DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ROBI IKHSAN
(1603011180)
1. Sejarah perseroan.
Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Perseroan” atau “Indocement”) diawali pada 1975
dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang pertama di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pada Agustus
1975, pabrik yang didirikan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) dan memiliki kapasitas produksi
terpasang tahunan 500.000 ton ini mulai beroperasi.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah beroperasinya pabrik pertama, Perseroan membangun tujuh
pabrik tambahan sehingga kapasitas produksi terpasangnya meningkat menjadi sebesar 7,7 juta ton per tahun.
Peningkatan tersebut turut membantu penyediaan pasokan semen bagi pembangunan di Indonesia yg semula
merupakan negara importir semen, berubah menjadi Negara yang mampu mengekspor semen. Kedelapan
pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan oleh enam perusahaan berbeda, yaitu:
1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE);
2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE);
3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE);
4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE);
5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE);
6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.
Pabrik-pabrik yang dikelola keenam perusahaan ini terletak di Kompleks Pabrik Citeureup dan
memroduksi semen Portland, kecuali pabrik PIICPE yang memroduksi semen putih dan semen sumur minyak
(OWC).
Berdasarkan keputusan RUPS Tahunan tanggal 22 Mei 2017, telah menunjuk Kantor Akuntan Publik
“Purwantono, Sungkoro & Surja” (anggota dari Ernst & Young Global Limited) untuk mengaudit buku
Perseroan tahun buku 2017 sesuai rekomendasi dari Dewan Komisaris dalam Surat Keputusan No.
001/Kpts/Kom/ITP/V/2017. KAP Purwantono, Sungkoro & Surja (anggota dari Ernst & Young Global
Limited), telah melakukan audit laporan keuangan tahunan Perseroan sebanyak tiga periode. Tabel di bawah
menginformasikan KAP dan Akuntan Publik yang telah memberikan audit atas laporan keuangan konsolidasian
Perseroan selama tahun 2014,2015,2016,dan 2017.
BAB IV
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
1. UMUM
A. ANALISIS KOMPARATIF
Total aset Perseroan pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp27.638.360 juta, mengalami penurunan
4,3% dari Rp28.884.635 juta di 2014. Penurunan ini terutama merupakan akibat dari turunnya total aset lancar
sebesar 18,4% dari Rp16.087.370 juta pada 2014 menjadi Rp13.133.854 juta pada 2015.
Total aset Perseroan tahun 2017 turun sebesar 4,3 % dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp30.151
miliar pada tahun 2016 menjadi Rp28.864 miliar tahun 2017. Komposisi aset Perseroan tahun 2017 relatif
berimbang antara aset lancar dan aset tidak lancar. Komposisi tersebut relatif sama dibandingkan tahun
sebelumnya.
2016-2017 Total aset Perseroan tahun 2017 turun sebesar 4,3 % dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu
dari Rp30.151 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp28.864 miliar tahun 2017. Komposisi aset Perseroan tahun
2017 relatif berimbang antara aset lancar dan aset tidak lancar. Komposisi tersebut relatif sama dibandingkan
tahun sebelumnya.
Jumlah liabilitas Perseroan tahun 2017 meningkat 7,4% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
Rp4.012 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp4.307 miliar pada tahun 2017. Komposisi liabilitas Perseroan tahun
2017 masih didominasi oleh liabilitas jangka pendek.
Total ekuitas pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp24.557 miliar, mengalami penurunan 6,1%
dibandingkan total ekuitas tahun 2016 sebesar Rp26.139 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
penurunan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 7,3% dari Rp21.483 miliar pada tahun
2016 menjadi Rp19.923 miliar pada tahun 2017, sebagai hasil bersih atas pengurangan laba bersih Perseroan
dengan pendistribusian dividen pada tahun berjalan.
Laba bersih yang dibukukan Perseroan tahun 2017 sebesar Rp1.860 miliar terkoreksi sebesar 51,9%
dibanding laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp3.870 miliar.
C. ANALISA RASIO
1. Rasio Likuiditas
Current Ratio = Aktiva Lancar =
Utang Lancar
2014 2015
13.133.854 = 4,89 16.077.370 = 4,93
2.687.743 3.260.559
2016 2017
12.883.074 = 3,70 14.424.622 = 4,53
3.479.024 3.187.742
2. Rasio Leverage
Total debt to Total Asset = Aktiva Lancar + Utang Jangka Panjang
Jumlah Aktiva
= 2014 2015
14.218.521 = 0,51 16.077.370 = 0,56
27.638.360 28.874.635
2016 2017
13.711.219 = 0,48 15.248.757 = 0,51
28.863.676 30.150.580
3. Activity Ratio
Total Asset Turnover = Penjuala Bersih
Total Aktiva
2014 2015
17.798.055 0,64 19.996.264 = 0,69
27.638.360 = 28.874.635
2016 2017
1.062.531 = 0,40 15.361.894 = 0,51
2.633.873 30.150.580
4. Profitability Ratio
Gross Profit Margin = Penjualan Bersih - HPP
Penjualan Bersih
= 2014 2015
7.909.136 = 0,44 9.106.227 = 0,46
17.798.055 19.996.264
2016 2017
5.007.721 = 0,35 24.392.327 = 1,59
14.431.211 15.361.894
6. Growth
Kenaikan Penjualan Penjualan Tahun Ini - Penjualan Tahun Lalu
= Laba Besih Tahun Lalu =
2014 2015
= 19.996.264 = 3,95
5.056.930
2016 2017
= 930.683 = 0,50
1.874.845
Kenaikan Laba Bersih = Laba Bersih Tahun Ini - Laba Bersih Tahun Lalu
Laba Bersih Tahun Lalu
= 936.755 = 0,22
4.356.661
= 1.769.750 = 0,94
1.874.845
KESIMPULAN
1. Profitabilitas
Rasio profitabilitas Perseroan masih kokoh dengan marjin laba bruto sebesar 44,4% serta marjin EBITDA
sebesar 33,8%. Profitabilitas pada 2015 menghasilkan imbal hasil atas aset sebesar 15,1% dan imbal hasil atas
ekuitas sebesar 17,6%, yang mana keduanya merupakan tingkat pengembalian yang menggembirakan
mengingat kondisi pasar dan ekonomi makro Indonesia yang penuh tantangan pada 2015.
Di saat mengalami tekanan pasar, rasio profitabilitas Perseroan masih kokoh dengan marjin laba bruto
sebesar 34,7% serta marjin EBITDA sebesar 21,2%. Profitabilitas pada 2017 menghasilkan imbal hasil atas aset
sebesar 6,3% dan imbal hasil atas ekuitas sebesar 7,3%, yang mana keduanya merupakan tingkat pengembalian
yang menggembirakan mengingat kondisi pasar dan ekonomi makro Indonesia yang penuh tantangan pada
2017.
2. Solvabilitas
Perseroan mempertahankan tingkat solvabilitas yang sangat tinggi dimana rasio lancar pada 2015 adalah
sebesar 489% dibandingkan 493% pada 2014. Hal ini tidak saja memastikan solvabilitas Perseroan untuk
memenuhi segala liabilitas yang jatuh tempo, namun juga memosisikan Perseroan dengan saldo kas yang kuat
guna mendanai seluruh belanja modal dari arus kas internal bila diperlukan.
Melengkapi rasio lancarnya yang kuat, Perseroan mencatat rasio liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,5% serta
rasio liabilitas terhadap aset sebesar 0,4% pada 2015 dibandingkan dengan masing-masing 0,5% dan 0,4% pada
2014.
Perseroan memertahankan tingkat solvabilitas yang sangat tinggi dimana rasio lancar pada 2017 adalah
sebesar 3,70x dibandingkan 4,53x pada 2016. Hal ini tidak saja memastikan solvabilitas Perseroan untuk
memenuhi segala liabilitas yang jatuh tempo, namun juga memposisikan Perseroan dengan saldo kas yang kuat
guna mendanai seluruh belanja modal dari arus kas internal bila diperlukan. Melengkapi rasio lancarnya yang
kuat, Perseroan mencatat rasio liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,18x serta rasio liabilitas terhadap aset
sebesar 0,15x pada 2017. Posisi tersebut tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 2016, dimana rasio
liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,15x serta rasio liabilitas terhadap aset sebesar 0,13x.