Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

KONSELING INDIVIDU

1. Tujuan Umum Konseling Individu


a. Membantu konseli menata kembali masalahnya,, dan menyadari tentang dirinya serta mengurangi
penilaian negative terhadap dirinya sendiri, serta perasaan-perasaan yang ia inginkan
b. Membantu konseli dalam mengoreksi presepsinya terhadap lingkungan, agar konseli bisa
mengarahkan tingkahlaku serta mengembangkan diri kerah yang lebih baik
2. Tujuan Khusus Konseling individu
Menurut Gibson,Mitchell dan Basile (hibana:2013)
1. Perkembangan
Konselor membantu konseli dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya serta
mengantisipsi hal-hal yang akan terjadi pada proses , seperti perkembangan kehidupan
social,pribadi, emosional,kognitif, fisik,
2. Pencegahan
Konselor membantu konseli dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
3. Perbaikan
Konselor membantu konseli mengatasi masalahnya, menghilangkan perkembangan tingkahlaku
yang tidak diinginkaan
4. Penyelidikan
Konselor membantu konseli dalam menguji atau memberikan tes dalam keterampilan dirinya,
membuat pilihan-pilihan seperti mengambil jurusan, bakat minat,dan mencoba aktivitas yang baru
5. Penguatan
Konselor Membantu konseli untuk menyadari apa yang dilakukan,difikirrkan, dan dirasakan
mengalami perubahan kearah yang lebih bik atau sudah baik
6. Kognitif
Konselor membantu konseli untuk Menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan
kognitif (berfikirnya)
7. Fisiologis
Konselor membantu konseli untuk menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup
sehat
8. Psikologis
Konselor Membantu konseli mengembangkan keterampilan social yang baik, belajar mengontrol
emosi, mengembangkan konsep diri positif.

3. Pengertian konseling individu


Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor
kepada konseli, guna untuk memberikan pemecahan masalah yang dihadapi konseli baik saat ini
maupun massa yang akan datang, yang bersifat sementara dan bertujuan untuk memberikan solusi
kearah yang lebih baik.
Menurut Hellen(2000) konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung tatap muka(secara
perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan pengentasan masalah pribadi yang
di derita konseli. (Hellen:2000). Konseling Individual adalah prosespemberian bantuan yang dilkukan
melalui wawancarakonseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (konseli) yang bemuara pada teratasinya masalah yang dihdapi konseli
(Prayitno:1994)

4. Manfaat konseling Individu Secara Optimal


Manfaat konseling yang dapat dioptimalkan untuk membantu keberhasilan baik kepada konseli,
maupun kepada siswa. Dalam studi maupun kehidupan nyata di masyarakat
a. Membangun, menjaga dan memelihara kesehatan mental konseli
Dalam proses konseling konseli akan membelajarkan diri menerima tanggung jawab, mandiri dan
mencapai tingkahlaku yang integrative, konseli juga mendaptkan pemenuhan kebutuhan taraf
psikososial sampai ke tataran kehidupan ruhani spiritual
b. Membangun kemampuan siswa atau konseli membuat dan mengambil keputusan yang lebih tepat
Kegiatan layanan konselingindividu membelajarkan konseli untuk berkemampuan mengambil
keputusan secara cepat dan tepat pada saat-saat yang emergency (genting) serta berkemampuan
dalam memprediksi konsekuensi logis yang mungkin timbul berkenaan dengan seluruh
pengorbanan pribadinya, tenaga, waktu, biaya dan sebagainya
c. Membangun keefektifan pribadi konseli (siswa)
Dalam proses konseling konselor harus menggali dan menyeleksi tujuan-tujuan dengan tingkat
kepuasan yang tinggi seiring dengan keterbatasan potensi dan lingkungan yang mengitarinya
d. Mengubah perilaku negative menjadi positif
Layanan konseling individu pada prinsipnya berupaya untuk melakukan proses perubahan dalam
diri konseli disaat sedang menghadapi masalah baik dalam berperilaku maupun dalam pola
berpikirnya, sehingga terbentuk pengubahan perilaku yang awalnya negative menjadi perubahan
kepositiv.
e. Membelajarkan diri konseli untuk mencegah munculnya masalah
Dalam proses konseling individu di tuntun untuk lebih memahami konsep dirinya kearah yang
lebih baik lagi, konselor lebih menitik beratkan pada proses pencegahan jangan sampai konseli
mengalami masalah yang sama dikemudian hari
f. Membantu membangun kwalitas dalam diri baik terhadap konseli maupun siswa
Upaya ini dapat berwujud membangun motivasi konseli maupunsiswa, yang bertujuan dalam
mengarahkan kearah yang lebih baik dalam bersikap, bertingkahlaku, belajar,kebiasaan kea rah
yang lebih baik

g. Membantu mengubah cara pandang konseli terhadap masalah


Dalam hal ini konseli dibantu dituntun dan diberikan cara pandang, pemikiran tentang bagaimana
menghadapi setiap masalah yang di alaminya, dilatihkan dalam memahami, mengerti dan
menyikapi setiap persoalan yang ada seperti bagaimana menahan emosional saat ada masalah,
bagaimana mengaplikasikan diri, melatih percaya diri setiap konseli dll
5. Langkah-Langkah Dalam Konseling Individu
1. Tahap perencanaan/identifikasi Keluhan dan potensi
Merencanakan dan memprogramkan kegitan apa yang akan dilakukan oleh konselor terhadap
masalah konseli

2. Tahap pelaksanaan/ Merancang tujuan yang spesifik


3. Tahap Analisis/ Strategi melaksanakan solusi/ perubahan
4. Kesadaran Perubahan dan memilih tingkahlaku yang spesifik
5. Evaluasi dan tindak lanjut

6. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan:


a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
bDalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan yang akan dilakukan
oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukankarena kemauan atau
desakan dari pembimbing atau pihak lain. Permasalahan individu harus ditangani oleh
tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
cKerjasama antara guru bimbingan dan konseling/Konselor, guru-guru lain, dan orang tua
amat menentukan hasil pelayanan bimbingan dan konseling.
dPengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang
terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

