Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan menyelesaikan laporan praktikum biologi kali ini.
Penyusun
PRAKTIKUM STRUKTUR SEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat
persamaan- persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari
bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran
sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom,
plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti,
mikrofilamen, dan dinding sel.
Oleh beberapa penulis sel dianggap sebagai cairan yang bersifat seperti
lender. Tahun 1829 oleh Hertwig diajukan teori protoplasma yang mempunyai
konsepsi lebih umum dari teori sel Schwan. Dalam teorinya dikatakan bahwa
sel adalah kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma dengan di
dalamnya mengandung inti yang disebut nucleus dan diluarnya dibatasi oleh
dinding sel. Ada beberapa organisme yang struktur selnya tidak jelas, tetapi
terdiri atas protoplasma.
B. TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. STRUKTUR SEL
Pada permulaan abad IXI tercipta teori sel atas jasa oeneliti Jerman bernama
Dutrochet, Schwann, dan Schleiden. Mereka inilah yang menegaskan bahwa
organ tumbuhan dan hewan tersusun dari sel-sel. Seorang ahli Jerman, Von Mohl
(1846) menjelaskan bahwa dalam hal orhan tumbuhan dan hewan tersusun dari
sel-sel, namun yang terpenting bukanlah dinding sel melainkan isi sel yang
disebut dengan protoplasma (Sutrian, 2004 : 13).
Sel prokariotik (pro: sebelum, karyot: inti/nukleus) merupakan sel yang tidak
memiliki membran nukleus, hal ini menyebabkan nukleus bercampur atau
mengadakan hubungan langsung dengan sitoplasma. Ukuran dari sel prokariotik
sangat kecil, yaitu 1−10 μm. Contoh dari sel prokariotik adalah pada
mycoplasma, bakteri dan ganggang biru.
Sedangkan sel eukariotik (eu: sejati, dan kariot: nukleus/inti) adalah sel
dengan nukleus sejati. Sel ini dibungkus oleh membran nukleus sehingga isinya
tidak bercampur dengan sitoplasma. Perbedaan yang paling mencolok dari sel
prokariotik adalah nukleus sejati yang membungkus sebagian besar DNA sel
sehingga DNA tersimpan dalam kompartemen yang berbeda dari sitoplasma. Sel
eukariotik dapat dilihat dalam sel tumbuhan maupun sel hewan (Lubert, 2000).
Ada dua bagian utama sel, yaitu: inti dan isinya sering kali disebut
nukleoplasma, dan bagian sisanya yang disebut sitoplasma. Inti dan sitoplasma
itu dikelilingi oleh membran, demikian pula bagian yang lebih kecil seperti
mithokhondria dan benda-benda Golgi. Secara garis besar struktur dan fungsi
dari masing-masing komponen sel adalah sebagai berikut :
1. Nukleus adalah organel yang paling menonjol dalam sel. Organ kecil ini
dipisahkan dari sitoplasma (plasma sel) oleh pembungkus yang terdiri dari
dua membran, membran dalam dan membran luar. Nukleus mengandung
material genetik yaitu Asam Deoksi Ribonukleat (ADN) yang terbungkus
dalam sebuah membran nukleus. Semua DNA kromosom tersimpan di dalam
nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin berkat persekutuannya dengan
protein-protein histon yang sama massanya. Isi nukleus berkomunikasi
dengan sitosol melalui lubang-lubang pada pembungkusnya yang disebut
pori-pori nukleus. Dalam nukleus terdapat nukleolus sebuah tempat untuk
memproduksi ribosoma sel.
