Oleh:
DINI NOOR HAYATI
24030111120021
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PEBRUARI, 2014
i
LEMBAR PENGESAHAN I
NIM : 24030111120021
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
ii
LEMBAR PENGESAHAN II
NIM : 24030111120021
Seminar :
Mengetahui Menyetujui
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan yang berjudul “Komparasi Adjuvant Pada Formulasi Ammonium
dan Potassium Glyphosate di PT Clariant Indonesia”.
Selama pelaksanaan PKL dan penyusunan laporan ini, penulis mendapat
bimbingan, petunjuk, saran dan bantuan, baik secara moril maupun materil dari
berbagai pihak sehingga memperlancar proses penyusunan. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terim kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Nur, DEA., selaku Dekan Fakultas Sains dan
Matematika yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan praktek kerja lapangan.
2. Bapak Dr. Khairul Anam, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Matematika.
3. Ibu Sriatun, M.Si., selaku koordinator Prakter Kerja Lapangan
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika atas bantuan beliau
dalam pengurusan ijin Praktek Kerja Lapangan.
4. Ibu Dra. Dewi Kusrini, M.Si., pembimbing I atas bimbingan, saran,
serta kritik dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan ini.
5. Bapak Ferry Hermawanto, ST., pembimbing II atas bimbingannya
selama menjalankan praktek kerja lapangan ini.
6. Bapak Dian Hermawan, Human Resourch PT Clariant Indonesia
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mmelaksanakan
praktek kerja lapang di PT Clariant Indonesia.
7. Seluruh dosen Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh staff dan karyawan PT Clariant Indonesia, Mbak Novi,
Mbak Anah, Bu Yuli, Pak Erwin, Pak Robinson, Pak Adi, dan
iv
Pak Rudi yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan praktek
kerja lapangan saya.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik kerja lapang ini belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangununtuk menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat baggi pihak yang membutuhkan serta bermanfaat bagi diri sendiri.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
III.2 Waktu dan Tempat ................................................................... 36
III.3 Bahan ........................................................................................ 36
III.4 Alat ........................................................................................... 37
III.5 Percobaan .................................................................................. 37
III.6 Cara Kerja ................................................................................ 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 59
V.1 Kesimpulan ............................................................................... 59
V.2 Saran ......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60
LAMPIRAN .............................................................................................. 61
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1 Data Hasil Pembuatan Formulasi Ammonium dan Potassium Glifosat 480
SL .................................................................................................... 44
IV.5 Data Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Densitas, dan Total solid pada
Ammonium Glifosat setelah ditambah dengan Surfaktan ............... 51
IV.8 Data Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Tegangan permukaan, dan Densitas
pada Potassium Glifosat + alkil Aromatik Ammonium Klorida dengan
Genamin STAC ................................................................................ 53
ix
RINGKASAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
hama menggunakan pestisida yang bertujuan agar hama bisa secara cepat musnah.
eceng gondok, dan lain-lain. Jenis herbisida yang sering digunakan oleh petani
sistematik yang tidak selektif yang mudah masuk ke daun dan mudah
formulasi seperti garam amonium, garam isopropil amina, garam potassium, akan
tetapi tiap garam mempunyai sifat-sifat yang berbeda, baik dari segi toksisitas,
dan sebagainya.
1
Surfaktan merupakan bahan kimia yang dicampur pada suatu herbisida
surfaktan pada tanaman menjadi sangat penting untuk menambah daya lekat
herbisida pada gulma. Karena sifat dari surfaktan yang bekerja di permukaan
tegangan permukaan air menjadi kecil dan genangan air berdistribusi luas
seperti pH, viskositas, densitas, tegangan permukaan, dan total solid, serta tes
penyimpanan.
anionik, kationik, non ionik dan amfoterik yang sesuai dengan standar
perusahaan.