7. Fungsi Bimbingan dan Konseling.

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik. Pemahaman itu meliputi;
- pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri,
orang tua, dan guru (termasuk guru bimbingan dan konseling/Konselor).
- pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang
tua, dan guru (termasuk guru bimbingan dan konseling/Konselor).
- pemahaman tentang lingkungan (termasuk di dalamnya informasi pendidikan,
informasi jabatan/pekerjaan, informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama
oleh peserta didik sendiri, orang tua, dan guru (termasuk guru bimbingan dan
konseling/Konselor).
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari permasalahan yang mungkin timbul,
yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan
kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta
didik.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan
kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
5. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh
pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

8. Proses Konseling Individu / Tahap Konseling

A. Tahap Awal Konseling


Proses Konseling Individu secara umumdibagi ats 3 tahapan: Tahap awal konseling disebut
dengan tahap identifikasi masalah. Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa
diterapkan oleh konselor yaitu :
1. Keterampilan Atending (Attending Skills)
Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri konseli yang diwujudkan dalam
bentuk kontak mata dengan konseli, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Keterampilan attending
juga mencerminkan bagaimana konselor menghampiri konseli yang diwujudkan dalam
perilaku diatas.
2. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau konselor menyimak atau
memperhatikan penuturan klien selama proses berlangsung.
3. Keterampilan Berempati (Emphaty Skills)
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli, merasa dan
berpikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli. Empati diawali dengan
simpati, yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman
konseli.
4. Keterampilan Refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk memantulkan kembali kepada
konseli tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbalnya.
5. Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian. Keterampilan eksplorasi adalah
suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman konseli
6. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampuan pembimbing atau konselor mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada sesi konseling. Keterampilan ini penting dimiliki oleh setiap
konselor. Tanpa keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan konselor mungkin
tidak dipahami klien sehingga ia tidak bisa menjawab (diam). Tanpa keterampilan ini,
konselor juga akan mengalami kesulitan membuka sesi konseling.
7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Dalam sesi konseling sering konseli mengemukakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya
secara berbelit-belit. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan konselor menangkap pesan utama
(ide utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutnya ditanyakan secara sederhana dan
disampaikan dengan bahasa sendiri oleh konselor, sehingga mudah dipahami.
8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan konselor memberikan
dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh konseli. Melalui
keterampilan ini, konseli akan selalu terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Tujuan
keterampilan ini adalah menjadikan konseli terbuka dan bersedia untuk berbicara serta dapat
mengarahkan agar pembicaraan (wawancara konseling) mencapai tujuan.

B. Tahap Pertengahan
1. Keterampilan Menyimpulkan Sementara
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan konselor bersama konseli
untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau memperjelas fokus
wawancara konseling.
2. Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang, konselor harus memimpin
arah pembicaraan sehingga tujuan konseling dapat tercapai secara efektif dan efisien.
3. Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang
terseleksi terhadap pembicaraan dengan konseli. Keterampilan ini akan membantu konseli
memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.
4. Keterampilan Melakukan Konfrontasi
Konfrontasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang konseli untuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi (ketidakkonsistenan) antara perkataan dengan bahasa badan
atau perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya.
5. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor menjernihkan atau memperjelas
ucapan-ucapan konseli yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.
6. Keterampilan Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar konseli dengan mudah
berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara
bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling berlangsung
secara efektif.
7. Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan konseli untuk berpartipasi
secara penuh dalam proses koseling. Melalui keterampilan ini, konselor mengajak konseli
agar berbuat sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat sesuatu.
8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Minimal encouragement atau keterampilan memberikan dorongan minimal adalah suatu
upaya konselor memberikan dorongan secara langsung dan singkat agar konseli selalu
terlibaat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka. Keterampilan ini bertujuan agar konseli
terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
9. Keterampilan Sailing (Saat Diam)
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik konseling. Oleh sebab
itu konselor harus memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam akan membantu konselor : (a)
untuk mendorong konseli untuk berbicara, (b) membantu konseli untuk lebih memahami
dirinya, (c) setelah diam, klien dapat mengikuti ekspresi yang membawanya berpikir dan
bangkit dengan tilikan yang mendalam, (d) mengurangi kecepatan wawancara.
10. Keterampilan Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila konseli kurang bersemangat untuk
berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang
mengajak konseli untuk berpartisipasi dan berinisiatif dalam menuntaskan pembicaraan.
11. Keterampilan Memberikan Nasihat
Nasihat bisa diberikan kepada konseli apa bila ia meminta. Meskipun demikian pemberian
nasihat tetap perlu harus dipertimbangkan. hal yang harus dijaga untuk memberi nasihat
adalah tujuan konseling, yakni kemandirian konseli harus tetap tercapai.
12. Keterampilan Memberi Inpormasi
Informasi diberikan oleh konselor kepada konseli harus hal-hal yang diketahui konselor.
Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa yang dikehendaki konseli, konselor secara
jujur harus mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui informasi tersebut. Sebaliknya,
apabila konselor mengetahui, sebaiknya upayakan agar konseli tetap mengusahakannya,
konnseli mencari sendiri sumber informasi tersebut.
13. Keterampilan Menafsirkan atau Interpretasi
Keterampilan menafsirkan atau interpretasi merupakan upaya konselor mengulas pikiran,
perasaan dan pengalaman konseli dengan merujuk kepada teori-teori. Sifat-sifat subjektif
tidak boleh dimasukkan kedalam interpretasi.
C. Tahap Akhir (Action)
1. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor mengambil inti pokok
pembicaraan selama proses konseling berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau
wawancara konseling bisa dilakukan konselor bersama konseli. Dari kesimpulan
pembicaraan dapat diketahui : (a) bagaimana keadaan perasaan konseli saat ini, (b) apa
rencana konseli selanjutnya, (c) pokok-pokok pembicaraan apa yang akan dibicarakan pada
sesi selanjutnya.
2. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat membantu konseli untuk
dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata
yang produktif bagi kemajuan konseli. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama
antara konselor dengan konseli. Dengan demikian, keterampilan merencanakan adalah
kemampuan konselor merencanakan tindakan nyata (action) yang produktif bagi kemampuan
konselinya.
3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor menetapkan batas-batas
atau ukuran-ukuran keberhasilan proses konseling yang telah dilaksanakan. Melalui
keterampilan ini, konselor menetapkan sisi mana dari proses konseling yang telah dicapai dan
sisi mana yang belum. Selain itu juga bisa ditetapkan kendala apa yang menjadi penghambat
proses konseling. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi ditentukan apa tindak selanjutnya
(follow up-nya).
4. Keterampilan Mengakhiri Konseling
Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan konselor menutup sesi
konseling. Secara umun penutupan sesi konseling dilakukan oleh konselor dengan melakukan
hal-hal sebagai berikut: (a) mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir, (b) merangkum
isi pembicaraan (isi wawancara konseling), (c) menunjukkan kepada konseli tentang
pertemuan yang akan datang, (d) mengajak konseli berdiri sambil menunjukan isyarat gerak
tangan, (e) menunjukan catatan-catatan singkat kepada konseli tentang hasil pembicaraan
(hasil wawancara konseling), dan (f) memberikan tugas-tugas tertentu kepada konseli apabila
diperlukan.

