Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

Dasar-Dasar Manajemen Perpajakan

(Buku: manajemen perpajakan: strategi perencanaan pajak dan bisnis)

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat penting
bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Semenjak reformasi
perpajakan dijalankan dengan dikeluarkannya undang-undang perpajakan yang baru
tahun 1983, sistem perpajakan berubah dari office assessment menjadi self assessment
(misalnya untuk Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai).

Naluri ilmiah manusia, dari dulu hingga kapan pun akan senantiasa berusaha
menghindari beban pajak, karena pajakadalah pungutan yang diwajibkan, bukan
kontribusi yang sifatnya sukarela, dan tanpa imbalan langsung dari pemerintah.

Dalam praktik, pendekatan yang dilakukan dalam seorang perencana pajak yang
baik harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas dan selalu meng-update diri
dengan setiap ketentuan perpajakan, termasuk perubahannya dari waktu ke waktu.

Dalam melaksanakan kewajiban pajak sehari-hari secara optimal, terdapat


beberapa unsur penting yang perlu diketahui setiap wajib pajak. Pekerjaan perpajakan
yang harus dijalankan wajib pajak dapat dikelompokkan menjadi 4 hal yaitu: Tax
Compliance, Tax Planning, Tax Litigation, dan Tax Research.

1. Strategi Pajak
a. Tax Saving
b. Tax Avoidance
c. Penundaan/Pergeseran Pembayaran Pajak
d. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
e. Menghindari Pemeriksaan Pajak dengan cara Menghindari Lebih Bayar
f. Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan

2. Pengertian Manajemen Perpajakan (Tax Management)


Manajemen Perpajakan adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager
dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan
perpajakan dapat dikelola dengan baik, efisien, dan ekonomis, sehingga memberi
kontribusi maksimum bagi perusahaan.

3. Fungsi –Fungsi Manajemen Perpajakan


a. Tax Planning
Tax Planning ada 3 macam:
 Tax  Tax Evasion
Avoidance  Tax Saving
b. Tax Administration
c. Tax Adult
d. Other Tax Matters

4. Motivasi Perencanaan Pajak


a. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Complexity of rule).
b. Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay).
c. Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe).
d. Resiko deteksi (Probability of detection).
e. Besarnya denda (Size of penalty).
f. Moral Masyarakat.

5. Manfaat Perencanaan Pajak


a. Penghematan kas keluar.
b. Mengatur aliran kas masuk dan keluar.

6. Tujuan Perencanaan Pajak


a. Meminimalisasi beban pajak yang terutang.
b. Memaksimalkan laba setelah pajak.
c. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise).
d. Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisien dan efektif.
7. Persyaratan Tax Planning yang Baik
a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.
b. Secara bisnis masuk akal (reasonable).
c. Didukung oleh bukti-bukti yang memadai.

8. Kapan Dilaksanakan Tax Planning


Tax planning dilakukan sepanjang usia perusahaan.
9. Resistensi Pajak
Ada 2 bentuk perlawanan pajak:
a. Perlawanan Pasif b. Perlawanan Aktif

10. Cara-Cara Pengelakan Pajak


a. Penggeseran Pajak (tax shifting)
b. Kapitalisasi (capitalization)
c. Tranformasi (transformation)
d. Penyelundupan Pajak (tax evasion)
e. Penghindaran Pajak (tax avoidance)
f. Pengecualian Pajak (tax exemption)

11. Rambu-Rambu dalam Penyusunan Tax Planning


Ketentuan pidana Pasal 38, 39, 41, 41A, 41B dan 43 Undang-Undang KUP No.6
Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU KUP No.7 Tahun 2007

12. Tahapan Pokok Tax Planning


Pertama - Tahap analisis terhadap komponen-komponen yang berbeda
pengakuannya antara komersial dan fiskal.
Kedua - Pembuatan model-model perncanaan pajak.
Ketiga - Tahap evaluasi perencanaan pajak.
Keempat - Perencanaan pajak yang telah diimplementasikan harus dimonitor dan
terus dicari kelemahan dan kekurangannya.
Kelima - Proyeksi perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang.
13. Langkah-Langkah Praktis yang Dapat Dilakukan dalam Perencanaan Pajak
a. Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil.
b. Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya.
c. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib
pajak.
d. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun.
e. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka
panjang.
f. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai
pengecualian dari potongan-potongan.
g. Menggunakan uang hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan
perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan.
h. Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usaha.
i. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian rupa.

14. Perangkat Tax Planning


a. Pemahaman Ketentuan Perpajakan.
b. Pengadministrasian atau Pendokumentasian yang Baik.
c. Menjaga Hubungan dan Komunikasi yang Baik.
d. Implementasi Perencanaan Pajak.

15. Strategi Tax Planning


a. Jurus Tax Planner.
b. Secara Umum Konsepsi Tentang Tax Planning Diberikan Paling Kurang
Pada Tujuh Situasi.
c. Tax Planning yang Masih Berlaku.
BAB 2

Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha

(Buku: manajemen perpajakan: strategi perencanaan pajak dan bisnis)

Pemilihan bentuk usaha sebagai investor harus mempertimbangkan dari aspek


perpajakannya supaya dapat mengetahui berapa besarnya pajak yang akan ditanggung
kelak. Dalam peraturan perpajakan, banyak celah hukum yang dapat kita manfaatkan
untuk meminimalkan beban pajak tanpa harus berhadapan langsung dengan aparat
pajak dalam pemeriksaan dan penyelidikan pajak, yaitu dengan cara merapikan tax
management dan tax planning perusahaan. Perencanaan pajak memberikan maksud
tujuan yang baik untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya kepada investor agar
return on investment yang diperoleh semakin tinggi.

Entitas hukum bisnis di Indonesia yang diakui UU Perpajakan seperti :

1. Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan Yayasan

Suatu entitas bisnis yang banyak digunakan di Indonesia, dalam Pasal 97 UU


No. 40 tahun 2000 mengatur bahwa perbedaan terbesar antara PT dengan badan hukum
lainnya adalah, dalam PT tangung jawab perusahaan dibebankan kepada Direksi, bukan
kepada stakeholder.

Dalam perpajakan sesuai pasal 6 dan pasal 23 UU Nomor 7 Tahun 1983


tetntang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU
Nomor 36 Tahun 2008, pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income dan pada
saat pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham.

Usaha Koperasi seperti yang diatur dalam PSAK No.27 yaitu gerakan ekonomi
rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. Kperasi ini memiliki paying hukum UU
No.25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Pada dasarnya, apapun insentif pajak yang
diberikan kepada badan usaha juga berlaku bagi koperasi. Dalam ketentuan perpajakan,
sesuai Pasal 17 UU No. 7 tahun 1983 yang telah diubah terakhir kali dengan UU No.36
Tahun 2008 tentang Pajak penghasilan, pajak koperasi dikenakan pada level net income
sebelum pembagian SHU perusahaan kepada anggota koperasi.
Yayasan didirikan dengan payung hukum UU No. 16 tahun 2001 Tentang
Yayasan didasarkan pada akte notaris yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dan diumumkan Tambahan Berita Negara RI, serta diperlukan adanya
pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM. Perlakuan perpajakannya dalam
penghasilan yang diperoleh yayasan disebut dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai tariff PPh Badan, dengan tariff
tunggal 28% (Th. 2009) dan tariff 25% (Th.2010 dan seterusnya).

2. Persekutuan (Firma, CV, Kongsi)

Pendirian Persekutuan (firma atau CV) yang diatur dalam pasal 1618 dan 1320
KUHP Perdata dan terdapat dalam pasal 22 KUHD. Perbedaan persekutuan dengan PT
adalah terletak pada tanggung jawab peseronya (shareholder). Pasal 18 dan 19 buku 1
KUHD mengatur tanggung jawab renteng pemilik atau persero terhadap semua
operasional dari pihak lain apabila terjadi suatu perkara.

Pengaturan pajak kepada CV diatur dalam pasal 6 dan Pasal 4 ayat 3 huruf i
Undang-undang PPh, berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali
pada level net income perseroan, ketika didistribusikan kepada pemegang saham tidak
dikenakan pajak dividen lagi.

3. Perseorangan

Dalam perpajakan, pengaturan perseorangan diberikan banyak fasilitas,


diantaranya adalah taxable income bukan dihitung dari net income, tapi dikurangi dulu
penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Mayoritas penduduk Indonesia, mempergunakan
entitas ini karena mengingat kesederhanaan pendiriannya dan flexibilitas kewajiban
yang harus dipenuhi.

Anda mungkin juga menyukai