2. Membran Plasma merupakan membran yang sangat tipis dan bersifat selektif
permeabel dengan ukuran 7,5−10 nm. Membran plasma merupakan lapisan
lipid ganda (bilayer) yaitu dengan struktur molekul dua lapis. Lipid yang
terpenting adalah fosfolipid dan sedikit glikolipid serta kemungkinan
mengandung kolesterol. Struktur membran plasma yang demikian
mendukung sel untuk dapat memanfaatkan perubahan-perubahan
permeabilitas ion yang terkendali pada membran plasma untuk keperluan
komunikasi sel. Di samping itu juga berfungsi sebagai pelindung organel-
organel dalam sel. Berbeda dari membran plasma sel prokariotik maka
membran plasma dalam sel eukariotik dapat mengembangkan kemampuan
atau spesialisasi organel. Pada sel prokariotik yang tidak memiliki
mitokondria, membran plasma juga bertugas melaksanakan metabolisme
energi. Perbedaan inilah yang menyebabkan bahwa pada sel eukariot,
membran plasmanya tidak membentuk mesosom
3. Organel Sel pada sitoplasma sel eukariotik lebih kompleks dibandingkan sel
prokariot. Organel tersebut misalnya: mitokondria, retikulum endoplasma,
nukleus, ribosom, mikrotubula, dan lain-lain.
BAB III
METODA PRAKTIKUM
1. Mikroskop
2. Gelas objek
3. Kaca penutup
4. Pipet tetes
5. Tusuk gigi
6. Metilen blue
B. CARA KERJA
HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM
Berikut adalah hasil pengamatan epithel pipi dengan pewarnaan metilen blue
0,1 % . Tampak inti di tengah sel berwarna biru dan organel sel tidak tampak :
Berikut adalah epithel pipi dengan pewarnaan metilen blue 0,1 % dengan
perbesaran 1000x :
Keterangan :
2. Sitoplasm
3. Organel sel tampak sebagai granula biru (bintik-bintik)
B. PEMBAHASAN
Sel epitel rongga mulut yang dilihat pada praktikum kali ini merupakan sel
eukariot. Pada sel epitel rongga mulut yang diamati terlihat memiliki bagian yang
dibungkus membran sel seperti cairan sel berupa sitoplasma dan nukleus. Selain
itu juga terlihat organel yang lainnya yang tampak sebagai granula biru
(berbentuk bintik-bintik).
Membran sel merupakan sebuah pemisah antara lingkungan dalam sel dan di
luar sel. Membran sel merupakan lembaran tipis yang terdiri atas lipid, protein,
dan sedikit karbohidrat yang terikat pada lipid/protein. Lipid yang terpenting
adalah fosfolipid dan sedikit glikolipid serta kemungkinan mengandung
kolesterol. Struktur membran yang demikian mendukung sel untuk dapat
memanfaatkan perubahan-perubahan permeabilitas ion yang terkendali pada
membran untuk melakukan komunikasi sel. Selain itu membran sel juga akan
melakukan seleksiterhadap zat-zat yang keluar dan masuk sel. Membran sel juga
menjadi tempat berlangsungnya reaksi kimia. Struktur membran ini sangat viskus
tetapi elastis.
Sedangkan sitoplasma adalah bagian sel yang terbungkus oleh membran sel.
Pada sel eukariot, sitoplasma adalah bagian non nukleus dari protoplasma. Pada
sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang
berupa cairan tempat oranel melayang-melayang dalam sel. Sitoskeleton
merupakan bagian dari sitoplasma yang membantu memberikan bentuk dan
struktur sel dan berperan dalam pertukaran sinyal antara sel-sel. Sedangkan
sitosol sendiri mengandung banyak enzim terlarut yang membantu memecah
molekul lebih besar menjadi molekul lebih kecil sehingga dapat dipergunakan
oleh organel. Jumlah organel pada sitoplasma sel eukariotik lebih kompleks
dibandingkan sel prokariotik. Organel tersebut misalnya mitokonsria, retikulum
endoplasma, nukleus, ribosom, mikrotubula, dan lain-lain.
Inti sel atau nukleus adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik.
Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk
molekul DNA linier panjang yang membentuk kromosom bersama dengan
berbagai jenis protein. Gen kromosom-kromosom inilaha yang membentuk
genom inti sel. Fungsi inti sel adalah mengatur aktivitas sel.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
sel eukariotik (pada preparat epitel tulang pipi) memiliki struktur berupa
membran sel, sitoplasma, organel-organel dan nukleus/inti sel.
DAFTAR PUSTAKA
Lubert, Styer. (2000). Biokomia. Vol I. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh Tumbuhan Tentang Sel Dan
Jaringan. Jakarta: Rineka Cipta
PRAKTIKUM SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
BAB I
PENDAHULIUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. SPERMATOGENESIS
Sperma merupakan istilah dari kata Yunani yang berarti benih dan mengacu
pada sel-sel reproduksi laki-laki. Sel sperma manuasia hanya dapat bertahan
hidup di lingkungan yang hangat dan sekali meninggalkan tubuh, kelangsungan
hidup sperma akan berkurang dan menyebabkan sel tersebut mati. Struktur
sperma terdiri dari bagian kepala berbentuk oval, bagian tengah yang
mengandung mitokondria untuk pembentukan energi penggerak ekor sperma,
serta bagian terakhir adalah ekor yang digunakan sebagai alat gerak sperma agar
dapat mencapai ovum.
B. OOGENESIS
METODA PRAKTIKUM
A. SPERMATOGENESIS
b. Mikroskop
2. Cara Kerja
B. OOGENESIS
b. Mikroskop
2. Cara Kerja
HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM
1. Spermatogonium
2. Spermatosit primer
3. Spermatosit
Preparat Testis sekunder
Pewarnaan HE 4. Spermatid
6. Lumen
7. Tubulus
Seminiferus
1. Epithelium
germinativum
2. Tunica albuginea
3. Folikel primordia
4. Folikel primaries
Preparat ovarium
5. Folikel sekunder
Pewarnaan HE
6. Folikel tersier
Perbesaran 100x
7. Folikel de Graaf
(kecil)
8. Folikel de Graaf
(masak)
9. Folikel atraksi
10. Folikel terpotong
13. Medula
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati preparat testis dan preparat
ovarium tikus. Pada pengamatan preparat sel testis, ditemukan spermatogonium,
spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, spermatozoa, lumen dan
tubulus semineferus. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan gambar referensi
yang ada di buku hanya saja dengan perbesaran 40×10 sel-sel yang ada kurang
jelas terlihat. Sedangkan pada pengamatan sel ovarium, didapatkan bagian-
bagian folikel primer, oosit primer dan sel folikel. Pada pengamatan sel ovarium
ini bagian-bagian yang didapatkan sesuai dengan refresi di buku Histologi Dasar,
namun terdapat sel yang terlihat tidak jelas seperti antrum, dan zona pelusida.
Oosit berada di dalam folikel yang terdapat pada bagian korteks ovarium.
Folikel mengalami berbagai tahap perkembangan yang berawal dari terbentuknya
folikel primordial sampai berkembang menjadi folikel matang dan oosit siap
diovulasikan. Berdasarkan perubahan morfologisnya, folikel di klasifikasikan
dalam 3 kelompok yaitu folikel primer, folikel sekunder dan folikel tersier.
Folikel primer terdiri dari oosit yang dikelilingi oleh selapis sel epitel sedangkan
sel teka belum terbentuk, sebagian besar folikel primer tersebut akan mengalami
regresi atau tetap tidak berkembang sama sekali. Lapisan sel-sel yang
mengelilingi folikel primer disebut stratum granulosum atau lapisan granulosa
(granulosa cells). Telur berada pada satu sisi folikel dalam gundukan sel-sel
granulosa yang disebut kumulus oophorus dan lapisan sel granulose yang
langsung menyelubungi sel telur disebut korona radiata. Kemudian folikel
sekunder yang mengandung oosit dalam volume maksimal dan letaknya agak ke
pinggir seperti pada folikel primer. Sel-sel granulose terdiri dari 12 lapis sel.
Pada folikel sekunder, ovum sudah dilengkapi zona pelusida yang bergerak
menuju korteks. Lalu tahap terakhir adalah perkembangan folikel tersier. Sel-sel
folikel yang melengkapi oogonia akan membentuk antrum atau membentuk
ruangan yang berisi cairan. Ruangan ini dikelilingi oleh sel-sel yang disebut
membran granulosa.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Campbell, N.A., Reece J. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga. Jakarta
BAB I
PENDAHULIUAN
A. LATAR BELAKANG
Telah kita ketahui bahwa sebuah gen umumnya hanya memiliki sebuah alel
saja, tetapi dalam kenyaannya sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel.
Peristiwa ini disebut alel ganda. Pada manusia dikenal beberapa sifat yang
ditentukan oleh suatu seri alel ganda misalnya yang menentukan fenotif golongan
darah (ABO, Rh), kepala botak dan rambut pada jari-jari tengah.
B. TUJUAN
1. Mengenal sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh alel ganda
2. Mencoba menentukan genotip diri sendiri berdasarkan golongan darah ABO
dan Rh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GOLONGAN DARAH
OA / AA A A anti-B
OB / BB B B anti-A
AB AB A dan B -
Jika darah seseorang yang diuji dicampur dengan serum aglutinin A mengalami
penggumpalan, maka kemungkinan golongan darah orang tersebut adalah A atau AB.
Jika darah tidak menggumpal, kemungkinan orang tersebut memiliki golongan darah
B atau O. Apabila diuji dengan serum aglutinin B terjadi penggumpalan,
kemungkinan orang tersebut memiliki golongan darah B atau AB. Akan tetapi jika
tidak menggumpal, maka kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau O.
BAB III
METODA PRAKTIKUM
1. Darahnya sendiri
2. Jarum steril
3. Alcohol 70%
4. Antiserum
B. CARA KERJA
5. Melakukan pula cara yang sama untuk mengetahui golongan darah Rh.
Mencatat semua hasilnya dalam lembar laporan.
HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM
1. Golongan Darah :
Golongan
darah A Rh +
Golongan
darah B Rh +
Golongan
darah AB Rh
+
Golongan
darah O Rh +
B. PEMBAHASAN
Golongan darah manusia ditentukan oleh 3 alel atau pada satu gen
tunggal : IA, IB, dan IO. Dimana alel tersebut akan membentuk golongan
darah seseorang (fenotip) menjadi empat tipe yakni : A, B, AB, dan O.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Golongan darah manusia ditentukan oleh 3 alel atau pada satu gen
tunggal : IA, IB, dan IO. Dimana alel tersebut akan membentuk golongan
darah seseorang (fenotip) menjadi empat tipe yakni : A, B, AB, dan O.
BAB I
PENDAHULIUAN
A. LATAR BELAKANG
1. ESTRUS
Banyak mitosis terjadi pada ephitelium vagina dan pada waktu sel-
sel baru terakumulasi, lapisam superficial menjadi pipih dan
mengalami kornifikasi, akhirnya sel-sel mengalami eksfoliasike
dalam lumen vagina, dan keberadaanya dalam preparat hapus
vagina merupakan indikasi terjadinya estrus, pada estrus tahap awal
sebagian sel-sel ephitel mengkin tidak mempunyai ephitel yang
mengalami kornifikasi (tidak berinti).
Mungkin dapat ditemukan lekosit dalam jumlah sedikit
Ditandai oleh vulva yang membengkak dan congesti dan orificium
vagina yang membuka
2. METESTRUS
B. TUJUAN
2. Mengamati dan melihat sel dinding vagina mencit sebagi indicator siklus
estrus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SIKLUS ESTRUS
Siklus estrus ditandai dengan masa berahi atau estrus. Pada saat estrus,
hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan dan kopulasinya
kemungkinan besar akan vertil sebab di dalam ovarium sedang terjadi ovulasi
dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi. Siklus estrus
adalah waktu antara periode estrus atau jarak antara estrus yang satu sampai
pada estrus yang berikutnya (Hafez, 1968).
Metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus pada mencit
dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan
karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini menggunakan
sel epitel dan leukosit sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel
yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar
estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari
perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh
bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman
yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal,
sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti (Tomi, 1990).
Siklus estrus dibedakan dalam 2 fase, yaitu fase folikular dan fase luteal.
