Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Era Globalisasi saat ini usaha yang bergerak di bidang jasa

merupakan salah satu jenis usaha yang banyak dipilih oleh masyarakat.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa, merupakan salah satu faktor

pendorong terbentuknya usaha-usaha di bidang jasa saat ini. Usaha di bidang jasa

bertujuan untuk mempermudah masyarakat atau konsumen dalam melaksanakan

aktivitasnya dan mencapai target laba atau keuntungan serta terjaminnya

kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu bentuk usaha jasa adalah jasa

perhotelan, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya hotel yang didirikan saat

ini. Tugas utama hotel adalah menyediakan penginapan sementara sebagai

alternatif tempat peristirahatan.

Hotel memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa pelayanan dan

fasilitas yang diberikan, salah satunya adalah pelayanan dan fasilitas kamar hotel,

di mana pendapatan dari jasa pelayanan dan fasilitas tersebut didapat dari harga

yang harus dibayar oleh konsumen atau tamu hotel. Penentuan harga pokok kamar

merupakan suatu keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi

profitabilitas suatu hotel.

Banyak orang yang tidak memahami bahwa harga pokok produk dan jasa

merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam memproduksi barang dan

jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola biaya (cost), maka akan semakin baik

produk dan jasa yang ditawarkan pada konsumen baik dari sisi harga maupun

1
2

kualitas. Salah satu usaha yang mungkin dapat ditempuh hotel adalah dengan

mengendalikan faktor-faktor dalam hotel itu sendiri, seperti mengurangi dan

mengendalikan biaya, tanpa harus mengurangi kualitas dan kuantitas kamar yang

telah ditetapkan. Pengendalian biaya akan lebih efektif bila biaya-biaya

diklasifikasikan dan dialokasikan dengan tepat.

Akibat dari perkembangan usaha perhotelan yang semakin pesat,

menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan

atas kenyamanan, kepercayaan, dan kepuasan tamu hotel. Keberhasilan dalam

memenangkan persaingan tersebut ditentukan oleh beberapa hal antara lain

quality, services dan price.

Services adalah kuantitas atau ragam pelayanan yang disediakan pihak

hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness

center, bar, dan lain sebagainya. Quality merupakan kualitas pelayanan terhadap

konsumen, hal ini lebih menekankan pada kepuasan konsumen terhadap suatu

jenis pelayanan. Kebersihan kolam yang selalu terjamin, rasa masakan yang

sesuai dengan selera konsumen, alat-alat kebugaran yang lengkap dan berfungsi

dengan baik, dan keramahan karyawan hotel merupakan contoh dari kualitas

pelayanan yang disediakan pihak hotel terhadap tamu atau konsumennya (Kotler

dalam Iklina, 2016).

Selain quality dan services, price merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam perebutan hati para konsumen maupun calon konsumen. Price

adalah jumlah nominal yang harus dibayarkan oleh konsumen atas pelayanan

yang diberikan oleh pihak hotel atau penyedia jasa. Jika ada perbandingan antara
3

beberapa hotel dengan quality dan services yang sama dalam hal penentuan harga

dan mengabaikan faktor loyalitas konsumen terhadap produsen atau penyedia

jasa, konsumen akan cenderung memilih hotel yang lebih murah (Kotler dalam

Iklina, 2016).

Keadaan ini menuntut para manajer hotel untuk fokus memberikan serta

menjamin kualitas pelayanan dan fasilitas dengan harga yang terjangkau. Manajer

juga harus dapat secara efisien dan efektif dalam menentukan harga yang sesuai

dengan kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan agar mampu bertahan dan

bersaing dengan pihak hotel lainnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi

yang bisa memenangkan persaingan. Salah satu strategi yang digunkana untuk

bisa memenangkannya adalah dengan penekanan harga pokok kamar. Harga

pokok memiliki peranan yang sangat penting dalam penentuan harga jual kamar.

Semakin tepat penentuan biaya operasional kamar hotel semakin tepat pula harga

pokok yang dihasilkan. Dengan harga pokok kamar yang rendah, maka

diharapkan tingkat penjualan kamar menjadi tinggi.

Hotel Diamond merupakan salah satu hotel bintang dua yang terletak di

Jalan Lambung Mangkurat No.56 Samarinda, Kalimantan Timur dan dibangun

pada tahun 2006. Hotel Diamond adalah objek yang dijadikan penelitian dimana

berfokus pada pelayanan kamar hotel. Untuk pelayanan kamar Hotel Diamond

memiliki 75 kamar yang terdiri dari 5 tipe kamar antara lain Superior Room

sebanyak 26 kamar, Deluxe Room sebanyak 41 kamar, Executive Room sebanyak

2 kamar, Junior Suite Room sebanyak 3 kamar, dan Diamond Suite Room

sebanyak 3 kamar. Selain itu harga jual kamar juga berbeda karena disesuaikan
4

dengan fasilitas dan luas ruangan dimasing-masing tipe kamar. Adapun harga jual

dan luas kamar Hotel Diamond mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi,

yaitu: Superior Room sebesar Rp478.000 per malam dengan luas ruangan 15 𝑚2 ,

Deluxe Room sebesar Rp538.000 per malam dengan luas ruangan 17,5 𝑚2 ,

Executive Room sebesar Rp718.000 per malam dengan luas ruangan 18,5 𝑚2 ,

Junior Suite Room sebesar Rp838.000 per malam dengan luas ruangan 22,5 𝑚2 ,

dan Diamond Suite Room sebesar Rp1.108.000 per malam dengan luas 55 𝑚2 .

Hotel Diamond menghitung harga jual kamarnya atas dasar metode

konvensional yaitu menghitung semua biaya yang dikeluarkan dan dibagi dengan

5 tipe kamar yang dihasilkan hotel dan menambahkan mark-up sesuai ketentuan

pihak manajemen hotel, metode ini juga tidak menghitung cost driver aktivitas

yang menyebabkan timbulnya biaya tersebut. Penentuan harga pokok ini belum

mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori biaya yang

bersifat tidak langsung. Distorsi biaya tersebut mengakibatkan kesalahan

pengambilan keputusan dalam hal penentuan harga pokok produk dan

kelangsungan organisasi. Distorsi biaya adalah kelebihan (over costing) atau

kekurangan (under costing) pembebanan biaya. Distorsi secara tidak sengaja

terjadi karena adanya kesalahan estimasi dan kesalahan standar akuntansi.

Atas dasar kelemahan metode konvensional tersebut maka peneliti

menghitung harga pokok berdasarkan metode activity based costing system atau

akuntansi biaya atas dasar aktivitas sebagai penentuan tarif kamar yang lebih baik.

Activity based costing system tidak hanya memandang biaya sebagai sesuatu yang

harus dialokasikan, tetapi juga memahami apa saja aktivitas-aktivitas yang


5

menjadi penyebab dari timbulnya biaya. Kemudian activity based costing system

akan menunjukkan bagaimana sumber daya dikeluarkan dengan menelusuri

aktivitas–aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan produk.

Activity based costing system menggunakan cost drive (pemicu biaya)

yang berdasarkan pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik bila

diterapkan pada perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman pelayanan

jasa seperti hotel. Activity based costing system dapat menyediakan informasi

perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajer mengelola hotel

secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan dan

kelemahan hotel, sehingga dengan activity based costing system informasi harga

pokok kamar dapat tersaji dengan akurat. Berdasarkan uraian tersebut, maka

penulis tertarik memilih judul mengenai “Analisis Penentuan Harga Pokok

Kamar Hotel dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing System

pada Hotel Diamond Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai

berikut :”Bagaimana perhitungan harga pokok kamar hotel dengan menggunakan

metode activity based costing system pada Hotel Diamond Samarinda?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan metode activity

based costing system sebagai dasar penentuan harga pokok kamar hotel pada

Hotel Diamond Samarinda.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pihak

manajemen hotel dalam pengambilan keputusan dan penentuan harga pokok

kamar Hotel Diamond Samarinda dan penelitian ini juga diharapkan dapat

berguna sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja dan menentukan suatu

strategi dalam mengoptimalkan fungsi dan peranan informasi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Manajemen

2.1.1 Pengertian akuntansi manajemen

Akuntansi manajemen adalah salah satu bidang ilmu akuntansi yang

mempelajari bagaimana cara menghasilkan informasi keuangan untuk pihak

manajemen yang selanjutnya akan digunakan untuk mengambil keputusan

(Sujarweni, 2016). Sedangkan menurut Samryn (2012) akuntansi manajemen

merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk

pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer untuk

digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam

pengambilan keputusan.

Akuntansi manajemen dapat dikatakan merupakan salah satu tipe dari dua

tipe akuntansi, yaitu akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Kedua tipe

akuntansi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbedaan disebabkan

karena perbedaan pemakaian informasi yang dihasilkan oleh kedua tipe akuntansi.

