Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 ADMINISTRASI PERPAJAKAN

1. Jelaskan perbedaan Administrasi perpajakan dalam arti luas dan arti sempit, serta
jelaskan pula mengenai fungsi pajak dan syarat-syarat pemungutan pajak!
Jawab:
Administrasi Pajak dalam arti luas dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, lembaga dan
manajemen publik. Sedangkan Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan
dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan
dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang
termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording),
penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).

Fungsi pajak dan syarat-syarat pemungutan pajak di Indonesia


Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal
di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi Anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
b. Fungsi Mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan
fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka


pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
a. Pemungutan pajak harus adil
Pajak mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil
dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya:
 Dengan mengatur hak dan kewajiban wajib pajak.
 Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib
pajak.
 Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran.
b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
 Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus
dijamin kelancarannya.
 Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
 Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.
 Pumungutan tidak mengganggu perekonomian.
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha
masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
c. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak
yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan
pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

2. Jelaskan pendapat anda, mengapa hukum pajak termasuk ke dalam hukum publik?
Jawab:
Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia menganut paham
imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Ketika terjadi
pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah,
sebelum ada keputusan dari Direktur Jenderal Pajak tentang keberatan diterima, maka wajib
pajak terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berikut ini
adalah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:
a. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya
b. Hukum Publik dimana mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara
lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku
pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak. Hal tersebut dapat dimengerti, karena di
dalam hukum pajak diatur mengenai hubungan antara penguasa/Pemerintah dalam fungsinya
selaku fiscus (pemungut pajak) dengan rakyat dalam kapasitasnya sebagal wajib pajak.
3. Apa yang membedakan antara pajak langsung dan pajak tidak langsung? Dan mengapa
dalam praktik pajak dikenal istilah “Tarif Pajak”?
Jawab:
Perbedaan antara Pajak langsung dan tidak langsung adalah:
a. Dari segi administrasi pemungutan (yuridis)
Pajak langsung merupakan pajak yang secara periodic (berkala), artinya pajak dipungut
secara teratur dalam jangka waktu yang ditentukan. Misalnya, tiap tahun. Sedangkan pajak
tidak langsung merupakan pajak yang dipungut secara incidental, artinya pajak hanya
dipungut jika terjadi kegiatan saja.
b. Dari segi pembebanan (ekonomis)
Pajak langsung pembayarannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain seperti PPh.
Sedangkan pajak tidak langsung pembayarannya dapat dilimpahkan pada pihak lain yang
dapat berupa substansi dan shifting, seperti pada PPN.
c. Dari lembaga yang menyelesaikan perselisihan.
Pajak langsung merupakan pajak yang perselisihannya diselesakan melalui peradilan
administrasi tidak murni, yaitu dengan cara mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak.
Jika masih belum puas dapat minta banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak (MPP).
Sedangkan pajak tidak langsung penyelesaian perselisihannya dilaksanakan di muka
pengadilan Negara yang sekarang merupakan Pengadilan Administrasi Murni.

Dalam praktik pajak dikenal istilah “tarif pajak”. Tarif pajak adalah dasar pengenaan pajak
terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa presentase
(%). Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai berapa uang yang dijadikan untuk menghitung pajak
yang terutang. Secara struktural menurut tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu:
1. Tarif proporsional(a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang
persentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai
2. Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu tetap sesuai
peraturan yang telah ditetapkan
3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik sebanding
dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Pengahsilan
4. Tarif degresif ( a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak
akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif progressif
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk
Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%. Tarif pajak tersebut
dipungut sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak di bawah ini:

 Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
 Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
 Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan
digunakan untuk membaiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
1) Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak bahan bakar
Kendaraan Bermotor.
2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.

Anda mungkin juga menyukai