2
I.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan praktek kerja lapangan ini
adalah:
1. Bagi Mahasiswa
digunakan
diambil
3. Bagi Perusahaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yeng berarati pembunuh. Jadi
2001). Yang dimaksud dengan hama bagi petani sangat luas seperti tungau yaitu
dan virus. Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi
kecoa, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan
Dari sejarah manusia tercatat bahwa pestisida telah lama digunakan, yaitu
sejak awal adanya peradaban manusia itu snediri. Sebagai contoh di zaman
romawi, belerang mulai digunakan untuk membasmi serangga pada abad ke-9,
serangga di kebun. Pada tahun 1690, ekstrak daun tembakau telah digunakan
sebagai insektisida secara kontak. Piretrum dan rotenone pada awal abad ke-9
telah dapat digunakan untuk membasmi berbagai jenis hama serangga. Milardet
pada tahun 1883 telah menemukan campuran bordeux yang dapat digunakan
4
untuk membasmi jasad pengganggu. Pada tahun 1900, senyawa pemberantas
gulma dan pemberantas serangga organik pertama telah dibuat. Pada tahun 1939,
mempunyai sifat yang dapat membunuh serangga. Setelah perang dunia ke-2,
lebih banyak senyawa pestisida organik yang dibuat untuk berbagai macam
kegunaan. Sekarang ini terdapat hampir seribu jenis bahan aktif pestisida yang
telah dibuat dengan 40.000 jenis nama dagang yang telah beredar secara luas
ini semakin ramai. Berdasarkan data pencatatan dan Badan Proteksi Lingkungan
Amerika Serikat, saat ini lebih 2.600 bahan aktif pestisida yang telah beredar di
pasaran. Sebanyak bahan aktif tersebut, 575 berupa herbisida, 610 berupa
insektisida, 670 berupa fungisida dan nematisida, 125 berupa rodentisida dan 600
berupa disinfektan. Lebih dari 35 ribu formulasi telah dipasarkan di seluruh dunia.
khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi
yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya, dan 38 formulasi yang baru
mengalami proses pendaftaran ulang. Sedangkan ada 215 bahan aktif yang telah
beda, karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan
5
sasaran yang akan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur
6
butung atau roden
vertebrata
lain-lain.
campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan
pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut:
1. Formulasi Padat
bahan aktif relatif tinggi (50-80%), yang jika dicampur dengan air akan
7
c. Butiran atau Granule (G), umumnya merupakan sediaan siap pakai
seperti tanah liat, pasir, tongkol jagung yang ditumbuk. Pestisida butiran
d. Butiran yang terdispersi air atau water dispersible granule (WG atau
e. Butiran yang larut atau soluble granule (SG), mirip dengan WDG yang
juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
sempurna.
(dusting).
h. Umpan atau Bait (B). Bahan aktif pestisida dicampurkan dengan bahan
8
Penggunaannya dicampurkan dengan bahan makanan yang disukai
1) Tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigan, yang
Contoh: Phostoxintablet.
Contoh:Fumakkila.
2. Formulasi Cair
cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena
dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang
9
minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah
50 EC, Basudin 60 EC
solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak
Azidrin 15 WSC.
D).
d. Cairan larut atau soluble liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika
dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini
e. Volum ultra rendah atau ultra low volume (ULV), merupakan sediaan
10
minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah
berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut
Flygon aerosol.
11
II.4 Herbisida
atau bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun
yang dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan
(Sastroutomo, 1992).
jaringan itu atau merusak suatu sistem faali yang dibutuhkan untuk hidup
12
mampu menyaingi tanaman dalam hal memperebutkan larutan hara
(Sastroutomo, 1992).
(selektivitas)
tetapi tidak meracuni tanaman padi yang juga termasuk dalam famili
rumputan.
13
3.4.2.2 Klasifikasi herbisida berdasarkan pada waktu
aplikasinya
Waktu penyemburan
14
tidak mudah menguap dan mudah dilarutkan air sehingga dapat
tumbuh.
15
2.4.2.3 Klasifikasi berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam
tumbuhan
(ditranslokasikan).
16
b. Herbisida sistemik merupakan suatu herbisida yang dialirkan
berupa aliran masa bersama-sama gerakan air dan hara dari tanah ke
butiran.