9. Beberapa Indikator Keberhasilan Konseling adalah


a. Menurunny kecemasan konseli
b. Mempunyai rencana hidup yang praktis, pragmatis dan berguna
c. Harus ada perjanjian kapan rencananyaakan dilaksanakan sehingga pada pertemuan beikutnya
konselor sudah berhasil mengecek hasil rencananya.
MENGENAI EVALUASI TERDIRI DARI BEBERAPA HAL
- Konseli menilai rencana perilaku yang akan dibuatnya
- Konseli menilai perubahan perilaku yang telh terjdi pda dirinya
- Konseli menilai proses dan tujun konseling

10. KEGIATAN PENDUKUNG KONSELING INDIVIDU


Konseling individu memerlukan kegiatan pendukung. Adapun kegitan-kegitan pendukung
layanan konseling individu adalah
1. Instrumen
Dalam layanan konseling individu , hasil instrument baik berupa tes maupun non tes
dapatdigunakan secarra langsung maupun tidaklaangsung dalam layanan. Hasil tes, hasil ujian,
hasil AUM (alat ungkap Masalah), sosiometri, angket dan lain sebagainya dapat dijadikan konten
(isi) yang diwacanakan dalam proses layanan konseling individu
2. Himpunan Data
Data yang tercantungdalaam himpunan data selain dapat dijadikan pertimbangan untuk
memanggil siswa, dapat dijadikan konten yang diwacanakan dalam layanan konseling individu.
Data yang diperoleh dari hasil layann dijadikan dokumeentasi dalam himpunan data
3. Komperensi Kasus
Komperensi kasus bertujuan untuk memperoleh data tambahan tentang konseli untuk
memperoleh dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak terutama pihak yang diundangdalam
konferensi kasus untuk pengentasan masalah konseli. Konferensi kasus bisa dilaksanakan
sebelum dan sesudah dilaksanakannya layanan konseling individu. Pelaksanaan Konferensi kasus
setelah layanan konseling individu dilakukan untuk tindak lanjut layanan. Kapanpun konferensi
kasus dilaksanakan, rahasia pribadi konseli harus tetap terjaga dengan baik.
4. Kunjungan Rumah
Bertujuan untuk memperoleh data tambahan-tambahan tentng konseli. Selin itu juga untuk
memperoleh dukungan dan kerjasama dari orang tua dlam rangka mengentaskan masalah
konseli. Kunjungan rumah bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah layanan konseling individu
5. Alih Tangan Kasus
Tidak semua masalah individu menjadi kewenangan konselor

11. ASAS- ASAS DALAM KONSELING

A. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling.

1. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya
segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh
orang lain. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling/Konselor berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar-
benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalankan layanan/kegiatan
yang diperuntukkan baginya. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling/Konselor
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.
Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling/Konselor berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (Konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya
asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru bimbingan dan
konseling/Konselor terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini guru
bimbingan dan konseling perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yaitu: peseta didik sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciriciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru bimbingan dan konseling hendaknya
mampu mengarahkan layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.

6. Asas kekiknian, yaitu asas bimbinga menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisinya
sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau dilihat
dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat
sekarang.

7. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling/konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan. Untuk inikerjasama antara guru bimbingan dan konseling dan pihakpihak
yang berperanan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu
terus dikembangkan. koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Layanan dan kegiatan bimbingan dan konselingharus dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma
tersebut.

10. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Keprofesionalan guru bimbingan dan konseling harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.

11. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-
pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru bimbingan dan
konseling/Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,
atau ahli lain, selain juga dapat mengalihtanagankan kasus kepada guru mata
pelajaran/praktik dan ahli-ahli lain.

12. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik (konseli) untuk maju. Segenap asas perlu diselenggarakan secara
terpadu dan tepat waktu yang satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari
yang lain.

12. teknik-teknik dasar dalam komunikasi konseling.

