Anda di halaman 1dari 7

Lucky Cahya 115160471

Genna surayal 115160488


Vony Riyanto 115160184

Teori teori Penciptaan Laba


1. Teori Laba dalam Menghadapi Resiko (Risk Bearing Theories of Profit)
Menurut teori ini, hasil di atas normal (yaitu laba ekonomi) dibutuhkan oleh perusahaan
untuk masuk dan bertahan di beberapa bidang seperti ekplorasi minyak yang memiliki
resiko di atas rata-rata. Serupa dengan hal tersebut, hasil yang diharapkan dari saham
harus lebih tinggi daripada obligasi karena saham memiliki resiko yang lebih.

2. Teori Laba karena Gesekan (Frictional Theory of Profit)


Teori ini menekankan bahwa laba timbul sebagai hasil gesekan atau gangguan dari
keseimbangan jangka panjang. Jadi, dalam jangka panjanh, pada keseimbangan
persaingan sempurna, perusahaan cenderung menghasilkan laba normal saja (yang
telah disesuaikan dengan resiko) atau laba (ekonomi) nol dari investasinya. Akan tetapi,
setiap saat perusahaan cenderung tidak berada dalam keseimbangan jangka panjang dan
dapat menghasilkan laba atau mengalami kerugian.

3. Teori Laba Monopoli (Monopoly Theory of Profit)


Perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi output dan mengenakan harga
tinggi dibandingkan dengan persaingan sempurna, oleh karena itu dapat menghasilkan
laba. Kekuatan monopoli dapat timbul karena perusahaan mempunyai dan mengatur
semua persediaan bahan mentah yang dibutuhkan untuk memproduksi komoditi,
berproduksi pada skala besar yang ekomis, memiliki kepemilikan hak paten, atau dari
hambatan pemerintah yang mencegah persaingan.

4. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit)


Teori ini mengatakan bahwa laba merupakan hasil dari pengenalan inovasi yang
berhasil. Meskipun demikian, perusahaan yang telah berhasil dalam inovasi tetap tidak
dapat lepas dari serangan persaingan dari perushaan-perusahaan imitator. Sehingga
perusahaan perlu melakukan inovasi secara terus menerus.

5. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Managerial Efficiency Theory of Profit)


Teori ini mengatakan bahwa bila rata-rata perusahaan cenderung hanya memperoleh
hasil normal dari investasi jangka panjang, perusahaan yang lebih efisien dari rata-rata
perusahaan tersebut akan memperoleh hasil dan laba di atas normal.
Manfaat Laba

Laba mempunyai fungsi yang penting dalam suatu perekonomian perdagangan bebas seperti
yang kita miliki. Laba yang tinggi merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan output
industri lebih banyak. Laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk
meningkatkan output dan lebih banyak perusahaan yang akan masuk ke industri dalam jangka
panjang. Sebaliknya, laba yang rendah atau kerugian merupakan tanda bahwa konsumen
menginginkan komoditas lebih sedikit atau metode produksinya tidak efisien. Jadi, keuntungan
memberikan insentif bagi sebagian perusahaan untuk meningkatkan efisiensi atau
memproduksi komoditas lebih sedikit, dan bagi sebagian perusahaan yang lain untuk
meninggalkan industri tersebut dan masuk ke industri yang lebih menguntungkan. Oleh karena
itu, laba memberikan sinyal yang penting untuk realokasi sumber daya yang dimiliki
masyarakat sebagai cerminan perusahaan dalam selera konsumen dan permintaan sepanjang
waktu.

Pendekatan yang digunakan

Pendekatan-pendekatan Dalam Memaksimalkan Keuntungan


Di dalam memaksimalkan keuntungan oleh produsen terdapat tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan pendapatan
total(TR) dan biaya total (TC). Pendapatan total(TR) adalah sama dengan jumlah unit
output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit (P), maka TR = P.Q .
Sedangkan biaya total (TC) adalah sama dengan biaya tetap (FC) ditambah dengan
biaya variable(VC), maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan sehingga
biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya variable per unit (v),
maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar penjualan semakin besar laba
yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan harus
menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas.

Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.

Dari tabel tersebut produsen akan menjual produknya sebanyak 8 unit yaitu pada saat
selisih antara TR dan TC adalah yang paling besar. Dengan tingkat harga yang terjadi
di pasaran sebesar 5, maka produsen akan memperoleh keuntungan maksimum yaitu
sebesar 7,5.

2. Pendekatan Marginal (Marginal Approach)


Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan maksimum. Analisis ini
mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan marginal yakni tambahan keuntungan
total sebagai akibat tambahan satu unit output. Untuk mencari jumlah output yang
menghasilkan keuntungan maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut “Jika
keuntungan marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output
harus ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan menambah satu unit
output maka output harus dikurangi sampai keuntungan atau laba marginal= 0”.
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan membadingkan biaya
marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba maksimum akan tercapai pada
saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungannya apabila menambah
produksinya pada saat MR>MC yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya
marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan akan
menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah untung. Maka keuntungan
maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku. sehingga π=TR-TC.
Pada tabel di atas dicari kondisi pada saat MR=MC dimana pada kondisi tersebut
jumlah output yang dihasilkan adalah 8 unit dan tingkat keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 7,5.

3. Pendekatan Rata-rata
Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan
antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) . Laba total adalah
laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. Dapat dijelaskan secara
matematis π=(P-AC).Q.
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)
lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P
sama dengan AC.

Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC.
Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P=AC.
Keputusan untuk memproduksi didasarkan pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P
lebih kecil atau sama dengan AC maka perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual sebanyak-
banyaknya(maximum Selling) Agar laba (π) makin besar.
Tujuan memahami teknik optimasi laba

Optimisasi Ekonomi adalah kemungkinan penyelesaian terbaik dari masalah. Optimisasi dalam
hal ini maksudnya kita harus mampu menentukan langkah bagaimana penyelesaianterbaik dari
setiap masalah. Dalam optimisasi ekonomi ada 2 masalah pokok yang akan dibahas yaitu:
1. Maksimisasi nilai perusahaan
Dalam ekonomi manajerial, tugas pokok manajemen adalah untuk memaksimumkan
nilai perusahaan.
2. Metode penyajian hubungan ekonomi
Hubungan-hubungan ekonomi disajikan dalam bentuk:
1. Persamaan
TR=PxQ
TR: Total revenue (total penerimaan) pada suatu periode
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan:
 Desain produk
 Strategi pemasaran
 Harga jual produk
 Kondisi ekonomi secara umum
 Tingkat persaingan yang terjadi
2. Tabel

3. Grafik
Pengambilan keputusan manajerial merupakan proses penentuan solusi terbaik dari berbagai
alternatif solusi terhadap suatu masalah tertentu. Manajer menggunakan alat ekonomi
manajerial untuk membantu dalam proses menemukan keputusan tindakan yang terbaik.
Sedangkan keputusan optimal adalah tindakan yang memberikan hasil yang paling konsistn
dengan tujuan pengambilan keputusan.

Hubungan antara produk total, produk rata rata dan produk marginal
Terdapat keterkaitan antara perkembangan produk total, produk rata-rata serta produk marjinal.
Tahapan kenaikan produk total awalnya diikuti dengan kenaikan produk rata-rata, hingga
penggunaan faktor produksi tertentu akan diikuti penurunan produk rata-rata. Begitu juga tahap
kenaikan produk total diikuti kenaikan produk marjinal hingga pada titik balik fungsi produk
total, selanjutnya akan diikuti penurunan kurva produk marjinal.
Gambar di bawah ini menawarkan tahap-tahap produksi yang bekerjasama dengan insiden
aturan kenaikan hasil yang makin berkurang. Gambar (A) melukiskan kurva produksi total
(PT) yang bergerak dari 0 menuju B, C dan M. Gambar (B) melukiskan sifat-sifat dan gerakan
produksi rata-rata (AP) dan produksi marginal (MP). Kedua gambar ini bekerjasama erat.
Pada ketika kurva TP mulai berubah arah pada titik balik B (inflection point) maka kurva MP
mencapai titik maksimum. Itulah batas dimana aturan kenaikan hasil yang semakin berkurang
mulai berlaku. Kalau produk rata-rata pada banyak sekali tingkat pemakaian faktor itu diikuti,
maka terlihatlah bahwa produk rata-rata itu mula-mula naik dan sehabis mencapai maksimum
kemudian mulai turun.
Secara teoritis produk rata-rata itu akan mencapai nol apabila pemakaian faktor produksi sudah
tak terhingga banyaknya. Di dalam praktek hal ini tidak akan mungkin terjadi, alasannya ialah
siapakah yang akan menggunakan faktor produksi dalam jumlah yang tak terhingga.
Karena kurva produk rata-rata dan kurva produk marginal diturunkan dari kurva produk total,
maka sudahlah niscaya diantara ketiga kurva-kurva itu terdapat suatu kekerabatan tertentu.
Bentuk dari kurva produk rata-rata dan kurva produk marginal akan tergantung dari bentuk
kurva produk total.
Apabila dengan perubahan teknologi kurva produk total dari suatu proses produksi berubah,
maka secara otomotis kurva produk rata-rata dan kurva produk marginal juga akan berubah.
Untuk jelasnya kekerabatan ketiga kurva tersebut di atas akan ditunjukkan dengan tabel 3. Dari
tabel 3 dan gambar diatas kekerabatan antara produk total, produk rata-rata dan produk
marginal sanggup disimpulkan sebagai berikut:
1. Mula-mula produk total mengalami kenaikan dengan perhiasan hasil yang semakin
meningkat hingga mencapai titik balik B. Saat itu ditandai peningkatan produk
marginal hingga mencapai maksimum pada B’; produk rata-rata juga terus naik dan
berada di bawah produk marginal. Titik B inilah batas perubahan arah kurva produk
total dari cekung menjadi cembung terhadap garis horizontal.
2. Setelah titik B, produk total mengalami kenaikan hasil yang berkurang; produk
marginal mulai turun. Pada ketika ini produk rata-rata masih naik (dan masih berada di
bawah produk marginal) hingga mencapai maksimum di titik C’. Pada waktu produk
rata-rata mencapai maksimum di titik C’, produk marginal sama besarnya dengan
produk rata-rata. Hal ini disebabkan pada titik C besarnya tangen ∝ = OY2/OX2
sekaligus sama dengan kemiringan kurva produk total, yang berarti produk rata-rata
sama dengan produk marjinal. Setelah titik maksimum C’, produk rata-rata mulai turun
tapi kini terletak di atas produk marginal. Berarti produk rata-rata menjadi lebih besar
dari pada produk marjinal.
3. Pada waktu produk total mencapai maksimum di titik M, produk marginal sama dengan
nol terlihat dari kemiringan kurva produk total yang sejajar dengan garis horizontal.
Pada ketika itu produk rata-rata tetap bernilai positif.
4. Setelah produk total melewati titik maksimum M, selanjutnya kurva produk total mulai
turun hal ini diikuti nilai produk marjinal yang negatip, sedang produk rata-rata tetap
bernilai positif.

Anda mungkin juga menyukai