1
2
aspek sikap haruslah pula tidak dilupakan. Intinya, kita perlu mengetahui seberapa
tinggi sikap, kemauan membaca peserta didik.
B. Isi Wacana
Secara pedagogis bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian peserta didik.
Tujuan kegiatan membaca itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan
pemahaman bacaan, adalah untuk memerluas dunia dan horizon siswa,
memerkenalkan teknologi, berbagai hal dan budaya dari berbagai pelosok daerah
3
dan Negara lain. Pemberian bahan yang demikian, tentu saja, harus
memertimbangkan tingkat kematangan peserta didik.
Perkembangan sikap dan nilai-nilai pada diri peserta didik akan tumbuh
seiring dengan pembelajaran membaca yang kita ajarkan, misalnya dengan
menyediakan bacaan yang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa,
pendidikan moral, kehidupan beragama, seni dan budaya, ilmu pengetahuan
popular, tidak memihak golongan tertentu, dan sebagainya.
Contoh:
Pemindahan unsur-unsur kebahasaan dari satu bahasa ke bahasa yang lain
dapat menimbulkan pengaruh positif, negatif, dan netral. Pemindahan secara
positif terjadi jika unsur bahasa yang diterima mempunyai kesamaan dengan
bahasa penerima dan menghasilkan penampilan yang benar serta membantu
kelancaran komunikasi. Pemindahan yang bersifat menguntungkan inilah
yang disebut pemungutan. Pemindahan yang bersifat negatif terjadi jika
unsur-unsur kebahasaan yang diterima tidak mempunya kesamaan dengan
bahasa penerima dan menghasilkan tindak berbahasa yang tidak benar karena
terjadi dislokasi structural, dan menyebabkan terjadinya gangguan
komunikasi yang disampaikan. Pemindahan yang bersifat negatif inilah yang
disebut interferensi. Pemindahan yang bersifat netral terjadi jika pemindahan
unsur-unsur kebahasaan itu tidak mempengaruhi kelancaran atau hambatan
komunikasi dalam bahasa penerima.
Contoh tes tingkat pemahaman dari wacan bentuk dialog misalnya sebagai
berikut.
Contoh tes tingkat pemahaman dengan bahan wacana prosa pendek atau
pernyataan singkat misalnya sebagai berikut.
7
3. Kita tidak usah khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering begitu
menjanjikan kesenangan tetapi bertentangan dengan adat ketimuran akan
merusak kehidupan para pemuda jika mereka telah memiliki benteng mental
dan kepribadian tangguh. Simpulan dari kalimat tersebut adalah…
A. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan akan merusak mental
dan kepribadian pemuda yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
B. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan sama sekali tidak dapat
memengaruhi pemuda yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
C. Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh akan mudah
dipengaruhi kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
D. Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak mudah
terpengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.
Bahan bacaan yang diteskan tidak harus berupa teks prosa saja, melainkan
juga dapat berbentuk dialog (drama) ataupun teks puisi. Oleh karena itu sifatnya
yang hanya menyebutkan kembali fakta ataudifinisi yang ada dalam teks, tes
singkat ingatan ini tidak begitu disarankan, atau paling tidak dibatasi jumlahnya.
Sebuah wacana bentuk puisi pun dapat dijadikan beberapa buah tes
pemahaman, namun tentu saja hal itu tergantung dari keadaan puisi itu sendiri.
Salah satu contoh tes pemahaman dengan wacana puisi dapat dilihat kembali pada
contoh di depan.
Butir-butir tes kemampuan membaca hendaklah bersifat memaksa siswa
untuk benar-bena membaca dan memahami bacaan. Artinya, jangan sampai terjadi
ada suatu butir tes yang dapat dijawab secara tepat tanpa siswa harus membaca
wacana terlebih dahulu. Butir tes yang demikian tidak hanya untuk tingkat
pemahaman saja, melainkan mencakup seluruh tingkatan aspek kognitif. Butir tes
yang sudah dapat dijawab siwa tanpa melewati proses membaca tergolong tes
yang kurang baik. Hal ini dapat terjadi jika butir tes “hanya” menanyakan
masalah dana tau fakta yang telah diketahui secara umum. Misalnya butir tes yang
menanyakan salah satu butir Pancasila, nama tokoh-tokoh terkenal tertentu,
tanggal dan tahun peristiwa bersejarah tertentu, tempat-tempat bersejarah
tertentu,dan sebagainya.
Contoh:
Wacana yang diujikan, misalnya, adalah wacana yang dikutip pada tes ingatan di
atas.