1). Attending (Perhatian)

Attending adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian


kepada konseli agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga
konseli bebas mengekspresi kan /mengungkap-kan tentang apa saja yang ada dalam pikiran,
perasaan atau pun tingkah lakunya.
Keterampilan attending meliputi:
a). Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan eksprsi muka)
diantara posisi badan yang baik dalam attending mencakup
 duduk dengan badan menghadap konseli
 tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang- kadang digunakan untuk
menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal
 Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamnya
senyum spontan atau anggikan kepala sebagai persetujuan
atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
 Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearah
konseli untuk menunjukkan kebersamaan dengan konseli.

b). Kontak mata


1. Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat konseli
pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya.
Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan
menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan
minat dan keinginan mendengarkan serta merespon konseli.
2. Kontak mata yang tidak baik mencakup:
 Tidak pernah melihat koseli
 Menatap konseli untuk secara tetap dan tidak memberi
kesempatan konseli untuk membalas tatapan.
 Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah konseli
melihat kepada konselor.
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
1. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap konseli.
2. Duduk dengan sangat kaku
3. Gelisah atau tidak tenang (resah)
4. Mempergunakan tangan, kertas dan kuku tangan.
5. Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
6. Selalu meukul-mukul dan menggerakkan tangan dan
lengan.
7. Wajah tidak menunjukkan perasaan
8. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan
kepala yang tidak berarti

c). Mendengarkan

Mendengarkan dalam keterampilan ini adalah mendengar dengan tepat dan mengingat
apa yang konseli katakan dan bagaimana mengatakannya. Dengan mendengar yang tepat
memungkinkan konselor merumuskan tanggapan yang dapat
menangkap dengan tepat perasaan dan pikiran konseli. Cara mendengarkan yang baik mencakup:
1. memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada
konnseli.
2. mendengarkan segala suatu yang dikatakan oleh konseli.
3. Mendengarkan keseluruhan pribadi konseli (kata-katanya,
perasaan dan perilakunya). Memahami pesan baik verbal
maupun non verbal dari diri konseli.
4. Mengarahkan apa yang konselor katakan terhadap apa
yang telah dikatakan oleh konseli.

3. Penerapan Nilai-nilai Budaya Indonesia dalam ketrampilan komunikasi konseling

1. Dalam keterampilan attending terdapat beberapa aspek yang sering digunakan, aspek
ini meliputi:
a. Kontak Mata.
Bila konselor berbicara dengan konseli, maka pandanglah dia (budaya barat). Tingkah laku ini
tidak seluruhnya tepat bagi konseli Indonesia. Kebiasaan sehari-hari jika kita berbicara dengan
orang lain, kita tidak terus menerus menatap muka lawan bicara, apa lagi orang lain itu orang
yang lebih usianya, tidaklah sopan mengarahkan pandangan mata kepadanya. Konseli akan
mengasosiasikan pembicaraan dengan kontak mata keseharian kepada orang tua.
b. Bahasa tubuh
Masyarakat Indonesia umumnya tidak terbiasa menggunakan bahasa tubuh untuk menyertai
pembicaraan kita dengan orang, kecuali yang banyak dilakukan adalah penggunaan gerakan
tangan.
c. Kualitas suara
Bahasa Indonesia yang kita gunakan tidak termasuk bahasa berlagu, konseli dalam kehidupan
sehari-hari dalam percakapan biasa mendengar kata-kata orang lain dengan intonasi yang
lebih mendatar. Konseli mendengarkan kata-kata konselor dengan intonasi suara yang lebih
variatif mungkin konseli akan merasa asing dalam komunikasi itu.

2. Opening (Pembukaan)

Opening (pembukaan) adalah keterampilan/teknik untuk membuka/memulai


komunikasi/hubungan konseling. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam
menggunakan teknik opening antara lain adalah
- menyambut kehadiran konseli
- membicarakan topik netral,
- dan memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan konseling.
a. Penyambutan
1. Verbal
Konselor memberi atau mejawab salam, menyebut nama
konseli, mempersilahkan duduk, dll.
2. Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat tangan, senyum dengan ceria,
mendampingi/mengiringi konseli saat menuju tempat duduk, menempatkan konseli pada
tempat duduk yang lebih baik, duduk sesudah
konselinya duduk, dll.
B. Pembicaraan Topik Netral
1. Topik netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung
perasaan konseli.
2. Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian hangat
di lingkungan konseli, hobi konseli, bahan-bahan atau gambar-gambar yang ada di ruang
konseling, potensi lingkungan asal konseli, dll.
C. Pemindahan Topik Netral ke Permulaan Konseling.
Cara
1. Menggunakan kalimat “jembatan”, misalnya:
“Setelah kita membicarakan………(isi topik netral),
barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan
bersama dalam pertemuan ini”.
2. Mengembangkan sebagaian isi topik netral, misalnya:
“Itu tadi hobimu di bidang musik, lalu bagaimana
dengan prestasimu dalam perkuliahan”.
3. Acceptance
Pengertian Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk
menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli.
Bentuk
a. Verbal
- Bentuk pendek: teruskan/terus, oh ….ya; lalu/kemudian,
ya…ya…;hem… hem….. dll
- Bentuk panjang: Saya memahami…..;saya menghayati….; Saya dapat
merasakan…..; Saya dapat mengerti……,dll.
b. Non verbal: anggukan kepala, posisi duduk condong kedepan,
perubahan mimik, memelihara kontak mata, dll.
4. Restatement (Pengulangan)
Pengertian Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik yang digunakan konselor untuk
mengulang/menyatakan kembali pernyataan konseli (sebagian atau seluruhnya) yang dianggap
penting.

Cara
1. Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan konseli, tidak
boleh menambah/menguranginya.
2. Intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan
penyataan konseli.
Contoh
Konseli : “Sebetulnya saya ingin masuk Jurusan Teknik Industri,
tetapi ibu tidak setuju bila saya memasuki jurusan tersebut”.
Konselor : “Ibu tidak setuju..”
5). Reflection of Feeling (Pemantulkan perasaan)
Pengertian Refelection of feeling (pemantulan perasaan) adalah teknik yang digunakan
konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandung di balik pernyataan konseli.
Bentuk
Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan, seperti agaknya, sepertinya,
tampaknya, rupa-rupanya, kedengarannya, nada-nadanya, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Hindari stereotip
2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan konseli.
3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan
perasaan/sikap konseli secara tepat.
4. Sesuaikan bahasa yang digunakan dengan kondisi konseli.
Contoh
Konseli : “Pak, saya sudah belajar dengan giat sebelum menghadapi
UNC, tetapi nilai yang saya terima jauh di bawah yang saya
harapkan“.
Konselor : “ Sepertinya Anda merasa kecewa terhadap nilai UNC
yang Anda terima “.