Akuntansi keuangan mempunyai ciri khas lebih menekankan pada pengolahan

informasi untuk memenuhi kebutuhan pihak luar organisasi, sedangkan akuntansi

manajemen mempunyai ciri khas lebih menekankan pada pengolahan informasi

untuk memenuhi kebutuhan pihak manajemen. Kedua pihak pemakai informasi

tersebut mempunyai kebiasaan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

pemakai akan sangat menentukan karakteristik tiap tipe akuntansi yang digunakan

(islahuzaman, 2011).

7
8

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi akuntansi

manajemen adalah informasi keuangan untuk mengambil keputusan bagi suatu

perusahaan. Informasi keuangan ini merupakan masukan yang penting bagi para

manajer dalam mengelola perusahaan, sedangkan pihak luar yang memerlukan

informasi keuangan guna menggambil keputusan untuk menentukan hubungan

mereka dengan suatu perusahaan. Informasi keuangan yang dibutuhkan oleh para

manajer tersebut diolah dan disajikan oleh tipe akuntansi manajemen.

2.1.2 Tujuan akuntansi manajemen

Akuntansi manajemen merupakan akuntansi yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan manajemen dalam melaksanakan fungsi pokok manajemen :

perencanaan, pengawasan, memotivasi, pengendalian kegiatan perusahaan,

penilaian kinerja, dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan mengenai

perusahaan atau bagian yang dipimpinnya (Islahuzzaman, 2011). Lalu menurut

Sujarweni (2016) tujuan akuntansi manajemen adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan Informasi yang bisa digunakan untuk menghitung HPP

(Harga pokok produksi dan jasa, dan tujuan lain yang diinginkan

manajemen).

2. Menyediakan Informasi dalam rangka melakukan perencanaan,

pengevaluasian, perbaikan berkelanjutan, dan tujuan lain yang diinginkan

manajemen).

Berdasarkan tujuan akuntansi manajemen menurut para ahli diatas maka

dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen bertujuan untuk memudahkan

manajer dalam melakukan kegiatan perencanaan, pengawasan, penilaian,


9

memotivasi dan mengendalikan kegiatan perusahaan guna menjadikan dan

memastikan seluruh kegiatan perusahaan berjalan dengan baik. Dan juga

akuntansi manajemen memudahkan manajer dalam mengawasi kinerja karyawan

perusahaan.

2.2 Activity Based Costing System

2.2.1 Pengertian activity based costing system

Menurut Hansen & Mowen dalam Sujarweni (2016) activity based costing

adalah sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan

menggunakan berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari

aktivitas ke produk. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk

merupakan langkah dalam menyusun activity based costing system. Sedangkan

menurut Rudianto (2013) activity based costing system adalah pendekatan

penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa

berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan

penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh

aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian

aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya. Activity based

costing system memperkenalkan hubungan sebab akibat antara pemicu biaya (cost

driver) dengan aktivitas.

Dari definisi diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa activity

based costing system merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan

biaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang


10

terdapat dalam sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok

perhatian activity based costing system adalah aktivitas-aktivitas perusahaan,

dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga pokok produk atau jasa yang

mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian activity based cosing system

memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga

mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas

pengambilan keputusan pihak manajemen.

2.2.2 Manfaat activity based costing system

Manfaat utama activity based costing system menurut Islahuzzaman

(2011), yaitu:

1. Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan

informatif, yang menuju pada pengukuran kemampuan perolehan laba atas

produk yang lebih akurat dan keputusan-keputusan strategis yang

diinformasikan dengan lebih baik mengenai harga jual, lini produk, pasar

pelanggan, dan pengeluaran modal.

2. Activity based costing system memberikan pengukuran yang lebih akurat

atas biaya-biaya pemicu aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki

produk dan proses menilai dengan membuat keputusan desain produk yang

lebih baik, pengendalian biaya yang lebih baik dan membantu

mempertinggi berbagai nilai projek.

3. Activity based costing system membantu manajer lebih mudah mengakses

informasi tentang biaya-biaya yang relevan dalam membuat keputusan

bisnis.
11

Sedangkan menurut Supriyono dalam Sujarweni (2016) menyebutkan

beberapa manfaat dari activity based costing system, yaitu :

1. Sebagai penentu harga pokok produk yang lebih akurat.

2. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan.

3. Menyempurnakan perencanaan strategik.

4. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktivitas

yang melalui penyempurnaan yang berkesinambungan.

2.2.3 Keunggulan dan kelemahan activity based costing system

Menurut Samryn (2012) keunggulan activity based costing system, yaitu:

1. Mempunyai banyak elemen biaya yang digunakan untuk mengumpulkan

biaya overhead.

2. Mengubah dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead

kepada produk menjadikan hampir setiap biaya dapat ditelusuri

hubungannya dengan produk atau jasa yang diberikan. Atau minimal

menjadi biaya langsung yang dapat ditelusuri hubungannya dengan objek

yang dibiayai.

3. Dengan sistem ini biaya overhead yang dalam akuntansi konvensional

dikelompokkan sebagai biaya tetap dalam akuntansi activity based costing

bisa diperlakukan sebagai biaya variabel.

4. Mengubah persepsi para manajer tentang banyak biaya overhead sehingga

menjadikan tiap aktivitas dapat diikuti hubungannya dengan tiap produk.


12

Sedangkan kelemahan dari activity based costing system adalah sebagai

berikut:

1. Tetap memerlukan aturan penetapan alokasi biaya.

2. Mengharuskan pengukuran biaya yang tinggi sehubungan dengan multiple

activity based costing centers dan banyaknya cost drivers yang digunakan

(Samryn, 2012).

2.2.4 Konsep activity based costing system

Activity based costing system adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus

pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity

based costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya

yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah

setiap kejadian atau kegiatan yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,

bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi

(Islahuzzaman, 2011).

Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam activity

based costing system, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke privitas dan

kemudian ke produk. Activity based costing system mengasumsikan bahwa

aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.

Menurut Hansen & Mowen dalam Rikardo (2016) ada dua dimensi sistem

activity based costing, yaitu:

1. Dimensi biaya (cost dimension), menyediakan informasi biaya mengenai

sumber daya, aktivitas-aktivitas, produk, dan pelanggan (dari objek biaya

lainnya yang mungkin menjadi perhatian perusahaan).


13

2. Dimensi prosess (process dimension), menyediakan informasi mengenai

aktivitas apa yang dilakukan, mengapa, dan sebaik apa aktivitas tersebut

dilakukan. Dimensi ini memungkinkan perusahaan melakukan

peningkatan-peningkatan kinerja yang berkesinambungan dengan

mengukur hasilnya.

2.3 Activity Based Costing System pada Perusahaan Jasa

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak

kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu. Proses produksinya tidak dikaitkan dengan suatu produk

fisik.

Penerapan activity based costing system tidak hanya digunakan untuk

perusahaan manifaktur saja tetapi juga bisa digunakan dalam perusahaan jasa.

Penerapan activity based costing system pada perusahaan jasa disebabkan karena

perusahaan jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud (intangible) dan

bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas

dalam menghasilkan jasa tersebut. Menggunakan activity based costing system

dalam organisasi jasa pada dasarnya merupakan tindakan untuk mengatur

aktivitas yang berhubungan dengan jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan

prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi sumber daya

sedangkan service costing ditentukan dengan cara menelusuri secara lebih spesifik

terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara konvensional dialokasikan

ke semua produk jasa melalui direct basis, misalkan tenaga kerja langsung,

pemakaian peralatan atau persediaan. Sedangkan dalam activity based costing


14

system, diperlukan penelusuran-penelusuran aktivitas pembantu ke masing-

masing produk jasa (Pelo, 2012).

Penerapan perhitungan activity based costing system dalam menentukan

harga pokok produk atau jasa dapat menghasilkan perhitungan yang lebih akurat

karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan ke produk atas dasar aktivitas-

aktivitas yang dikonsumsi dan juga mengelompokkan aktivitas ke berbagai cost

driver. Dengan menggunakan activity based costing sytem perusahaan dapat

mengendalikan biaya lebih baik karena activity based costing system merupakan

sistem analisis biaya berbasis aktivitas yang dapat membantu memenuhi

kebutuhan manajemen dalam pengambilan keputusan baik yang bersifat strategik

maupun operasional.

2.4 Perbedaan antara Activity Based Costing System dan Konvensional

Menurut Carter dan Usry dalam Karundeng (2018) perbedaan penerapan

activity based costing system dan konvensional, yaitu:

1. Activity based costing system menggunakan cost driver lebih banyak

dibandingkan konvensional yang hanya menggunakan satu atau dua cost

driver berdasarkan unit, sehingga activity based costing system

mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi dalam penentuan HPP bila

dibandingkan dengan sistem konvensional.