9
Contoh:
Contoh butir tes tingkat penerapan seperti di atas juga baik diterapkan
pada wacana bentuk puisi. Apabila jika diingat bahwa penuturan dalam puisi pada
umumnya lebih bersifat tidak langsung. Dengan demikian, tugas menemukan
kata-kata yang dimaksud dalam puisi lebih menuntut kerja kognitif. Bentuk tes
seperti di atas kurang tepat diterapkan dalam tes menyimak. Sebab, tes dapat
menjadi sangat sulit berhubungan siswa tidak mengulang dengar wacana yang
diteskan.
yaitu aspek kesulitan wacana, aspek isi wacana, aspek panjang pendeknya
wacana, serta aspek bentuk dan jenis wacana. Jika semua syarat di atas telah
terpenuhi, selanjutnya membuat soal tes. Bentuk soal tes yang digunakan yaitu
soal objektif dengan pilihan ganda. Untuk tingkat lanjut atau SMA, opsi pararel
dari a-e. Selain itu, soal yang diberikan tidak lagi soal ingatan, pemahaman, dan
aplikasi saja melainkan siswa sudah mulai dilatih untuk menjawab soal analisis
dan sintesis (Arikunto, 2013, hlm. 134). Berikut adalah penjelasan mengenai
tahap-tahap membuat tes KEM untuk siswa tingkat lanjut.
jangan terlalu mudah dan jangan pula terlalu sulit. Formula keterbacaan Fry,
formula keterbacaan Raygor dan teknik cloz adalah beberapa cara untuk
menghitung keterbacaan wacana yang akan dipaparkan sebagai berikut.
C. Cloze Test
Cloze test, yang diperkenalkan oleh Wilson L. Taylor pada tahun 1953,
adalah sejenis test dalam bentuk wacana dengan sejumlah kata yang dikosongkan
(rumpang) dan pengisi test diminta mengisi kata-kata yang sesuai di tempat yang
dikosongkan itu. Kata “cloze” itu bermakna proses penutupan sementara. Disebut
dengan penutupan sementara karena sejumlah kata dalam wacana itu dihilangkan
atau ditutup secara sistematis untuk diisi dengan cara menerka berdasarkan
konteks isi wacana itu. Kebenaran isi jawaban akan dilihat dari naskah asli
wacana tersebut. Ada tiga cara menghilangkan kata tersebut:
mengisi kata-kata yang dikosongkan (rumpang) secara teratur dalam suatu uraian.
Semakin dekat jarak kata yang dikosongkan, mungkin semakin sulit mengerjakan
soal itu dan sebaliknya. Kata yang dibuang (dikosongkan) itu biasanya setiap kata
yang kelima atau yang ketujuh. Karena kata yang dipilih mungkin saja kata yang
maknanya sama (sinonim) dengan kata aslinya, maka sinonim kata itu dapat juga
dianggap benar. Akan tetapi apabila diharapkan kata yang diisikan adalah kata
yang persis sama dengan kata aslinya (kata yang dibuang) maka huruf awal kata
itu dituliskan dan huruf-huruf berikutnya dikosongkan. Semakin sedikit kesalahan
yang dibuat oleh pengisi test, berarti semakin tinggi tingkat keterbacaan naskah
tersebut dan sebaliknya, semakin banyak kesalahan yang dibuat berarti semakin
rendah tingkat keterbacaannya. Prosedur yang ditempuh dalam menggunakan test
ini ialah sebagai berikut:
1. Pilihlah tiga buah uraian dalam naskah atau buku tersebut secara acak,
masing-masing pada bagian awal, tengah dan akhir. Uraian yang dipilih
hendaknya berdiri sendiri dan utuh dalam arti mempunyai satu konsep atau ide.
Panjang uraian kurang lebih 250 kata.
2. Uraian yang dipilih hendaknya menarik bagi calon pengguna.
3. Hindari uraian yang banyak menggunakan nama diri, seperti nama orang dan
nama tempat.
4. Salin kembali masing-masing uraian tersebut dengan ketentuan:
a. Berikan judul untuk masing-masing uraian untuk memberikan gambaran
umum tentang isi uraian,
b. Tulis kembali kalimat pertama masing-masing uraian secara utuh untuk
memberikan gambaran isi uraian lebih spesifik.
c. Untuk kalimat-kalimat berikutnya, buang setiap kata ke lima atau kata
ketujuh secara teratur. Kata berulang dihitung dua kata. Kalau pembaca
diharapkan mengisi kata yang dikosongkan itu tepat seperti kata aslinya,
tuliskan huruf awal kata itu dan diikuti dengan strip sebanyak sisa huruf
kata tersebut ( misalnya, kata yang dibuang ialah warung, maka ditulis w_
_ _ _ _)
d. Tuliskan kalimat terakhir masing-masing uraian secara utuh untuk
memberikan gambaran tentang isi uraian secara lebih lengkap.