17
a. Larutan
b. Emulsi
yang larut dalam minyak dicampur air. Contoh: ester 2,4-D (2.4-
18
diklorofenoksi asetat), 2,4,5-T (Asam 2,4,5-triklorofenoksi
19
disiapkan sebagai larutan atau emulsi. Penambahan surfaktan
d. Butiran (granular)
pada permukaan pembawa yang relatif lebih besar seperti liat atau
sebagai berikut:
20
Contoh herbisida butiran adalah Borat, Arsenat dan Sodium
khlorat. Istilah-istilah:
ialah:
21
II.5 Glifosat
sintesis asam amino aromatik fenilalanin, tirosin dan triptofan. Hal ini dilakukan
atas. Asam amino yang digunakan dalam sintesis protein dan menghasilkan
penting yang menghambat glifosat, EPSPS, hanya ditemukan pada tumbuhan dan
mikro - organisme . EPSPS tidak ditemukan pada hewan. Namun, glifosat juga
telah terbukti dapat menghambat enzim lain tanaman, dan juga telah ditemukan
Glifosat diserap melalui dedaunan . Karena itu glifosat hanya efektif pada
tanaman aktif tumbuh, tetapi tidak efektif dalam mencegah benih dari
22
berkecambah. Jadi, glifosat dapat menguasai alang-alang (Imperata cylindrica),
rumput muda (Cynodon dactylon), teki ladang (Cyperus rotundus), dan rumput
O OH
H P
N C OH
H2
HO C
berdaun lebar, dan tanaman berkayu. Hal ini memiliki efek yang relatif kecil
pada beberapa spesies semanggi. Glifosat adalah salah satu herbisida yang
silvikultur (budidaya hutan atau teknik bercocok tanam hutan yang dimulai dari
Amonium garam
Kalium garam
23
Produk yang paling sering diberikan dalam formulasi dari 120, 240, 360,
480 dan 680 g bahan aktif per liter. Formulasi yang paling umum di bidang
tahunan seperti rumput. Lebih umum, 3 liter per hektar formulasi untuk
masuk daun dan mudah diangkut ke seluruh bagian tanaman. Di dalam tanah
glifosat menjadi tidak aktif. Glifosat dapat membunuh teki dan alang-alang dan
1994).
kategori secara luas yaitu aktivator adjuvant dan tujuan khusus adjuvant.
24
- Agen kompatibilitas paling sering digunakan ketika herbisida
tumbuh.
25
aktivator (aktifator pembantu) adalah pada saat pasca tumbuh. Bagian
II.7 Surfaktan
dicampur pada suatu herbisida untuk suatu aplikasi, agar herbisida dapat
26
menjadi sangat penting untuk menambah daya lekat herbisida pada gulma.
1994).
Afinitas untuk bahan air dan lainnya dibutuhkan agar bahan seperti
air dan sejenis minyak dapat bersatu dengan menambahkan bahan ketiga. Suatu
molekul yang hidrofilik yang mempunyai gugusan polar kuat sangat ditarik
oleh air dan bahan yang lipofilik yang mempunyai gugusan non polar ditarik
oleh bahan sejenis minyak, lemak, atau lilin. Surfaktan mempunyai dua bagian,
menarik dari molekul air (polar) dengan molekul minyak (non polar).
kristis surfaktan dalam suatu larutan. Akan terjadi pembentukan misel atau
27
agregat apabila di atas konsentrasi tersebut. Pada prakteknya dosis optimum
terjadi apabila suatu surfaktan yang digunakan jauh diatas harga CMC-nya,
disamping itu juga secara ekonomis tidak menguntungkan. Cara yang umum
untuk menetapkan CMC adalah dengan mengukur tegangan muka atau tegangan
antar muka larutan surfaktan sebagai fungsi dari konsentrasi. Semakin tinggi
mencapai suatu konsentrasi dimana tegangan antar mukanya konstan. Batas awal
(Porter, 1994 dalam Supriyo, 2007 ). Pada konsentrasi yang sangat rendah,
permukaan juga meningkat, sehingga tidak ada ruang lagi bagi surfaktan
tersebut untuk berjajar datar sehingga mulai bergerak ke satu arah, dimana
konsentrasi yang lebih tinggi lagi, jumlah molekul surfaktan yang tersedia
hidrofilik lebih dari satu lapis molekul surfaktan terbentuk menjadi struktur
yang teratur yang dikenal sebagai misel. Harga CMC dari surfaktan campuran
28
non-ionik dan anionik dalam minyak yang ada pada fase air dapat dihitung dari
kompatibel (cocok) dengan semua jenis surfaktant dan hampir atau sama
sekali tidak berionisasi dalam air. Jenis ini adalah termasuk dalam non
29
Surfaktan ionik berionisasi bila berada dalam media cair yang
positif).
dan sensitif terhadap air sadah atau hard water. Derajat sensifitasnya:
karboksilat > fosfat > sulfat (sulfonat). Selain itu, surfaktan anionik
fosfat.
30
Golongan surfaktan kationik pada umumnya tidak kompatibel
sifat adsorpsi permukaan yang baik. Golongan ini cukup mahal dan
Surfaktan zwitter ion mengandung dua muatan yang berbeda yang dapat
31
dan benda padat. Derajat efektivitas wetting agent tergantung
3. Detergen
5. Stiker
32
6. Dispersor
1. pHmeter
apabila nilai slope berkisar 98% hingga 103% dan nilai pH masih
2. Viskometer
tergantung dari sifat fisika maupun kimia fluida tersebut. Ada fluida
yang jika terkena temperatur tinggi akan semakin mengental dan ada
33
pula yang semakin encer. Viskositas cairan yang partikelnya besar
kecil dan bentuknya teratur. Semakin tinggi suhu cairan, maka akan
3. Hidrometer
Dimana
4. Solid Content
34
air. Setelah dikeringkan kemudian didinginkan di dalam desikator
dalam oven dan dikeringkan pada suhu 1050C selama 2 jam. Lalu
+ −
= × 100%
Dimana,
5. Tensiometer
ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang
permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Satuan dari
35
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Metode
penyimpanan.
III.3 Bahan
lain asam glifosat 95%, ammonium hidroksida 25%, air demin, serta surfaktan
kationik (alkil aromatik ammonium klorida dan alkil alifatik ammonium klorida),
anionik (alkil aromatik sulfonat dan alkil alifatik sulfonat), nonionik (glukosida),
amfoterik ( campuran alkil amina, koko amina dan alkil amida). Sedangkan bahan
yang digunakan pada pembuatan potassium glifosat 480 SL antara lain potassium
hidroksida 10 M, asam glifosat 95%, air demin, serta surfaktan kationik (alkil
aromatik ammonium klorida dan alkil alifatik ammonium klorida), anionik (alkil
36
(campuran alkil amina, koko amina dan alkil amida), SLES 70%, Aminon C-
III.4 Alat
Peralatan yang digunakan antara lain gelas beker, pipet, aluminium foil,
stand mixer Janke & Kunkel IKA-RW 15, spatula, neraca analitik, gelas ukur,
III.5 Percobaan
dan potassium glifosat, penentuan jenis surfaktan, parameter fisika, dan tes
penyimpanan.
dan alkil amida) pada ammonium dan potassium glifosat 480 SL.
4. Tes penyimpanan pada suhu 540C, 250C, dan 00C selama 2 minggu.
37
III. 6 Cara Kerja
101,6 gram serta NH4OH 25% 113,6 gram yang dimasukkan secara sedikit
demi sedikit dengan suhu di bawah 400C. Kemudian ukur parameter fisik
dengan 51,296 gram air demin dimasukkan ke dalam gelas beker 200 mL
Kemudian ukur parameter fisik meliputi pH, densitas, viskositas, dan total
solid.
Glyphosate 480 SL
kationik (alkil klorida dan alkil ammonium klorida), anionik (alkil sulfonat
koko amina dan alkil amida) pada masing-masing 8 gelas ukur 10 mL,
38
kemudian ditambahkan air demin sampai volume 10 mL pada ke 8 gelas
(glukosida), amfoterik ( capuran alkil amina, koko amina dan alkil amida)
39
III.6.3 Pengukuran Parameter Fisik
3.6.3.1 Pengukuran pH
apabila nilai slope berkisar 98% hingga 103% dan nilai pH masih
40
karena viskositasnya lebih kental dari pada air sehingga pakai
suhu yang digunakan dalam uji ini maka akan semakin besar
penentuan densitas pada uji ini adalah pada suhu ruang yaitu 250C,
41
selama 2 jam yang disebabkan karena kehilangan air dan zat
analitik.
kembali.
wadah, lalu penyimpanan dilakukan dalam suhu 00C, 250C, 540C selama
42
Prinsip yang digunakan dalam tes penyimpanan ialah untuk
yang sebenarnya.
43
BAB IV
yang sesuai dengan formulasi ammonium dan potassium glifosat. Prinsip dari
penelitian ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam (asam glifosat)
aminasi. Data hasil pembuatan formulasi ammonium dan potassium glifosat 480
Tabel IV.1 Data hasil Pembuatan formula Ammonium dan Potassium Glifosat
480 SL
44
daripada saat pembuatan potassium glifosat walaupun pH dari NH4OH (13,6)
(MSDS, 2008) dengan KOH (13) (MSDS, 2005) tidak jauh berbeda.
HO OH NH 4+ -O O- NH 4+
O O
3NH4OH + P P NH4+ + 3H2O
OH -
O
O HN O HN
N-(Phosphonomethyl)glycine ammonium N-(Phosphonomethyl)glycine
HO OH K+ - O O- K +
O O
3KOH + P P + 3H2O
OH O- K+
O HN O HN
N-(Phosphonomethyl)glycine potassium N-(Phosphonomethyl)glycine
Liquid) yaitu bahan aktif yang mudah larut dalam air. Pada saat pembuatan
ammonium glifosat suhu larutan harus benar-benar terjaga yaitu harus dibawah
400C dikarenakan reaksi yang terbentuk pada larutan ini adalah reaksi eksoterm
jika dengan adanya reaksi eksoterm maka tingkat volalitasnya akan semakin besar
45
Jika ditinjau dari segi reproduksibilitas dalam skala besar antara
glifosat, kelarutan ammonium hidroksidanya lebih lama larut dalam asam glifosat
aromatik ammonium klorida dan alkil alifatik ammonium klorida), anionik (alkil
campuran alkil amina, koko amina dan alkil amida) yang mempunyai sifat
Tingkat Biodegradable
Jenis Surfaktan Tingkat Toksisitas
(penguraian)
Tidak iritan
46
89% (28 hari) (Metode Iritan
OECD 301 E)
OECD 303 A)
Iritan
OECD 301 E)
B)
47
Non-toksik dan non
Glukosida 100% Biodegradable
iritan
Berdasarkan tabel IV.2 menunjukkan bahwa jika ditinjau dari segi tingkat
terurai (biodegradable) glukosida > alkil alifatik sulfonat > alkil amida > alkil
amina campuran > koko amina > alkil aromatik ammonium klorida > alkil alifatik
sulfonat > alkil alifatik ammonium klorida. Sedangkan jika ditnjau dari segi
sulfonat = koko amina = alkil amina campuran = alkil amida > alkil alifatik
kemudian didiamkan selama 2 jam yang bertujuan untuk mengetahui larutan mana
yang larut dan tidak larut dengan surfaktan kemudian larutan yang larut dan
48
Tabel IV.3 Data Hasil Kompatibilitas Surfaktan pada Ammonium dan Potassium
Glifosat 480 SL
Alkil aromatik
Kompatibel Kompatibel
ammonium klorida
Kationik
Alkil alifatik
Kompatibel Kompatibel
ammonium klorida
glifosat, hal ini disebabkan oleh sifat potassium sangat reaktif dengan asam,
reaktif dengan bahan organik, logam (MSDS, 2013). Maka dari itu, potassium
tidak kompatibel (cocok) terhadap surfaktan jenis alkil sulfonat dimana surfaktan
jenis alkil sulfonat bersifat basa sehingga tidak kompatibel terhadap potassium.
ammonium dan potassium glifosat yang dapat dilihat pada tabel IV.4.
49
Tabel IV.4 Data Hasil Pengukuran Tegangan Permukaan Surfaktan pada
NH4-Glifosat K-Glifosat
22,33 Dyne/cm, akan tetapi jenis surfaktan ini tidak dapat diproduksi dengan
skala yang lebih besar dikarenakan surfaktan tersebut telah beredar di pasaran,
permukaan terkecil kedua yaitu 31,57 Dyne/cm yang kemudian skala produksinya
diperbesar hingga 50 mL dan diukur pH, viskositas, densitas, dan total solidnya
50
Tabel IV.5 Data Hasil Pengukuran pH, Viskositas, densitas dan Total Solid pada
Alkil alifatik
6,62 9 cP 1,186 g/mL 50,605%
ammonium klorida
setelah ditambah dengan surfaktan jenis alkil alifatik ammonium klorida pH-nya
menjadi turun yaitu dari 6,72 (tabel IV.1) menjadi 6,62 (tabel IV.5) dikarenakan
pH pada surfaktan alkil alifatik ammonium klorida 5,5 (MSDS, 2001) dimana pH
glifosatnya.
kecil yaitu surfaktan jenis koko amina yaitu 28,83; alkil amida yaitu 28,3; dan
alkil aromatik ammonium klorida yaitu 29,73 (tabel IV.4) kemudian diproduksi
dengan skala yang lebih besar yaitu 50 mL dan diukur pH dan viskositas yang
Tabel IV.6 Data Hasil Pengukuran pH dan Viskositas pada Potassium Glifosat
51
Berdasarkan tabel IV.6 menunjukkan bahwa larutan K-Glifosat setelah
ditambah dengan surfaktan koko amina pH K-glifosat berubah dari 4,23 (tanpa
surfaktan pada tabel IV.1) menjadi 4,44 (menggunakan surfaktan) hal ini
disebabkan oleh pH surfaktan koko amina 7,5 (MSDS, 2013) yang merupakan pH
berubah dari 4,23 (tabel IV.1) menjadi 4,08 (tabel IV.6), hal ini disebabkan oleh
pH dari surfaktan alkil amida dan alkil aromatik ammonium klorida yaitu 4,5
(MSDS, 2013) sehingga ketika kedua surfaktan tersebut ditambahkan pada larutan
amina ditambah dengan SLES 70%, alkil amida ditambah dengan Aminon C-
dari larutan tersebut tanpa menambah nilai tegangan permukaan dari larutan
tersebut.
untuk mengetahui kompatibilitas larutan tersebut yang dapat dilihat pada tabel IV.
7.
52
Tabel IV.7 Data Hasil Kompatibilitas Potassium Glifosat dengan Surfaktan
Genamin STAC
Berdasarkan tabel IV.7 hasil yang diperoleh dari ketiga larutan tersebut
adalah yang paling kompatibilitas yaitu alkil ammonium klorida yang ditambah
membentuk garam electroneutral, sebagian besar ini hanya sedikit larut dalam air
dengan genamin STAC) diproduksi dengan skala yang lebih besar yaitu 50 mL
dan diukur pH, viskositas, tegangan permukaan dan densitas yang dapat dilihat
Tabel IV.8 Data Hasil Pengukuran pH, Viskositas, Tegangan Permukaan dan
Tegangan
Jenis Surfaktan pH Viskositas Densitas
Permukaan
53
Alkil Aromatik
4,10 32,93
Ammonium Klorida + 10 cP 1,15 g/mL
(23,40C) Dyne/cm
Genamin STAC
dari 9 cP (tabel IV.6) menjadi 10 cP (tabel IV.8), hal ini dikarenakan pada
glifosat dan surfaktan jenis alkil aromatik ammonium klorida ditambah dengan
genamin STAC maka nilai tegangan permukaannya akan naik disebabkan oleh
nilai tegangan permukaan dari genamin STAC sendiri cukup besar (30,13
54
Setelah dilakukan pengukuran parameter fisik, ammonium dan potassium
disimpan dalam tiga wadah dan tiap wadahnya disimpan pada suhu 540C, 250C
(suhu ruang) dan 00C selama 2 minggu. Tes penyimpanan dilakukan bertujuan
untuk mengetahui stabilitas dari larutan tersebut pada suhu tertentu. Penyimpanan
mewakili kestabilan larutan selama 1 tahun. Hasil dari tes penyimpanan dapat
pada suhu 00C tidak stabil ditandai dengan terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas
Genamin STAC dan lapisan bawah adalah potassium glifosat ditambah dengan
alkil aromatik ammonium klorida. Hal ini disebabkan oleh genamin STAC sedikit
larut dalam suhu rendah yaitu berkisar 00C. Berikut ini terdapat data hasil
pengukuran pH sebelum dan setelah penyimpanan yang dapat dilihat pada tabel
IV.10.
55
Tabel IV.10 Data Pengukuran pH sebelum dan setelah Penyimpanan
pH
Sebelum penyimpanan 2 minggu pada suhu 00C 6,62 (26,20C) 4,10 (23,40C)
Sebelum penyimpanan 2 minggu pada suhu 250C 6,62 (26,20C) 4,10 (23,40C)
Sebelum penyimpanan 2 minggu pada suhu 540C 6,62 (26,20C) 4,10 (23,40C)
Setelah penyimpanan 2 minggu pada suhu 00C 6,62 (19,80C) 3,95 (21,50C)
Setelah penyimpanan 2 minggu pada suhu 250C 6,61 (22,10C) 3,88 (21,80C)
Setelah penyimpanan 2 minggu pada suhu 540C 6,58 (26,20C) 3,84 (28,20C)
baik sebelum dan sesudah penyimpanan selama dua minggu pada suhu 00C, 250C,
pada suhu 00C, 250C, serta 540C mengalami perubahan dari pH 4,1 menjadi 3,8,
range pH K-glifosat yaitu 4-5 (MSDS, 2013). Potassium glifosat dengan pH 3,8
masih tetap dapat terdegradasi oleh mikroba dikarenakan mikroba dalam tanah
Herbisida jenis glifosat yang sering diproduksi adalah IPA glifosat yang
mempunyai perbedaan baik dari sifat fisik, kimia maupun dalam seggi
Berikut adalah perbandingan antara IPA, ammonium, dan potassium glifosat yang
56
Tabel IV.11. Perbandingan antara IPA, ammonium dan potassium glifosat
Viskositas 13,6 cP 15 cP 6 cP
Tidak mudah
(235,50C)
Paling Mudah
Kelarutan dalam Air Susah larut Mudah larut
larut
Degradasi oleh
Degradasi kira-
Degradable mikroba dalam -
kira 47 hari
waktu kurang
57
dari 60 hari
ketiga jenis garam glifosat tersebut yang paling aman digunakan maupun
58
BAB V
V.1 Kesimpulan
sulfonat, koko amina, alkil amida, alkil aromatik ammonium klorida, alkil
potassium glifosat.
umum yang paling aman adalah potassium glifosat jika dilihat dari segi
tertentu.
V.2 Saran
pada gelas kimia yang tertutup agar tidak terlalu banyak ammonium
59
DAFTAR PUSTAKA
60
LAMPIRAN
Pembuatan KOH 10 M
Ambil KOH yang berbentuk flat 46,3144 gram diencerkan dalam 250 mL air
Gambar
Gambar VI.1 Viskometer Brookfield LVT Gambar VI.2 pHmeter 827 Metrohm
61
Gambar VI.5 Sonomatic Langford
62
Gambar VI.9 Penentuan Jenis Surfaktan pada NH4-Gly
63
Gambar VI.12 Penentuan Jenis Surfaktan pada K-Gly
64