2. Activity based costing system menggunakan aktivitas sebagai pemicu

untuk menentukan berapa besar overhead yang akan dialokasikan pada

suatu produk tertentu. Konvensional mengalokasikan overhead

berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.


15

3. Fokus activity based costing system adalah pada biaya, mutu, dan faktor

waktu, sedangkan konvensional lebih mengutamakan pada kinerja

keuangan jangka pendek, seperti laba. Sistem konvensional dapat

mengukurnya dengan cukup akurat. Tetapi apabila konvensional

digunakan untuk penetapan HPP dan untuk mengidentifikasikan produk

yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan

diandalkan.

4. Activity based costing sistem membagi overhead dalam empat kategori,

yaitu: unit, batch, produk, dan fasilitas. Konvensional membagi overhead

dalam unit yang lain.

Pada konvensional, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan

dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool), kemudian seluruh

total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian biasanya

berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya

tidak langsung. Misalnya, jika biaya tidak langsung suatu perusahaan didominasi

oleh biaya overhead pabrik yang sangat otomatis prosesnya, maka bisa saja dasar

pengalokasian yang dipilih adalah jam kerja mesin.

Pada activity based costing system, seluruh biaya tidak langsung akan

dikumpulkan dalam beberapa pengelompokkan biaya (cost pool) sesuai dengan

aktivitas masing-masing yang berhubungan, kemudian masing-masing kelompok

biaya tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas tersebut dan

dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan kelompok biaya

biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan hierarki biaya dan hampir
16

sama kegiatannya. Sedangkan untuk pemilihan dasar alokasi adalah jumlah

aktivitas dalam setiap kelompok biaya tersebut.

Perbedaan antara activity based costing system dan konvensional menurut

Salman & Farid dalam Prakata & Haryadi (2018) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perbedaan antara Activity Based Costing System dan Konvensional
No Activity Based Costing System Konvensional
1 Activity based costing system dimulai dengan Sistem konvensional dimulai dengan
mengidentifikasi aktivitas dan kemudian mengidentifikasi biaya dan kemudian
memproduksi produk. ke produksi barang.
2 Sistem ini terutama berfokus pada aktivitas Sistem ini menekankan terutama pada
yang dilakukan untuk menghasilkan produk. pemastian biaya setelah biaya
tersebut terjadi.
3 Penggerak biaya digunakan untuk Unit biaya yang digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang alokasi dan akumulasi biaya.
memengaruhi biaya aktivitas tertentu.
4 Biaya overhead dibebankan ke pool biaya (cost Biaya overhead dibebankan ke
pool). departemen produksi atau
departemen jasa.
5 Biaya overhead dibebankan ke produk dengan Overhead dialokasikan atas dasar
menggunakan tarif penggerak biaya. tarif alokasi overhead departemen.
6 Biaya overhead variabel diidentifikasi secara Biaya yang dapat dialokasikan atau
tepat ke produk masing-masing. dibebankan ke produk dapat berupa
biaya aktual yang terjadi atau atas
dasar biaya standar.
7 Dalam activity based costing system, banyak Biaya overhead pabrik di-pool-kan
aktivitas didasarkan atas cost pool atau pusat dan dikumpulkan ke departemen.
biaya diciptakan.
8 Tidak perlu mengalokasikan dan meredistribusi Proses alokasi dan redistribusi biaya
biaya overhead departemen jasa untuk departemen jasa ke departemen
departemen produksi. produksi adalah penting untuk
menemukan total biaya produksi.
9 Activity based costing system mengasumsikan Sistem konvensional mengasumsikan
bahwa biaya overhead tetap bervariasi secara bahwa biaya overhead tetap tidak
proporsional dengan perubahan volume output. berubah dengan perubahan volume
output.

2.5 Cost Driver

Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya

aktivitas. Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk
17

membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya pada

produk atau jasa (Islahuzzaman, 2011). Lalu menurut Pelo (2012) cost driver

adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya biaya.

Maka secara garis besar peneliti menyimpulkan cost driver adalah suatu

perhitungan biaya pada setiap aktivitas perusahaan untuk menghasilkan suatu

produk / jasa yang nantinya akan digunakan oleh metode activity based costing

system sebagai penentuan harga suatu barang/ tarif jasa.

2.6 Biaya

2.6.1 Pengertian biaya

Menurut Hansen dan Mowen dalam Karundeng (2018) biaya adalah

pengorbanan nilai ekonomis yang diukur dalam satuan uang untuk mendapatkan

barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat di masa sekarang ataupun

yang akan datang. Sedangkan menurut sujarweni (2016) biaya mempunyai dua

pengertian yaitu pengertian secara luas dan secara sempit. Biaya dalam arti luas

adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam

usahanya mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu baik yang sudah

terjadi maupun yang belum terjadi/ baru direncanakan. Biaya dalam arti sempit

adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang untuk memperoleh

aktiva. Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa biaya adalah suatu nilai

tukar atau sumber daya yang dikorbankan atau dikeluarkan dalam bentuk satuan

uang untuk mendapatkan barang atau jasa yang memberikan manfaat saat kini

atau masa depan untuk tercapainya tujuan tertentu.


18

2.6.2 Penggolongan biaya

Menurut Mulyadi dalam Tryusnita (2009), ada 2 golongan biaya, antara

lain:

1. Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana

penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai.

Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan

produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.

2.7 Jasa Perhotelan

Dalam keputusan Dirjen Pariwisata no. 14 th 1988, Hotel adalah satu jenis

akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan, minum seta jasa lain bagi

masyarakat umum yang dikelola secara komersial (Pratama dalam Scribd, 2016).

Sedangkan menurut Sulastiyono (2011), hotel adalah suatu perusahaan yang

dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan

fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan

mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang

diterima tampa adanya perjanjian khusus. Dan menurut Suryo (2008), Hotel

adalah suatu jenis usaha akomodasi yang menyediakan fasilitas kamar untuk

menginap dengan perhitungan pembayaran harian serta menyediakan berbagai

jenis fasilitas pelayanan, seperti fasilitas penyediaan makanan dan minuman,


19

fasilitas konvensi dan pameran, fasilitas rekreasi dan hiburan, fasilitas olahraga

dan kebugaran, fasilitas jasa layanan bisnis dan perkantoran, fasilitas jasa

layaanan keuangan, fasilitas perbelanjaan, serta pengembangan fasilitas penunjang

lainnyayang diperlukan untuk aktivitas tamu dan pengunjung. Berdasarkan

definisi para ahli diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa hotel adalah suatu

usaha jasa sebagai sarana pendukung kegiatan pariwisata, dimana pengelolaannya

dilakukan secara professional dan didukung oleh tenaga kerja yang memiliki

keterampilan baik dalam bidang perhotelan.

2.8 Kerangka Pikir

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR


PENETAPAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL DIAMOND
3. SAMARINDA

Konsep Activity based costing system: Penerapan Biaya/Jasa Konvensional


1. Dimensi biaya (cost dimension) Hotel Diamond Samarinda
2. Dimensi prosess (process dimension)

Rumusan Masalah:
Bagaimana perhitungan harga pokok kamar hotel dengan menggunakan metode activity
based costing system pada Hotel Diamond Samarinda?

Alat Analisis:
Activity Based Costing System

Hasil Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Activity based costing system

Activity based costing system merupakan sistem informasi yang

menggunakan aktivitas sebagai basis perhitungan menentukan harga

pokok serta mengurangi resiko distorsi biaya untuk penentuan secara

akurat harga pokok kamar hotel pada Hotel Diamond.

2. Cost driver

Cost driver adalah setiap aktivitas yang terjadi pada Hotel Diamond

sehingga menimbulkan biaya. Adapun cost driver yang timbul pada Hotel

Diamond, yaitu jumlah tamu menginap, jumlah kamar terjual, jumlah

kamar tersedia, jumlah luas lantai, dan jumlah jam kerja.

3. Cost pool

Cost pool adalah biaya yang termasuk dalam aktivitas yang terjadi pada

Hotel Diamond dengan satu dasar pembebanan atau cost driver yang sama.

4. Harga pokok per kamar hotel

Harga pokok per kamar hotel adalah biaya yang timbul dan ditanggung

oleh Hotel Diamond akibat menyediakan pelayanan jasa dan fasilitas

kamar hotel kepada tamu hotel sesuai tipe kamar yang ditempati tamu

tersebut.