Fase folikular adalah fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase
luteal adalah fase setelah ovulasi, kemudian terbentuk korpus luteum dan
sampai pada dimulainya siklus (Spornitz, et al., 1999). Fase-fase pada siklus
estrus diantaranya adalah estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode-
periode tersebut terjadi dalam satu siklus dan serangkaiannya, kecuali pada
saat fase anestrus yang terjadi pada saat musim kawin. Berikut ini penjelasan
masing–masing fase birahi pada siklus estrus menurut Frandson (1992):
a. Fase Proestrus
b. Fase Estrus
Tahap Estrus adalah tahap dimana folikel sudah matang dan siap
berovulasi. Tidak terlihat sel leukosit. Lebih banyak sel epitel yang
terkornifikasi dan beberapa sel epitel berinti. Fase estrus dapat terlihat dari
perilaku mencit dan morfologi vagina mencit. Pada saat estrus biasanya
mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada
dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit jantan (Chakraborti,
2013).
c. Fase Metestrus
d. Fase Diestrus
Fase diestrus adalah tahap yang relatif pendek antara siklus estrus
pada hewan-hewan yang tergolong poliestrus. Selama fase disetrus corpus
luteum bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasan FSH dan LH. Jika betina tidak mengalami
kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan
dibawa menuju ovarium. Tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Pada tahap ini
terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium
adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Menurut Adnan
(2006), fase diestrus ditandai adanya sel-sel epitel berinti dalam jumlah
yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak.
METODA PRAKTIKUM
2. Cotton swab
3. Methylen blue
4. Mikroskop
B. CARA KERJA
HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM
B. PEMBAHASAN
Fase diestrus merupakan fase terakhir dalam siklus estrus yang terjadi selama
2-2,5 hari yang ditandai tidak adanya kehamilan, tidak adanya aktivitas kawin dan
hewan menjadi tenang. Dalam periode permulaan dari diestrus, endometrium
masih masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar
endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok (Partodihardjo, 1992). Pada
tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah
estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Pada fase ini corpus luteum
berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon
yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus
serta folikel-folikel kecil dengan corpus luteum pada vagina lebih besar dari
ovulasi sebelumnya
Fase proestrus ini folikel ovary dengan ovumnya yang menempel membesar
terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi hormon–hormone
estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel kedalam aliran darah merangsang
penaikan vesikularitas dan pertumbuhansel genitalia tubular dalam persiapan
untuk birahi dan kebuntingan yang akan terjadi. Menurut Adnan (2006), fase
proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel berinti berbentuk bulat dan
leukosit tidak ada atau sangat sedikit
Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina ditentukan
oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah
ovulasi, ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan
tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta
ovum yang mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira –kira pada saat pecahnya
folikel ovary atau terjadinya ovulasi. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut
Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk yang
sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti yang berdegeneras
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Daur siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang ditemui pada hewan
betina yang tidak hamil dan berhubungan dengan organ-organ reproduksi.
Pada mencit siklus estrus berlangsung 4-6 hari.
2. Sel apusan vagina menunjukkan fase-fase siklus estrus:
a. Proestrus : sel epitel normal, mempunyai inti
De Jong TR, Beiderbeck DI, Neumann ID. (2014) Measuring Virgin Female
Aggression in the Female Intruder Test (FIT): Effects of Oxytocin,
Estrous Cycle, and Anxiety. PLoS ONE 9(3): e91701.
doi:10.1371/journal.pone.009170
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran
Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan
melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan
memproduksi hCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni.
Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari
pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam sejak
pelekatan janin pada dinding rahim.
Kadar hCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada
kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada
perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar hCG di atas normal
bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu,
kadar hCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena
dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin
yang biasa disebut aborsi spontan.
B. TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. UJI KEHAMILAN
METODA PRAKTIKUM
3. Sarung tangan.
B. CARA KERJA
HASIL PRAKTIKUM
A. HASIL PRAKTIKUM
Hasil yang didapat dari pemeriksaan adalah muncul 2 strip garis merah
yang menandakan bahwa pemilik sample urine dalam masa kehamilan.
B. PEMBAHASAN
Alat tes kehamilan yang praktis dan efisien dikenal dengan nama
test pack. Dengan test pack, uji kehamilan dapat dilakukan sendiri di rumah
dan hasilnya dapat ditunggu beberapa menit saja. Test pack sedikit berbeda
dari tes kehamilan yang dilakukan di laboratorium, yakni tes darah. Meski
bekerja dengan cara yang sama, yaitu mendeteksi kadar HCG (Human
Chorionic Gonadotropin), kelebihan tes darah adalah bisa lebih dini
mendeteksi keberadaan hormon tersebut sebagai pertanda telah terjadinya
pembuahan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sebagai berikut: