Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang
penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat
individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang
diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang
pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individudi dalam organisasi yang
dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari stimulus atau
hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku dan juga bagaimana individu
tersebut mengelola menindak lanjuti stimulus tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan
adanya perilaku yang bersifat positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga berhubungan
dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan
oleh Douglas Mcregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan
Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagimenjadi dua karakteristik yang berbeda.
Teori X mengasumsikan individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu
bersifat positif. Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol
secara ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi
teori X adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi
diberikan dengan carayang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut. Gaya
kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988) adalah pola perilaku pada saat seseorang
mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya. Pemimpindapat dapat
memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang
dimiliki oleh pegawai/karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat
memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian kepemimpinan itu?

1
2. Apa saja teori-teori kepemimpinan itu?
3. Fungsi kepemimpinan dalam organisasi
4. Apa saja tipe-tipe kepemimpinan ?
5. Bagaimana hubungan kepemimpinan dan kekuasaan ?
6. Bagaimana penerapan kepemimpinan dalam keperawatan ?
7. Bagaimana etika kepemimpinan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepemimpinan
2. Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan
3. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam organisasi
4. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
5. Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan dan kekuasaan
6. Untuk mengetahui penerapan kepemimpinan dalam keperawatan
7. Untuk mengetahui etika kepemimpinan

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di
antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu (Apakah: nonton film,
bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah
melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada
teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi
kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang
dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya
masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
1) Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
meraih tujuan kelompoknya.
2) Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain
untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku
mereka.
3) Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4) Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara
mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dilihat oleh
para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut:
1) Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan polahubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.

3
2) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan
mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai
tujuan yang di kehendaki.
3) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh
semangat.
4) Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi
yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya
perilaku orang lain.
5) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses
membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari
kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola
hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak,
membujuk dan mempengaruhi orang lain.

2.2 Teori Kepemimpinan


Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus
mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam
menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini
dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan
kepribadian.

4
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain:
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di
atas kecerdasan rat-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya
mampu berpihak kepadanya.
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin
yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan
bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan,
dan hasil yang akan dicapai.

5
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan
faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
4. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.

2.3 Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi


Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/ organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada
di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti:
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)dalam
tindakan atau aktivitas pemimpin.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-
orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/ organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan
pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

6
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskanya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.
c. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakanya.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalain bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi,
dan pengawasan

2.4 Tipe-Tipe Kepemimpinan


Dalam berorganisasi tentu kita mempunyai seorang pemimpin, dan tentunya mempunyai
cara kepemimpinan yang khas. Berikut tipe-tipe kepemimpinan tersebut:
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-
kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.

7
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan
dengan sifat-sifat sebagai berikut :
a. Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau
anak sendiri yang perlu dikembangkan
b. Mereka bersikap terlalu melindungi
c. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri
d. Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif
e. Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri
f. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe
kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan
maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat
menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a. lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku
dan seringkali kurang bijaksana
b. menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
c. sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan
d. menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
e. tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya

8
f. komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
a. mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi
b. pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
c. berambisi untuk merajai situasi
d. setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
e. bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan
yang akan dilakukan
f. semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi
g. adanya sikap eksklusivisme
h. selalu ingin berkuasa secara absolute
i. sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku
j. pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak
memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,
tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

9
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-
teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan
adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama
yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan
tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan
nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
2.5 Hubungan Kepemimpinan Dan Kekuasaan
Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila pada diri pemimpin
terdapat kekuasaan karena jabatan yang diembannya dan penerimaan atau pengakuan
bawahan atas perannya sebagai pemimpin (Gillies, 1996). Kekuasaan seorang pemimpin
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik berupa
insentif material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan untuk mengikuti
program pengembangan staf.
2. Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman secara paksa
kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat, skorsing maupun
pemecatan.

10
3. Referent power merupakan kemampuanan untuk menjadi panutan bawahan sehingga
dapat menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk mengidentifikasikan diri
sesuai dengan pemimpinnya.
4. Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas ditentukan dalam jabatan
tertentu dapat disebut wewenang.
2.6 Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
2.7 Etika Kepemimpinan
Etika kepemimpinan adalah bagaimana cara menjalankan kepemimpinan yang sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Etika kepemimpinan tidak dapat
mengingkari bahwa pemimpin bertugas memimpin, mengatur, dan mengelola dengan rasa
tanggung jawab serta mengarahkan kelompok atau lembaga pimpinannya menuju tujuan
ekonomis dan sosial-kesejahteraan, serta mengarahkan pada peningkatan martabat manusia.

11
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual
(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau
dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh
isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka
pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana
3.2 Saran
Dengan mengetahui gaya dan model kepemimpinan yang ada, diharapkan perawat bisa
bisa mengetahui gaya dan model kepemimpinan mana yang pantas dan harus kita terapkan
dalam keadaan dan situasi tertentu. Jangan sampai salah mengambil tindakan karena setiap
situasi dan kondisi selalu berubah.

12

Anda mungkin juga menyukai