6). Clarification
Pengertian Clarification (klarifikasi) ialah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan
kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Bentuk
Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan: pada
dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata
lain, dsb.
7. Paraprashing
Pengertian Paraprashing adalah kata-kata konselor untukmenyatakan
kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli. Paraprase yang efektif:
a. Konseli menjadi merasakan kebersamaan dengan
pembimbing.
b. Lebih mengarahkan pembicaraan klien berikutnya.
c. Dapat mengecek ketepatan/kecermatan pembimbing dalam
menangani konseli. Paraprse yang efektif akan sering diikuti dengan kata-kata “ya” atau
“benar/betul” secara spontan dari konseli.
Cara paraprase:
a. Dengarkan pesan utama dari kata-kata klien
b. Nyatakan kembali pesan utama secara sederhana dan singkat.
c. Amati pertanda atau minta respon dari klien tentang
kecermatan konselor.

8). Structuring (Pembatasan)


Pengertian Structuring (Pembatasan) adalah teknik yang digunakan
konselor untuk memberikan batas-batas/pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.

Jenis-jenis Structuring
Teknik structurting terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1. Time limit (Pembatasan waktu)
a. Time limit dari Konseli
Konseli : “Pak, sebetulnya saya sudah seminggu yang lalu ingin menemui Bapak,
tetapi baru kali ini saya dapat berjumpa dengan Bapak. Dan hari ini saya
dapat menghadap Bapak dari jam 8.00 sampai jam 8.30, karena jam 8.30 nanti
saya ada acara pembekalan PPL di Laboratorium.
K’or :“Kalau demikian, marilah kita manfaatkan waktu
selama 30 menit ini dengan sebaik-baiknya”
b. Time Limit dari Konselor
Konseli : “Saya sulit sekali menyesuaikan diri dengan
teman-teman di kampus ini, karena itulah saya
kemari untuk membicangkannya dengan ibu”
K’or : “bagus, Anda kemari untuk membahas masalah
Anda dengan saya, namun perlu diketahui bahwa
jam 10.00 nanti saya diundang oleh dekan
menghadiri rapat dan kita hanya memiliki waktu
selama 45 menit. Oleh karena itu marilah kita
gunakan waktu ini sebaik-baiknya.
2. Role Limit (Pembatasan peran)
Konseli : ”Akhir-akhir ini saya sulit sekali mengkonsentrasikan
diri dalam belajar, karena itu saya menemui Bapak untuk
meminta nasihat bagaimana cara belajar yang baik”.
Ko’r : “Anda meminta nasehat dari saya?” Perlu anda ketahui
bahwa saya tidak dapat memberikan nasihat
sebagaimana yang anda minta, tetapi marilah kita
bicarakan bersama masalah Anda itu kemudian kita cari jalan keluarnya”.
3. Problem Limit (Pembatsan Masalah)
Konseli : “Pak saya sulit sekali berkonsentrasi belajar sehingga
ketika ujian berlangsung saya tidak dapat mengerjakan
dengan baik maka dari itu nilai saya menjadi jelek.
Disamping itu, dikelas saya juga sulit sekali bergaul
dengan lawan jenis dan satu hal lagi Pak, gimana ya
caranya agar saya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru?”
Ko’r : “Dalam masalah yang Anda kemukakan tadi
setidaknya ada tiga masalah yaitu masalah
berkonsentrasi belajar, masalah dengan bergaul dengan
lawan jenis, dan masalah penyesuain diri. Nah dari
ketiga masalah tersebut mana yang mendesak untuk kita
bicarakan terlebih dahulu?”
4. Action Limit (Pembatasan tindakan)
Konseli : “(Datang ke ruang konseling dengan marah-marah,
wajah memerah dan sambil menyobek-yobek kertas)”
Ko’r : “Tenang-tenang..,Anda boleh mengutarakan apa saja
disini, tetapi satu hal yang tidak boleh anda lakukan
disini yaitu mengotori ruangan ini”

9. Lead (Pengarahan)
Pengertian Lead adalah teknik/keterampilan yang digunakan konselor untuk mengarahkan
pembicaraan konseli dari satu hal ke hal yang lain secara langsung. Keterampilan ini sering
pula disebut keterampilan bertanya, karena dalam penggunaannya banya menggunkan
kalimat-kalimat tanya . Tujuan dari keterampilan pengarahan ini adalah mendorong konseli
untuk merespon pembicaraan terutama pada awal-awal pertemuan
Jenis-jenis Lead
Secara umum ada dua jenis pengarahan (Lead) yaitu lead
umum dan lead khusus.
1. Lead Umum
Lead umum ialah teknik pengarahan/pertanyaan yang
memberikan kesempatan kepada klien untuk bebas mengelaborasi, mengeksplorasi, atau
memberikan reaksi/jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai dengan keinginan konseli.
Contoh :
Konseli : “Pak kemarin saya baru saja ikut lomba lari tingkat nasional”
Ko’r : “Coba ceritakan kepada bapak bagaimana suasana
waktu kamu mengikuti lomba tersebut?”
2. Lead Khusus
Lead Khusus adalah teknik pengarahan/pertanyaan yang klien
untuk memberikan suatu reaksi/jawaban yang spesifik/tertentu.
Contoh
Konseli : “Pak saya merasa kesal dengan Budi karena dia malas diajak belajar kelompok
padahal ada tugas yang harus dikerjakan dengan dia”
Ko’r : “Siapa saja anggota kelompok belajarmu selain Budi?”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lead:
1. Pada awal-awal pertemuan/pembicaraan konselor hendaknya lebih banyak
menggunakan lead umu daripada lead khusus hal ini berguna untuk memberi
suasana kebebasan atau keleluasaan bagi konseli
2. Hendaknya konselor dapat menggunakan variasi komunikasi
dan tidak terpaku dengan teknik lead saja dalam pertemuan
konseling, dengan demikian konselor dapat menghindari
warna pertemuan seperti pertemuan tanya jawab atau
interogasi.

10 Silence (Diam)
Pengertian Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan
konseli, dalam proses konseling.
Tujuan
Silence digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk istirahat atau
mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorganisasi
kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya.
2. Mendorong klien atau memotivasi klien mencapai tujuan
konseling.
Jenis-jenis Silence
Secara umum ada dua jenis silence, yaitu silence dari konselor
dan silence dari konseli.
1. Silence dari konselor
Jenis silence ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
konselor. Pada waktu-waktu tertentu, konselor merespon
dengan silence.
Contoh:
Konselor merasa dirinya terlalu aktif dan memutuskan
untuk mengurangi keaktifan tersebut dengan memberikan
kesempatan kepada konseli untuk lebih banyak aktif dan
bertanggungjawab dengan menggunakan teknik diam (silence).
Di samping itu, kemungkinan konselor menyadari adanya
suatu momentum pada diri konseli yang dapat mengarahkan
kesadaran, komitmen, atau issu-issu baru yang relevan. Dalam
hal ini konselor menggunakan teknik diam agar tidak
mengganggu momentum psikologis klien tersebut.
Misalnya:
Konseli :”Bu, selama ini saya selalu bertanya-tanya pada diri
saya sendiri sebetulnya siapa bertanggungjawab atas kematian
ayah?”.
Ko’r : “………(diam untuk memberikan kesempatan kepada
Konseli istirahat sejenak setelah menumpahkan perasaan-
perasaannya berkaitan dengan pertanyaan mengenai kematian
ayahnya)”
2. Silence dari konseli.
Silence jenis ini terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
konseli, yaitu setelah klien bercakap-cakap dan menerima tanggung jawab. Pada saat itu, ia
berhenti berbicara beberapa saat. Silence tersebut terjadi antara lain karena klien mau
beristirahat sejenak setelah mengungkapkan perasaan-perasaan dan konfliknya
mereorganisasi pikiran dan perasaan-perasaannya, memadukan pengalaman-pengalaman
atau issu-issu baru kedalam dirinya, menyusun kalimat yang akan dikemukakan
selanjutnya, atau dirinya, menyusun kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya, atau
mungkin penolakan terhadap proses konseling.
Misalnya:
Konseli : “ya itu Pak, saya selalu menggunakan kebiasaan-
kebiasaan orang tua saya sebagai ukuran menilai tingkah laku istri saya sehingga
ia selalu marah kepada saya. Kalau ingat itu semua, saya sedih sekali……….
(konseli diam)”
Ko’r : “………………(diam beberapa saat untuk memberikan
kesempatan kepada konseli untuk mengalami perasaan-
perasaannya secara mendalam)”

11. Reassurance (Penguatan/Dukungan)


Pengertian Reassurance adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor untuk
memberikan dukungan/penguatan terhadap
pernyataan positif konseli agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri. Keterampilan/teknik
ini juga dapat digunakan untuk mendorong
diri konseli agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam menghadapi situasi atau hal-hal
yang tidak menyenangkan bagi
dirinya.

12. Rejection (Penolakan)


Pengertian Rejection adalah keterampilan/teknik yang digunakan
konselor untuk melarang konseli melakukan rencana yang akan
membahayakan/merugikan dirinya atau orang lain.
Jenis-jenis Rejection Secara umum ada dua jenis penolakan, yaitu penolakan secara halus dan
penolakan secara terang-terangan/langsung.
Contoh
Konseli : “Pak kemarin pacar saya mengirim surat kepada saya, dan
isinya dia mengatakan kalau mulai saat ini saya harus
menjauhi dia dan memutuskan hubungan dengan saya.
Saya amat sakit hati dengan peristiwa itu dan mulai besok
saya tidak akan menyapa dia dan tidak mau lagi berteman
dengan dia sampai kapanpun!”

Konselor : “ Coba pikirkan masak-masak, empat-lima kali lagi


sebelum melaksanakan rencana itu” (penolakan secara
halus)
Konselor : “Jangan, jangan anda lakukan rencana itu, karena
akibatnya akan merugikan Anda dan orang tua Anda”.
(penolakan secara terang-terangan/langsung)

13). Advice (Saran/Nasehat)


Pengertian Advice adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor
untuk memberikan nasehat atau saran bagi klien agar dia dapat lebih
jelas, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. Jenis-jenis Advice
Secara umum ada tiga jenis advice, yaitu, advice persuasif dan advice alternatif
1. Advice langsung
Advice langsung adalah saran/nasehat yang diberikan
langsung pada klien berupa fakta jika klien sama sekali tidak
mempunyai informasi tentang fakta/hal yang ia hadapi.
2. Advice persuasif
Advice persuasif adalah saran/nasehat yang diberikan
konselor bilamana klien telah mengemukakan alasan-alasan
yang logis dan dapat diterima dari rencana yang akan
dilakukan.

14. Summary (Ringkasan/Kesimpulan)


Pengertian Summary (kesimpulan) adalah keterampilan/teknik yang
digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenai
apa yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi konseling.
Jenis-jenis Summary yaitu summary bagian dan keseluruhan /akhir.
1. Summary Bagian
Summary bagian merupakan kesimpulan yang dibuat
setiap saat dari percakapan klien dan konselor yang dipandang
penting. Untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata
pendahuluan seperti: untuk sementara ini…., sampai saat
ini…., sejauh ini….., selama ini….,dsb.
2. Summary Akhir/keseluruhan
Summary akhir merupakan kesimpulan yang dibuat pada akhir komunikasi konseling sebagai
kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan yang dibuat pada akhir komunikasi
konseling sebagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir tersebut
didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti: sebagai kesimpulan akhir…., sebagai puncak
pembicaraan kita…,sebagai penutup pembicaraan kita…., dari awal hingga akhir
pembicaraan kita…, dsb.

15. Konfrontasi (Pertentangan)


Pengertian Konfrontasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor untuk
menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli dan
kemudian konselor mengumpan balikkan kepada konseli. Kesenjangan itu terjadi:
1. Antara dua pernyataan
Koseli mengatakan satu pihak dia sangat memperhatikan
pacarnya tapi dalam pernyataan lain dia malas menghubungi.
2. Antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan
Konseli mengatakan bahwa dia sangat minat mengambil tes
pegawai, tapi dia tidak datang ketempat tes tersebut.
3. Antara pernyataan dan tingkah laku nonverbal
Konseli menyatakan bahwa dia sangat senang bertemu pacarnya
tetapi sewaktu bercerita raut wajahnya sedih.
4. Antara dua tingkah laku non verbal
Kaki gemetar sedangkan bibir tersenyum
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan konfrontasi:
a. Konfrontasi dapat dilakukan jika hubungan klien dan konselor
sudah mencapai kepercayaan, jika tidak justru terjadi resistensi
(mempertahankan diri) pada diri konseli.
b. Konselor harus cukup yakin tentang apa yang ditunjukan
sebagai pertentangan, dan tidak boleh bicara dengan nada
mengadili, menuduh atau memamerkan ketajaman
pengamatannya.

16). Interpretasi (Penafsiran)


Pengertian Interpretasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor dimana
berarti atau karena tingkah laku konseli ditafsirkan/diduga dan dimengerti dengan
dikomunikasikan pada konseli. Selain itu dalam interpretasi konselor menggali arti dan
makna yang terdapat di belakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan/tindakannya
yang telah diceritakannya. Tujuan dari interpretasi adalah membantu klien lebih memahami
ddiri sendiri bilamana konseli bersedia mempertimbangkannya dengan pikiran terbuka.

17. Termination (Pengakhiran)


Pengertian Termination (pengakhiran) adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor
untuk mengakhiri komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah
“berakhir”.
Bentuk
Cara pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya konselor merapikan kembali
alat-alat yang telah digunakan, membuat kesimpulan alkir, membicarakan tugas-tugas yang
hendak dilakukan sebelum pertemuan yang akan datang, dan dapat dilakukan secara
langsung, misalnya konselor menunjukkan pembatasan waktu (time limit) konseling yang
telah disepakati pada awal pertemuan.

BAB 11

KONSELING KELOMPOK

A. KONSELING KELOMPOK
Konseling Kelompok adalah proses konseling yang dilakukan dalam setting kelompok dimana
konselor berinteraksidengankonseli dalam dinamika kelompok untuk mempasilitasiperkembangan
individu dan membantu individu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya secara bersama-sama.
Proses interaksi dalam kelompok mengandung cirri-ciri terapeutik, seperti pengungkapan
pikirandanperasaansecara leluasa, beroerientasi pada kenyataan, keterbukaan diri mengenai seluruh
perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, saling
mendukung. Sehingga metode yang digunakan adalah dukungan dan umpan balik interaktif dlam
kerangka berfikirhere and now (disini dan saat ini)
Konseli dalam anggota kelompok adalah individu-individu normal yang mempunyai berbgai
msalah yang tidak memerlukan penanganan secara klinis dalam struktur kepribadian untuk
mengatasinya. Konseli menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pengertian dan
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu dan untuk mempelajari atau
menghilangkan sikap-sikap serta perilaku tertentu.

B. FUNGSI KONSELING KELOMPOK


Konseling kelompok mempunyai dua fungsi yakni
1. Preventif yaitu layanan konseling yang diarahakan untuk mencegah terjadinya masalah pada
individu, dalam arti bahwa individu memiliki kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di
masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu
kelancaran berkomunikasi dengan orang lain
2. Kuratif yaitu layanan koseling yang diarahakanuntuk mengatasimasalah yang dialami individu.
Membantu individu untuk dapat kluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara memberikan
kesempatan, dorongan, dan pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya
agar selaras dengan lingkungannya.
C. MANFAAT KONSELING KELOMPOK
1. Kenseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi pada individu untuk membut prubahan-
prubahan dengan memanfaatkan potensi secara mksimal dapat mengaktualisasikan dirinya.
2. Dengan penguatan dari kelompok, konseli bisa terdorong untuk melakukan eksplorasi potensi diri
maupun kelemahannya.
3. Dapat menyediakan rasa aman yang dibutuhkan anggota kelompok untuk secara spontan dan
bebas berinteraksi dan mengambil resiko sehingga meningkatkan untuk saling berbagi
pengalaman dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.
4. Dapat memberikan individu berbagai macam pengalaman kelompok yang membantu mereka
belajar dalam mengembangkan teleransi terhadap stress dan kecemasan, dan menemukan
kepuasan bersama dalam bekerja, hidup bersamaorang lain.
5. Melalui interaksi dengan anggota kelompok , individu juga akan mengembangkan berbagai
keterampilan seperti: kepercayaan diri, kepercayaan terhadap orang lain, bagaimana berfikir
positif terhadap orang dan persoalan-persoalan yang dihadapinya.

D. TUJUAN KONSELING KELOMPOK


Tujuan konseling kelompok secara umum
1. Konseli belajar berkomonikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka,dengan saling
menghargai dan saling menaruh perhatian, yang akan membawa dampak positif dalam
kehidupannya dengan orang lain disekitarnya
2. Konseli mampu mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan anggota kelompok,
khususnya dengan orang lain sehingga dapat saling memberikan bantuan dlam menyelesaikan
masalah yang dialaminya, dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khs pada setiap
fase-fase perkembanngannya
3. Masing-masing konseli mampu menemukan dan memahami dengan lebih baik terhadap diinya
sendiri, sehingga dapat menerimadiinya sendiri dan terbuka terhadap aspek-aspek kepribadianya
yang positif
4. Konseli mampu mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari
hubungan antar pribadi di dalam kelompok, dan dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari di
dalam lingkungan masyarakat
5. Konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, lebih mampu menghayati dan
memahami perasaan orang lain, sehingga membuat konseli lebih sensitive terhadap kebutuhan
psikologis dirinya sendiri dan orang lain.
6. Konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang memperihatinkan bagi dirinya kerap
menimbulkan rsa prihatin dalam hati orang lain. Sehingga konseli tidak akan merasa terisolir lagi
dengan masalah yang dihadapi, konseli mendapatkan pemahaman baru bahwa bukan hanya
diinyalah yang mengalami masalah tersebut
7. Konseli dapatmenetapkan sutu sasaranatau target yang ingin dicapai yangdiwujudkandalam sikap
danperilaku yang lebih konstruktif
Tujuan konseling kelompok secara khusus
1. Membantu konseli agar menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain
2. Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
3. Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
4. Belajar berkomonikasi dengan orang lain
5. Belajar untuk lebih akrab dengan orang lain
6. Belajar bergaul dengan sesama atau lawan jenis
7. Belajar memberi dan menerima
8. Menjadi peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
9. meningkatkan kesadaran diri sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih

BAHAN REFRENSI MAHASISWA

KONSELING KELOMPOK

A. KONSELING KELOMPOK
Konseling Kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang diselenggarakan dalam
suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok,serta dapat terjalin hubungan konseling
yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban. Hal ini merupakan upaya individu untuk
membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancer, upaya itu bersifat
preventif dn perbaikan.Sebab pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman
masalah konseli, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahanmasalah kegiatan
evaluasi dan tindak lanjut.
Layanan konseling kelompok berfungsi untuk pengentasan dan avokasi
Bimbingan Kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
sama melalui dinamikakelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topic) tertentu
untuk menunjang pemahaman dan pengembangankemampuan social, serta untuk pengambilan
keputusan tau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, Bertujuan agar peserta didik dapat
memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topic) tertentu untuk menunjang pemahaman
daan pengembangan kemampuan social, srta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu
melalui dinamika kelompok. BimbinganKelompok befungsi untuk pemahaman dan pengembangan

Pengertian Konseling Kelompok Menurut para Ahli


a. Menurut Prayitno (2004) layannan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan
perseorangan yang dilaksanakan didalam Susana kelompok. Ada konselor dan konseli yaitu para
anggota kelompok yang jumlahnya minimaldua orang. Terjadi hubungn konseling dalam susasana
yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan
penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah konseli,
penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jikaperludengan
menerapkanmetode-metode khusus) kegiatan evalusi dan tindak lanjut.
b. Menurut Dewa Ketut Sukardi(2003) Konseling kelompok merupakan konseling yang di
,selenggarakan dalamkelompok, dengan memanfaatkandinamika kelompok yang terjadi di dalam
kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahasmerupakan maslah perorangan yang muncul
didalamkelompokitu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar,karier
c. Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari
d. Menurut Latipun konseling kelompok (grouf counseling) adalah salah satu bentuk konseling
dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feed back) dan
pengalaman belajar. Konseling kelompokdalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip
dinamikaa kelompok (group dynamic)

E. TUJUAN KONSELING KELOMPOK

1. Tujuan Umum
Untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomonikasi peserta
layanan(siswa).
2. Tujuan Khusus
- Membantupara anggota berhubungan dengan masalah dan pengalamannya, yang tekanannya
pada pertumbuhan serta penyesuaian diri
- Untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, pesepsi, wawasan dansikap yang
menunjang perwujudan tingkahlaku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal

Tujuan Konseling Kelompok Menurut Ahli

1. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002:49). Tujuan konseling kelompok meliputi:


 Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orng banyak
 Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya
 Dapat mengembngkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok
 Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok
2. Menurut Prayitno,(1997:80). Konselingkelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan
bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
3. Menurut Munginn Edy Wibowo (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok
yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahaan masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggot kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan
cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
F. TUJUAN BIMBINGAN KELOMPOK
1. Tujuan umum bimbingan kelompok
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan
bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomonikasi peserta layanan

2. Tujuan khusus
Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dansikap yang menunjang perwujudan
tingkahlaku yang lebih efektif yaitu peningkatan kemampuan berkomonikasi baik secara
verbal maupun non verbal.
Menurut Prayitno (1995 : 70) Tujuan yang ingin dicapai dalambimbingan kelompok yaitu
penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas, pengembangan pribadi, dan
pembahasan masalah atau topic-topik umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat
bagi para anggota kelompok.
Menurut Mungin Eddy Wibowo,(2005:17). Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk
member informasi dan data untuk mempermudah pembuatan keputusan dan tingkahlaku

G. Pengertian Bimbingan Kelompok menurut para ahli


a. Menurut Prayitno (1995:62) menyatakan Bimbingan kelompok berarti memanfaatkan
dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok
lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melaaluikelompok
b. Menurrut Dew Ketut Sukardi (2002:48), bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai
bahan darinara sumber tertentu, terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna
untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baimk individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dlam pengambilan
keputusan.
Menuut Prof. Mungin (2005: 17) menyatakan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok dimana pimpinan kelompok meyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi
agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, (Yogyakarta, Andi Offset, 1989) hal:24-25

Hellen, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta, Quantum Teaching, 2005) hal: 84 hibanaRahman S,
Bimbingan dan Konseling Pola (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal: 85

Prayitno, Konseling Perorngan (Padang, Universitas Negri Padang, 2005) hal: 52


Willis S. Sofyan, Konseling Individu Teori dan Paktek (Bandung,CV Alfabeta,2007) hal: 18

Hellen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta, Quantum Teaching, 2005) hal:84

Prayitno, ErmanAmti, Dasar-DasarBimbingan dan Konseling (Jakarta,Rineka Cipta, 1994) hal: 105

Tohirin, Bimbingan danKonseling disekolah dan Madrasah, (Jakarta, PT Rajagravindo Persada, 2007) hal:
164

Willis S. Sofyan,Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung,CV Alfabeta,2007) hal: 18

Anda mungkin juga menyukai