Pacific Indonesia Dapat dilihat pada Gambar 2.1.

1 MM BOPD in
May ‘73
MBOPD BBO
1200 12

10.5 BBO
1100 (2004) 11
12
11 13

10
1000 Geological Survey 9 NE
4
8
5
10
SOCAL team arrived in 9
3
2 6

1
Sumatra 7 SW
7

900 9
TERTIARYRE
COVERY
PT CALTEX
800 PACIFIC 8
INDONESIA
First Minas

D.
RO
Oil Shipped

.P
700 (15 MBOPD) 7

UM
SOCAL & TEXACO
Established IC CPP
CP
600 CALTEX 6

500 5
Duri Major fields : Bangko,
Duri started MNS
Discovered Petani, Bekasap, Pematang,
production Kotabatak, etc.. 4 BBO
400 4
(1997)

Minas OD.
300 M . PR 3
Discovered
S CU
MINA
200 2
DSF Project
Duri
Production dedicated
100 32 MBOPD
1

0 0
2010
2000
1990
1952
1954

1963
1967
1924

1936

1941
1944

Gambar 2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)


Sumber : Data PT. CPI, 2015

2.2. Wilayah Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia

Daerah kerja PT. CPI yang memiliki daerah eksplorasi seluas 9.030 km2

dikenal dengan nama “Kanggaroo Block” terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain

mengerjakan daerah sendiri, PT. CPI juga bertindak sebagai operator bagi

Calasiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C&T) perusahaan dimiliki oleh Chevron

dan Texaco.

Universitas Sumatera Utara


Area operasi PT. CPI saat ini terdiri dari lapangan Duri yang satu-satunya

wilayah yang memproduksi minyak beart (heavy oil) sebanyak kurang lebih

200.000 BOPD, dan area operasi minyak ringan yang terdiri dari Sumatera bagian

utara yang meliputi Bangko, Balam, Bekasap, Petani, dan sumatera bagian selatan

yang meliputi minas, Libo, Petapahan, yang secara keseluruhan memproduksi

minyak ringan sebanyak kurang lebih 250.000 BOPD. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

RUP AT
IS LAND
MALAYS
INDONES
N SI
AK DUM
S IAK BL OC K B ANGK O BL
O (CPP)
CK
BE NGK AL IS
K s COASTAL PLAIN IS LAND
( CPP )

S IAK BL OCK DUR I


ROKAN BL OCK
PADANG
IS LAND
RANGS ANG
BE KAS AP IS L AND

L IB O

TEB ING TINGGI


MO IS LAND
COASTAL PLAIN
UN ( CPP )
(MTA
I K OT AB AT AK
FKNFR MINAS
) ON Z AMR UD
T (CPP)
PE KANBARU
( CPP ) PEKANBA

INDE X MAP
Area Producing Production Contract
L EGEND Name Fields 1999 (BOPD) Expiration
KUANTAN
ROKANBLOCK Rokan Block 76 672,407 08 / 2021 ( MF K )

SIAK BLOCK Siak Block 4 2,613 11 / 2013


CPP BLOCK CPP Block 25 70,150 08 / 2001
MFK BLOCK MFK Block 1 737 01 / 2005
TOTAL 106 745,907

Gambar 2.2. Peta Daerah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia


Sumber : Data PT. CPI, 2015

Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta

pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi

daerah operasi menjadi 6 distrik yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Distrik Jakarta, Merupakan kantor pusat tempat kedudukan President &

Chairman of The Managing Board untuk wilayah Indonesia.

2. Distrik Rumbai, Merupakan kantor pusat yang menangani berbagai kegiatan

untuk seluruh wilayah Sumatera.

3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 km

dari Distrik Rumbai). Daerah eksplorasi ini disebut Sumatera Light South

(SLS), yang memiliki 800 well masih aktif, dengan 6 Gathering Station

(GS).

4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak (sekitar 112 km

dari Distrik Rumbai). Daerah eksplorasi ini disebut Sumatera Light North

(SLN) dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan terdapat Duri Steam-Flood.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Wilayah Operasi (Sumatera Ligth North) PT.CPI
Sumber : Data PT. CPI, 2015

Universitas Sumatera Utara


5. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/pengapalan minyak

mentah untuk diekspor (sekitar 184 km dari distrik Rumbai).

6. Distrik Operasi Bekasap, merupakan daerah eksplorasi minyak.

Saat ini wilayah operasi yang tersisa berdasarkan konsensi terbaru adalah

blok Rokan dan blok Siak. Untuk perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam

13 area yang dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun

1981. Saat ini, PT. CPI telah berhasil mengoperasikan area 1 sampai area 10

sedangkan untuk area 11, 12, dan 13 masih dalam tahap pengembangan.

Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun

pengumpul minyak dan stasiun pembangkit uap, sampai saat ini telah ada 5

stasiun pengumpul (CGS) yaitu CGS 1, 3, 4, 5, dan 10.

2.3. Visi dan Misi, Nilai Dasar dan Strategi PT. Chevron Pacific Indonesia

2.3.1. Visi Misi

Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua

jajaran manajemen PT. Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan mematangkan

visi, misi dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis.

Adapun visi PT. CPI, yaitu :

“To Be the Indonesian Energy Company most admired for its People,

Partnership, and Performance.”

Visi inilah yang menjadi gerak langkah PT. CPI untuk berkiprah dalam

pembangunan nasional di Indonesia. Visi ini tidaklah lengkap tanpa didukung

oleh suatu misi. Misi dari PT. CPI, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. As a Business Partner with GOI, CPI will add value by Effectively Exploring

for and Developing Hydrocarbons for the Benefit of Indonesia and CPI‟s

Shareholders.

2. CPI will Independently Pursue Other Energy Related Business

Opportunities by Leveraging its Resources to Assure Continued Value

Addition and Growth.

Misi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang

diharapkan akan membangun pemahaman yang sama bagi setiap pihak yang

bekerja atau berinteraksi dengannya.

Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan

karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah :

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

3. Memberlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan

masyarakat.

6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah

hidup.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Nilai-Nilai Pokok PT. Chevron Pacific Indonesia

Nilai-nilai yang dianut oleh PT. Chevron Pacific Indonesia antara lain:

1. Integritas

PT. Chevron Pacific Indonesia dalam melaksanakan operasinya bersikap

jujur, dan selalu berusaha konsisten dengan ucapannya.

2. Kepercayaan

PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai prinsip untuk saling

mempercayai, menghormati, mendukung dan berusaha untuk mendapatkan

kepercayaan diri dari rekan sekerja dan mitra usaha.

3. Keragaman

PT. Chevron Pacific Indonesia belajar menjunjung tinggi ideologi dan

budaya dimana PT. Chevron Pacific Indonesia bekerja dan menghormati

perbedaan yang ada.

4. Kemitraan

PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad yang konsisten untuk menjadi

mitra usaha yang baik bagi pemerintah, perusahaan lain, pelanggan-

pelanggan PT. CPI, masyarakat dan sesama rekan kerja.

5. Kinerja yang unggul

PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad untuk stay ahead (tetap

unggul) dalam setiap hal yang dilakukan, dan berupaya keras untuk terus

memperbaiki diri.

Universitas Sumatera Utara


6. Tanggung jawab

PT. Chevron Pacific Indonesia bertanggung jawab, baik secara perorangan

maupun sebagai kelompok untuk setiap hal yang dikerjakan maupun untuk

setiap tindakan yang dilakukan.

7. Pertumbuhan

PT. Chevron Pacific Indonesia menyukai perubahan yang mendukung

pembaharuan dan kemajuan, serta berusaha mencari dan mengejar

kesempatan. Seiring berjalannya waktu PT. CPI akan selalu inovatif dalam

bekerja.

8. Perlindungan terhadap manusia dan lingkungan

PT. Chevron Pacific Indonesia memberikan perlindungan keselamatan kerja

dan kesehatan, baik terhadap manusia maupun lingkungan.

2.3.3. Rencana Strategi Perusahaan

Rencana Strategi PT. Chevron Pacific Indonesia menjabarkan visi PT.

Chevron Pacific Indonesia menjadi tindakan. Rencana strategis tersebut

menyelaraskan dan mengintegrasikan organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia,

menumbuhkan keyakinan, dan membedakan PT. Chevron Pacific Indonesia dari

para pesaing.

1. Strategi Bisnis Utama

Strategi bisnis utama PT. Chevron Pacific Indonesia adalah

mengembangkan posisi terintegrasi di wilayah-wilayah yang sedang tumbuh

di dunia.

Universitas Sumatera Utara


2. Operasi Hulu Global

Memiliki pertumbuhan yang menguntungkan dalam kegiatan bisnis inti dan

membangun posisi legendaris yang baru.

3. Operasi Gas Global

Mengomersialkan kepemilikan sumber gas PT. Chevron Pacific Indonesia

dan mengembangkan bisnis gas global yang berdampak tinggi.

4. Operasi Hilir Global

Meningkatkan penghasilan dari bisnis inti dan pertumbuhan selektif dengan

fokus pada penciptaan nilai yang terintegrasi.

5. Energi Yang Terbarukan

Berinvestasi pada teknologi bagi energi yang terbarukan dan merebut posisi

menguntungkan pada sumber daya penting energi yang terbarukan.

6. Strategi Keberhasilan

Tiga Strategi Keberhasilan yang diterapkan di semua bidang kegiatan

perusahaan:

a. Berinvestasi pada Sumber Daya Manusia untuk mencapai tujuan

strategis.

b. Meningkatkan Pemanfaatan Teknologi untuk mencapai kinerja yang

unggul dan pertumbuhan yang tinggi.

c. Meningkatkan Kemampuan Organisasi (4+1) untuk menghasilkan

kinerja kelas dunia dalam bidang keunggulan operasi, pengurangan

biaya, pengelolaan aset/kapital, dan peningkatan keuntungan.

Universitas Sumatera Utara


Hal-hal pokok yang melandasi dan selaras dengan bisnis utama dan

strategi keberhasilan kami adalah rencana-rencana yang lebih rinci, taktik, dan

ukuran keberhasilan yang membimbing PT. Chevron Pacific Indonesia mencapai

sukses dalam setiap kegiatan bisnis yang jalankan. Rencana-rencana rinci tersebut

secara rutin terus diuji terhadap pesaing lain dan diperbarui agar selalu bisa

mencapai kinerja kompetitif yang berkelanjutan.

2.4. Struktur Organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia

Struktur Organisasi perusahaan yang dipakai PT. Chevron Pacific

Indonesia sedikit terlihat unik. Awalnya menggunakan struktur organisasi

perusahaan yang berlaku dikebanyakan perusaan, yaitu Line and Staff

Organization. Tetapi selanjutnya pada era globalisasi sekarang, PT. CPI dituntut

untuk menyesuaikan diri agar dapat bersaing dengan kompetitif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, manejemen PT. CPI mengadakan

restrukturisasi organisasi sehingga mulai tanggal 11 Maret 1995 berubah kesistem

Strategic Business Unit (SBU) yang bersifat team kerja sesuai proses pekerjaan.

Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang terdiri dari tenaga kerja yang memiliki

disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada

kerjasama team sebagai suatu kelompok kerja.

PT. CPI dipimpin oleh seorang President & Chairm of The Managing

Board yang berkedudukan di Jakarta. Dewan direksi lainnya adalah Executive

Vice President & Managing Director yang akan membawahi beberapa bagian

seperti Senior Vice President Sumatera, Publik Affairs Sumatera, Coorporate

Universitas Sumatera Utara


services, Coorporate Human Resource, Coorporate QI, Planing Budget

andInternal Audit.

Dengan Manajeman sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin

besar (desentralisasi), sehingga diharapkan effektifitas dan effisiensi perusahan

dengan semboyan “Our Journey To World Class Company” ini semakin tinggi.

Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi yang

semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi semakin

menurun dan sulit di eksploitasi.

SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung

jawab untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau (unit

produksi), yaitu:

1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. CPI, yang memiliki

sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah operasinya meliputi lapangan

minyak Duri dan Kulin.

2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang

sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat

digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatera Light Crude.

Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas.

3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah

operasinya meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam.

4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah

operasi meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Area

Zamrud dan Pedada terhitung mulai Agustus 2002 Explorasinya telah

Universitas Sumatera Utara


diserahkan kepada Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak

Pusako (PT. BSP).

5. SBU Exploration ang IT Support (merupakan SBU pendukung yang

bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengah dan lepas pantai

barat Sumatera, operasi pengeboran, kontrak-kontrak jasa berskala besar,

pengembangan teknologi).

6. SBU Support Operation (bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian

minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa

transportasi angkutan darat dan laut).

7. SBU Public Affairs (bertanggung jawab atas pengadaan barang-barang

umum, pembelian berkala tahunan, pengamanan, jasa perjalanan udara dan

kesehatan).

Dengan sistem SBU ini, sistem manajemennya memiliki level-level

tertentu dengan setiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu

oleh beberapa manager. Manager dibantu oleh beberapa tim manager dan

dibawah tim manager terdapat beberapa orang tim leader.

Pada tahun 2002 yang lalu PT. CPI kembali merubah

struktur manajemennya menjadi IndoAsia Business Unit (IBU) sebagai hasil

merger antara Chevron dan Texaco dimana bentuk strukturnya hampir sama

dengan sistem SBU dan perubahan hanya terdapat pada sistem pemegang saham.

Struktur organisasi PT. CPI khususya Tim Gas Production System dapat dilihat

pada Gambar 2.4.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4. Struktur Organisasi di PT.CPI Khususya Facility Engineering
SLN Operation
Sumber : Data PT. CPI, 2015

Chevron di Indonesia berkantor pusat di Senayan, Jakarta. Secara

garis besar struktur organisasi Chevron di Indonesia ini terbagi atas 3, yaitu :

1. Chevron Kalimantan Operation, berlokasi di Kalimantan Timur,

Balikpapan. Produksi berupa minyak dan gas.

2. Chevron Geothermal, berlokasi di Drajad dan Gunung Salak. Produksi

berupa panas bumi sebagai pembangkit listrik.

3. Chevron Pasific Indonesia, berlokasi di Duri, Rumbai, Sumatera,

menghasilkan minyak dan gas.

CICo dipimpin oleh seorang Managing Director, yang dibantu oleh

Executive Secretary yang membawahi seluruh kegiatan di Jakarta yang

berkoordinasi dengan Kalimantan, Sumatera dan Geothermal.

Universitas Sumatera Utara


Struktur organisasi CiCo Jakarta dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Struktur Organisasi Chevron IBU


Sumber : Data PT. CPI, 2015

Pada struktur organisasi Chevron IndoAsia Business Unit diatas

dipimpin oleh Managing Director, Shellebarger, Jeffreye dan dibantu oleh

Executive Assistant, Setiowati K.W Harjadi yang membawahi 10 departemen

dan President Director PT. CPI. Departemen tersebut antara lain Law

Department, IBU Policy, Government & Public Affair, Planning & Technology,

Business Services, Operation East Kalimantan, Commercial, Exploration,

Finance, GPO Executive, dan Corporate Internal Audit.

Berikut ini struktur organisasi PT. CPI khususnya Tim Contract &

Category Management dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Struktur Organisasi CCM
Sumber : Data PT. CPI, 2015

Di dalam CCM, terdapat tujuh kategori yang memiliki tanggung jawab

masing-masing, diantaranya yaitu :

1. Capital Project (CPP)

CPP bertanggung jawab untuk mengelola dan memenuhi kebutuhan yang

berhubungan dengan kontrak-kontrak yang besar.

2. Drilling & Completion (D&C)

D&C bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dalam operasi

pengeboran, seperti jasa pembuatan sumur, pompa, proses penyemenan, dll.

3. Business Analyst & Technology Assesment

Business Analyst & Tech Assesment bertanggung jawab untuk membantu

manajer CCM dalam manajemen biaya dan penciptaan nilai, membantu

Universitas Sumatera Utara


manajer CCM dalam pengembangan atau pengelolaan rencana kategori dan

portfolio kontrak.

4. Professional & Suport Service

Professional & Suport Service bertanggung jawab untuk untuk pengadaan

kontrak pekerja pihak ketiga.

5. Quality Assurance/ Supplier Qualification/ Tender Process

a. Quality Assurance (QA)

Quality Assurance bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

barang-barang yang masuk sudah sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan user. Selain itu, tim penjaminan kualitas mempunyai

wewenang untuk menerima dan mereject barang yang tidak sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan user.

b. Supplier Qualification (SQ)

Supplier Qualification bertanggung jawab untuk memfasilitasi

kualifikasi dari pemasok, seperti kapabilitas teknis dari supplier dan

memenuhi dengan spesifikasi kontrak.

c. Tender Process (TP)

Tender Process bertanggung jawab untuk mengelola dokumen kontrak

dan sertifikat penjaminan dan asuransi, mengkoordinasikan semua

proses lelang dan administrasi, mengaudit arsip kontrak untuk

kelengkapan.

Universitas Sumatera Utara


6. Logistics & Infrastructure

Logistics & Infrastructure bertanggung jawab untuk memenuhi semua

kebutuhan dalam operasi atau urusan logistik, seperti jasa akomodasi,

catering, perjalanan, penerbangan, pemeliharaan gedung, dll.

7. Productions Operation & Equipment

Productions Operation & Equipment bertanggung jawab untuk pengadaan

barang barang perlengkapan yang dibutuhkan pada saat operasi.

2.5. Kegiatan Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia

Kegiatan operasi PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) Duri meliputi 3

tahap kegiatan, antara lain :

1. Kegiatan Eksplorasi, yaitu suatu kegiatan untuk menemukan indikasi adanya

minyak di dalam perut bumi hingga dilakukan pengeboran.

2. Kegiatan Eksploitasi, yaitu suatu kegiatan untuk mengambil minyak di

dalam perut bumi.

3. Kegiatan Produksi, yaitu pengolahan minyak dari perut bumi berawal dari

well production hingga shipping line menuju tangki penyimpanan di Dumai.

Minyak mentah yang disalurkan ke Dumai harus memenuhi standar yang

telah ditentukan (kadar pasir dan air kurang dari 1 %).

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Eksplorasi

Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologi beserta

pengeboran sumur dan penelitian seismik. Setelah hak untuk mengeksplorasi

diperoleh dari NPPM pada tahun 1936, aktivitas seismik dilakukan secara intensif

di Riau. Kegiatan eksplorasi ini dimulai dari daerah sepanjang sungai Rokan. Dari

pengamatan tahun 1936 dan1937, diyakini bahwa potensi minyak ditemukan di

daerah yang lebih keselatan. Eksplorasi pertama baru dilakukan pada tahun 1937,

dan pada tahun 1941 sudah mencapai kedalaman total 7.868,4 m.

Pengeboran dilanjutkan pada tahun 1938 didaerah Kubu, tetapi tidak ada

indikasi minyak akan ditemukan. Selang waktu antara tahun 1938 – 1944 ada

sembilan sumur yang berhasil ditemukan, yaitu sumur gas di Sebanga dan sumur-

sumur minyak di Duri dan Minas. Penemuan sumur di Minas ini merupakan batu

loncatan dalam eksplorasi minyak di Sumatera Tengah, yang merangsang orang

untuk berusaha melakukan aktivitas-aktivitas eksplorasi di daerah baru ini.

Sebanga merupakan bukti bahwa Sumatera Tengah bukanlah “daerah kering”,

seperti yang dianggap banyak orang. Daerah Explorasi perusahaan dapat dilihat

pada Gambar 2.7.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7. Daerah Explorasi PT. CPI
Sumber : Data PT. CPI, 2015

Setelah Perang Dunia II, PT. CPI kembali melanjutkan program eksplorasi

disamping mengembangkan Minas. Enam sumur pengembangan dapat

diselesaikan pada tahun 1950, dan data juga menunjukkan bahwa Minas juga

merupakan lapangan minyak yang sangat besar. Riset geologis dan pemetaan

permukaan dilakukan diseluruh daerah operasi pada tahun 1951, yang diikuti

dengan pengeboran dan observasi geologis empat tahun kemudian. Pada tahun

1958, PT.CPI mulai menggunakan helikopter untuk membantu bisnis minyaknya

di Indonesia. Penggunaan Helikopter ini menunjang peningkatan suplai dan

transportasi untuk sumber daya manusia yang melakukan observasi-observasi

geologis. Pada tahun 1990, pengeboran yang dilakukan telah menghasilkan 119

Universitas Sumatera Utara


penemuan sumur minyak dan gas, untuk produksi minyak telah menghasilkan 7

miliyar barrel.

Masa eksplorasi merupakan suatu masa pencarian minyak mentah

berdasarkan data yang sudah ada. Tahap eksplorasi dibagi atas dua metode, yaitu

metode geologi (geological method) dan metode geofisika (geophysical method) :

1. Metode geologi, terdiri atas :

a. Areal Mapping.

b. Field Geological Method.

c. Surface Geological Method.

d. Palaentological Method.

2. Metode geofisika, terdiri atas :

a. Magnetic Method.

b. Gravity Method.

c. Seismic Method.

2.5.2. Eksploitasi

Eksploitasi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur –

sumur hasil kegiatan eksplorasi. Minyak yang dapat diproduksi adalah minyak

yang memiliki driving force atau driving mechanism sehingga minyak dapat

mengalir dari reservoir ke dalam well bore. Driving mechanism ini terdiri atas

dissolved gas drive, gas cap drive dan water drive. Masa produksi dapat dibagi

menjadi tiga tahap, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Primary recovery

Pada awal produksi suatu reservoir, produksi minyak dan gas bumi terjadi

dengan bantuan energi alamiah (natural flow) yaitu produksi yang terjadi

karena daya dorong tenaga alam dan atau dapat pula karena pengangkatan

buatan (artificial lift) atau dengan bantuan pompa.

a. Flowing production (Produksi normal).

b. Artificial lift production.

2. Secondary recovery (EOR)

Tekanan reservoir semakin lama akan semakin berkurang. Apabila tekanan

reservoir sudah tidak efektif lagi untuk mendorong fluida masuk ke dalam

sumur produksi, maka saat itu sumur tersebut membutuhkan energi

tambahan. Cara secondary recovery yang digunakan ada 2 macam, yaitu :

a. Injeksi Air / Water injection (water flooding).

b. Injeksi Uap Air / Steam injection (steam flooding).

3. Tertiary recovery (EOR)

Terkadang primary dan secondary recovery tidak efektif lagi, padahal

minyak masih cukup banyak terkandung di dalam reservoir dan tersimpan di

celah-celah batuan atau terikat pada batuan. Untuk melarutkan dan

melepaskan hidrokarbon dari ikatannya dengan batuan maka digunakan zat

kimia. Bahan kimia yang biasa digunakan antara lain polimer berat,

surfactant, dan caustic.

Setelah langkah ketiga ini, maka minyak yang tertinggal dalam reservoir

sudah tidak ekonomis lagi untuk diproduksi sehingga sumur tersebut harus ditutup

Universitas Sumatera Utara


(end of field / abandonment). Untuk pengeboran terdiri dari tiga tahap, yaitu ;

Wildcat well, Development Drilling, Delineation Drilling.

2.5.3. Kegiatan Produksi

Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 lapangan Minas

berhasil mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar dan menjadi lapangan

raksasa pertama di Asia sebelah Timur Iran dan ke -22 terbesar di dunia. Kegiatan

produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil

kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Hingga tahun 1990,

produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar barrel yang berasal dari

3237 sumur dan tersebar di sembilan puluh enam lapangan. Lapangan Minas

memberikan sumbangan terbesar. Lapangan minyak Minas menghasilkan Minas

Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri karena mengandung

kadar belerang yang rendah, sedangkan lapangan Duri menghasilkan minyak yang

dikenal dengan nama Sumatera Light Crude. Sampai tahun 1990, PT. CPI dewasa

ini menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka tahun 1970

dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-masing

dilapangan Minas dan lapangan Kota batak yang dilakukan secara peripheral.

Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal

dengan nama Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan

dimulainya menerapkan penyuntikan uap panas (steam flood) di seluruh lapangan

Duri atau Duri Steam Flood (DSF) yang telah dilakukan secara terpola. Proyek ini

Universitas Sumatera Utara


diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan

proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan

pertama di Indonesia.

Ladang minyak Duri terletak di kabupaten Bengkalis kurang lebih 120 km

arah utara tahun 1941 dan berproduksi tahun 1958. Area yang produktif dari

ladang ini adalah sepanjang 18 km dan lebar 8 km tak jauh dari kompleks

perumahan CPI Duri. Pengembangan ladang Duri dilakukan dalam 13 area yang

dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun 1981. Dalam

sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan delapan area. Pembangunan

juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti Stasiun Pengumpul Minyak dan

Stasiun Pembangkit Uap.

Prediksi formasi minyak adalah dari minyak Miocene dan terkumpul

dalam tiga zone utama yang diduga berisi minyak komersil yaitu : Rindu, Pertama

dan Kedua. Sebuah area kecil dari ladang di bawah puncak juga berisi pasir yaitu

Baji, Jaga dan Dalam. Ketebalan rata-rata formasi 140 kaki dan kedalamannya

dari 340- 680 kaki. Pasirnya tidak mempunyai konsolidasi yang tinggi dengan

permeabilitas sekitar 2 darcies.

Simulasi Huff & Puff steam yang digunakan sejak pertengahan 1960 untuk

mempertinggi produksi minyak dengan mengurangi viskositas (kekentalan

minyak). Di tahun 1989 sebuah penelitian diadakan untuk membuktikan apakah

11 5/8 acre pola 7 titik adalah ukuran geometri pada pola ideal untuk

mengembangkan ladang yang mempunyai ketebalan pasir lebih dari 100 kaki

Universitas Sumatera Utara


dan15 ½ acre menggunakan pola 5 titik yang ideal untuk mengembangkan ladang

dimana ketebalan pasir antara 70 - 100 kaki.

Injeksi uap di area-1 dimulai tahun 1985, area-3 tahun 1988, area-4 tahun

1990 dan area-5 tahun 1992. Area percobaan steam flood adalah area-2 yang zona

pengujian original adalah di Kedua dengan dirubah ke penggenangan air panas

dan injeksi uap air dan dimulai pada lapisan yang paling atas pertama.

Tabel 2.1. Sejarah Proyek Injeksi Steam mulai dari First Production

tahun 1958 - 1999.

Kegiatan Tahun
Discovery 1941
First production 1958
Water injection pilot 1960
First cyclic steaming 1967
Steam injection pilot and caustic study 1975
Simulation reservoir study 1981
Steam injection area 01 1985
Steam injection area 02 1986
Steam injection area 03 1988
Steam injection area 04 1990
Steam injection area 05 1992
Steam injection area 06 1994
Steam injection area 07 1996
Steam injection area 08 1997
Steam injection area 09 1999
Sumber : Data PT. CPI, 2015

Universitas Sumatera Utara


Penggenangan air panas (hot water flood) di Kedua diakhiri tahun 1990

dengan reaksi atau respon yang jelek. Diakhir tahun 1990 minyak Duri Steam

Flood melebihi produksi minyak dari California Steam Flood field, Kern River

dan Belridge yang membuat proyek Duri menjadi ladang dari Steam Flood dunia.

Proyek Duri Steam Flood memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi

minyak mentah di ladang Duri untuk kemudian dijual ke pasaran melalui

pelabuhan yang ada di Dumai. area kota Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau.

Ladang Duri ini ditemukan Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 milyar

barrel minyak.

Di ladang minyak Duri ini dengan metode normal dapat diangkat 5-20%

dari total persediaan minyak mentah di Duri, sedangkan metode injeksi uap

(Steam Flood) dapat menghasilkan 50-70% minyak mentah.

2.5.3.1. Operasi Duri Steam Flood

Perjalanan minyak bumi sejak mulai diangkat dari perut bumi hingga

diekspor cukup panjang dan berliku-liku. Dengan sistem injeksi uap, proses

penambangan minyak mentah harus didukung berbagai fasilitas utama, seperti

Unit Stasiun Penguji, Stasiun Pengumpul Minyak, Stasiun Uap Selubung, Stasiun

Pembangkit Uap dan fasilitas pengolahan air. Semua fasilitas ini mempunyai

rangkaian hubungan yang erat antara satu dengan yang lain :

1. Sumur Produksi (Production Well)

Sumur produksi adalah hasil pengeboran yang didalamnya terdapat

kandungan minyak mentah. Untuk mengangkat minyak mentah dari lapisan

Universitas Sumatera Utara


reservoir ke atas permukaan diperlukan pompa-pompa. Di ladang minyak

Duri, semua pompa angguk ini paling ekonomis, pompa angguk ini juga

paling cocok digunakan di ladang minyak Duri mengingat dangkalnya

lapisan reservoir, masalah pasir lepas dan kekentalan minyak mentah yang

dimiliki Duri.

2. Stasiun Penguji Sumur (Well Test Station)

Stasiun ini menguji debit campuran minyak dan air yang keluar dari setiap

sumur produksi. Melalui pengujian ini maka dapat direkam di area mana

yang produksinya mulai melemah sehingga langkah-langkah perbaikan

dapat dilakukan sedini mungkin.

3. Stasiun Pengumpul Uap Selubung (CVC Station)

Terdiri dari bejana untuk memisahkan uap dari cairan serta fasilitas kipas

pendingin, karena uap hasil keluaran proses penambangan masih

mengandung senyawa hidrokarbon (minyak bumi).

4. Stasiun Pengumpul Minyak (Central Gathering Station (CGS)

Setelah diangkat ke permukaan bumi dari sumur-sumur produksi, minyak

bumi belum siap untuk diekspor karena masih mengandung air, gas dan

komponen lain yang terbawa saat produksi. Minyak sebelum dikirim k

Dumai terlebih dahulu disalurkan ke Stasiun Pengumpul. Di tempat ini

ketiga unsur minyak, gas dan air terproduksi dipisahkan dengan proses

sederhana.

Universitas Sumatera Utara


5. Fasilitas Pengolahan Air (Water Treatment Plant)

Air yang berasal dari Stasiun Pengumpul dikirim ke Fasilitas Pengolahan

Air. Tambahan air yang lain didapat dari sungai Rangau. Fasilitas ini

memiliki tujuan untuk memurnikan air, yaitu dengan cara pemberian gas

(aerotion), penyaringan dan ion exchange. Melalui proses aeration pada air

maka minyak yang terdapat pada air akan berbusa di permukaan sehingga

dapat dipindahkan dengan cara skimming. Sedangkan untuk menghilangkan

sisa minyak dan bahan-bahan lainnya (kimia dan pasir) dilakukan

penyaringan. Ion Exchanger adalah proses dimana air itu dilembutkan.

Bahan-bahan kimia yang terlarut di air akan membentuk ion yang akan

dipindahkan saat air mengalir melalui ion exchanger (water softener).

Setelah air dilembutkan kemudian dikirim ke Pembangkit Uap untuk

dijadikan uap.

6. Stasiun Pembangkit Uap (Steam Generator)

Berfungsi untuk memanaskan air bersih hasil pengolahan Fasilitas

Pengolahan Air sehingga menjadi uap air (steam). Dalam prosesnya, air

dialirkan ke dalam pipa-pipa terpasang pada tabung-tabung bagian dalam

Unit Pembangkit Uap. Disinilah pipa air dipanaskan dalam suhu tinggi yang

berasal dari semburan api tabung pembangkit uap. Uap yang diproduksi oleh

stasiun bertekanan 800 psi dan suhu 550 derajat Fahrenheit langsung dikirim

ke sumur-sumur injeksi dengan sistem satu sumur injeksi uap dikelilingi

oleh empat, enam atau delapan sumur produksi, tergantung dari kondisi

geologis lapisan batuan. Sebagai penahan panas agar temperatur uap tidak

Universitas Sumatera Utara


turun selama di perjalanan maka pipa sumur injeksi selalu dibalut lapisan

isolasi berwarna perak.

7. Sumur Injeksi (Injection well)

Uap yang dihasilkan oleh stasiun Pembangkit Uap ini dimasukkan kedalam

reservoir. Dengan cara ini uap yang diinjeksikan akan menggiring butiran-

butiran minyak ke dalam sumur produksi. Kalau butiran minyak berkurang

maka kekentalannya akan berkurang juga, berarti tugas pompa angguk

bertambah ringan.

2.5.3.2. Penyaluran Minyak

Penyaluraan minyak mentah melalui jaringan pipa dari pusat produksi

umumnya bukan merupakan masalah dalam dunia perminyakan. Biasanya minyak

mentah dapat mengalir bebas didalam pipa pada suhu normal. Begitu pula

pengalaman PT.CPI dalam menyalurkan minyak yang telah dikeluarkan dari

sumur-sumur produksi ke stasiun-stasiun pengumpul untuk selanjutnya akan

dialirkan ke tangki-tangki penyimpanan di dermaga sebelum diekspor ke pasar

Internasional.

Tetapi permasalahan baru timbul bila minyak yang disalurkan tersebut

mengandung hidrokarbon berat (minyak kental). Keadaan inilah yang terjadi

ketika PT.CPI menangani penyaluran minyak dari lapangan-lapangan Beruk

Zamrud dan Waduk Libo. Minyak mentah dari Beruk Zamrud bertitik cair 470C

(1160F), sedangkan titik cair minyak mentah waduk Libo adalah 40,50C (1050F).

Universitas Sumatera Utara


Minyak yang keluar dari perut bumi tersebut dalam keadaan panas dan

menggelegak, akan tetapi temperatur tersebut akan segera turun setelah tiba

distasiun pengumpul.

2.5.3.3. Produk

Minyak mentah yang diproduksi oleh PT. CPI terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Sumatera Light Crude Oil

Sumatera Light Crude Oil mempunyai kadar belerang yang rendah, API

yang tinggi sehingga lebih encer.

2. Heavy Crude Oil atau Duri Crude Oil

Jenis minyak mentah ini hanya terdapat di lapangan minyak Duri yang

memiliki API rendah yaitu < 20.

Adapun produk lain yang dihasilkan, yaitu :

a. Gas

Gas yang dihasilkan tidak untuk dijual, tapi digunakan sebagai bahan

bakar pembangkit listrik (PLTG) untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Air

Air yang dihasilkan diolah dan digunakan untuk dijadikan steam untuk

diinjeksikan pada sumur injeksi, ataupun sebagai umpan dalam proses

pemisahan, dan juga untuk melalukan proses pencucian peralatan atau

tangki-tangki yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.4. Gas Plant System

Gas Plant adalah fasilitas produksi yang digunakan untuk memisahkan

gas dari uap air sehingga menghasilkan gas yang kering (dry gas) dan mempunyai

tekanan yang tinggi untuk dikirim ke fasilitas berikutnya (customer). Penggunaan

utama gas alam adalah sebagai bahan bakar seperti bahan bakar pembangkit

listrik. Faktor-faktor seperti spesific gravity (SG), gross heating value (GHV)

sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Nilai SG dan GHV sendiri

juga bergantung pada sumbernya (well) Semakin tinggi nilai GHV, maka nilai jual

dari gas jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Sementara harga specific

gravity (SG) berbanding lurus dengan nilai gross heating value (GHV), dimana

semakin besar SG nya, mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik, begitu

pula sebaliknya.

Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung hidrogen sulfida

(H2S). Dalam standar kesehatan konsentrasi maksimum yang diizinkan dari

hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mg/L. Produk pembakaran dari hidogen

sulfida yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida (SO3), dengan konsentrasi

yang diizinkan dalam udara adalah 0,02 mg/L. Hidrogen sulfida dalam gas dan

dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga

mengandung oksigen, karbon dioksida. Gas domestik seharusnya tidak lebih dari

2 gram hidrogen sulfida per 100 m3 gas pada suhu dan tekanan normal. Gas alam

dengan kandungan hidrogen sulfida dalam jumlah yang signifikan dinamakan

sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas" yang berarti gas asam. Gas

jenis ini selain menyebabkan ledakan juga dapat menyebabkan tercekiknya

Universitas Sumatera Utara


pernafasan bahkan bisa menyebabkan kematian, karena dapat mengurangi

kandungan oksigen di udara dalam jumlah-jumlah tertentu. Gas alam yang telah

diproses dan siap untuk dipasarkan disebut sweet gas yang berarti gas bersih yang

bebas dari gas asam, yang bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Dalam proses pencairan gas alam, natural gas atau associated gas yang

diproduksi mengandung H2O, H2S, dan CO2, sebagai impurities dalam

pemrosesan gas. Maka kandungan impurities tersebut harus dihilangkan atau

minimal dikurangi prosentase kandungannya, sehingga dehydration menjadi tahap

awal proses pengolahan gas.

Proses dehydration secara umum bertujuan:

1. Mencegah terjadinya free-water yang dapat membentuk hidrat pada bagian

pendinginan.

2. Mencegah terjadinya korosi, akibat asam yang terbentuk dari free-water dan

H2S.

3. Mencapai suatu kualitas gas yang diinginkan kandungan air pada suatu gas

tergantung dari temperatur, tekanan, komposisi gas, salinitas. Hidrat berfasa

solid terbentuk dari proses pengkristalan terhadap hidrokarbon ringan yang

mengandung air (free-water). Hidrat ini dapat menutupi filter, menyumbat

tube, dan mengakibatkan jatuh tekanan (pressure drop).

Variabel-variabel kecepatan pembentukan hidrat:

1. Tekanan. Makin tinggi tekanan makin cepat terbentuk hidrat.

2. Temperatur. Makin rendah temperature makin cepat terbentuk hidrat.

Universitas Sumatera Utara


3. Derajat agitasi. Adanya proses pengadukan mempercepat pembentukan

hidrat.

4. Adanya tempat untuk terbentuknya kristal (misalnya elbow, bekas las, dll).

Adanya tonjolan akan memicu terbentuknya hidrat pertama kali. Hidrat

pada mulanya terbentuk ditempat yang tidak halus, misalnya pada bekas las pipa,

kemudian hidrat makin menumpuk di tempat tersebut dan akhirnya dapat

menyumbat pipa. Pembentukan hidrat dapat dicegah dengan cara mengurangi

kandungan uap air dalam unit dehidrator atau menginjeksikan glikol atau

methanol untuk mengikat air pada aliran gas.

Ada beberapa teknik dehidrasi antara lain :

1. Absorbsi, menggunakan liquid dessicant, seperti glycol.

2. Adsorpsi, menggunakan solid dessicant, seperti alumina dessicant.

Pemilihan proses dehidrasi adalah berdasarkan dew point yang diharapkan

dari proses tersebut dan nilai ekonomis.

Dew point dari glycol dehydration tergantung laju sirkulasi TEG dan

jumlah tahap kesetimbangan. Pada umumnya glycol dehydration dapat mencapai

dew point ±70°F. Glycol yang keluar dari proses dehydration (rich glycol) perlu di

regenerasi agar glycol tersebut dapat digunakan kembali (lean glycol). Proses

regenerasi glycol dilakukan dengan pemanasan sehingga air yang diikat glycol

menguap. Melalui regenerasi, dapat diperoleh glycol dengan kemurnian mencapai

98%. Design yang ekonomis adalah 2,5 gal TEG/lb H2O.

Universitas Sumatera Utara


Untuk Solid Desiccant Dehydration, dehidrasi tipe ini membutuhkan

minimum 2 tower, yang digunakan untuk proses adsorpsi dan proses regenerasi.

Proses regenerasi terjadi sebelum dessicant jenuh oleh air.

Terdapat 3 jenis solid dessicant yang sering dipakai, yaitu:

1. Silica Gel, dapat mencapai dew point - 70°F s.d. -80°F.

2. Allumina Desiccant, digunakan untuk proses dehidrasi gas mencapai dew

point 1000°F. Biasanya digunakan pada plant pengolahan LPG seperti di

LEX Plant.

3. Molecular Sieve, merupakan dessicant dengan kemampuan menyerap air

terbesar, dew point yang dicapai lebih kecil dari –260°F, lebih mahal dari

tipe yang lain. Molecular sieve biasa digunakan pada plant pengolahan

LNG.

Proses dehidrasi di LEX Plant dilakukan di dalam unit dehydrator yang

terdiri dari 3 buah tower. Feed Gas Dehydrator V-41 A/B/C merupakan unit

untuk menghilangkan kandungan uap air dari feed gas menggunakan media

penyerap (adsorbent) alumina desiccant. Dehydrator ini berjalan dengan tiga

siklus operasi yaitu Lead, Guard, dan Regeneration yang diatur dengan Program

Cycle Controller (PCC) yang menggerakkan posisi buka tutup 34 valve yang

mengatur aliran feed gas maupun regeneration gas. Sepuluh valve berkorelasi

langsung dengan operasi masing-masing tower V-41 A/B/C, 3 valve (KV

25,26,27) untuk mengendalikan aliran dari regeneration gas pada siklus

pemanasan maupun pendinginan dan valve terakhir (KV 84) mengatur aliran Hot

Oil menuju Regeneration Gas Heater E-41. Sistem dehidrator ini terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


1. Feed Gas Dehydrator (V-41 A/B/C), merupakan tempat terjadinya proses

penyerapan moisture yang ada dalam gas umpan. Pada unit ini terdapat

alumina desiccant sebagai media penyerap air (adsorbent). Sistem ini

dilengkapi dengan 34 valve untuk mengatur siklus operasi dari tower

tersebut yang diatur dengan Program Cycle Controller (PCC) yang dapat

dioperasikan secara otomatis maupun semi otomatis.

2. Regeneration Gas Heater (E-41), suatu unit Heat Exchanger shell and tube

yang digunakan untuk memanaskan regeneration gas (C1) pada saat proses

regeneras alumina desiccant. Media pemanas yang digunakan adalah hot oil.

3. Regeneration Gas Cooler (E-42), merupakan unit Air Cooled Heat

Exchanger untuk mendinginkan regeneration gas yang telah digunakan

untuk proses regenerasi alumina desiccant setelah keluar dari dehydrator

dan sebelum masuk Regeneration Gas KOD (V-42).

4. Regeneration Gas Inlet Cooler (E-43), merupakan unit Heat Exchanger tipe

shell and tube untuk mendinginkan regeneration gas yang digunakan untuk

proses pendinginan (cooling) pada saat regenerasi alumina desiccant. Media

pendingin yang digunakan adalah Propane Refrigerant.

5. Regeneration Gas Knock Out Drum (V-42), merupakan unit untuk

memisahkan regeneration gas (C1) dengan uap air dan hidrokarbon yang

terikut pada saat proses regenerasi alumina desiccant.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Sumber Daya Manusia

PT. Chevron Pacific Indonesia pada saat ini memiliki sekitar 6200 orang

tenaga kerja yang diantaranya 98 % bangsa Indonesia. Bahkan sejak tahun 1966,

PT. CPI telah dipimpin oleh warga negara Indonesia. Kini PT. CPI tengah

melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan, yang pada dasarnya

terdiri dari tiga aspek yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi

antara tenaga kerja Indonesia dengan mitranya bangsa asing.

Program pengembangan sumber daya manusia meliputi keahlian dasar,

latihan teknik dan program pengembangan manajemen. Kursus keahlian dasar

meliputi latihan bahasa Inggris dan untuk program latihan teknik, meliputi latihan

kejuruan diadakan di berbagai bidang. Program pengembangan manajemen dan

latihan kursus diadakan untuk karyawan senior. Kesempatan untuk latihan dan

pengembangan karir terus disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam

sumber daya manusia merupakan inti dalam filsafat PT. Chevron Pacific

Indonesia.

2.7. Sarana Penunjang Operasi

Untuk mencapai rasio sukses yang tinggi, PT.CPI menggunakan teknologi

maju dan peralatan-peralatan serta mesin-mesin yang berteknologi tinggi.

Berbagai cara diterapkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Diantara sarana

penunjang yang ada, antara lain :

1. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5 juta barrel.

Universitas Sumatera Utara


2. Dua jalur pipa saluran, masing-masing bergaris tengah 90 cm dan 75 cm

pada jalur Minas – Dumai dan Bangko - Dumai.

3. Empat buah dermaga khusus di Dumai (diantaranya mampu melayani kapal

tangki berbobot mati 150.000 ton).

4. Pembangkit Tenaga Listrik masing-masing di Duri dan Minas dengan 25

generator turbin gas (PLTG) berkapasitas total rata-rata 488,4 MW.

5. Jaringan Transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 Km.

6. Untuk perawatan jaringan transmisi, sejak tahun 1977 PT. CPI

menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukan

perbaikan pada jaringan-jaringan listrik tanpa memutuskan aliran listrik

sehingga produksi tidak terganggu.

7. Meter Bank dan tempat pengambilan sampling.

8. PT. CPI juga memiliki jaringan Microwave UHF yang menggabungkan

keempat distrik di wilayah kerja PT. CPI.

9. Sistem Telepon dan komunikasi Radio HF/VHF/UHF untuk seluruh

kegiatan lapangan .

10. Komunikasi satelit domestik Palapa, layanan teleteks electronic mail dengan

Palapa dan Intelsat.

11. Jaringan komputer yang terdiri dari PC dengan LAN, yang dimiliki oleh

hampir semua kantor yang berada di daerah operasi PT. CPI.

Universitas Sumatera Utara


2.8. Fasilitas Perusahaan

PT. Chevron Pacific Indonesia menyediakan banyak fasilitas untuk

kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Fasilitas yang disediakan oleh PT. CPI

antara lain :

1. Sarana perumahan, baik yang di dalam komplek maupun yang di luar

komplek, dengan program Home Ownership Program (HOP).

2. Sarana Pendidikan berupa taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas, perpustakaan disetiap distrik

dan beasiswa bagi putra-putri karyawan. Sarana Peribadatan seperti mesjid

dan gereja.

3. Sarana Kesehatan atau poliklinik dan rumah sakit (Medical Centre), disetiap

distrik.

4. Sarana Olahraga, seperti kolam renang, lapangan sepak bola, lapangan golf,

lapangan tennis, lapangan voley, bowling, billiar dan lapangan bulu tangkis.

5. Sarana rekreasi, berupa taman bermain, auditorium, TV kabel, bioskop,

sanggar karyawan, sanggar seni dan lain-lain.

2.9. Health, Environment and Safety (HES)

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif serta tetap

menjaga lingkungan sekitar agar tidak sampai rusak akibat kegiatan operasional

perusahaan, PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai komitmen untuk selalu

mematuhi peraturan hukum pemerintah, menjaga standar etika, menyadari bahwa

pekerjaannya merupakan sumber daya yang tidak ternilai, menjaga lingkungan

Universitas Sumatera Utara


yang sehat bagi karyawan dan keluarganya, menjaga lingkungan hidup dan

menopang masyarakat sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas hidup.

Pada umumnya kegiatan operasional PT. CPI bersifat berat, kotor dan

selalu di lapangan terbuka serta mempunyai resiko yang tinggi. Hal ini

menyebabkan kemungkinan terjadinya kecelakaan (hazard potential) sangat

besar. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kewaspadaan terhadap kemungkinan

akan bahaya yang datangnya tidak terduga.

PT. CPI sangat menekankan pentingnya keselamatan kerja bagi setiap

karyawannya dalam tiap pelaksanaan tugas. Salah satu kegiatan perusahaan yaitu

dengan melaksanakan program safety. Pada intinya program safety diarahkan pada

tiga sasaran yaitu human (manusia), equipment (peralatan) dan procedure

(tahapan kerja).

Ketiga elemen tersebut mempunyai peranan yang sama pentingnya dan

harus selaras dalam menciptakan suasana kerja yang selamat. Di PT. CPI

keamanan, keselamatan, dan lingkungan berada di bawah Health, Environment,

and Safety (HES). HES merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT. CPI

untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. CPI sejak

lama telah menerapkan keselamatan kerja dalam strategi bisnisnya namun dengan

adanya isu baru mengenai lingkungan maka perusahaan ini pun turut berperan

aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan

lingkungan kerja. Hal yang menjadi pusat perhatian adalah sebagai berikut :

1. Pengurangan pembuangan air terproduksi tidak melebihi 15 % dari total air

yang berproduksi.

Universitas Sumatera Utara


2. Penanganan bahan beracun dan berbahaya (B3).

3. Pengurangan pemakaian pit/kolam penampungan.

4. Pengurangan limbah minyak.

5. Perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi setelah drilling operation.

6. Peningkatan kesadaran akan lingkungan terutama di daerah pemukiman.

7. Pengidentifikasian dan penghilangan dampak-dampak sensitif terhadap

masyarakat, dampak pembebasan tanah, kerusakan pada perkebunan rakyat

akibat drilling operation.

8. Peningkatan kinerja keselamatan kerja baik di lingkungan PT.CPI maupun

rekamannya.

2.9.1. Health (Kesehatan)

Bidang ini bertanggung jawab untuk menjadikan lingkungan fisik yang

baik sehingga tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Bidang-bidang yang

diawasi antara lain, yaitu:

1. Penyediaan air yang dikonsumsi dan air buangan dipantau secara kontinyu

agar aman untuk dikonsumsi atau dibuang.

2. Pengolahan Sampah yang berasal dari bangunan akan dibakar, sampah B3

akan dikirim ke PT. PPLI (Prashada Pemusnah Limbah Indonesia) dan

kotoran manusia akan dialirkan ke saluran air buangan domestik untuk

selanjutnya diolah di kolam pengolahan air buangan domestik (sewage

pond).

Universitas Sumatera Utara


3. Pengawasan terhadap makanan dan minuman yang terdapat di Mess Hall,

Comissary dan Sanggar Karyawan diperiksa masa kadaluarsanya secara

berkala.

4. Pest Control

Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan

hewan pengganggu. Melakukan penyemprotan berkala untuk pencegahan

malaria dan demam berdarah. Parameter Pengukuran keberhasilan program

HES di Duri IBU adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada air terproduksi yang dibuang keluar (zero discharge).

b. Kecilnya volume minyak terbuang.

c. Tidak ada kecelakaan kendaraan bermotor maupun kecelakaan di

lapangan.

d. Tidak ada daerah gundul.

e. Tidak ada minyak mentah yang tumpah.

f. Tidak ada kolam penampungan (pit).

g. Tidak ada penyakit yang diderita penghuni camp.

h. Mematuhi seluruh peraturan pemerintah.

2.9.2. Environment

Yang mendapatkan perhatian adalah pencemaran lingkungan baik dari

proses produksi maupun kehidupan manusia, termasuk pencemaran udara oleh

emisi kendaraan dan unit produksi.

Universitas Sumatera Utara


2.9.3. Safety

Keunggulan Operasi menyatakan bahwa karyawan perlu melaksanakan

operasi yang selamat, artinya beroperasi dan memelihara fasilitas perusahaan

untuk mencegah cedera, sakit dan kecelakaan. Operasi yang selamat perlu

dilaksanakan pada semua jenis pekerjaan, di semua wilayah operasi perusahaan,

setiap saat, dan oleh semua karyawan dan mitra kerja dengan tujuan agar setiap

karyawan dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri

maupun orang lain. Kegiatan produksi di PT. CPI mempunyai resiko yang tinggi

karena materi yang diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan

terjadinya kecelakaan adalah cukup besar.

Untuk mencapai itu semua, PT CPI membuat suatu program yang disebut

Fundamental Safety Work Practices (FSWP). FSWP ini dibuat dalam tujuh

elemen penting, yaitu :

1. Access Control

Proses Access Control ditujukan untuk memastikan bahwa hanya orang-

orang berwenang yang punya alasan yang absah, terkait dengan operasi dan

bisnis, yang mendapatkan ijin, memahami dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan untuk masuk fasilitas operasi yang dapat dimasuki dan bekerja di

dalam fasilitas tersebut. Hal ini dimaksudkan agar keselamatan dan

keamanan operasi fasilitas dan orang-orang yang berada di dalamnya dapat

terjamin. Pos penjagaan akan mencatat identitas, keperluan, jam masuk, dan

keluar bagi setiap pegawai dan pengunjung yang memasuki fasilitas

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2. General Work Permit

General Work Permit (Izin Kerja Umum) merupakan sarana di mana

Penanggung Jawab Operasi Fasilitas memberikan izin kepada petugas

(karyawan CPI / Mitra Kerja) untuk melakukan pekerjaan tidak rutin di

suatu tempat kerja untuk mengingatkan pekerja akan bahaya yang mungkin

timbul, dan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut selamat untuk

dilakukan. Dalam General Work Permit ada bagian-bagian penanggung

jawab yang khusus untuk mengawasi pekerja mengenai izin bekerjanya,

antara lain:

a. Penanggung jawab fasilitas (Facility Owner/FO)

b. Petugas fasilitas yang ditunjuk (Facility Owner Designated/FOD)

c. Penanggung jawab pelaksana (Person In Charge)

d. Penanggung jawab Kerja Lapangan (Work Responsible Person/WRP)

3. Personal Protective Equipment (PPE)

Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri, selanjutnya disebut

PPE) di tempat kerja harus dipertimbangkan dalam konteks sebagai metode

pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Memakai alat pelindung diri yang tepat saat bekerja harus

dipertimbangkan sebagai usaha terakhir dalam mengurangi atau

menghilangkan resiko di tempat kerja, yang hanya akan digunakan saat

pengendalian teknis yang dapat mengurangi bahaya (seperti isolasi,

ventilasi, penggantian atau perubahan proses) dan kontrol administratif

(seperti prosedur kerja) tidak dapat diterapkan. Berupa alat perlindungan diri

Universitas Sumatera Utara


yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan. PPE mencakup

semua alat pelindung diri seperti: alat pelindung kepala (helmet), alat

pelindung mata (kacamata, lensa pelindung, eye wash), alat pelindung

telinga (ear plug), alat pelindung tangan (sarung tangan karet, kulit, dan

katun), alat pelindung kaki (safety shoes, rubber boot), alat bantu

pernapasan, dan alat pelindung bekerja di ketinggian. Setiap pekerja dan

pengunjung wajib mengenakan minimal PPE standar yaitu helm, safety

goggle, dan safety shoes jika memasuki field atau lapangan kerja. Tujuannya

adalah untuk memastikan bahwa:

a. PPE telah dipilih dengan benar sesuai dengan bahaya yang ada dan

mengacu kepada standar.

b. Pegawai dan mitra kerja mendapatkan pelatihan yang sesuai.

c. Pegawai dan mitra kerja memakai PPE yang tepat dengan benar untuk

pekerjaan yang memerlukannya.

4. Standard Operating Procedure (SOP) / Job Safety Analysis (JSA)

SOP adalah langkah-langkah kerja tertulis mengenai pelaksanaan pekerjaan

untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan

termasuk batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur

menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. JSA adalah

suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam

suatu pekerjaan dan memberi langkah-langkah perbaikan sehingga JSA

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SOP, mencegah bahaya yang

mungkin terjadi, dan jika terjadi bahaya pekerja tahu bagaimana langkah-

Universitas Sumatera Utara


langkah menanggulanginya. Proses Standard Operating Procedure (SOP) /

Job Safety Analysis (JSA) ditujukan untuk memastikan setiap pekerjaan

mempunyai SOP dan JSA yang diperlukan, dan pekerja melakukan

pekerjaan dengan mengacu kepada SOP dan JSA yang diperlukan. Dengan

menjalankan proses ini, akan didapat pekerjaan yang handal, memenuhi

standar mutu, dengan tetap memperhatikan keselamatan pekerja.

5. Lock Out Tag Out (LOTO)

Proses Penguncian dan Pelabelan (selanjutnya disebut LOTO) bertujuan

untuk melindungi orang yang sedang bekerja atau berada disekitar mesin,

instalasi listrik atau fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki dan

dalam perawatan. Perlindungan itu dilakukan dengan mengisolasi energi

berbahaya atau penguncian, pemasangan pengaman dan label pada sumber-

sumber energi yang dapat mencederai seseorang. Untuk melakukan LOTO

ini diperlukan:

a. Pengunci (lock)

Alat pengunci harus tidak dapat dibuka. Gembok dan kuncinya harus

dimiliki masing-masing orang dan tidak berfungsi sebagai kunci utama.

Pemasang harus memegang anak kunci. Facility owner perlu

memastikan ketersediaan dan kemudahan mendapatkan kunci.

b. Label (tag)

Label harus dibuat berwarna standar untuk menunjukkan siapa yang

memasang. Pemasang harus menandatangani label tersebut.

Biru : Mekanik

Universitas Sumatera Utara


Merah muda : Instrumen dan Electrician

Kuning : Operator

Putih : Untuk pekerjaan confined space

6. Material Safety Data Sheet (MSDS)

MSDS merupakan lembaran data mengenai suatu bahan kimia berbahaya

yang memberikan informasi mengenai bahaya potensial dan cara

penanganan yang selamat atas bahan yang digunakan. MSDS menyediakan

keterangan tentang nama bahan, komposisi, pengarah fisik dan keselamatan,

prosedur darurat dan pertolongan pertama, perlindungan khusus dan

masalah-masalah keselamatan dan lingkungan dari bahan tersebut.

Informasi yang didapat di dalamnya:

a. Identifikasi

b. Unsur berbahaya

c. Data bahaya api dan ledakan

d. Data fisik

e. Data bahaya untuk kesehatan

f. Informasi pelindung khusus

g. Prosedur penanganan tumpahan atau kebocoran dan tindakan

pencegahan khusus

Proses Material Safety Data Sheet (MSDS) ditujukan untuk menjamin

bahwa bahaya bahan kimia dan fisik yang ada di tempat kerja, dan cara

penanganannya dikomunikasikan secara baik kepada pegawai dan mitra

Universitas Sumatera Utara


kerja sehingga baik pegawai dan mitra kerja dapat bekerja dengan selamat

dalam menggunakan bahan tersebut.

7. House keeping

Proses housekeeping ditujukan untuk memastikan fasilitas operasi berada

dalam keadaan bersih, rapi, dan teratur. Keadaan tersebut akan memberikan

manfaat, seperti menghilangkan kemungkinan cedera dan kebakaran,

mencegah pemborosan energi, membantu pengendalian limbah dan

kerusakan, dan mencerminkan tempat kerja yang dikelola dengan baik.

Dalam pelaksanaannya HES mempunyai prinsip: “Do it safety or not at

all. There is always time to make it right”. Jadi apapun pekerjaan yang dilakukan

di dalam ligkungan PT CPI, harus dilakukan dengan aman atau tidak sama sekali,

dan selalu ada waktu untuk memperbaikinya. Untuk mengingatkan para pekerja

tentang pentingnya keselamatan, maka diwajibkan untuk memasukkan HES

moment ke dalam setiap agenda rapat dan mengadakan HES meeting minimal satu

kali dalam sebulan.

The Chevron Way menyatakan “We place the highest priority on the

health and safety of our work force and the protection of our assets and the

environment.” PT CPI memasukkan hal tersebut dalam tujuan Keunggulan

Kinerja (Operational Excellences / OE), yaitu 0,0,0 yang artinya tidak ada pekerja

yang terluka, tidak ada minyak tumpah yang dapat mencemari lingkungan, dan

tidak ada kecelakaan selama bekerja.

Ada 10 hal yang selalu menjadi acuan setiap karyawan PT. CPI dalam

melakukan aktivitas apapun. Hal ini dikenal dengan “Tenets of Operation”, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Operate within design or environmental limits

Bekerja di dalam batas-batas perencanaan dan lingkungan.

2. Operate in a safe and controlled condition

Bekerja dalam kondisi selamat dan terkendali.

3. Ensure safety devices are in place and functioning

Memastikan semua peralatan keselamatan berada pada tempatnya dan

berfungsi.

4. Follow safe work practices and procedures

Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja selamat.

5. Meet or exceed customer‟s requirements

Memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

6. Maintain integrity of dedicated systems

Memelihara integritas dari sistem sesuai peruntukannya.

7. Comply with all applicable rules and regulations

Mengacu pada semua peraturan dan perundangan yang berlaku.

8. Address abnormal conditions

Memperhatikan kondisi – kondisi yang tidak normal.

9. Follow written procedure for high-risk or unusual situation

Mengikuti prosedur tertulis untuk mengatasi keadaan yang luar biasa dan

beresiko tinggi.

10. Involve the right people in decisions that affect procedures and equipments

Melibatkan orang yang tepat dalam membuat keputusan yang berhubungan

dengan prosedur dan peralatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi ini menuntut

perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Jika

dilihat secara lebih mendalam, ternyata esensi dari persaingan terletak pada

bagaimana sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses penciptaan

produk atau jasanya secara lebih murah, lebih baik dan lebih cepat (cheapter,

better dan faster) dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. Usaha untuk

menciptakan rangkaian proses tersebut bukanlah merupakan target semasa saja,

melainkan sifat dinamis, dalam arti harus selalu diupayakan secara terus-menerus

dan berkesinambungan.

(PT. CPI) merupakan salah satu perusahaan minyak asing terbesar di

Indonesia yang bergerak di bidang eksplorasi minyak bumi dan gas alam yang

terkemuka pada level multinasional. Persaingan bisnis yang semakin ketat di era

globalisasi menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi dan taktik

bisnisnya. Persaingan terletak pada bagaimana cara perusahaan

mengimplementasikan proses dalam menghasilkan produk atau jasa yang lebih

baik, lebih murah dan lebih cepat dibanding pesaing lainnya.

Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kinerja suatu perusahaan

adalah dari strategi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Dari aspek perusahaan untuk menjamin suatu kegiatan berlangsung

dengan baik, maka perusahaan perlu mengadakan evaluasi kinerjanya. Dalam

evaluasi tersebut diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang tepat dalam

menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Pengukuran kinerja merupakan

salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah perusahaan.

Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja

kurang mampu mengukur kinerja harta tak tampak (intangible) dan harta-harta

intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja

dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu

perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu

sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik. Beberapa metode yang

dapat diaplikasikan dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah dengan

pendekatan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard memandang kinerja dari

empat perspektif yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta

pembelajaran dan pertumbuhan.

Sistem pengukuran kinerja perusahaan yang hanya menekankan pada

aspek finansial tidak dapat mengetahui aspek lain (non finansial) di dalam

perusahaan yang juga mempengaruhi performansi perusahaan dan hal tersebut

masih banyak diterapkan dalam perusahaan saat ini. Sistem tersebut masih

dilakukan karena mengukur aspek keuangan (finansial) dapat dilakukan dengan

mudah. Kinerja-kinerja non keuangan sering kali diabaikan karena dianggap

sesuatu yang sulit untuk dilakukan pengukuran dan pengukuran aspek non

finansial membutuhkan biaya yang besar, akibatnya para manajer atau pimpinan

Universitas Sumatera Utara


perusahaan hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek serta cenderung

mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang masih

menerapkan aspek finansial sebagai alat ukur. Hal tersebut dapat menghambat

kemampuan untuk menciptakan nilai ekonomi bagi perusahaan dimasa

mendatang.

Untuk melakukan hal tersebut perlu dilakukan pengukuran kinerja

perusahaan yaitu salah satunya dengan menggunakan pendekatan Balanced

Scorecard. Walaupun dari empat perspektif terdapat 3 perspektif non finansial,

tetapi tujuan akhir dari pengukuran ini adalah perspektif finansial. Jadi, aspek non

finansial digunakan sebagai pendorong (alat) untuk mencapai finansial yang baik.

Daya tarik Balanced Scorecard adalah kemampuannya untuk mencakup

metrik tradisional keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan dalam kapasitas

pelaporan. Kaplan dan Norton membedakan keuangan (finansial), proses bisnis

internal, pelanggan dan permbelajaran dan pertumbuhan. Pada proses organisasi

penting untuk keseluruhan strategi. Namun ada keterbatasan dalam metode ini

ketika digunakan untuk penyelarasan strategi dan perencanaan. Metode ini tidak

memberikan bobot untuk indikator kinerja dan juga tidak memberitahu

manajemen kontribusi masing-masing indikator kinerja dalam pencapaian tujuan

perusahaan untuk menangani hal ini maka Balanced Scorecard perlu

diintegrasikan dengan metode pengambilan keputusan. Penggunaan Analytical

Network Process akan memberitahu dalam penanganan keterbatasan tersebut

sehingga bobot dari perhitungan Analytical Network Process dapat membantu

Universitas Sumatera Utara


memberikan informasi mengenai perspektif mana yang diprioritaskan untuk

diperbaiki.

Analitical Network Process (ANP) merupakan pendekatan baru metode

kualitatif. Diperkenalkan Profesor Thomas Saaty pakar riset dari Pittsburgh

University, dimaksudkan untuk menggantikan metode Analitycal Hierarchy

Process. Kelebihan ANP dari metodologi yang lain adalah kemampuaannya

melakukan pengukuran dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam hierarki atau

jaringan. ANP digunakan untuk melakukan perbandingan berpasangan dan untuk

mengetahui hubungan ketergantungan pada perspektif.


1
Penelitian mengenai Balanced Scorecard dan ANP pernah dilakukan

dalam beberapa jurnal ilmiah. Penelitian yang berjudul “Green Transport

Balanced Scorecard Model with Analytical Network Process Support” yang

dilakukan David Stas, Radim Lenort, Pavel Wicher dan David Houlman (2015)

SKODA AUTO University, Czech Republic. Pada penelitian ini dibahas tentang

perancangan sebuah kerangka kerja untuk menciptakan transportasi ramah

lingkungan dan rantai pasokan menggunakan metode pengambilan keputusan

pada Industri Otomotif Eropa. Penelitian ini dilakukan dengan menyusun strategi

transportasi ramah lingkungan dan rantai pasokan yang akan digunakan untuk

pengukuran dari masing-masing perspektif Balanced Scorecard yaitu Finansial,

Proses Bisnis Internal, Pembelajaran dan Pertumbuhan dan Pelanggan. Untuk

pengambilan keputusan menggunakan ANP. Dengan menggunakan Software

Super Decision untuk metode ANP agar medapatkan bobot global dari semua
1
David Stas, Radim Lenort and David Holman, “Green Transport Balanced Scorecard Model
with Analytical Network Process Support”, Sustainability 2015, 7, 15243-15261; doi:
10.3390/su71115243.

Universitas Sumatera Utara


hubungan. 2
Selanjutnya dalam penelitian yang berjudul “Measuring the

Performance of Knowledge Resources Using A Value Perspective : Integrating

BSC and ANP” yang dilakukan YAOGUANG HU Jingqian Wen Yan Yan (2015).

Pada penelitian ini mengusulkan kerangka yang mengintegrasikan ANP dan

Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja sumber daya pengetahuan dalam

sebuah organisasi. Penelitian ini dilakukan dalam industri penerbangan khususnya

penelitian dan pengembangan pesawat ruang angkasa. Untuk tetap bersaing

sebuah organisasi harus mempertahankan keunggulan kompetitifnya. Penyusunan

struktur jaringan menerapkan metodologi ANP untuk pengukuran kinerja dari

perspektif Balanced Scorecard yaitu Pelanggan, Proses Bisnis Internal, Inovasi

dan Pembelajaran, dan Finansial. Kemudian penyusunan perbandingan

berpasangan untuk pengukuran kinerja sumber daya pengetahuan. Kesimpulan

yang diperoleh adalah bobot kinerja dari pengukuran sumber daya yaitu K1, K2,

K3, K4 dan K5. Kemudian diberikan usulan perbaikan untuk peningkatan kinerja

dari masing-masing kriteria dan akan berpengaruh terhadap perspektif dalam

Balanced Scorecard.

Hasil dari kedua penelitian ini menjadi alasan bahwa permasalahan yang

dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama.

2
YAOGUANG HU Jingqian Wen Yan Yan, “Measuring the Performance of Knowledge
Resources Using A Value Perspective : Integrating BSC and ANP”, Journal of Knowledge
Management (2015), Vol. 19 Iss 6 pp.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi bahasan utama dalam penelitian adalah

melakukan pengukuran kinerja PT. CPI menggunakan pendekatan Balanced

Scorecard. Balanced Scorecard memandang kinerja dari 4 perspektif yaitu

finansial, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan.

Metode Balanced Scorecard tidak memberikan bobot untuk indikator kinerja dan

juga tidak memberitahu manajemen kontribusi masing-masing indikator kinerja

dalam pencapaian tujuan perusahaan untuk menangani hal ini maka Balanced

Scorecard perlu diintegrasikan dengan metode pengambilan keputusan.

Penggunaan Analytical Network Process akan memberitahu dalam penanganan

keterbatasan tersebut sehingga bobot dari perhitungan Analytical Network Process

dapat membantu memberikan informasi mengenai perspektif mana yang

diprioritaskan untuk diperbaiki.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan Balanced

Scorecard- Analitycal Network Process.

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

selama perkuliahan, mampu menemukenali permasalahan yang terdapat di

pabrik untuk dibuatkan solusi dan pemecahan masalah nya, dan menambah

Universitas Sumatera Utara


dan mengembangkan ilmu yang dimiliki mahasiswa sehingga mampu

menghadapi segala masalah di lapangan.

2. Bagi Fakultas

Menjalin hubungan yang baik antara tempat pelaksanaan tugas sarjana

dengan Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara dan

mengenalkan Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

kepada tempat pelaksanaan tugas sarjana sehingga dapat bersinergi dalam

hal rekrutmen tenaga kerja baru lulusan Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Perusahaan

Laporan penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan, sehingga perusahaan

dapat mengambil kebijakan untuk menentukan strategi bisnis perusahaan.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Pengukuran kinerja dengan empat perspektif yaitu finansial, pelanggan,

proses internal bisnis serta pembelajaran dan perumbuhan.

2. Data pengamatan yang digunakan adalah data bulan Maret 2016 sampai

Januari 2017.

3. Variabel penelitian berdasarkan teori Kaplan.

Adapun asumsi yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Visi, misi, strategi dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


2. Responden dalam keadaan normal.

3. Kondisi perusahaan berjalan normal selama penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I berisi tentang pendahuluan, menguraikan latar belakang

permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan,

tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam

penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian. Gambaran umum

perusahaan, ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan

tanggung jawab, jumlah tenaga kerja di PT. CPI diuraikan dalam Bab II. Bab III

berisi teori metode pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan Balanced

Scorecard dan Metode ANP (Analitycal Network Process), Metodologi penelitian

dibahas pada Bab IV yang menguraikan tahap-tahap dalam penelitian yaitu

persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek

penelitian, kerangka konseptual, definisi operasional, identifikasi variabel

penelitian, instrumen pengumpulan data, populasi, sumber data, metode

pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian dan pengolahan data dengan

pendekatan Balanced Scorecard dan Analitycal Network Process, pengolahan

data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran. Penyelesaian

kendala pada penelitian dibahas pada Bab V yang berisi Pengumpulan dan

Pengolahan Data.

Analisis Pemecahan Masalah dibahas pada Bab VI yang meliputi analisis

pengolahan data, analisis pengolahan Balanced Scorecard dan Analitycal Network

Universitas Sumatera Utara


Process. Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari

hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan salah satu perusahaan minyak


asing terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang ekplorasi minyak dan
gas alam yang terkemuka pada level multinasional. Persaingan bisnis yang
semakin ketat di era globalisasi menuntut perusahaan untuk menyusun
kembali strategi bisnisnya. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
kinerja suatu perusahaan adalah dari strategi perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan salah satunya dengan pendekatan Balanced Scorecard. Daya
tarik Balanced Scorecard adalah kemampuannya untuk mencakup metrik
tradisional keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan dalam kapasitas
pelaporan. Balanced Scorecard memandang kinerja dari perspektif
keuangan (finansial), pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan. Namun ada keterbatasan dalam metode Balanced Scorecard
ketika digunakan untuk penyelarasan strategi dan perencanaan. Metode
Balanced Scorecard tidak memberikan bobot indikator kinerja dan juga
tidak memberitahu manajemen kontribusi masing-masing indikator kinerja
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Balanced Scorecard perlu
diintegrasikan dengan metode pengambilan keputusan yaitu dengan
penggunaan Analytical Network Process. Dari hasil perhitungan masing-
masing perspektif mendapatkan bobot keuangan (finansial) (0.627036),
pembelajaran dan pertumbuhan (0.166861), proses bisnis internal
(0.142236), pelanggan (0.062907).

Kata Kunci: Kinerja, Strategi Bisnis, Balanced Scorecard, Analytical


Network Process.

Universitas Sumatera Utara


PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD –

ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP)

DI PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari


Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh
Ahmad Fadhlik
NIM: 110403003

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan salah satu perusahaan minyak


asing terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang ekplorasi minyak dan
gas alam yang terkemuka pada level multinasional. Persaingan bisnis yang
semakin ketat di era globalisasi menuntut perusahaan untuk menyusun
kembali strategi bisnisnya. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
kinerja suatu perusahaan adalah dari strategi perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan salah satunya dengan pendekatan Balanced Scorecard. Daya
tarik Balanced Scorecard adalah kemampuannya untuk mencakup metrik
tradisional keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan dalam kapasitas
pelaporan. Balanced Scorecard memandang kinerja dari perspektif
keuangan (finansial), pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan. Namun ada keterbatasan dalam metode Balanced Scorecard
ketika digunakan untuk penyelarasan strategi dan perencanaan. Metode
Balanced Scorecard tidak memberikan bobot indikator kinerja dan juga
tidak memberitahu manajemen kontribusi masing-masing indikator kinerja
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Balanced Scorecard perlu
diintegrasikan dengan metode pengambilan keputusan yaitu dengan
penggunaan Analytical Network Process. Dari hasil perhitungan masing-
masing perspektif mendapatkan bobot keuangan (finansial) (0.627036),
pembelajaran dan pertumbuhan (0.166861), proses bisnis internal
(0.142236), pelanggan (0.062907).

Kata Kunci: Kinerja, Strategi Bisnis, Balanced Scorecard, Analytical


Network Process.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini

dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi

oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul

“Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Pendekatan

Balanced Scorecard – Analytical Network Process (ANP) di PT. Chevron

Pacific Indonesia”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum

sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir

kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis

Medan, Januari 2017 Ahmad Fadhlik

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik

Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan

laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, M.T., selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, M.T., selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T., dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc.,

selaku Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan

masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana

ini.

4. Ibu Dr. Meilita T. Sembiring, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I atas

waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Ibu Rahmi M. Sari, ST, MM (T), selaku Dosen Pembimbing II atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ayahanda Rustam Effendi Dalimunthe dan Ibunda Sutiyam yang selalu

memberi dukungan materil maupun moril sehingga laporan Tugas Sarjana ini

dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari kedua

orang tua penulis, laporan Tugas Sarjana ini tidak dapat diselesaikan dengan

baik. Tugas akhir ini adalah wujud rasa hormat dan terimakasih penulis

kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

7. Saudara tercinta, Maja Mushawir, M. Ali Bashir, dan Nur Fatimah yang

senantiasa mendoakan, mendukung, dan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan penulisan laporan ini.

8. Nanang Mujani selaku pembimbing lapangan di PT. Chevron Pacific

Indonesia yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penelitian

dan pengumpulan data pada Tugas Sarjana ini.

9. Seluruh dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk

penulisan tugas sarjana ini.

10. Teman-teman terbaik penulis selama mengikuti perkuliahan di Medan yaitu

M. Chaidir dan Wahyu Juliansyah yang selalu mendukung dan mengibur

penulis.

Universitas Sumatera Utara


11. Teman-teman stambuk 2011 (GIELAS) serta abang kakak senior dan junior di

Departemen Teknik Industri yang telah mendukung dan membantu penulis

dalam penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

12. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak

Rahma, Kak Mia, Bang Ridho dan Ibu Ani, terima kasih atas bantuannya

dalam bagian administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

13. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL .......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ ii

KATA PENGANTAR . ................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xix

I PENDAHULUAN ............................................................................ I-1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... I-1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................... I-6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. I-7

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian .............................................. I-8

1.5. Sistematika Penulisan Laporan .............................................. I-8

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ II-1

2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia .................................. II-1

2.2. Wilayah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia ................... II-7

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Visi dan Misi, Nilai Dasar dan Strategi PT. Chevron Pacific

Indonesia ................................................................................ II-11

2.3.1. Visi Misi ....................................................................... II-11

2.3.2. Nilai-Nilai Pokok PT. Chevron Pacific Indonesia ....... II-13

2.3.3. Rencana Strategi Perusahaan ....................................... II-14

2.4. Struktur Organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia .............. II-16

2.5. Kegiatan Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia .................. II-23

2.5.1. Eksplorasi ..................................................................... II-24

2.5.2. Eksploitasi .................................................................... II-26

2.5.3. Kegiatan Produksi ........................................................ II-28

2.5.3.1. Operasi Duri Steam Flood .............................. II-31

2.5.3.2. Penyaluran Minyak ......................................... II-34

2.5.3.3. Produk............................................................. II-35

2.5.3.4. Gas Plant System ............................................ II-36

2.6. Sumber Daya Manusia ........................................................... II-41

2.7. Sarana Penunjang Operasi ..................................................... II-41

2.8. Fasilitas Perusahaan ............................................................... II-43

2.9. Health, Environmen and Safety (HES) .................................. II-43

2.9.1. Health (Kesehatan)....................................................... II-45

2.9.2. Environment ................................................................. II-46

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.9.3. Safety ............................................................................ II-47

III. LANDASAN TEORI ...................................................................... III-1

3.1. Gambaran Umum Dunia Bisnis ............................................. III-1

3.2. Manajemen Sumber Daya Manusia ....................................... III-3

3.3. Strategi Penilaian Kinerja ...................................................... III-5

3.4. Balanced Scorecard ............................................................... III-8

3.4.1 Balanced Scorecard Sebagai Sebuah Sistem

Manajemen ................................................................. III-10

3.4.2. Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Misi ...... III-12

3.4.3. Mengkomunikasikan dan Mengaitkan Tujuan Serta

Ukuran Strategis ......................................................... III-14

3.4.4. Merencanakan, Menetapkan Sasaran, dan

Menyelaraskan Berbagai Inisiatif Strategis ............... III-16

3.4.5. Mengapa Memilih Balanced Scorecard..................... III-18

3.5. Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard ....................... III-19

3.6. Analytic Network Process (ANP) .......................................... III-23

3.6.1. Langkah-langkah Pengerjaan ANP ............................ III-30

3.7. Studi dari Manajemen Strategis ............................................. III-31

3.8. Strategi Perusahaan ................................................................ III-32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.9. Perencanaan Strategik ............................................................ III-33

IV. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ IV-1

4.1. Jenis Penelitian ...................................................................... IV-1

4.3. Objek Penelitian ..................................................................... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ................................................................. IV-2

4.5. Kerangka Berpikir .................................................................. IV-2

4.6. Rancangan Penelitian ............................................................. IV-5

4.7. Responden…… ...................................................................... IV-8

4.8. Pengumpulan Data ................................................................. IV-8

4.8.1. Sumber Data ................................................................. IV-8

4.8.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... IV-9

4.9. Pengolahan Data..................................................................... IV-9

4.10. Analisis Pemecahan Masalah ................................................. IV-11

4.11. Kesimpulan dan Saran............................................................ IV-11

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA......................... V-1

5.1. Visi dan Misi PT. Chevron Pacific Indonesia ........................ V-1

5.2. Pembuatan Struktur Jaringan (Network) ................................ V-2

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.3. Pembuatan Kuesioner Perbandingan Berpasangan ................ V-8

5.4. Pengolahan Analytical Network Process (ANP) .................... V-10

5.4.1. Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria................... V-10

5.4.2. Perbandingan Berpasangan Antar Sub-Kriteria ........... V-14

5.4.3. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Antara Kriteria dan

Sub-Kriteria ................................................................. V-21

5.4.4. Perhitungan Matriks Normalisasi Antara Kriteria dan

Sub-Kriteria ................................................................. V-24

5.4.5. Pembuatan Supermatrix Analytic Network Process .... V-42

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ........................................ VI-1

6.1. Struktur Jaringan Analytic Network Process (ANP) .............. VI-1

6.1.2. Hasil Pembobotan Analytic Network Process (ANP) .. VI-2

6.1.3. Hasil Pembobotan Berdasarkan Kriteria ...................... VI-4

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ VII-1

7.1. Kesimpulan ............................................................................ VII-1

7.2. Saran ....................................................................................... VII-1

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Sejarah Proyek Injeksi Steam mulai dari First Production ......... II-30

3.1. Dasar Perbandingan Kriteria ....................................................... III-30

4.1. Responden Penelitian .................................................................. IV-8

5.1. Keterangan Sub-Kriteria yang Dibandingkan ............................. V-3

5.2. Hubungan Antara Sub-Kriteria .................................................... V-6

5.3. Skala Perbandingan Berpasangan ................................................ V-9

5.4. Matriks Perbandingan Berpasangan antara Kriteria Finansial .... V-10

5.5. Perhitungan Rata-Rata Geometrik untuk Perbandingan antara

Kriteria Finansial ......................................................................... V-12

5.6. Matriks Normalisasi dan Bobot Parsial ....................................... V-12

5.7. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-1 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-15

5.8. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-2 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-16

5.9. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-3 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-17

5.10. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-4 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-18

5.11. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-7 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-19

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.12. Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria F-8 pada Kriteria

Finansial....................................................................................... V-20

5.13. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Finansial .................. V-21

5.14. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Customer ................. V-21

5.15. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Proses Bisnis

Internal ......................................................................................... V-21

5.16. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan ................................................................................ V-22

5.17. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-1 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-22

5.18. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-2 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-22

5.19. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-3 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-23

5.20. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-4 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-23

5.21. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-7 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-23

5.22. Perhitungan Rata-Rata Geometrik Sub-Kriteria F-8 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-24

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.23. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Finansial ................... V-24

5.24. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Customer .................. V-25

5.25. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Proses Bisnis

Internal ......................................................................................... V-25

5.26. Perhitungan Matriks Normalisasi Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan ................................................................................ V-25

5.27. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-1 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-26

5.28. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-2 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-26

5.29. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-3 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-26

5.30. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-4 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-27

5.31. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-7 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-27

5.32. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria F-8 pada

Kriteria Finansial ......................................................................... V-27

5.33. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-1 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-28

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.34. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-2 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-28

5.35. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-3 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-28

5.36. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-4 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-29

5.37. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-5 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-29

5.38. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-6 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-30

5.39. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-7 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-30

5.40. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-8 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-31

5.41. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-9 pada

Kriteria Customer ........................................................................ V-31

5.42. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria C-10 pada

Kriteria Customer dengan Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal ... V-31

5.43. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-1 pada Proses

Bisnis Internal .............................................................................. V-32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.44. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-1 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan ................................................................................ V-32

5.45. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-2 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-32

5.46. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-4 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-33

5.47. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-5 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Finansial ................. V-33

5.48. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-5 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-33

5.49. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-6 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-34

5.50. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-7 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Finansial ................. V-34

5.51. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-7 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-34

5.52. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-9 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-35

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.53. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-9 pada Kriteria

Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria Pembelajaran dan

Pertumbuhan ................................................................................ V-35

5.54. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-10 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal ..................................................... V-36

5.55. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-11 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal dengan Sub-Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan .................................................. V-36

5.56 Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-12 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal ..................................................... V-37

5.57. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-12 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal dengan Sub Kriteria

Pembelajaran dan Pertumbuhan .................................................. V-37

5.58. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria I-13 pada

Kriteria Proses Bisnis Internal ..................................................... V-38

5.59. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-2 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-38

5.60. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-4 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-38

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.61. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-5 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan dengan Sub-Kriteria

Proses Bisnis Internal .................................................................. V-39

5.62. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-5 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-39

5.63. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-6 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-39

5.64. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-7 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-40

5.65. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-8 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-40

5.66. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-9 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-40

5.67. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-10 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-41

5.68. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-11 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-41

5.69. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-13 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.70. Perhitungan Matriks Normalisasi Sub-Kriteria P-14 pada

Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................... V-42

5.71. Bobot Global Sub-Kriteria........................................................... V-44

5.72. Bobot Sub-Kriteria Finansial ....................................................... V-46

5.73. Bobot Sub-Kriteria Pelanggan ..................................................... V-46

5.74. Bobot Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal................................... V-47

5.75. Bobot Sub-Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan................... V-48

6.1. Peringkat Bobot Sub-Kriteria ...................................................... VI-2

6.2. Bobot Sub-Kriteria Finansial ....................................................... VI-4

6.3 Bobot Sub-Kriteria Pelanggan ..................................................... VI-4

6.4. Bobot Sub-Kriteria Proses Bisnis Internal................................... VI-5

6.5. Bobot Sub-Kriteria Pembelajaran dan Pertumbuhan................... VI-6

6.6. Peringkat Bobot Kriteria .............................................................. VI-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) .......................... II-7

2.2. Peta Daerah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia ............... II-8

2.3. Wilayah Operasi (Sumatera Ligth North) PT. CPI .................. II-10

2.4. Struktur Organisasi di PT. CPI Khususnya Facility

Engineering SLN Operation .................................................... II-19

2.5. Struktur Organisasi Chevron IBU ............................................ II-20

2.6. Struktur Organisasi CCM......................................................... II-21

2.7. Daerah Explorasi PT. CPI ........................................................ II-25

3.1. Kerangka Kerja Manajemen Strategis Balanced Scorecard .... III-9

3.2. Perbedaan Hierarki dan Jaringan (Network) ............................ III-25

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian .............................................. IV-4

4.2. Langkah-Langkah Proses Penelitian ........................................ IV-7

4.3. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Balanced Scorecard

dan ANP ................................................................................... IV-10

5.1. Struktur Jaringan (Network) Penilaian Kinerja ........................ V-7

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai