DAN
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD ISYA ( 01870413781 )
NURALIFYA
FRISKA OKTAVIA
D-III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
2019
KATA PENGANTAR
Hormat Kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
iii
BAB I
PEMBAHASAN
1
itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi.
Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin
dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi
juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
sebagai lingua francaini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa
daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang.Kesadaran
masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang
mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan
bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur,
sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda
adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa
bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah
Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau
jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru
diganti dengan nama bahasa Indonesia.
2
2. Objektif
Kalimat bahasa Indonesia ilmiah di katakana objektif bila mengungkapkan
sesuatu dalam keadaan sebenarnya, artinya tidak dipengaruhi oleh emosi
pemakainya. Ciri objektif bermakna bahwa bahasa Indonesia ilmiah tidak
boleh bersifat objektif, yakni mengemukakan suatu pandangan dari sudut
pribadi saja, tanpa memperhatikan sudut pandang orang lain secara umum.
Contoh:
Tingginya jumlah siswa yang tidak lulus ujian nasional merupakan bukti
bahwa kualitas pendidikan masih rendah.
3. Cendekia
Bahasa Indonesia ilmiah bersifat cendekia, maksudnya bahasa itu mampu
digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. Kalimat-
kalimatnya mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku
kalimatnya sejalan dengan proposisi logika. Kecendekiaan juga tampak pada
ketepatan dan kesaksamaan penggunaan kata
Contoh :
Pada era global ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral
bangsa Indonesia yang disebabkan oleh pengaruh budaya Barat yang masuk
ke Indoneisa.
4. Ringkas dan Padat
Bahasa keilmuan berciri ringkas dan padat, artinya pemakaian unsur bahasa
didalamnya hemat. Unsur-unsur yang tidak diperlukan karena tidak
fungsional dalam mengungkapkan gagasan dibuang.
Contoh:
Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup bagi
setiap warga negara Indonesia.
5. Konsisten
Bahasa keilmuan berciri konsisten, artinya harus bersifat ajeg, taat azas,
selaras dan tidak berubah-ubah. Unsur-unsur bahasa berupa pembentukan kata
3
dan tata tulis (penggunaan ejaan dan tanda-tanda baca) digunakan sebagai
kaidah yang berlaku dan konsisten.
Contoh:
Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah
disiapkan kendaraan yagn cukup. Pengusaha akan diimbau mengoperasikan
smeua kendaraan ekstra.
Dapat disempurnakan menjadi:
Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra.
6. Gagasan Sebagai Pangkal Tolak
Gagasan sebagai pangkal tolak bahasa Indonesia keilmuan. Oleh sebab itu,
kalimat-kalimat bahasa keilmuan berorientasi pada kalimat pasif, bukan
kalimat aktif.
Contoh:
Perlu diketahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting
dalam penanaman Pancasila.
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus. Dalam literatur bahasa, dirumuskannya fungsi bahasa
secara umum bagi setiap orang adalah:
4
2. Mewujudkan seni (sastra)
3. Mempelajari bahasa – bahasa kuno
4. Mengeksploitasi IPTEK
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang
tercantum didalam :
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing
Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara
ialah Bahasa Indonesia”.
1. Bahasa Nasional
2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
3. Bahasa pengantar di lembaga – lembaga.
4. Pendidikan
5
Sejarah bahasa Indonesia tidak berhenti begitu saja, karena
perkembangannya di Nusantara semakin pesat. Apalagi dengan sifat terbukanya
membuat bahasa Indonesia menyerap kata-kata dari bahasa lain, baik bahasa
daerah maupun asing. Bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan dalam
ejaannya. Berikut ini tahapan perkembangan ejaan bahasa Indonesia :
1. Ejaan Van Ophuijen (1901)
Pada masa Belanda menjajah Indonesia, bahasa yang digunakan
sebagai bahasa pengantar ialah bahasa Melayu. Dan untuk memudahkan
orang-orang Belanda dalam berkomunikasi kemudian dibuat pembakuan ejaan
oleh Belanda yaitu Prof. Charles van Ophuijen. Dalam pembakuan ejaan ini
Charles dibantu oleh Engku Nawawi atau Sutan Makmur dan Moh Taib
Sultan Ibrahim.
Ejaan yang digunakan untuk menulis Melayu ini menggunakan huruf
latin yang dimengerti oleh orang Belanda. Bahkan tuturan bahasanya juga
mirip dengan tuturan bahasa Belanda. Antara lain huruf j (jang) menjadi y
(yang), huruf oe (doeloe) menjadi u (dulu) dan tanda koma ain seperti ma’mur
menjadi makmur.
2. Ejaan Republik / Ejaan Soewandi (19 Maret 1947)
Ejaan ini diresmikan oleh Soewandi yang merupakan seorang Menteri
Pendidikan Republik Indonesia. Tujuan dibuatnya Ejaan Republik ini ialah
untuk menggantikan serta menyempurnakan ejaan sebelumnya.
Perubahan yang terdapat pada ejaan republik terdapat pada huruf oe
menjadi u (doeloe=dulu), koma ain menjadi k (pa’=pak). Kemudian kata
ulang boleh disingkat dengan angka 2 (rumah-rumah = rumah2) dan kata
depan ‘di’ ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan / EYD (1972)
Seiring perkembangan zaman, bahasa Indonesia juga turut
berkembang. Pada tahun 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan EYD
6
atau ejaan yang disempurnakan. Putusan presiden No. 57 Tahun 1972 ini
merupakan penyederhanaan dan juga penyempurnaan ejaan.
Yang diatur dalam EYD ini antara lain penulisan huruf kapital dan
huruf miring, kata, tanda baca, singkatan dan akronim. Kemudian penulisan
angka dan lambang bilangan serta penulisan unsur serapan.
4. Ejaan Bahasa Indonesia / EBI (2015)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 50 Tahun 2015 menunjukkan peresmian ejaan bahasa Indonesia. Dimana
didalamnya terkandung pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.
Yang terdapat pada penyempurnaan EBI antara lain pada penambahan
huruf vokal diftong, penggunaan huruf kapital pada julukan. Selain itu
penggunaan huruf tebal pada penulisan lema dan sublema dalam kamus juga
dihapuskan dalam ejaan EBI.
7
F. Jenis – Jenis Ragam Bahasa Indonesia
Berdasarkan subjek, termasuk berbagai bahasa dibedakan oleh:
1. Berbagai bahasa undang – undang
2. Ragam bahasa jurnalistik
3. Berbagai bahasa ilmiah
4. Ragam bahasa sastra
8
berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar
dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum
ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan
kemampuan menyusun laporan penelitian.
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif,
tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang
popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).Ciri-ciri karya tulis non-
ilmiah, yaitu:
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
2. Fakta yang disimpulkan subyektif,
3. Gaya bahasa konotatif dan populer,
4. Tidak memuat hipotesis,
5. Penyajian dibarengi dengan sejarah,
6. Bersifat imajinatif,
7. Situasi didramatisir,
8. Bersifat persuasif.
9. Tanpa dukungan bukti
9
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat
pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah
dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan
yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut:
10
mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus
diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
11
BAB II
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
https://azenismail.wordpress.com/2011/09/29/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-
indonesia/
https://suryanovindaisnaini.wordpress.com/2016/10/11/karakteristik-bahasa-
indonesia-ilmiah/amp/
https://www.romadecade.org/sejarah-bahasa-indonesia/
https://www.gurupendidikan.co.id/fungsi-macam-jenis-dan-pengertian-ragam-bahasa-
indonesia-beserta-contohnya/
http://gatotbukankaca.weebly.com/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah-non-ilmiah-
dan-ilmiah-populer.html
https://beritagar.id/artikel-amp/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar
13