17
5. Pilih secara acak sesedikitnya sepuluh calon pengguna naskah tersebut untuk
mengerjakan test itu.
6. Berikan petunjuk yang jelas, termasuk tujuan diberikannya test bahwa yang
ingin diketahui bukanlah kemampuan membaca mereka tetapi tingkat
keterbacaan naskah itu sendiri. Kata yang dikosongkan diisi hanya dengan satu
kata yang dianggap paling sesuai dengan maksud kalimat dan uraian, Tingkat
kesulitan keseluruhan naskah dapat dilihat dari jumlah kata yang benar diisikan
pada test itu. Hasil dengan menggunakan Cloze Test ini dapat dikategorikan
sebagai berikut.
Hasil test tersebut dapat dilihat secara individual dan kelompok. Dapat
terjadi hasil masing-masing individu secara signifikan berbeda karena latar
belakang dan pengalaman yang berbeda. Dengan demikian, mungkin saja suatu
bahan bacaan sangat sulit bagi orang tertentu tetapi sangat mudah bagi orang lain
dalam kelompok yang sama. Akan tetapi dalam kaitannya dengan bahan bacaan
yang dipergunakan dalam kelas maka hasil rata-rata dalam kelompok biasanya
yang digunakan.
2. Isi Wacana
Ada beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam memilih dan
menentukan isi wacana menurut Shihabudin (2008, hlm. 234) antara lain tidak
menggunakan wacana yang sudah umum dibaca oleh siswa dan hindari
mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab tanpa membaca. Artinya, pemilihan
tema dan topik wacana haruslah sesuai dengan jenjang siswa. Hal ini dikarenakan
pembelajaran membaca berperan dalam pengembangan sikap dan nilai-nilai
kognitif siswa. Dengan demikian, pemberian wacana yang berkaitan dengan nilai
kehidupan seperti nilai sejarah, moral, karakter, kearifan local perlu dilakukan.
18
A. C1 (ingatan)
Pada ranah ingatan, siswa diminta untuk mengingat kembali fakta-fakta
sederhana yang ada dalam wacana. Tes kemampuan membaca pada tingkat
ingatan sekedar menghendaki siswa untuk menyebutkan, mengurutkan,
menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi ,
menemukan kembali fakta, definisi atau konsep.
B. C2 (pemahaman)
Tes kemapuan membaca tingkat pemahaman belum tegolong sulit. Pada
tingkat ini diharapkan siswa dapat memahami isi bacaan, mencari hubungan
antarhal, sebab-akibat, perbedaan dan persamaan antarhal, menafsirkan,
19
C. C3 (aplikasi)
Ranah aplikasi meminta siswa untuk mampu memilih konsep, aturan,
gagasan atau cara secara tepat untuk menerapkannya dalam situasi yang baru
secara benar. Siswa dapat memberikan contoh, mendemontrasikan, melaksanakan,
menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun,
memulai, menyelesaikan, mendeteksi isi bacaan.
D. C4 (analisis)
Pada tingkat ini siswa mampu menganalisis informasi tertentu dalam
wacana seperti mengenali, mengidentifikasi, membedakan pesan atau informasi,
menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah
struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan. Pemahaman yang dituntut
pada tingkat ini adalah pemahaman kritis dan terperinci sampai bagian yang lebih
khusus. Contoh kemampuan pada tingkat analisis antara lain: kemampuan
menentukan pokok pikiran, dan pikiran penjelas dalam paragraf. Jenis paragraf
berdasarkan letak kalimat utama, menunjukkan tanda penghubung antarkalimat.
E. C5 (sintesis)
Pertanyaan-pertanyaan pada ranah sintesis meminta siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar
dapat mengembangkan struktur yang baru atau melakukan generalisasi. Menyatu
padukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya sehingga dapat
menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam bacaan,
juga merupakan kerja sintesis. Siswa mampu untuk mengarang,
mengombinasikan, menciptakan, menjelaskan, memodifikasi, merevisi,
menghubungkan.
F. C6 (evaluasi)
20
= …. KPM
mengenai tangggung jawab manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih
baik. Kini ia Rektor Universitas Nasional di Jakarta, Ketua Akademi Jakarta, dan
Ketua International Association For Art and The Future, di Tayabungkah, suatu
tempat perenungan dan penciptaan bagi pencipta-pencipta seni yang terletak di
tepi Danau Batur, Bali.
Takdir masih terus menulis untuk ceramah, seminar, dan untuk memenuhi
permintaan media massa tentang berbagai soal dalam seni, bahasa, agama,
ekonomi, pertanian, hukum, emansipasi perempuan, yang semuanya dilihat dari
sudut filsafat kebudayaan. Tetapi Takdir dulu dan Takdir sekarang sama dalam
kecintaannya pada keterbukaan pikiran, pada kesediaan belajar dan menerima
nilai-nilai baru yang baik untuk kemajuan dan perdamaian, darimana juga asalnya.
Masa lalu baginya tidak berarti dibandingkan masa depan. Karena itu, ia prihatin
menyaksikan seminar-seminar yang menurut pendapatnya terkungkung
idividualismenya, yang merasa kewajibanya cuma melepaskan isi hatinya sendiri,
yang tidak berminat menanggulangi krisis masyarakat dan kebudayaan yang
mengancam masa depan dunia.
Menurut Takdir, krisis ini terjadi karena ilmu, teknologi, dan ekonomi
berkembang dengan pesat, tetapi konsep-konsep dan kelakuan masyarakat serta
kebudayaan manusia berkembang dengan lamban. Jadi, manusia harus digugah
untuk maju. Kesempitan pikiran merupakan penghalang kemajuan. Manusia harus
terbuka untuk gagasan-gagasan baru yang membawanya pada keadan yang lebih
baik. Seniman-seniman perlu mengikuti aliran-aliran yang disebuat futurisme
untuk menumbuhkan kreativitas baru tanpa terhambat oleh batas-batas negara.
Tentu tidak semua orang setuju dengan pendapat Takdir. Tetapi, ia yakin ia
berjalan di jalan yang benar. “Saya sudah biasa berjalan sendiri. Bukan sambil
meratap melainkan sambil menyanyi”. Katanya di kantor di jalan Saharjo, di
Jakarta. Kantor itu sederhana saja. Keempat dindingnya ditutupi rakpenuh. Di
meja ada buku dan beberapa kursi, juga penuh tumpukan buku-buku. Buku-buku
itu ada katalognya. Selain buku, di situ juga ada lukisan-lukisan tersandar. Di
antaranyannya lukisan Toyabungkah dengan latar belakang Gunung Batur.
(jumlah kata 520 kata)
C. Asrul Sani
D. Taufik Ismail
E. Ajip Rosidi
Kisi-kisi Soal
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
seperti lomien yaitu mie rebus dengan kuah kental. Yifumian atau ifumi, yaitu mie
digoreng lalu dikeringkan dan disiram kuah. Yifumian atau ifumi adalah masakan
yang benayak digemari, bahkan hingga keluar China.
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Soal:
Cermati kutipan berita berikut ini!
Stephanie Senna, gadis manis yang mewakili Indonesia dalam IJSO 1 ini
mendapat penghargaan tambahan sebagai The Best Experimental Winner. Ia
berhasil mendapat nilai tertinggi pada ujian eksperimen dan mendapat nilai
sempurna.
Kisi-kisi Soal
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Soal:
28
Kisi-kisi Soal
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Soal:
Pewawancara : Sudah beberapa hari ini listrik di kawasan Jabodetabek
padam. Apa penyebabnya, Pak?
Narasumber : Memang, beberapa hari ini kami memadamkan secara
bergilir aliran listrik ke wilayah Jabodetabek. Pasokan
listrik di Gardu Induk Gandul (GIG), Jakarta, berkurang
akibat kebocoran di beberapa titik dari sistem penyaluran
listrik dari PLTU Suralaya ke GIG.
Pewawancara : Apakah PLN sudah mengatasi kebocoran?
Narasumber : Kami sudah memeriksa beberapa titik tersebut dan
sekarang sedang dalam tahap perbaikan.
Kesimpulan yang diperoleh pewawancara adalah ...
A. PT PLN Jabodetabek rugi besar akibat kebocoran listrik dari PLTU
Suralaya ke GIG.
B. Rusaknya sistem penyaluran listrik di Jabodetabek dari PLTU Suralaya ke
GIG.*
C. Pemadaman listrik disebabkan kebocoran sistem penyaluran listrik PLTU
Suralaya ke GIG.
D. Perbaikan kebocoran sistem penyaluran listrik dari PLTU Suralaya ke
GIG.
ungkapan, dan lain-lain. Hanya saja pada teks kesastraan sering dikaitkan
dengan unsur-unsur instrinsik pembangun teks.
Wacana prosa dan dialog sebagaimana dikemukakan sebelumnya
sebenarnya juga dapat berasal dari teks kesastraan, yaitu teks fiksi dan drama.
Namun, bagaimanapun harus diakui bahwa teks-teks kesastraan hadir bukan
semata-mata untuk dipahami, melainkan juga untuk menikmati bukan saja
lewat kenikmatan intelektual tetapi juga, terutama, kenikmatan emosional.
Bagaimanapun, ada nuansa perbedaan antara kedua ragam bahasa itu, ada
perbedaan tujuan dan estetika yang ditawarkan.
Kisi-kisi Soal
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Soal:
Dengan cemberut, Mimi beranjak ke kamarnya di lantai dua. Ditutupnya
pintu dengan keras hingga suaranya berdebum. Mimi merasa kesal kepada
mamanya hilang. Mama selalu memperlakukannya seperti anak kecil,
mengatur kehidupannya hampir di segala bidang.
Jika paragraf di atas diceritakan kembali, cerita yang paling tepat adalah ...
A. Mimi kesal kepada mamanya. Ia membanting pintu kamarnya dan tidak
mau bicara kepada mamanya.
B. Mimi tidak mau diperlakukan seperti anak kecil oleh mamanya. Ia
sampai membanting pintu kamarnya.
C. Mimi tidak mau diatur oleh mamanya. Ia bukan anak kecil lagi. Ia lalu
masuk kamar dan tidak mau bicara kepada mamanya.
D. Mimi merasa kesal karena mamanya selalu memperlakukannya seperti
anak kecil, bahkan kehidupannya pun diatur mamanya.*
31
Kisi-kisi Soal
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Soal:
32
1) Pertanyaan terbuka
Salah satu pertanyaan yang berkadar otentik dalam tes kompetensi
membaca adalah pertanyaan terbuka. Maksudnya, guru memberikan pertanyaan
berkaitan dengan teks bacaan yang harus dijawab oleh peserta didik. Pertanyaan
tidak sekadar mengingat atau menyebutkan fakta yang ada di dalam teks,
melainkan yang harus memaksa mereka berpikir tingkat tinggi, berpikir analitis,
sintesis, dan evaluatif. Jawaban pertanyaan dapat dilakukan secara lisan atau
tertulis.
Kisi-kisi Soal
34
Bahan
Kompetensi
No. Kelas/ Materi Indikator Soal Bentuk Soal
Dasar
Semester
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tugas : Bacalah denga cermat wacana di hadapan Anda. Setelah itu, Anda
diminta untuk menceritakan kembali dengan bahasa sendiri secara lisan (atau:
secara tertulis) isi wacana tersebut.
Wacana bacaan: (Boleh wacana apa saja yang dipandang tepat untuk peserta didik
yang diuji. Misalnya teks prosa nonfiksi, teks kesastraan, dialog, surat, dan lain-
lain, juga dapat seperti contoh di atas, tergantung kompetensi dasar dan indikator)
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang Dinilai
1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahaman detil isi teks
3. Kelancaran pengungkapan
4. Ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Kebermaknaan penurturan
Jumlah Skor
36
Tabel
Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Tertulis
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang Dinilai
1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahaman detil isi teks
3. Ketetapan organisasi teks
4. Ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
7. Kebermaknaan penurturan
Jumlah Skor
Catatan:
1) Penentuan aspek nilai dapat dibuat sendiri oleh guru tergantung pada
keyakinan sendiri, tetapi prinsipnya harus menyangkut unsur dan subunsur isi
pesan bahasa.
2) Tingkat kefasihan atau tingkat penguasaan ditentukan 1-5 (dapat juga 1-4).
Kita tinggal memberi tanda centang tingkat kefasihan yang dicapai seorang
peserta didik.
3) Ketentuan pemilihan tingkat kefasihan secara umum adalah sebagai berikut:
1 = kurang sekali, tidak ada unsur yang benar.
2 = kurang, ada sedikit unsur yang benar.
3 = sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang.
4 = baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan.
5 = baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan.
4) Ketentuan tersebut juga berlaku untuk semua rubrik yang dikembangkan (di
dalam buku)
5) Rubrik yang dicontohkan di atas juga dapat dipakai untuk menilai unjuk kerja
pemahaman menyimak.
6) Skor seorang peserta uji diperoleh dengan menjumlah seluruh skor.
7) Nilai seorang peserta uji diperoleh dengan cara penghitungan persentase:
jumlah skor dibagi skor maksimal kali 100 (atau 10). Misalnya, jumlah skor
28 dan skor maksimal contoh di atas 35, maka nilainya adalah 28 : 35 x 100 =
80 (atau 28 : 35 x 10 = 8).
37
Daftar Pustaka