20
21

5. Kamar terjual

Kamar terjual adalah kamar hotel yang ditempati atau diinapi oleh tamu

hotel, dimana saat menginap tamu berhak menggunakan pelayanan jasa

dan fasilitas yang ada dikamar tersebut sesuai tipe kamarnya dan tamu

hotel akan membayar sejumlah nominal dari harga jual tipe kamar hotel

yang diinapi dikali dengan jumlah hari tamu tersebut menginap pada saat

tamu check out.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif

kuntitatif, Metode deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini adalah metode yang

digunakan dalam menyelesaikan suatu penelitian ilmiah dengan tujuan untuk

memecahkan masalah yang sedang diteliti yaitu tentang perhitungan penentuan

harga pokok kamar hotel menggunakan metode activity based costing system pada

Hotel Diamond Samarinda

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data berupa angka-angka laporan keuangan Hotel Diamond khususnya

laporan data biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan

pelayanan jasa kamar hotel. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data

sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara.

Adapun data sekunder yang dibutuhkan antar lain:


22

1. Data aktivitas penginapan, seperti guest supplies, room amenities, dan

cleaning supplies

2. Data aktivitas laundry, seperti laundry linen

3. Data aktivitas pemberian makan pagi, berupa full breakfast buffet

4. Data aktivitas listrik, berupa beban listrik dan bahan bakar generator

5. Data aktivitas air, berupa beban air

6. Data aktivitas penyusutan, berupa penyusutan gedung, dan penyusutan

peralatan hotel

7. Data aktivitas pemasaran, berupa advertising & promotion

8. Data aktivitas penggajian, yaitu gaji karyawan, makan karyawan, dan

seragam karyawan

9. Data aktivitas pemeliharaan, yaitu bulbs & lamps, pemeliharaan

kendaraan, pemeliharaan AC, dan perbaikan & pemeliharaan

10. Jumlah tamu menginap dan jumlah kamar hotel tahun 2018

11. Tipe kamar, luas lantai, dan harga jual kamar hotel per malam tahun 2018.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang lebih akurat dalam melaksanakan

penelitian, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi,

yaitu teknik pengumpulan data dari dokumen-dokumen perusahaan yang relevan

dengan judul, baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun bersumber

dari perpustakaan. Selain itu peneliti juga menggunakan metode pengumpulan

data interview atau wawancara, yakni teknik pengumpulan data melalui proses
23

tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek

penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

3.5 Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah activity based

costing system. Adapun langkah-langkah analisis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas yang terjadi

2. Mengidentifikasi biaya tidak langsung dan level berdasarkan aktivitas

sebagai berikut:

a. Aktivitas penginapan

b. Aktivitas laundry

c. Aktivitas pemberian makan pagi

d. Aktivitas listrik

e. Aktivitas air

f. Aktivitas penyusutan

g. Aktivitas pemasaran

h. Aktivitas penggajian

i. Aktivitas pemeliharaan.

3. Mengidentifikasi cost driver

4. Membebankan biaya overhead

5. Menghitung cost pool berdasarkan cost driver

6. Mengalokasikan data cost driver

7. Menghitung tarif cost pool menurut Sujarweni (2016) adalah dengan

rumus:
24

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝒄𝒐𝒔𝒕 𝒑𝒐𝒐𝒍


𝐓𝐚𝐫𝐢𝐟 𝒄𝒐𝒔𝒕 𝒑𝒐𝒐𝒍 =
𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒅𝒓𝒊𝒗𝒆𝒓

8. Menghitung harga pokok kamar pada tiap tipe kamar:

a. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap tipe kamar

menurut Sujarweni (2016) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = Tarif cost pool × Cost driver

b. Kemudian perhitungan harga pokok kamar pada masing-masing tipe

kamar menurut Akbar (2011) dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

𝑶𝒗𝒆𝒓𝒉𝒆𝒂𝒅 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧


𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐩𝐞𝐫 𝐤𝐚𝐦𝐚𝐫 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐥

9. Membandingkan perhitungan harga pokok kamar hotel berdasarkan sistem

akuntansi konvensional dengan harga pokok kamar hotel berdasarkan

metode activity based costing system.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Hotel Diamond Samarinda didirikan pada tahun 2006 dan merupakan hotel

bintang 3 dengan bangunan 4 lantai yang mengagumkan. Terletak di pusat kota

Samarinda, yaitu di Jalan Lambung Mangkurat No. 56, Samarinda, Kalimantan

Timur. Akses jalan berdekatan dengan UKM Center Samarinda yang merupakan

pusat perbelanjaan oleh-oleh di kota Samarinda, area mesin ATM, Rumah Sakit

Haji Darjad, dan juga berdekatan dengan bandar udara Temindung. Hotel

Diamond Samarinda pada mulanya memiliki 9 tipe kamar yakni, Standard Single,

Standard Double, Medium, Superior, Superior Twin, Deluxe, Executive, Junior

Suite, dan Diamond Suite, namun sejak hotel direnovasi tahun 2013 seluruh

kamar berjumlah 75 kamar dengan tipe kamar diperkecil menjadi 5 tipe kamar

yakni, 26 kamar tipe Superior, 41 kamar tipe Deluxe, 2 kamar tipe Executive, 3

kamar tipe Junior Suite, dan 3 kamar tipe Diamond Suite.

Tidak hanya kamar menginap, Hotel Diamond juga menyediakan fasilitas

dan layanan lain seperti Solus Per Aqua (SPA) yang merupakan SPA terbesar dan

terlengkap di Samarinda, buka pada pukul 11.00 AM – 22.00 PM dan berada di

lantai 1 hotel. Ada juga meeting & events room dengan fasilitas lengkap dan

memiliki 3 ruangan antara lain: Sapphire Room dengan luas 39 m2 , Topaz Room

dengan luas 41 m2 , dan Kalimaya Room dengan luas 130 m2 . Lalu ada wifi

diseluruh area hotel, halaman parkir yang luas, coffee shop, lounge berada dilantai

1 hotel dengan agenda musik langsung pada hari rabu – sabtu pukul 08.00 – 11.00

25
26

PM, sauna, indoor pool, banquet hall, restaurant dengan menu yang beraneka

ragam mulai dari menu nusantara hingga menu mancanegara yang telah

disesuaikan dengan lidah orang indonesia dan tentu saja sudah pasti enak, dan ada

morning call.

Hotel ini adalah hotel bebas dari asap rokok sehingga semua ruangan

dibebaskan dari asap rokok, tetapi juga di sediakan tempat untuk merokok. Hotel

ini telah dikembangkan agar konsepnya berbeda dari pada hotel yang lain, modern

dan bergaya sehingga membawa nuansa baru bagi kota Samarinda.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi Hotel Diamond yaitu, terwujudnya hotel yang berkualitas serta

memberikan pelayanan yang terbaik dan professional untuk semua pengunjung.

Sedangkan misi Hotel Diamond Samarinda, antara lain:

1. Memberikan kepuasan kepada para pengunjung hotel dengan melakukan

pelayanan yang terbaik

2. Mendorong terciptanya kondisi financial yang sehat sehingga mampu

memberikan kontribusi keuntungan yang optimal bagi hotel

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan suasanan kerja yang

kondusif serta koorperatif untuk mewujudkan kepuasan kerja dan

kesejahteraan karyawan.
27

4.3 Struktur Organisasi Hotel Diamond Samarinda

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Hotel Diamond Samarinda


Sumber: Hotel Diamond Samarin
28

Hotel Diamond Samarinda memiliki struktur organisasi sebagai berikut:


1. General manajer

General Manager adalah puncak pimpinan dari sebuah struktur organisasi

hotel. Ia bertanggung jawab atas keseluruhan penyelenggaraan hotel dan

kinerja seluruh karyawannya. Adapun tugas dari general manajer, yaitu

bertanggung jawab atas semua pendataan atau pengadministrasian

transaksi dan keuangan, membuat laporan transaksi dan keuangan hotel,

dan mengawasi serta menjaga semua kegiatan transaksi hotel.

2. Accounting

Departemen accounting bertanggung jawab mengendalikan segala

operasional keuangan yang ada didalam hotel. Dalam departemen ini

dibagi menjadi 3 bagian, antara lain:

a. General Cashier (GC), bertugas mengelola petty cash di sebuah hotel,

sehingga semua transaksi pembelian yang dilakukan secara cash dan

pengeluaran uang untuk pembayaran hutang dan pembayaran pajak,

air, listrik, telepon akan direkapitulasi oleh seorang General cashier.

Bisa dikatakan juga kalau seorang General cashier ini adalah

bendaharanya hotel.

b. Income Audit (IA), tugas utama seorang IA adalah memverifikasi

kesesuaian transaksi keuangan yang berasal dari cashier restaurant,

dan cashier SPA room pada bagian receiptionis. Selain itu, seorang IA

ini akan merekap berapa uang masuk yang berasal dari penjualan

kamar, penjualan menu yang berada di restaurant dan penjualan


29

meeting & event room hotel. Tugas seorang IA adalah melakukan

tindak lanjut (double check) dari kegiatan auditing yang dilakukan oleh

seorang Night Auditor.

c. Cost Control (CC), seorang CC bertugas melakukan kontrol terhadap

beban keuangan hotel. Kewenangan seorang CC ini adalah membatasi

jumlah pembelian dan permintaan pembelian yang berasal dari divisi

lain agar tidak terjadi anggaran yang berlebihan (over budget).

3. Sales & Marketing Supervisor

Sales & marketing supervisor adalah pejabat utama yang menentukan

keberhasilan hotel dalam menjual produk hotel kepada konsumen. Dalam

departemen ini terdapat bagian sales staff. Sales staff bertugas untuk

mempromosikan dan menjual kamar hotel melalui media online seperti

membuat content website unit hotel, membuat iklan elektronik di media

sosial serta menjalin hubungan dengan Online Tour Agent. Selain itu tugas

sales staff ini adalah melakukan penjualan kamar melalui website hotel

sehingga calon tamu bisa melakukan booking secara online.

4. Room Department Supervisor

Room department supervisor adalah pejabat utama yang menentukan

seluruh properti, fasilitas, dan pelayanan jasa apa saja yang didapat pada

tiap-tiap tipe kamar. Bagian-bagian pada departemen ini adalah:

a. Front office, yaitu salah satu departement di sebuah hotel yang berada

di begian depan merupakan pintu gerbang dari hotel itu sediri sehingga

mudah diketahui dan di hubungi tamu yang secara oprasional


30

berhubengan langsung dengan tamu. Dalam bagian ini terdapat

reception, cashier, dan night audit.

b. Order taker, adalah bagian yang terkandung dalam ruang atau

departemen housekeeping. Order taker tampak sederhana di mejanya

hanya duduk di belakang meja mengangkat dan menerima pesanan

melalui telepon tapi order taker memiliki tanggung jawab besar dalam

memberikan informasi tentang status kamar tamu dan tamu VIP.

c. Laundry, tugas utama laundry adalah membantu operasional hotel

yang berhubungan dengan proses pencucian linen untuk guest room,

restaurant, dan meeting room serta uniform bagi karyawan. Dalam

bagian ini terdapat room boy.

5. Food & Beverage Supervisor

Food & beverage supervisor, bertugas untuk mengawasi perencanaan dan

persiapan makanan dan minuman hotel. Pengawas makanan dan minuman

membuat menu, mengawasi inventaris makanan dan minuman, mengelola

staf memasak, dan memilih berbagai minuman yang akan disajikan di

tempat mereka. Mereka memastikan kepatuhan terhadap peraturan

keamanan makanan dan minuman beralkohol. Pengawasan makanan dan

minuman juga dapat memeriksa peralatan dapur dan mengatasi keluhan

atau kekhawatiran pelanggan terkait persiapan makanan, minuman dan

penawaran menu. Dalam departemen ini terdiri atas bagian chef cook.
31

6. Property Operation Maintenance Energy Cost (POMEC)

Departemen POMEC merupakan salah satu departemen pendukung yang

bertanggungjawab terhadap perawatan, perbaikan, pengawasan,

pengontrolan, pengeluaran, dan pengontrolan penggunaan energi (saving

energy) baik itu listrik, air, bahan bakar (solar) ataupun gas dengan

seefisien mungkin tanpa mengurangi kenyamanan, keselamatan, keindahan

dan dapat dipertanggungjawabkan serta bisa dilaksanakan secara

konsisten. Didalam departemen ini ada bagian maintenance dan security.

4.4 Fasilitas Kamar Hotel Diamond

Adapun fasilitas yang terdapat pada tiap tipe kamar hotel antara lain:

1. Superior room facilities

Terdapat 26 kamar superior dengan fasilitas kamar, yaitu:

a. 16 kamar dengan twin bed berukuran 200 x 100 dan maksimal 2 orang

dalam satu kamar

b. 10 kamar dengan single bed berukuran 200 x 180 dan maksimal 2

orang dalam satu kamar

c. Wardrobe

d. Air Conditioner (AC)

e. 32 inch television and international channels

f. Mini bar

g. Shower bathroom

h. Breakfast untuk masing-masing tamu

i. Writing desk.
32

2. Deluxe room facilities

Terdapat 41 kamar deluxe dengan fasilitas kamar, yaitu:

a. 6 kamar dengan twin bed berukuran 200 x 100 dan maksimal 2 orang

dalam satu kamar

b. 35 kamar dengan single bed berukuran 200 x 180 dan maksimal 2

orang dalam satu kamar

c. Wardrobe

d. Air Conditioner (AC)

e. 32 inch television and international channels

f. Mini bar

g. Shower bathroom

h. Breakfast untuk masing-masing tamu

i. Writing desk

j. Coffee table and chairs.

3. Executive room facilities

Terdapat 2 kamar executive dengan fasilitas kamar, yaitu:

a. Single bed berukuran 200 x 180 dan maksimal 2 orang dalam satu

kamar

b. Wardrobe

c. Air Conditioner (AC)

d. 32 inch television and international channels

e. Mini bar

f. Shower bathroom
33

g. Breakfast untuk masing-masing tamu

h. Writing desk

i. Coffee table and chairs

j. Tea and coffee making facility.

4. Junior suite room facilities

Terdapat 3 kamar junior suite dengan fasilitas kamar, yaitu:

a. Single bed berukuran 200 x 180 dan maksimal 2 orang dalam satu

kamar

b. Wardrobe

c. Air Conditioner (AC)

d. 32 inch television with local and international channels

e. Mini bar

f. Shower bathroom

g. Breakfast untuk masing-masing tamu

h. Writing desk

i. Coffee table and chairs

j. Tea and coffee making facility

k. Dining table.

5. Diamond suite room facilities

Terdapat 3 kamar diamond suite dengan fasilitas kamar, yaitu:

a. Single bed berukuran 200 x 180 dan maksimal 2 orang dalam satu

kamar

b. Wardrobe
34

c. Air Conditioner (AC)

d. 32 inch television with local and international channels in the living

room

e. 42 inch television with local and international channels in the

bedroom

f. Mini bar

g. Shower bathroom with bathtub

h. Breakfast untuk masing-masing tamu

i. Writing desk

j. Separate living room completed with coffee table and sofas

k. Tea and coffee making facility

l. Dining table

m. Refrigerator.

4.5 Hasil Penelitian

4.5.1 Perhitungan harga pokok kamar menurut Hotel Diamond

Berdasarkan data yang diperoleh dari Hotel Diamond terdapat 5 tipe kamar

yang ada, yaitu Superior, Deluxe, Executive, Junior Suite,dan Diamond Suite.

Untuk tipe kamar Superior dan Deluxe terdiri dari tipe Twin bad dan Double bad,

sedangkan tipe kamar Executive, Junior Suite,dan Diamond Suite hanya ada tipe

Twin bad saja. Jumlah kamar yang terjual, tingkat hari hunian, dan jumlah tamu

menginap pada Hotel Diamond tahun 2018 pun berbeda disetiap tipe kamar.

Hotel Diamond dalam menghitung harga pokok kamarnya dilakukan untuk

setiap bagian atau unit yang menghasilkan jasa. Biaya-biaya yang diperhitungkan
35

sebagai harga pokok kamar merupakan biaya-biaya yang terjadi pada bagian atau

unit penghasil jasa maupun biaya hasil alokasi dari bagian atau unit yang bersifat

umum. Biaya-biaya dari bagian atau unit yang sifatnya umum ini proses

pembebanannya dilakukan dengan cara alokasi. Besarnya alokasi biaya-biaya

tersebut berdasarkan kontribusi pendapatan masing-masing bagian atau unit

penghasil jasa kamar terhadap pendapatan total jasa kamar hotel.

Tabel 4.1. Data Tipe, Harga Jual, dan Luas Lantai Kamar Hotel Diamond Tahun
2018
Harga Jual / Hari
Tipe Kamar Luas Lantai (𝒎𝟐 )
(Rp)
Superior 478.000 15
Deluxe 538.000 17,5
Executive 718.000 18,5
Junior Suite 838.000 22,5
Diamond Suite 1.108.000 55
Sumber: Hotel Diamond Samarinda

Harga jual kamar Hotel Diamond tersebut sudah termasuk laba dan service

yang dikenakan pihak hotel kepada pelanggan.

Jumlah tamu menginap pada tahun 2018 di Hotel Diamond dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Tamu Menginap Tahun 2018


Tipe Kamar Jumlah Tamu Menginap
Superior 4.740
Deluxe 7.613
Executive 388
Junior Suite 453
Diamond Suite 292
Jumlah Tamu 13.486
Sumber: Hotel Diamond Samarinda
36

Pada jumlah kamar tersedia untuk dijual setiap tipe kamar selama tahun

2018 pada Hotel Diamond dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Jumlah Kamar Tersedia untuk Dijual Tahun 2018


Tipe Kamar Jumlah Kamar Jumlah Kamar Setahun
(1) (1) x 365 Hari
Superior 26 9.490
Deluxe 41 14.965
Executive 2 730
Junior Suite 3 1.095
Diamond Suit 3 1.095
Jumlah 75 27.375
Sumber: Hotel Diamond Samarinda

Jumlah kamar terjual pada Hotel Diamond selama tahun 2018 tersaji

dalam tabel berikut:

Tabel 4.4. Jumlah Kamar Terjual pada Hotel Diamond Tahun 2018
Tipe Kamar Hari Hunian
Superior 7.144
Deluxe 12.640
Executive 622
Junior Suite 825
Diamond Suite 560
Jumlah 21.791
Sumber: Hotel Diamond Samarinda

Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 diatas perhitungan dari proses

pembebanan biaya dan penentuan harga jual jasa untuk masing-masing tipe kamar

di Hotel Diamond dapat dijelaskan melalui perhitungan sebagai berikut:

a. Tingkat pengisian kamar atau tingkat hunian kamar masing-masing tipe

kamar (occupancy rate) selama tahun 2018


37

Tabel 4.5. Occupancy Rate Hotel Diamond Tahun 2018


Tipe Kamar Jumlah Kamar Jumlah Kamar Occupancy Rate
Terjual (1) Tersedia (2) [(1) : (2)] x 100%
Superior 7.144 9.490 75,2%
Deluxe 12.640 14.965 84,4%
Executive 622 730 85,2%
Junior Suite 825 1.095 75,3%
Diamond Suite 560 1.095 51,1%
Jumlah 21.791 27.375 79,6%
Sumber: Hotel Diamond Samarinda

b. Penjualan jasa kamar hotel dari masing-masing tipe kamar selama tahun 2018

Tabel 4.6. Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Hotel Diamond Tahun 2018
Tipe Kamar Jumlah Kamar Harga Jual Kamar Pendapatan Jasa Kamar
Terjaul (1) (2) (Rp) (1) x (2)
(Rp)
Superior 7.144 478.000 3.414.832.000
Deluxe 12.640 538.000 6.800.320.000
Executive 622 718.000 446.596.000
Junior Suite 825 838.000 691.350.000
Diamond Suite 560 1.108.000 620.480.000
Jumlah 21.791 3.680.000 11.973.578.000
Sumber: Hotel Diamond Samarinda

c. Persentase pendapatan dari tiap tipe kamar terhadap pendapatan dari

penjualan jenis kamar secara keseluruhan selama tahun 2018

Tabel 4.7. Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Hotel Diamond Tahun
2018
Tipe kamar Pendapatan Jasa Total Pendapatan Persentase Pendapatan
Kamar Jasa Kamar [(1) : (2)] x 100%
(1) (Rp) (2) (Rp)
Superior 3.414.832.000 28,5%
Deluxe 6.800.320.000 56,8%
Executive 446.596.000 11.973.578.000 3,7%
Junior suite 691.350.000 5,8%
Diamond Suite 620.480.000 5,2%
Jumlah 11.973.578.000 11.973.578.000 100%
Sumber: Hotel Diamond Samarinda
38

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh persentase alokasi pendapatan

pada setiap tipe kamar terhadap pendapatan penjualan jasa kamar secara

keseluruhan. Hasil perhitungan tersebut dalam analisa selanjutnya akan digunakan

sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran biaya-biaya dengan dasar alokasi

pendapatan.

Alokasi berdasarkan pendapatan adalah biaya yang didasarkan pada

bersarnya persentase terhadap tipe kamar tertentu pada total pendapatan suatu tipe

kamar. Maka, setiap tipe kamar akan menanggung beban biaya aktivitas jasa

(harga pokok kamar) sebesar nilai persentase pendapatan yang diperoleh kamar

itu sendiri terhadap perolehan pendapatan jasa kamar secara keseluruhan.


39

Tabel 4.8. Harga Pokok Kamar Hotel Diamond Metode Konvensional Tahun 2018 (Dalam Rp)

Elemen Biaya Superior Deluxe Executive Junior Suite Diamond Suite

Biaya Langsung (Rp)

28,5% x 1.436.852.072 409.502.841

56,8% x 1.436.852.072 816.131.977

3,7% x 1.436.852.072 53.163.527


5,8% x 1.436.852.072 83.337.420

5,2% x 1.436.852.072 74.716.308

Biaya Operasional (Rp)

28,5% x 8.667.013.119 2.470.098.739


56,8% x 8.667.013.119 4.922.863.452
3,7% x 8.667.013.119 320.679.485
5,8% x 8.667.013.119 502.686.761
5,2% x 8.667.013.119 450.684.682
HPP 2.879.601.580 5.738.995.429 373.843.012 586.024.181 525.400.990
Jumlah Kamar Terjual 7.144 12.640 622 825 560

Harga Pokok Kamar 403.080 454.034 601.034 710.332 938.216


Sumber: Hotel Diamond Samarinda
Perhitung harga pokok kamar dengan metode
Activity Based Costing System
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan harga pokok kamar

hotel dengan menggunakan metode activity based costing system, yaitu:

1. Mengidentifikasi biaya dan aktivitas

Identifikasi biaya-biaya yang termasuk dalam biaya langsung (direct cost)

dan biaya tidak langsung (indirect cost). Selanjutnya biaya-biaya yang

termasuk dalam biaya langsung dialokasikan ketiap tipe kamar mulai dari

Superior, Deluxe, Executive, Junior Suite, dan Diamond Suite. Biaya

langsung terjadi pada departemen kamar, sedangkan biaya tidak langsung

terjadi pada departemen lain selain departemen kamar. Aktivitas yang

terjadi pada departemen kamar adalah aktivitas pelayanan kamar.

Pengalokasian biaya langsung berdasarkan persentase jumlah kamar yang

ada per setiap tipe kamar Hotel Diamond. Persentase tersebut ditentukan

dengan cara membagi jumlah per setiap tipe kamar dengan total jumlah

kamar lalu dikalikan dengan 100%.

Tabel 4.9. Penentuan Persentase Jumlah Kamar


Tipe Kamar Jumlah per Tipe Total Jumlah Persentase
Kamar (1) Kamar (2) [(1) / (2)] x 100%
Superior 26 35%
Deluxe 41 54%
Executive 2 75 3%
Junior suite 3 4%
Diamond Suite 3 4%
Jumlah 75 75 100%

40
Junior Suite Diam

Biaya Langsung Persentase Persentase


Room Dept. Unit
Alokasi Alokasi

4% 3 4%

Tabel 4.10. Perincian Biaya Langsung yang Dialokasikan ke Tiap Tipe Kamar
Tahun 2018 (Dalam Rp)
Superior Deluxe
Biaya Langsung Persentase Persentase
Unit Unit
Room Dept. Alokasi Alokasi

35% 26 54% 41

Gaji Karyawan 240.789.514 9.261.135 371.503.822 9.061.069

Makan Karyawan 48.019.501 1.846.904 74.087.230 1.807.006

Seragam Karyawan 6.521.679 250.834 10.062.019 245.415

Total Biaya
295.330.694 11.358.873 455.653.070 11.113.490
Langsung
Disambung ke halaman berikutny

41
42

Gaji Karyawan 27.518.802 9.172.934 27.518.802

Makan Karyawan 5.487.943 1.829.314 5.487.943

Seragam Karyawan 745.335 248.445 745.335

Total Biaya
33.752.079 11.250.693 33.752.079
Langsung
Tabel 4.10. Sambungan
Mengidentifikasi aktivitas biaya tidak langsung dan level aktivitasnya.
Tabel 4.11. Identifikasi Aktivitas dan Level Aktivitas

No Aktivitas Level Aktivitas


1 Aktivitas penginapan Unit level
2 Aktivitas laundry Unit level
3 Aktivitas pemberian makan pagi Unit level
4 Aktivitas penggunaan energi dan bahan dapur Facility level
5 Aktivitas air Facility level
6 Aktivitas telpon Facility level
7 Aktivitas internet, newspeper, and megazin Facility level
8 Aktivitas penyusutan Facility level
9 Aktivitas pemasaran Facility level
10 Aktivitas penggajian Facility level
11 Aktivitas pemeliharaan Facility level

2. Mengidentifikasi cost driver

a. Aktivitas penginapan untuk dasar pengalokasiannya dapat berdasarkan

jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar terjual. Tetapi dengan

mengingat bahwa biaya-biaya meningkat jika jumlah kamar terjual, maka

yang dapat dijadikan cost driver adalah jumlah kamar terjual.

b. Aktivitas laundry meliputi pencucian seprai, selimut, dan handuk. Untuk

dasar pengalokasiannya dapat berdasarkan jumlah kamar yang ada dan

jumlah kamar terjual. Tetapi pencucian tersebut hanya dilakuakn setelah

kamar terjual, maka yang dapat dijadikan cost driver adalah jumlah kamar

terjual.

c. Aktivitas pemberian makan pagi menurut data yang diberikan oleh Hotel

Diamond, yaitu Rp. 85.000,-/orang. Untuk dasar pengalokasian dapat

berdasarkan jumlah tamu yang menginap dan jumlah kamar yang terjual.

Tetapi jika atas dasar jumlah kamar yang terjual tidak diketahui pasti berapa

orang yang akan mendapat jasa pelayanan full breakfast buffet, mengingat

dalam satu kamar diperbolehkan ditempati maksimal 2 orang. Maka yang

dijadikan cost driver adalah jumlah tamu yang menginap.

43
44

d. Aktivitas penggunaan energi dan bahan dapur untuk dasar pengalokasian

dapat berdasarkan jumlah kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah

jumlah kamar terjual.

e. Aktivitas air untuk cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.

f. Aktivitas telpon untuk dasar pengalokasiannya berdasarkan pada jumlah

kamar terjual, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar terjual.

g. Aktivitas internet, newspaper, and megazin dasar cost driver yang tepat

adalah jumlah kamar terjual.

h. Aktivitas penyusutan untuk dasar pengalokasian dapat berdasarkan

jumlah kamar tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi aktiva tetap

dan peralatan hotel yang disusutkan digunakan untuk semua kamar

yang ada, maka cost driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia.

i. Aktivitas pemasaran dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar

tersedia dan jumlah kamar terjual. Tetapi karena pemasaran dilakukan

dengan tujuan untuk menjual semua kamar yang tersedia, maka cost

driver yang tepat adalah jumlah kamar tersedia.

j. Aktivitas penggajian didasarkan pada pengalokasian berdasarkan

jumlah jam kerja, maka cost driver yang tepat adalah jumlah jam kerja.

k. Aktivitas pemeliharaan meliputi pemeliharaan gedung dan peralatan

hotel dapat dialokasikan berdasarkan jumlah kamar tersedia dan

jumlah kamar terjual. Tetapi pemeliharaan gedung dan peralatan hotel

tidak hanya dilakukan pada kamar yang terjual, maka cost driver yang

tepat adalah jumlah kamar tersedia.


45

Tabel 4.12. Cost Pool dan Cost Driver


Cost Pool Cost driver
Unit level Activity :
Pool I

Aktivitas penginapan Jumlah kamar terjual

Aktivitas laundry Jumlah kamar terjual


Aktivitas penggunaan energi
Jumlah kamar terjual
dan bahan dapur
Aktivitas air Jumlah kamar terjual

Aktivitas telpon Jumlah kamar terjual


Aktivitas internet, newspaper,
Jumlah kamar terjual
and megazin
Pool II

Aktivitas pemberian makan pagi Jumlah tamu mengina

Facility Level Activity

Pool III

Aktivitas pemasaran Jumlah kamar tersedia

Pool IV

Aktivitas pemeliharaan Jumlah luas lantai

Aktivitas penyusutan Jumlah luas lanta

Pool V

Aktivitas penggajian karyawan Jumlah jam kerja

3. Membebankan biaya overhead

Biaya overhead dibebankan ke bagian aktivitas dan dikelompokan ke

beberapa cost pool yang homogen. Untuk biaya yang berasal dari departemen

kamar langsung dibebankan sebesar 100% ke kamar, sedangkan biaya yang

berasal dari departemen penunjang hanya dibebankan sebesar persentase tingkat

hunian (occupancy rate), yaitu 79,6% dan 20,4% lagi dibebankan ke aktivitas

diluar aktivitas yang berhubungan dengan harga pokok kamar seperti sewa

meeting and events room.


46

4. Menghitung cost pool berdasarkan cost driver

Tabel 4.13. Cost Pool I


Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Penginapan:
Guest Supplies 60.700.000
Room Amenities 185.000.000
Cleaning Supplies 150.548.090
Printing and stationary 34.200.000
Decoration 22.300.000
Aktivitas Laundry:
Laundry Linen 140.302.000
Laundry and Dry Cleaning (40.000.000 x 79,6%) 31.840.000
Aktivitas Penggunaan Energi dan Bahan dapur:
Listrik (1.643.705.191 x 79,6%) 1.308.389.332
Bahan Bakar Generator (1.200.000.000 x 79,6%) 955.200.000
Kitchen fuel (10.200.000 x 79,6%) 8.119.200
Bahan Makanan dan Minuman(1.112.000.000 x 79,6%) 885.152.000
Decoration (8.700.000 x 79,6%) 6.925.200
Aktivitas Air:
Air (320.000.000 x 79,6%) 254.720.000
Aktivitas Telpon:
Telpon (60.000.000 x 79,6%) 47.760.000
Aktivitas Internet, newspaper and megazin:
Internet (13.200.000 x 79,6%) 10.507.200
newspaper and megazin ( 7.300.000 x 79,6%) 5.810.800
Total 4.107.473.822

Tabel 4.14. Cost Pool II


Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Pemberian Makan Pagi:
Full Breakfast Buffet (13.486 x 85.000) 1.146.310.000
Total 1.146.310.000

Tabel 4.15. Cost Pool III


Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Pemasaran:
Advertising & Promotion (270.000.000 x 79,6%) 214.920.000
Transportation (68.000.000 x 79,6 %) 54.128.000
Total 269.048.000
47

Tabel 4.16. Cost Pool IV


Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Penyusutan:

Penyusutan Gedung (1.250.000.000 x 79,6%) 995.000.000

Penyusutan Peralatan Hotel (986.000.000 x 79,6%) 784.856.000

Aktivitas Pemeliharaan:

Bulb & Lamps (13.000.000 x 79,6%) 10.348.000

Pemeliharaan Kendaraan (74.000.000 x 79,6%) 58.904.000

Pemeliharaan AC (14.500.000 x 79,6%) 11.542.000

Perbaikan & Pemeliharaan (42.000.000 x 79,6%) 33.432.000

Total 1.894.082.000

Tabel 4.17. Cost Pool V


Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Penggajian:

Gaji Karyawan

(334.563.450 x 79,6%) + (67.242.656 x 79,6%) +

(510.455.654 x 79,6%) + (120.328.200 x 79,6%) +

(79.440.000 x 79,6%) 885.175.848

Makan Karyawan

(51.142.688 x 79,6%) + ( 13.403.000 x 79,6%) +

(83.212.738 x 79,6%) + (19.693.800 x 79,6%) +

(15.349.200 x 79,6%) 145.509.935

Seragam Karyawan

(8.064.692 x 79,6%) + (500.000 x 79,6%) +

(17.311.600 x 79,6%) + (3.090.340 x79,6%)

(2.400.000 x 79,6% ) 25.457.441

Total 1.056.143.224
48

5. Mengalokasikan data cost drive

Tabel 4.18. Pengalokasian Data Cost Drive


No Cost Driver Jumlah
1 Alokasi Jumlah Kamar Terjual:
Superior 7.144
Deluxe 12.640
Executive 622
Junior Suite 825
Diamond Suite 560
Total 21.791
2 Alokasi Jumlah Tamu Menginap:
Superior 4.740
Deluxe 7.613
Executive 388
Junior Suite 453
Diamond Suite 292
Total 13.486
3 Alokasi Jumlah Kamar Tersedia:
Superior 9.490
Deluxe 14.965
Executive 730
Junior Suite 1.095
Diamond Suite 1.095
Total 27.375
4 Alokasi Jumlah Luas Lantai :
Superior 390
Deluxe 718
Executive 37
Junior Suite 68
Diamond Suite 165
Total 1.377
5 Alokasi Jumlah Jam Kerja Karyawan:
Superior 24.960
Deluxe 32.448
Executive 2.496
Junior Suite 4.992
Diamond Suite 9.984
(30 orang x 8 jam x 6 hari x 52 minggu)
Total 74.880
Menghitung tarif cost pool
49

Setelah mengalokasikan cost driver, selanjutnya menentukan tarif cost

pool sebagai berikut:

Tabel 4.19. Tarif Cost Pool

Total Cost Pool (Rp) Cost Driver Tarif Cost Pool (Rp)
Cost Pool
(1) (2) [(1) / (2)]

Cost Pool I 4.107.473.822 21.791 188.494


Cost Pool II 1.146.310.000 13.486 85.000
Cost Pool III 269.048.000 27.375 9.828
Cost Pool IV 1.894.082.000 1.377 1.375.513
Cost Pool V 1.056.143.224 74.880 14.104

6. Menghitung harga pokok kamar pada tiap tipe kamar

Berdasarkan persentase biaya aktivitas diluar kamar yang dibebankan pada

aktivitas kamar, perhitungan harga pokok kamar Hotel Diamond pada setiap tipe

kamar adalah sebagai berikut:

Tabel 4.20. Harga Pokok Kamar Tipe Superior


Tarif Cost Pool
No Cost Pool Cost Driver Total (Rp)
(Rp)
1 Cost Pool I 188.494 7.144 1.346.601.136
2 Cost Pool II 85.000 4.740 402.900.000
3 Cost Pool III 9.828 9.490 93.267.720
4 Cost Pool IV 1.375.513 390 536.450.070
5 Cost Pool V 14.104 24.960 352.035.840
Total Biaya Tidak Langsung 2.731.254.766
Total Biaya Langsung 295.330.694
Total Biaya Untuk Kamar Superior 3.026.585.460
Jumlah Kamar Terjual 7.144
Harga Pokok Kamar Superior 423.654

Tabel 4.21. Harga Pokok Kamar Tipe Deluxe


No Cost Pool Tarif Cost Pool (Rp) Cost Driver Total (Rp)
1 Cost Pool I 188.494 12.640 2.382.564.160
2 Cost Pool II 85.000 7.613 647.105.000
3 Cost Pool III 9.828 14.965 147.076.020
4 Cost Pool IV 1.375.513 718 986.930.578
50

5 Cost Pool V 14.104 32.448 457.646.592


Total Biaya Tidak Langsung 4.621.322.350
Total Biaya Langsung 455.653.070
Total Biaya Untuk Kamar Deluxe 5.076.975.420
Jumlah Kamar Terjual 12.640
Harga Pokok Kamar Deluxe 401.659

Tabel 4.22. Harga Pokok Kamar Tipe Executive


No Cost Pool Tarif Cost Pool (Rp) Cost Driver Total (Rp)

1 Cost Pool I 188.494 622 117.243.268


2 Cost Pool II 85.000 388 32.980.000
3 Cost Pool III 9.828 730 7.174.440
4 Cost Pool IV 1.375.513 37 50.893.981
5 Cost Pool V 14.104 2.496 35.203.584
Total Biaya Tidak Langsung 243.495.273
Total Biaya Langsung 25.314.059
Total Biaya Untuk Kamar Executive 268.809.332
Jumlah Kamar Terjual 622
Harga Pokok Kamar Executive 432.169

Tabel 4.23. Harga Pokok Kamar Tipe Junior Suite


No Cost Pool Tarif Cost Pool (Rp) Cost Driver Total (Rp)
1 Cost Pool I 188.494 825 155.507.550
2 Cost Pool II 85.000 453 38.505.000
3 Cost Pool III 9.828 1.095 10.761.660
4 Cost Pool IV 1.375.513 68 92.847.128
5 Cost Pool V 14.104 4.992 70.407.168
Total Biaya Tidak Langsung 368.028.506
Total Biaya Langsung 33.752.079
Total Biaya Untuk Kamar Junior Suite 401.780.585
Jumlah Kamar Terjual 825
Harga Pokok Kamar Junior Suite 487.007
Tabel 4.24. Harga Pokok Kamar Tipe Diamond Suite
No Cost Pool Tarif Cost Pool (Rp) Cost Driver Total (Rp)
1 Cost Pool I 188.494 560 105.556.640
2 Cost Pool II 85.000 292 24.820.000
3 Cost Pool III 9.828 1.095 10.761.660
4 Cost Pool IV 1.375.513 165 226.959.645
5 Cost Pool V 14.104 9.984 140.814.336
51

Total Biaya Tidak Langsung 508.912.281


Total Biaya Langsung 33.752.079
Total Biaya Untuk Kamar Diamond Suite 542.664.360
Jumlah Kamar Terjual 560
Harga Pokok Kamar Diamond Suite 969.044

7. Membandingkan perhitungan harga pokok kamar hotel berdasarkan sistem

konvensional manajemen Hotel Diamond dengan harga pokok kamar hotel

berdasarkan metode activity based costing system

Dari perhitungan harga pokok yang digunakan oleh Hotel Diamond

terlihat adanya perbedaan hasil perhitungan harga pokok konvensional dan hasil

perhitungan harga pokok activity based costing system. Perbedaan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.25. Perbandingan Harga Pokok Kamar Sistem Konvensional Manajemen


Hotel Diamond dan Metode Activity Based Costing System
Harga Pokok Kamar Harga Pokok Kamar
Menurut Sistem Menurut Metode
Jenis Kamar Selisih (Rp)
Konvensional Manajemen Activity Based Costing
Hotel Diamond (Rp) System (Rp)
Superior 403.080 423.654 (20.574)
Deluxe 454.034 401.659 52.375
Executive 601.034 432.169 168.865
Junior Suite 710.332 487.007 223.325
Diamond Suite 938.216 969.044 (30.8 28)
4.6 Pembahasan

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga

pokok kamar dengan menggunakan metode activity based costing untuk tipe

kamar Superior sebesar Rp423.654. Untuk tipe kamar Deluxe sebesar Rp401.659.

Untuk tipe kamar Executive sebesar Rp432.169. Untuk tipe kamar Junior Suite

sebesar Rp487.007. Dan untuk tipe kamar Diamond Suite sebesar Rp969.044.
52

Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga pokok kamar

metode konvensional yang telah ditentukan manajemen Hotel Diamond dengan

hasil perhitungan menggunakan metode activity based costing system. Untuk

metode activity based costing system pada tipe kamar Superior dan Diamond

Suite memberikan hasil yang lebih besar daripada harga pokok kamar sistem

konvensional manajemen Hotel Diamond, yaitu dengan selisih harga untuk tipe

kamar Superior sebesar Rp20.574 dan untuk tipe kamar Diamond Suite sebesar

Rp30.828. Sedangkan untuk tipe kamar Deluxe, Executive, dan Junior Suite

metode activity based costing system memberikan perbandingan yang lebih kecil

daripada harga pokok kamar metode konvensional manajemen Hotel Diamond,

yaitu untuk tipe kamar Deluxe sebesar Rp52.375. Untuk tipe kamar Executive

sebesar Rp168.865. Dan untuk tipe kamar Junior Suite adalah sebesar Rp223.325.

Terjadinya selisih harga dikarenakan pada metode activity based costing system

mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap tipe kamar secara tepat

berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan metode activity based costing system dalam perhitungan harga

pokok kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang akurat, karena

biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada kamar hotel atas dasar aktivitas

dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh kamar hotel dan juga

menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.

2. Hasil dari perhitungan harga pokok kamar dengan menggunakan metode

activity based costing system yaitu, untuk tipe kamar Superior sebesar

Rp423.654. Untuk tipe kamar Deluxe sebesar Rp401.659. Untuk tipe

kamar Executive sebesar Rp432.169. Untuk tipe kamar Junior Suite

sebesar Rp487.007. Dan untuk tipe kamar Diamond Suite sebesar

Rp969.044. Terdapat selisih harga yang lebih tinggi pada tipe kamar

Superior dan Diamond Suite dari harga hasil perhitungan sistem

konvensional menurut manajemen Hotel Diamond dengan hasil

perhitungan menggunakan metode activity based costing system yaitu,

untuk tipe kamar Superior sebesar Rp20.574 dan untuk tipe kamar

Diamond Suite sebesar Rp30.828. Sedangkan untuk tipe kamar Delixe,

Executive, dan Junior Suite terdapat selisih harga yang lebih tinggi, yaitu

53
54

untuk tipe kamar Deluxe sebesar Rp52.375. Untuk tipe kamar Executive sebesar

Rp168.865. Dan untuk tipe kamar Junior Suite sebesar Rp223.325.

5.2 Saran

Dengan menggunakan metode activity based costing system hotel dapat

mengendalikan biaya lebih baik karena metode activity based costing system

merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan

manajemen dalam pengambilan keputusan, baik yang bersifat strategik maupun

operasional. Maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti, yaitu :

1. Agar pihak manajemen Hotel Diamond mengadakan penelitian lebih lanjut

mengenai penerapan activity based costing system dalam perhitungan

harga pokok kamarnya, sehingga informasi mengenai harga pokok kamar

yang lebih akurat dapat diperoleh.

2. Jika pihak manajemen Hotel Diamond ingin menerapkan metode activity

based costing system, sebaiknya didukung oleh sistem informasi dan

tenaga kerja yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai