Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“Analisis laporan keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”


Dosen Pembimbing: Zul Azmi, SE,M.Si,Ak,CA

DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD ROBI IKHSAN
(1603011180)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI AKUNTAANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2018-2019
BAB I
Profil Perusahaan

1. Sejarah perseroan.
Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Perseroan” atau “Indocement”) diawali pada 1975
dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang pertama di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pada Agustus
1975, pabrik yang didirikan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) dan memiliki kapasitas produksi
terpasang tahunan 500.000 ton ini mulai beroperasi.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah beroperasinya pabrik pertama, Perseroan membangun tujuh
pabrik tambahan sehingga kapasitas produksi terpasangnya meningkat menjadi sebesar 7,7 juta ton per tahun.
Peningkatan tersebut turut membantu penyediaan pasokan semen bagi pembangunan di Indonesia yg semula
merupakan negara importir semen, berubah menjadi Negara yang mampu mengekspor semen. Kedelapan
pabrik tersebut dikelola dan dioperasikan oleh enam perusahaan berbeda, yaitu:
1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE);
2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE);
3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE);
4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE);
5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE);
6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.

Pabrik-pabrik yang dikelola keenam perusahaan ini terletak di Kompleks Pabrik Citeureup dan
memroduksi semen Portland, kecuali pabrik PIICPE yang memroduksi semen putih dan semen sumur minyak
(OWC).

2. Usaha perseroan dan prospeknya


A. Umum
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, yang tertuang dalam Akta No. 19 tanggal 11 Juni 2015, yang
dibuat dihadapan Deni Thanur, S.E., S.H., M.Kn, Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. AHU-0937768.AH.01.02.Tahun 2015 tanggal 22 Juni 2015, pada pasal 3
menyebutkan bahwa ruang lingkup kegiatan usaha utama Indocement, antara lain, pabrikasi semen dan bahan
bangunan, pertambangan, perdagangan, pengangkutan, serta penyediaan sarana dan prasarana listrik.
Produksi
Semen merupakan lini bisnis utama bagi Perseroan. Perseroan memproduksi dan memasarkan semen
dengan merek Tiga Roda, Rajawali dan TR SuperSlag. Secara keseluruhan, total kapasitas terpasang pabrik
Indocement adalah 24,9 juta ton semen per tahun:
 Kompleks Pabrik Citeureup: 18,1 juta ton
 Kompleks Pabrik Palimanan: 4,0 juta ton
 Kompleks Pabrik Tarjun: 2,8 juta ton
Pabrik Citeureup merupakan salah satu kompleks pabrik semen terintegrasi terbesar di dunia. Plant 14 di
Kompleks Pabrik Citeureup adalah pabrik dengan teknologi terkini dan kiln paling efisien.
Pada tahun 2017, Perseroan tidak melakukan penambahan kapasitas produksi. Dalam kenyataannya, dengan
tingkat utilisasi kapasitas produksi Perseroan hanya mencapai sebesar 68,9%, dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 65,7%. Peningkatan tersebut sebagai peningkatan permintaan pasar yang turut dirasakan
oleh Perseroan di tengah kondisi industri semen nasional yang sedang mengalami kelebihan kapasitas.
B. Pemasaran
Penjualan semen domestik Perseroan tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 4,4% dibandingkan
tahun sebelumnya, yaitu dari 16,4 juta ton pada 2016 menjadi 17,1 juta ton pada 2017. Peningkatan tersebut
berasal dari peningkatan penjualan semen kantong sebesar 3,0% dan peningkatan penjualan semen curah
sebesar 8,9%.
Profitabilitas
Tekanan pada harga jual semen mendorong terjadinya penurunan pendapatan di tahun 2017 sebesar
Rp727 miliar atau 5,2% lebih rendah dibandingkan tahun 2016, meskipun volume penjualan sendiri tumbuh
sebesar 5,5% dari 17,0 juta ton di tahun 2016 menjadi 17,9 juta ton di tahun 2017. Kondisi pasar semen
nasional yang mengalami kelebihan kapasitas serta dampak kenaikan harga batu bara yang sangat signifikan
yang dimulai pada akhir tahun 2016, memberikan tantangan tersendiri bagi Perseroan, dan industri semen pada
umumnya, untuk mempertahankan pangsa pasar dengan turut meningkatkan daya saing yang lebih besar dalam
usaha menjaga margin keuntungan.
BAB II
SITUASI EKONOMI

1. Kondisi Eknomi 2015


Di tengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif, dengan melakukan langkah-langkah strategis tersebut
di atas, Perseroan berhasil mempertahankan model pertumbuhan yang sehat dan margin yang terkelola.
Perseroan mampu membukukan laba usaha sebesar Rp5.056,9 miliar pada 2015. Pada 2014, laba usaha
Perseroan tercatat sebesar Rp6.000,9 miliar. Indocement tetap mencatat kinerja yang relatif baik dan mampu
menjaga marjin EBITDA sebesar 33,8%.
Pada 2015, Perseroan membukukan penurunan pada pendapatan neto sebesar 11,0%, dari Rp19.996,3
miliar pada 2014 menjadi Rp17.798,1 miliar di tahun 2015. Penurunan ini terutama disebabkan karena
menurunnya penjualan semen sebesar 7,3%, dimana semen menyumbangkan 85,6% dari total pendapatan
Perseroan tahun 2015. Di sisi lain, penjualan RMC serta agregat dan trass juga mengalami penurunan masing-
masing sebesar 9,6% dan 59,9%, dengan kontribusi terhadap pendapatan neto Perseroan tahun 2015 masing-
masing sebesar 14,3% dan 0,1%.

2. Kondisi ekonomi 2017


Kondisi perekonomian global tahun 2017 mulai menunjukkan kinerja yang cukup baik dan mulai lepas
dari bayang-bayang krisis keuangan yang terjadi sebelumnya. Membaiknya kondisi perekonomian global
ditandai dengan membaiknya kinerja ekonomi di negara-nagara maju yang selama ini menjadi lokomotif
pertumbuhan ekonomi global.
Tahun 2017, ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan didukung oleh
peningkatan konsumsi sejalan dengan perbaikan yang konsisten atas kondisi ketenagakerjaan di negara
tersebut. Faktor-faktor tersebut menopang pertumbuhan kuartalan ekonomi AS yang lebih tinggi di sepanjang
tahun 2017 dibanding tahun 2016. Kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan
secara bertahap sepanjang tahun 2017 yakni menjadi 1,0% pada bulan Maret dan 1,25% pada bulan Juni 2017
serta 1,50% bulan Desember dibandingkan posisi akhir tahun 2016 sebesar 0,75% memperkuat optimisme
bahwa ekonomi AS menunjukkan perbaikan.
BAB III
REALIBILITY

Berdasarkan keputusan RUPS Tahunan tanggal 22 Mei 2017, telah menunjuk Kantor Akuntan Publik
“Purwantono, Sungkoro & Surja” (anggota dari Ernst & Young Global Limited) untuk mengaudit buku
Perseroan tahun buku 2017 sesuai rekomendasi dari Dewan Komisaris dalam Surat Keputusan No.
001/Kpts/Kom/ITP/V/2017. KAP Purwantono, Sungkoro & Surja (anggota dari Ernst & Young Global
Limited), telah melakukan audit laporan keuangan tahunan Perseroan sebanyak tiga periode. Tabel di bawah
menginformasikan KAP dan Akuntan Publik yang telah memberikan audit atas laporan keuangan konsolidasian
Perseroan selama tahun 2014,2015,2016,dan 2017.
BAB IV
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

1. UMUM
A. ANALISIS KOMPARATIF
Total aset Perseroan pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp27.638.360 juta, mengalami penurunan
4,3% dari Rp28.884.635 juta di 2014. Penurunan ini terutama merupakan akibat dari turunnya total aset lancar
sebesar 18,4% dari Rp16.087.370 juta pada 2014 menjadi Rp13.133.854 juta pada 2015.
Total aset Perseroan tahun 2017 turun sebesar 4,3 % dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp30.151
miliar pada tahun 2016 menjadi Rp28.864 miliar tahun 2017. Komposisi aset Perseroan tahun 2017 relatif
berimbang antara aset lancar dan aset tidak lancar. Komposisi tersebut relatif sama dibandingkan tahun
sebelumnya.

B. ANALISIS COMMON SIZE


2014-2015 Total asset lancar mengalami penurunan 18,4% dari Rp16.087.370 juta pada 2014 menjadi
Rp13.133.854 juta pada 2015. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas dan setara kas sebesar
23,1% menjadi Rp8.655.562 juta dibandingkan Rp11.256.129 juta di tahun sebelumnya. Aset lancar lainnya
relatif stabil di Pada 31 Desember 2015, total liabilitas mencapai Rp3.772.410 juta, lebih rendah 12,4% dari
Rp4.307.622 juta pada 2014. Penurunan ini disebabkan terutama oleh penurunan liabilitas jangka pendek
sebesar 17,6% menjadi Rp2.687.743 juta, sedangkan liabilitas jangka panjang meningkat sebesar 3,6% menjadi
Rp1.084.667 juta.bandingkan tahun 2015.
Total ekuitas pada tanggal 31 Desember 2015 mencapai Rp23.865.950 juta, mengalami penurunan sebesar
2,9% dari Rp24.577.013 juta pada 2014. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan saldo laba yang
belum ditentukan penggunaannya sebesar 3,2% menjadi Rp19.165.851 juta pada 2015 dibandingkan
Rp19.803.853 juta pada tahun yang 2014.

2016-2017 Total aset Perseroan tahun 2017 turun sebesar 4,3 % dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu
dari Rp30.151 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp28.864 miliar tahun 2017. Komposisi aset Perseroan tahun
2017 relatif berimbang antara aset lancar dan aset tidak lancar. Komposisi tersebut relatif sama dibandingkan
tahun sebelumnya.

Jumlah liabilitas Perseroan tahun 2017 meningkat 7,4% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
Rp4.012 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp4.307 miliar pada tahun 2017. Komposisi liabilitas Perseroan tahun
2017 masih didominasi oleh liabilitas jangka pendek.

Total ekuitas pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp24.557 miliar, mengalami penurunan 6,1%
dibandingkan total ekuitas tahun 2016 sebesar Rp26.139 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
penurunan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 7,3% dari Rp21.483 miliar pada tahun
2016 menjadi Rp19.923 miliar pada tahun 2017, sebagai hasil bersih atas pengurangan laba bersih Perseroan
dengan pendistribusian dividen pada tahun berjalan.
Laba bersih yang dibukukan Perseroan tahun 2017 sebesar Rp1.860 miliar terkoreksi sebesar 51,9%
dibanding laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp3.870 miliar.

C. ANALISA RASIO

1. Rasio Likuiditas
Current Ratio = Aktiva Lancar =
Utang Lancar

2014 2015
13.133.854 = 4,89 16.077.370 = 4,93
2.687.743 3.260.559

2016 2017
12.883.074 = 3,70 14.424.622 = 4,53
3.479.024 3.187.742

Quick Ratio = aktivas lancar-persdiaan


Utang Lancar

= 11.612.657 = 4,32 14.421.824 = 4,42


2.687.743 3.260.559

11.114.471 = 3,19 12.644.212 = 3,97


3.479.024 3.187.742

2. Rasio Leverage
Total debt to Total Asset = Aktiva Lancar + Utang Jangka Panjang
Jumlah Aktiva

= 2014 2015
14.218.521 = 0,51 16.077.370 = 0,56
27.638.360 28.874.635

2016 2017
13.711.219 = 0,48 15.248.757 = 0,51
28.863.676 30.150.580

Total debt to Total Equity = Utang Lancar + Utang Jangka Panjang


Jumlah Modal Sendiri
= 3.772.410 = 4.307.622 0,18
23.865.950 0,16 24.577.013 =

4.011.877 = 4.011.877 = 0,15


24.796.881 0,16 26.385.649

Total Equity to total Asset = Jumlah Modal Sendiri


Jumlah Aktiva

= 23.865.950 = 0,86 24.577.013 = 0,85


27.638.360 28.874.635

24.796.881 = 0,86 26.385.649 = 0,88


28.863.676 30.150.580

3. Activity Ratio
Total Asset Turnover = Penjuala Bersih
Total Aktiva

2014 2015
17.798.055 0,64 19.996.264 = 0,69
27.638.360 = 28.874.635

2016 2017
1.062.531 = 0,40 15.361.894 = 0,51
2.633.873 30.150.580

Working Capital Turnover = Penjualan Bersih


Aktiva Lancar - Utang Lancar

17.798.055 = 1,70 19.996.264 = 1,56


10.446.111 12.816.811

14.431.211 = 1,53 15.361.894 = 1,37


9.404.050 11.236.880

4. Profitability Ratio
Gross Profit Margin = Penjualan Bersih - HPP
Penjualan Bersih
= 2014 2015
7.909.136 = 0,44 9.106.227 = 0,46
17.798.055 19.996.264

2016 2017
5.007.721 = 0,35 24.392.327 = 1,59
14.431.211 15.361.894

Net Profit Margin = Laba Bersih Sesudah Pajak


Penjualan Bersih

= 4.356.661 = 0,24 5.293.416 = 0,26


17.798.055 19.996.264

1.859.818 = 0,13 3.870.319 = 0,25


14.431.211 15.361.894

Operating Ratio = HPP + Biaya Administrasi, Penjualan, Umum


Penjualan Bersih

= 7.009.199 = 5,73 7.663.585 = 0,38


1.222.356 19.996.264

6.464.299 = 0,45 6.272.858 = 0,41


14.431.211 15.361.894

Rate of Return on Assets = Laba Bersih Sesudah Pajak


Total Aktiva

= 4.356.661 = 0,16 5.293.416 = 0,18


27.638.360 28.874.635

1.859.818 = 0,06 3.870.319 = 0,13


28.863.676 30.150.580

Return on Net Worth = Laba Bersih Sesudah Pajak


Modal Sendiri

= 4.356.661 = 0,18 5.293.416 = 0,22


23.865.950 24.577.013
1.859.818 = 0,08 3.870.319 = 0,15
24.796.881 26.385.649

6. Growth
Kenaikan Penjualan Penjualan Tahun Ini - Penjualan Tahun Lalu
= Laba Besih Tahun Lalu =

2014 2015
= 19.996.264 = 3,95
5.056.930

2016 2017
= 930.683 = 0,50
1.874.845

Kenaikan Laba Bersih = Laba Bersih Tahun Ini - Laba Bersih Tahun Lalu
Laba Bersih Tahun Lalu

= 936.755 = 0,22
4.356.661

= 1.769.750 = 0,94
1.874.845
KESIMPULAN
1. Profitabilitas
Rasio profitabilitas Perseroan masih kokoh dengan marjin laba bruto sebesar 44,4% serta marjin EBITDA
sebesar 33,8%. Profitabilitas pada 2015 menghasilkan imbal hasil atas aset sebesar 15,1% dan imbal hasil atas
ekuitas sebesar 17,6%, yang mana keduanya merupakan tingkat pengembalian yang menggembirakan
mengingat kondisi pasar dan ekonomi makro Indonesia yang penuh tantangan pada 2015.

Di saat mengalami tekanan pasar, rasio profitabilitas Perseroan masih kokoh dengan marjin laba bruto
sebesar 34,7% serta marjin EBITDA sebesar 21,2%. Profitabilitas pada 2017 menghasilkan imbal hasil atas aset
sebesar 6,3% dan imbal hasil atas ekuitas sebesar 7,3%, yang mana keduanya merupakan tingkat pengembalian
yang menggembirakan mengingat kondisi pasar dan ekonomi makro Indonesia yang penuh tantangan pada
2017.

2. Solvabilitas
Perseroan mempertahankan tingkat solvabilitas yang sangat tinggi dimana rasio lancar pada 2015 adalah
sebesar 489% dibandingkan 493% pada 2014. Hal ini tidak saja memastikan solvabilitas Perseroan untuk
memenuhi segala liabilitas yang jatuh tempo, namun juga memosisikan Perseroan dengan saldo kas yang kuat
guna mendanai seluruh belanja modal dari arus kas internal bila diperlukan.
Melengkapi rasio lancarnya yang kuat, Perseroan mencatat rasio liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,5% serta
rasio liabilitas terhadap aset sebesar 0,4% pada 2015 dibandingkan dengan masing-masing 0,5% dan 0,4% pada
2014.

Perseroan memertahankan tingkat solvabilitas yang sangat tinggi dimana rasio lancar pada 2017 adalah
sebesar 3,70x dibandingkan 4,53x pada 2016. Hal ini tidak saja memastikan solvabilitas Perseroan untuk
memenuhi segala liabilitas yang jatuh tempo, namun juga memposisikan Perseroan dengan saldo kas yang kuat
guna mendanai seluruh belanja modal dari arus kas internal bila diperlukan. Melengkapi rasio lancarnya yang
kuat, Perseroan mencatat rasio liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,18x serta rasio liabilitas terhadap aset
sebesar 0,15x pada 2017. Posisi tersebut tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 2016, dimana rasio
liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,15x serta rasio liabilitas terhadap aset sebesar 0,13x.

Anda mungkin juga menyukai