File PDF
File PDF
SKRIPSI
TONY SUPARDI
0806368181
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
JUNI 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
TONY SUPARDI
0806368181
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
JUNI 2011
iii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 28 Juni 2011
iv
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas setitik ilmu-Nya dan
kehendak-Nya hingga makalah seminar ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Eng Muhamad Sahlan S.Si, M. Eng selaku dosen pembimbing yang
selalu sabar dan tidak kenal lelah membimbing dan memotivasi penulis.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan kelancaran penulis di
setiap waktu shalat dan adikku Retmonasari & Haryadi Susanto yang
memberikan motovasi pada penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA dan selaku Ketua
Departemen Teknik Kimia FTUI dan Ir. Yuliusman, M. Eng selaku
koordinator mata kuliah spesial.
4. Mang Ijal, Kang Jajat, Mas Eko, Mas Taufik, Ius, dan Mas Her atas bantuan
dan masukannya kepada penulis.
5. Mba Lusi dari Balai Inkubator Puspitek Serpong, dan Mba Ita dari Lembaga
Eijkman Jakarta, atas hasil analisa yang sangat membantu penelitian
6. Rekan satu grup riset Bu Imelda, Mba Yusnita, dan Skripsihana, yang telah
menjadi teman diskusi dan memberikan masukan-masukan positif selama
penelitian.
7. Rekan riset grup Bioproses, yaitu grup Alga, grup Biofiltrasi, dan grup
Biodiesel yang memberikan pengalaman dinamika penelitian selama ini.
8. Teman-teman Ekstensi Teknik Kimia FTUI 2008 yang selalu saling
menyemangati dalam kebaikan dan saling mengingatkan dalam kesulitan.
Penulis
(Tony Supardi)
vi
vii
viii
ix
LAMPIRAN………………………………………………………………….….52
xi
xii
setelah diteliti, ternyata sumber tanaman yang digunakan lebah ditempat tersebut
adalah tumbuhan Baccharis dracunculifolia (Alecrim do Campo) yang hanya terdapat
di Brazil (Lotfy, 2006).
Produk olahan propolis kini banyak digunakan sebagai suplemen berbentuk
cair atau tablet, dengan sifat propolis yang sulit larut dalam air (hidrofob), kandungan
bioaktif yang memiliki sifat hidrofob tidak optimal dicerna oleh tubuh (Chen et al,
2006) , oleh sebab itu dibutuhkan inovasi dalam hal teknologi pengolahan propolis,
agar zat bioaktif propolis terserap oleh tubuh secara optimal. Inovasi dapat dilakukan
dengan penyalutan menggunakan casein micelle terhadap propolis dan menjadi
produk akhir berukuran nanopartikel. Nanopartikel adalah partikel yang memiliki
ukuran sekitar 10-1000 nm (Mohanraj & Chen, 2006).
. Salah satu aplikasi nanopartikel adalah sebagai sistem pengantaran zat aktif
(carrier), dengan cara melarutkan, menjebak, mengkapsulasi, atau menempelkan zat
aktif didalam matriksnya (Chen et al, 2006). Tujuan utama dalam melakukan
rancangan nanopartikel propolis adalah untuk mengatur ukuran partikel, dan sifat-
sifat morfologi dari permukaan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka kajian
terhadap nanofood propolis perlu dikembangkan untuk dapat memberikan nilai lebih
terhadap propolis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1 Propolis
Propolis merupakan campuran resin yang dikumpulkan oleh lebah dari
kuncup pohon, cairan tanaman, dan sumber flora lain, kemudian dicampur dengan air
liurnya, yang digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarangnya. Kata propolis
diambil dari bahasa Yunani yang terdiri atas pro yang berarti penjaga dari dan
polisyang berarti kota. Secara umum propolis berfungsi sebagai penjaga koloni lebah
dan produknya dari serangan mikroorganisme (Salatinoet al, 2005).
Propolis di dalam koloni lebah digunakan untuk menutup celah-celah kecil
pada sarang lebah (rata-rata kurang dari 6,35 mm) sedangkan celah yang lebih besar
ditutup dengan lilin lebah. Propolis juga berguna untuk menjaga suhu dalam sarang,
yaitu 35 ºC (Fajrina, 2009).Dinding heksagonal sarang lebah terbuat dari campuran
lilin lebah dan propolis, selain berfungsi menguatkan dinding sel, juga dipercaya
memberikan perlindungan dari mikroorganisme (Salatinoet al, 2005).
Warna dari propolis sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang
dikonsumsi lebah, pada umumnya warna propolis adalah kuning, coklat dan coklat
tua.Pada suhu 25-45 ºC, propolis bersifat sangat lengket, lentur, dan tidak keras.Di
atas suhu tersebut, propolis menjadi semakin lengket dan seperti permen
karet.Sedangkan pada suhu rendah, propolis mengeras dan rapuh.Pada suhu 60-70 ºC
propolis mulai mencair (Suranto, 2007).
Propolis didapatkan dari sarang lebah dengan cara diekstrak menggunakan
etanol, metode ekstraksinya adalah maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, yaitu dengan merendam bahan
dengan pelarut tertentu dan dalam jangka waktu tertentu (Suranto, 2007). Hasil
ekstraksi dari sarang lebah, bukan hanya propolis yang terekstrak, tapi wax pun ikut
terekstrak, sehingga propolis perlu dimurnikan. Wax dianggap sebagai pengotor
karena memberikan warna gelap, dan rasa pahit pada propolis. Metode pengukuran
Universitas Indonesia
galangin, quercetin
Gambar 2.2 Senyawa Flavonoid yang ada dalam propolis (Volvi etal, 2006)
Universitas Indonesia
1. Antimikroba
Universitas Indonesia
2. Anti Inflamasi
Universitas Indonesia
3. Aktivitas Antikanker
4. Aktivitas Antioksidan
2.2 Nanofood
Suatu makanan dapat dikatakan sebagai nanofood ketika ukuran partikel
makanan tersebut berukuran nano, yaitu antara 10- 1000 nm (Mohanraj & Chen,
2006).Pembentukan partikel nano dapat menggunakan gelombang ultrasonic
(frekuensi diatas 16 khz), efek yang terjadi karena gelombang ultrasonik adalah
terjadinya kavitasi akustik. Kavitasi akustik adalah pembentukan, pengembangan,
dan pemecahan gelembung di dalam cairan yangdisebabkan oleh gelombang suara.
Kavitasi akustik dapat memecah partikel padatan menjadi lebih kecil. Hal ini terjadi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.3 Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptidae. Senyawa protein dapat digunakan untuk manakan molekul
pembawa (carier) bagi beberapa zat aktif.
, m Bahan nanodelivery berbasis protein yang banyak terdapat
dalamdigunakan adalah protein cassseincasein. Casein banyak terdapat pada susu
sapi, Casein banyakdari 35 gram protein per liter susu, hampir 80% penyusun protein
tersebut adalah casein yang tersusun membentuk micelle. Casein micelle misel inilah
yang memiliki fungsi sebagai sistem nano delivery bagi senyawa hidrofod, contohnya
adalah untuk menyalut vitamin D2 (Semoet al, 2006).
Universitas Indonesia
Cassein micelle disusun oleh empat jenis casein, casein alpha 1, casein alpha
2, casein beta, dan casein kappa, dengan rasio 4:1:4:1. casein membentuk miselia
dengan interaksi hidropobik oleh jembatan kalsium fosfat dan serin fosfat. Susunan
casein berbentuk miselia sangat penting untuk kesetabilan koloid susu sehingga
mudah untuk disimpan dan mudah untuk dicerna, selain itu nutrisi yang tersimpan
didalam miselia tersebut dapat dengan mudah diberikan dari induk ke anaknya (Semo
et al, 2007).
Nanodelivery dengan basis protein yang lain , yaitu bovine serum albumin
(BSA), kegunannya adalah untuk mengirimkan zat bone morphogenetic protein-2
(BMP-2), yaitu zat yang berfungsi untuk merangsang factor pertumbuhan tulang.
Metode pembuatannya yaitu dengan proses coaservasi yang dimodifikasi dengan
dengan adsorpsi elektrostatik polyethylenimine kationik (PEI) (Zhang et al, 2008).
Adapula gelatin berfungsi sebagai alternatif untuk pembawa (carrier) sistem DNA.
Metode nanopartikel gelatin diproduksi dengan dua tahap desolvasi. Caranya yaitu
mengikat DNA oleh interaksi elektrostatik ke permukaan partikel ( Zwiorek et al,
2004)
Universitas Indonesia
Pengukuran ini dimulai dengan melakukan hidrolisis terhadap sampel. Hal ini
bertujuan flavonoid dalam bentuk glikosida (flavonoid yang masih terikat dalam
gula) dapat terurai menjadi flavonoid dalam bentuk gugus aglikon (flavonoid tunggal)
karena analisis flavonoid akan lebih baik dalam bentuk aglikonnya (Chang et al,
2002).
Prinsip dari metode pewarnaan ini adalah AlCl3 membentuk kompleks asam
yang stabil dengan C-4 gugus keto, lalu dengan C-3 atau C-5 gugus hidroksil dari
flavon dan flavonol. Selain itu AlCl3 juga membentuk kompleks asam yang labil
dengan gugus ortodihidroksil pada cincin A atau cincin B dari flavonoid (Chang et
al.2002) sehingga akan mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang 415
nm.
Standar uji yang digunakan dalam analisa total flavonoid adalah quercetin,
perhitungan kadar total flavonoid sampel didapatkan dengan cara memasukan nilai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Standar uji yang digunakan dalam analisa total polifenol adalah asam galat,
perhitungan kadar total polifenol dari sampel didapatkan dengan cara memasukan
nilai absorbansi larutan sampel ke dalam persamaan kurva standar polifenol yang
telah dibuat (Wuisan, 2007). Kadar total polifenol sampel berbanding lurus dengan
absorbansi.
Persamaannya yaitu : y = ax + b
Keterangan y = Absorbansi sampel
x = Kadar total polifenol sampel(µg/mL)
a = Slope dari kurva standar
b = Intersep dari kurva standar
Kandungan total polifenol sampel diekspresikan dengan microgram (µg) asam galat
µ𝑔
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑜𝑙𝑖𝑓𝑒𝑛𝑜𝑙 µ𝑔 = 𝑉 𝑚𝐿 × 𝐶 𝑚𝐿
Universitas Indonesia
protein serta ikatan non disulfida yang dihubungkan dengan struktur tersier. Senyawa
ini mengikat daerah hidrofobik molekul protein sehingga menyebabkannya terurai
menjadi rantai polipeptida yang panjang. Molekul protein individu dilepaskan dari
asosiasinya dengan protein lain dan lipid, serta bebas terlarut pada larutan SDS
(Alberts et al, 1994).
SDS memberikan muatan negatif pada sampel protein sehingga protein dapat
bergerak menuju anoda saat diberi medan listrik. Selain itu juga akan membuat
agregat terlarut dan terkonversi menjadi rantai polipeptida tunggal sehingga tidak
menyumbat pori-pori gel dan molekul protein memiliki muatan yang seragam
sehingga pemisahan hanya bergantung pada ukuran molekul. Molekul dengan ukuran
yang mirip, akan lebih mudah dipisahkan jika menggunakan teknik SDS - PAGE
Berat molekul komponen protein pada sampel kemudian ditera berdasarkan protein
marker yang juga di-running, dan sudah diketahui pasti berat molekulnya (Scopes,
1993).
2.3.5 Uji Kadar Protein Lowry
Uji protein Lowry adalah biokimia assay untuk menentukan tingkat total
protein dalam suatu larutan. Konsentrasi total protein ditunjukkan oleh perubahan
warna larutan sampel secara proporsional dengan konsentrasi protein. Metode Lowry
merupakan pengembangan dari metode Biuret. Reaksi yang terlibat adalah kompleks
Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis
Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I) (Sudarmanto, 2008).
Universitas Indonesia
berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak
interferensinya akibat kesensitifannya (Sudarmanto, 2008).
Universitas Indonesia
pada suhu nitrogen cair selama pengamatan tersebut (Yean Won, 2003).Analisis
TEM dilakukan di Lembaga Bio Molekular Eijkman, Jakarta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Nano carriers
Polisakarida Lipid Protein Polymer
kitosan ,Kevin,A Janes
Doxorubicin
et al (2001)
cochleates, Leila Zarif
amphotericin B
S et al (2002)
e archaeosomes,
Vaccine
n Benvegnu, T (2009)
y Bone
Albumin, Sufeng
a morphogenetic
Zhang,et al (2008)
w protein-2 (BMP-2)
a Gelatin, Laus
Gene DNA Zwiorek, et al
A (2005)
k kasein, Efrat
t Vit D2
Semo (2007)
i
f (NIPAAM),N-vinyl-
Penelitian Yang 2-pyrrolidone (VP),
Propolis
Dilakukan Dong-Myung Kim
et al (2008)
Gambar 2.8. State of The Art pembuatan nanofood propolis dan ruang lingkup
penelitian
Universitas Indonesia
Studi Literatur
Analisa derajat
pemisahan propolis
Isolasi Casein dari Ekstraksi dengan waxnya
susu sapi Propolis dari Total flavonoid
sarang lebah Total Polifenol
Penyalutan propolis
dengan casein
micelle
23
Universitas Indonesia
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alat yang digunakan
No. Alat Kegunaan
1 Erlenmeyer 250 mL Untuk wadak Ekstraksi Propolis
2 hotplate Untuk menjaga suhu reaksi
3 Labu ukur 10 mL Wadah untuk melarutkan
4 Labu ukur 50 mL Wadah untuk membuat larutan
5 Labu ukur 25 mL Wadah untuk mecampurkan
6 Tabung kerucut Wadah untuk mencampurkan
7 Kaca arloji Wadah untuk menimbang
8 Desikator Menyimpan mikrosfer hingga digunakan
9 Corong Alat bantu memasukkan cairan
10 Batang pengaduk Mengaduk larutan
11 Sentrifugasi Mengendapkan
12 Timbangan Menimbang propolis
13 Pipet tetes Untuk menera labu ukur dan menambahkan
pereaksi
14 Pipet ukur Menambahkan suatu larutan dengan volume
tertentu
15 Amicon 8050 stirred ultra- Memfilter proses ultrafiltrasi
filtration
16 Spektrofotometer Membaca absorbansi sampel
17 Ultrasonic Untuk membuat partikel nano
18 cryogenic transmission Untuk melihat morfologi partikel nano
electron microscopy (cryo-
TEM)
19 Mikropippet Memindahkan larutan secara kuantitatif
20 Particle Size Analizer (PSA) Mengukur Distrisbusi Ukuran Partikel
Universitas Indonesia
3.2.2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.2:
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan
No Bahan Kegunaan
1 Sarang Lebah Sebagai bahan baku untuk mendapatkan propolis
2 Etanol 96% Digunakan untuk mengekstraksi propolis
4 Tripotasium citrate Digunakan untuk pereaksi pembuatan nanofood
5 Buffer posfat Digunakan untuk pereaksi pembuatan nanofood
6 Kalsium klorida Digunakan untuk pereaksi pembuatan nanofood
7 Asam Klorida Digunakan untuk mempertahankan pH pada
pembuatan nanofood
Universitas Indonesia
Endapan Casein
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Isolasi Casein Dari Susu Sapi
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Ekstraksi Propolis Dari Sarang Lebah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Endapan didispersikan
dengan Buffer Fosfat Hasil Ultrafiltrasi
sampai volume 14 mL dianalisa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Biuret 5 mL
Follin 0,5 mL
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1 liter terdiri atas metanol sebanyak 100 ml, asam asetat glasial sebanyak 100
ml, dan akuades sebanyak 800 ml. Gel direndam dalam 20 ml larutan staining
sambil digoyang selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu, larutan staining
dituang kembali pada wadahnya. Gel direndam dalam 50 ml larutan
destaining setelah dicuci dengan air beberapa kali, sambil digoyang selama
kurang semalaman atau sampai band protein terlihat jelas.
3.3.4.5 Analisa Distribusi Ukuran Partikel Dan Morfologi Partikel Nano
Universitas Indonesia
35
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa wax terpisah dari propolisnya, setelah itu
disaring dan dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum yang didapat. waxnya
Universitas Indonesia
Dari gambar 4.2, didapat panjang gelombang maksimum untuk propolis 310
nm dan untuk wax dari propolis 660 nm, berikut data absorbansi hasil perhitungan
derajat pemisahan propolis dan wax
Tabel 4.1 Perhitungan Derajat Pemisahan Propolis dan Wax
Derajat Pemisahan
Konsentrasi Abs 310
FP Abs310 x FP Abs 660 (Abs 310/ Abs 660)
Propolis
40% 10 0.588 5.880 0.022 267.273
60% 10 0.917 9.170 0.005 1834.000
65% 10 1.387 13.870 0.008 1733.750
70% 10 1.441 14.410 0.007 2058.571
80% 10 1.515 15.150 0.072 210.417
96% 10 1.614 16.140 0.011 1467.273
.
Dari table 4.1 didapatkan derajat pemisahan propolis cibubur optimal terdapat
pada propolis dengan konsentrasi etanol 70 %. Untuk propolis yang berasal dari
daerah lain memiliki hasil yang berbeda, Karena kandungan komposisi kimia dalam
propolis berbeda setiap daerah, tergantung dari makanan lebah tersebut tinggal.
Universitas Indonesia
(A) (B)
Gambar 4.3 Pengendapan Casein.(4.A.) Susu Sapi sebelum penambahan
rennet (4.B) Casein yang mengendap
Gambar 4.3 adalah hasil pengendapan casein dari susu sapi, setelah
diendapkan, casein yang dihasilkan dibilas dengan aquades suhu 70 ºC, yang
berfungsi untuk menghilangkan enzim chymosin. Endapan yang dihasilkan disimpan
pada suhu 0 C, dan tertutup rapat, karena mudah diserang bakteri.
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 merupakan produk hasil penyalutan berbentuk cairan kental. Pada
penelitian yang dilakukan Semo et al (2007), proses membentuk ukuran nano yang
digunakan adalah proses sentrifugasi bertekanan tinggi. Pada penelitian kali ini,
dilakukan modifikasi dengan menggunakan gelombang ultrasonic, dan hasilnya tidak
mempengaruhi aktifitas dari produk yang dihasilkan.
4.3.1 Efisiensi Penyalutan Propolis
Proses penyalutan propolis menggunakan casein micelle menghasilkan
ukuran partikel yang berbeda-beda. Untuk memisahkan partikel nano pada produk
penyalutan, dilakukan pemisahan menggunakan kertas saring Whatman No.42, dan
untuk mengetahui efisiensi penyalutan dilakukan ultrafiltrasi menggunakan amicon
ultra-15 (centrifugal filter device) terhadap supernatan hasil mikrofiltrasi. Efiseinsi
penyalutan diketahui dengan membandingkan hasil analisa propolis dan analisa
supernatant hasil ultrafiltrasi.
Analisa pertama yang dilakukan adalah analisa spektrometri dengan
mengetahui kandungan zat aktif ( total polifenol & total flavonoid) pada propolis dan
produk penyalutan. Untuk meyakinkan proses penyalutan dilakukan Analisa High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), dan identifikasi protein menggunakan
SDS-PAGE. Analisa HPLC hanya dilakukan pada propolis dan supernatant hasil
Universitas Indonesia
Kadar Kadar
Kadar Polifenol
No Keterangan Flavonoid Protein
(µg)
(µg) (µg)
1 Casein 3815.78 22338.448 1979.820
2 Propolis 954.35 1846.153 169.530
3 Produk Penyalutan 2993.31 130799.985 1583.441
4 Endapan produk 1635.96 77846.152 13.606
Dari tabel 4.2, untuk data selain propolis dan supernatant ultrafiltrasi, tidak
dilakukan perhitungan efisiensinya, karena larutan tersebut keruh dan dapat
mempengaruhi pengukuran absorbansi spektrofotometer, sehingga kadar yang
didapatkan bukan karena adanya senyawa polifenol ataupun flavonoid, tapi
disebabkan pengaruh dari kekeruhan larutan sampel. Begitu juga untuk kadar protein,
tidak dilakukan perhitungan efisiensinya karena sampel yang keruh.
Perhitungan efisiensi penyalutan propolis dilakukan dengan membagi kadar
zat aktif pada propolis dan kadar zat aktif pada supernatant ultrafiltrasi, sehingga
didapat persentase penyalutan popolis oleh casein micelle. Dari hasil percobaan,
efisiensi penyalutan terhadap senyawa polifenol sebesar 67,05%, dan efisiensi
terhadap senyawa flavonoid sebesar 93,90 %. Jadi senyawa flavonoid dalam propolis
lebih banyak yang tersalut oleh casein micelle, dibandingkan senyawa polifenol
Menurut Chen et al (2006), efisiensi penyalutan yang baik minimal 80%,
karena manunjukkan proses yang dilakukan tidak menghilangkan zat aktif yang ada.
Pada penelitian Semo et al (2007) didapatkan efisiensi 85% dengan penyalut casein
micelle untuk menyalut senyawa tunggal yaitu vitamin D2 . Pada penelitian ini
senyawa dalam propolis heterogen (Volvi et al ,2006), sehingga dengan efisiensi
senyawa polifenol yang sebesar 67, 05 % merupakan efisiensi yang tinggi.
Universitas Indonesia
(A) (B)
Gambar 4.5 Hasil analisa HPLC (A) Propolis (B) Supernatan hasli ultrafiltrasi
Dari gambar 4.2, dapat dilihat perbedaan kromatogram pada waktu retensi
yang sama dari propolis dan supernatant hasil ultrafiltrasi, perbedaan perubahan
karakteristik peak pada propolis dan supernatant hasil ultrafiltrasi, menandakan
terjadinya penyalutan propolis oleh casein micelle. Bukan karena terjadinya
pengenceran dari proses penyalutan.
Universitas Indonesia
30 kDa
25 kDa
17 kDa
7 kDa
Gambar 4.6. Identifikasi Protein dengan metode SDS PAGE (C) Cassein, (M)
Marker (1) Produk (2)Endapan Produk (ampas)(3)Supernatan
Mikrofiltrasi, (4)Dispersi hasil ultrafiltrasi (5) Supernatan Ultrafiltrasi
Universitas Indonesia
memiliki berat molekul yang spesifik yaitu pada range 26- 37 kDa (Sahu et al, 2008),
dari gambar 4.6 terlihat garis bend di kisaran range tersebut, namun pada produk
penyalutan (1) ada bend yang hilang, itu menandakan casein telah mengalami
deformasi kembali menjadi bentuk miselia, sehingga dapat menyalut zat aktif
propolis. Untuk sampel 5 tidak terbentuk bend, karena sampel 5 adalah hasil proses
ultrafiltrasi dengan menggunakan Amicon Ultra 10.000 Da, artinya untuk protein di
atas 10 kDa tidak akan terfiltrasi, dan akan tertinggal di endapan.
A B
Gambar 4.7. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel (A) Produk sebelum
Mikrofiltrasi (B) Produk Setelah Ultrafiltrasi
Universitas Indonesia
Zat Aktif
Universitas Indonesia
Zat Aktif
Dari gambar 4.9 dapat dilihat perbedaan morfologi dari produk sesudah
mikrofiltrasi. untuk produk setelah mikrofiltrasi partikel telah terpecah dengan
distribusi ukuran partikel 316,1 nm , dapat dilihat zat aktif tersebar merata pada
sebagian besar partikel.
Dari gambar 4.8 dan 4.9 dapat dibandingkan penyebaran zat aktifnya untuk
produk berukuran nano (<1000 nm) penyebaran zat aktif lebih merata pada
permukaan partikel dibandingkan produk berukuran lebih besar.
Universitas Indonesia
Kesimpulan
Saran
47
Alberts Bruce, Dennis Bray, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and James D
Watson.Molecular Biology of the Cell, 3rd edition.New York: Garland
Science.( 1994).
Benvegnu, Thierry, LoïcLemiègre, and Sandrine Cammas-Marion.New Generation of
Liposomes Called Archaeosomes Based on Natural or Synthetic Archaeal
Lipids as Innovative Formulations for Drug Delivery.Recent Patents on Drug
Delivery & Formulation.3.( 2009). Pp 206-220
Bankova V, Christov R, Hegazi AG, Abd El Hady FK, Popov S.Chemical
composition of propolis from popular buds. International Symposium on
Apitherapy, Cairo 8-9th,March(1997)Pp 413-421.
Chang C, Yang M, Wen H, Chern J .Estimation of total flavonoid content in propolis
by two complementary colorimetric methods. J. Food Drug Analaysis,
10(2002).Pp 178-182
Chen,L, Gabriel E Remondetto and Muriel Subirade. Food Protein-based materials
as nutraceutical delivery system.Trends in food Science & technology17
.(2006) .Pp . 272-283
Fajrina, Intan Hapsariyani. Ketahanan Tablet PropolisTrigona spp. Sebagai
Antibakteri Terhadap Cairan Rumen In Vitro. (Skripsi) Progam Studi
Biokimia FMIPA IPB .(2009)
Fessenden & Fessenden. Kimia Organik edisi ketiga terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Erlangga. (1982).Hal 436-438
Gonzalez, Maria, Bernardo Guzman, Roxana Rudyk, Elida Romano, Maria Molina.
Spectrophotometric Determination of Phenolic Coumpounds in
Propolis.Argentine.Lat.Am.J.Pharm 22(3) (2003) Pp 243-247
Hamada, Shoich, Satoshi Iritani, Toshio Miyake. Purified Propolis-Extract, And Its
Preparation And Uses. United States Patent. 5.529.779.(1996)
Hudnall, Michael. Compotition Containing Fractionated Bee Propolis.United State
Patens 7.294.351 B2.(2007)
48
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Volume Kadar
Konsentrasi
akhir Total
Kode Sampel Abs765nm Total Polifenol
larutan Polifenol
(µg/mL)
(ml) (µg)
Propolis 2.1 190.869 5 954.35
Casein 0.7 63.596 60 3815.78
1 0.507 46.051 65 2993.31
2 2.5 163.596 10 1635.96
3 0.432 39.233 45 1765.47
4 0.475 43.142 22 949.12
5 0.284 25.778 12.2 314.49
52
LAMPIRAN B
Penentuan Kadar Flavonoid
Universitas Indonesia
LAMPIRAN C
Data High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
1. Kromatogram Propolis
Universitas Indonesia
LAMPIRAN D
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
LAMPIRAN E
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Hasil Fraksinasi dan Propolis.
Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Hasil Fraksinasi dan Propolis. Ekstrak Racun Fraksi
Ammonium Sulfat 60% jenuh (F60), Propolis tanpa Casein (P), Propolis dengan
Casein (PC). Kontrol Positif (DC) Chloramphenicol 30g/cakram, Kontrol Negatif
(NC) Kosong. (1 ) Micrococcus luteus, (3) Staphylococcus aureus. (5) Basillus
subtilis
Universitas Indonesia