Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Jelaskan perbedaan Administrasi perpajakan dalam arti luas dan arti sempit, serta
jelaskan pula mengenai fungsi pajak dan syarat-syarat pemungutan pajak!
Jawab:
Administrasi Pajak dalam arti luas dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, lembaga dan
manajemen publik. Sedangkan Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan
dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan
dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang
termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording),
penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).
2. Jelaskan pendapat anda, mengapa hukum pajak termasuk ke dalam hukum publik?
Jawab:
Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia menganut paham
imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Ketika terjadi
pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah,
sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib
pajak terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut ini
adalah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:
a. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
b. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.
Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku
pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak. Hal tersebut dapat dimengerti, karena di
dalam hukum pajak diatur mengenai hubungan antara penguasa/Pemerintah dalam fungsinya
selaku fiscus (pemungut pajak) dengan rakyat dalam kapasitasnya sebagal wajib pajak.
3. Apa yang membedakan antara pajak langsung dan pajak tidak langsung? Dan mengapa
dalam praktik pajak dikenal istilah “Tarif Pajak”?
Jawab:
Perbedaan antara Pajak langsung dan tidak langsung adalah:
a. Dari segi administrasi pemungutan (yuridis)
Pajak langsung merupakan pajak yang secara periodic (berkala), artinya pajak dipungut
secara teratur dalam jangka waktu yang ditentukan. Misalnya, tiap tahun. Sedangkan pajak
tidak langsung merupakan pajak yang dipungut secara incidental, artinya pajak hanya
dipungut jika terjadi kegiatan saja.
b. Dari segi pembebanan (ekonomis)
Pajak langsung pembayarannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain seperti PPh.
Sedangkan pajak tidak langsung pembayarannya dapat dilimpahkan pada pihak lain yang
dapat berupa substansi dan shifting, seperti pada PPN.
c. Dari lembaga yang menyelesaikan perselisihan.
Pajak langsung merupakan pajak yang perselisihannya diselesakan melalui peradilan
administrasi tidak murni, yaitu dengan cara mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak.
Jika masih belum puas dapat minta banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak (MPP).
Sedangkan pajak tidak langsung penyelesaian perselisihannya dilaksanakan di muka
pengadilan Negara yang sekarang merupakan Pengadilan Administrasi Murni.
Dalam praktik pajak dikenal istilah “tarif pajak”. Tarif pajak adalah dasar pengenaan pajak
terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa presentase
(%). Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai berapa uang yang dijadikan untuk menghitung pajak
yang terutang. Secara struktural menurut tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu:
1. Tarif proporsional(a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang
persentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai
2. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu tetap sesuai
peraturan yang telah ditetapkan
3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik sebanding
dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Pengahsilan
4. Tarif degresif ( a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak
akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif progressif
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk
Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%. Tarif pajak tersebut
dipungut sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak di bawah ini:
Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan
digunakan untuk membaiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
1) Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak bahan bakar
Kendaraan Bermotor.
2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.