Anda di halaman 1dari 5

The Law of Perpetual Transmutation of Energy

NAQS DNA Institute Pengembangan diri Beri komentar 544 x Dilihat

The Law of Perpetual Transmutation of Energy (Hukum perubahan energi tanpa henti):
Hukum alam ini menyebutkan bahwa energi tidak pernah berhenti berubah bentuk. Hal ini memberikan
kesempatan kepada semua orang untuk bisa mengubah kondisi kehidupannya setiap saat mereka
merasa ada yang perlu diubah atau diperbaiki.

Semua orang memiliki kekuatan ini karena semua orang memiliki energi (mereka terbentuk oleh
energi).

Energi yang berfrekuensi tinggi bisa “menelan” atau mengkonsumsi energi berfrekuensi rendah dan lalu
mengubahnya menjadi energi berfrekuensi tinggi.

Contohnya, bila Anda sedang merasa sedih, lalu Anda memutuskan untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan, maka energi kegembiraan tersebut akan “memakan” energi kesedihan, dan kemudian
mengubahnya menjadi kegembiraan.

Jadi siapapun orangnya, meski sekarang ini mereka memancarkan energi berfrekuensi negatif, kalau
mau, bisa dengan mudah mengubahnya menjadi energi berfrekuensi positif dengan mengikuti dan
menerapkan semua prinsip hukum universal sukses yang satu ini.

Kekuatan untuk melakukan segala sesuatu tidak datang dari luar diri seorang manusia, melainkan dari
dalam dirinya sendiri. Oleh karena itulah Allah swt telah meletakkan energi berfrekwensi Tinggi atau
berfrekwensi Ilahiah di dalam diri manusia yang disebut Kesadaran Ruh Ilahi. Yang dengannya manusia
akan keluar dari segala kegelapan kehidupan menuju Kehidupan yang penuh dengan Cahaya
[Minadzdzulumati ilannur].
Allah swt berfirman :

‫ب ال لونالر ههام لفيوها وخاللهدوون‬ ‫ت أ هاوولـلئوك أ واص و‬


‫حا ه‬ ‫خلرهجون وههم للمون ال لهنولر لإولى ال لهظل هوما ل‬
‫ت يه ا‬ ‫ت لإ ولى ال ن لههو لر ووال ل ولذيون ك ووفهروا ا أ واوللويآهؤهههم ال ل وطا ه‬
‫غو ه‬ ‫الل لهه وولل لهي ال لولذيون آومهنوا ا ي ه ا‬
‫خلرهجههم للم ون ال لهظ ل هوما ل‬
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.
Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka
daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 257)
Berjalan di tengah siraman cahaya hidayah merupakan nikmat yang sangat agung. Sebaliknya,
tenggelam dalam kegelapan kesesatan merupakan bencana yang sangat mengerikan. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia
cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang
berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah
bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam
kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah
menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa
berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Orang-orang yang beriman, mendapat anugerah bimbingan dari Allah untuk keluar dari kegelapan
menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir (Manusia yang hatinya terkunci mati) yang jelas-jelas
menentang ayat-ayat-Nya dan berpaling dari petunjuk Rabbnya, maka ‘pembimbing’ mereka adalah
thoghut (Jin, syetan, Iblis, & kuasa kegelapan lainnya) , yang justru mengeluarkan mereka dari cahaya
menuju gelap gulita.

Begitu pula orang-orang munafik, yang sengaja meninggalkan kebenaran dan mencampakkannya,
maka Allah ta’ala membiarkan mereka berjalan di atas kegelapan yang mereka pilih atas kehendak
hawa nafsunya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Perumpamaan mereka -orang munafik- seperti
orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang
menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu
dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (QS. al-Baqarah: 17-18)
al-Hafizh Ibnu Katsir menukil riwayat dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengenai tafsiran dari ayat
ini. Beliau berkata, “Ini adalah sifat orang-orang munafik. Dahulu mereka beriman sehingga iman itu
menyinari hati mereka sebagaimana api yang menyinari orang-orang yang menyalakan api. Kemudian
mereka justru kufur maka Allah pun menghilangkan cahaya yang menyinari mereka dan mencabutnya
sebagaimana lenyapnya cahaya dari api tersebut sehingga Allah membiarkan mereka berada dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.” (Tafsir al-Qur’an al-Azhim [1/67])
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan
adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Yang keduanya telah dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam
firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula
iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan
memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura:
52)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman-
merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang
paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi
pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.”(al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan antara kemuliaan dan kejayaan
suatu kaum dengan komitmen mereka terhadap ajaran al-Qur’an. Beliau bersabda, “Sesungguhnya
Allah akan mengangkat derajat sebagian kaum dengan sebab Kitab ini, dan akan menghinakan
sebagian yang lain dengan sebab Kitab ini pula.” (HR. Muslim)
Sebagaimana Allah ta’ala menjadikan iman dan ilmu sebagai sebab pengangkatan derajat sebagian dari
hamba-hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah akan mengangkat kedudukan orang-
orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu beberapa derajat.” (QS. al-
Mujadilah: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengaitkan antara kebaikan seseorang dengan
kepahamannya terhadap al-Qur’an dan komitmennya untuk mendakwahkannya. Beliau
bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR.
Bukhari)
Dengan bahasa lain, kepahaman terhadap agama itulah yang akan menggiring manusia menuju
kesuksesan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh
Allah maka niscaya akan dipahamkan dalam urusan agama.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Di sisi lain, Allah ta’ala juga mengaitkan antara kekuatan iman yang ada dalam hati seseorang dengan
perhatiannya yang serius terhadap kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan
nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka
bertambahlah keimanan mereka…” (QS. al-Anfaal: 2)
Sementara, kaum Khawarij -meskipun mereka pandai membaca al-Qur’an- namun dicela oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam -bahkan disebut sebagai Syarrul khalqi wal khaliqah/sejelek-jelek manusia-
akibat bacaan mereka tidak diiringi dengan kepahaman hati dan tidak bisa memetik pelajaran yang
semestinya dari apa yang mereka baca -sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat/salafus shalih-.
Beliau bersabda, “Mereka itu -yaitu Khawarij- pandai membaca al-Qur’an namun tidak melampaui
pangkal tenggorokan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim). an-Nawawi rahimahullahmengutip salah satu
penafsiran hadits ini bahwa maksudnya adalah, “…Maknanya hati mereka tidak memahaminya dan
mereka tidak bisa mengambil pelajaran dari apa yang mereka baca…” (Syarh Muslim [4/349])
Dari sinilah, kita dapat menarik pelajaran bahwa untuk membebaskan diri dari kegelapan seorang
hamba harus senantiasa meminta pertolongan kepada Allah, karena hanya Allah yang mampu untuk
menghidupkan hati yang telah mati dan gersang menjadi hati yang hidup dan subur dengan keimanan.
Sementara harapan itu tidak akan terwujud kecuali dengan cara mentadabburi al-Qur’an dan
memahaminya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Betapa indah ucapan al-Imam
Nashir as-Sunnah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qudamah
al-Maqdisirahimahullah dalam Lum’at al-I’tiqad-nya, “Aku beriman kepada Allah dan segala yang datang
dari Allah sesuai dengan keinginan Allah. Dan aku beriman kepada Rasulullah dan segala yang datang
dari Rasulullah sesuai dengan keinginan Rasulullah.”
Dan hal itu tidak akan terwujud dengan sempurna kecuali jika dilandaskan pada kepasrahan total
terhadap ayat-ayat Tuhan yang berada di dalam Kitab Al-Quran sebagai ayat Kauliyah dan juga ayat-
ayat Tuhan yang berada di alam semesta sebagai ayat Kauniyah yang kita kenal sebagai Hukum Alam
atau Sunnatullah. Sehingga tidak ada jalan keluar dari kegelapan yang meliputi langit kehidupan kita
kecuali dengan kembali kepada tuntunan dan bimbingan Tuhan semesta alam..

Allah swt. tidak menampilkan wujud Dzatnya Yang Maha Hebat di hadapan makhluk-makhluknya secara
langsung dan dapat dilihat seperti kita melihat sesama makhluk. Maka, segala sesuatu yang tampak
dan dapat dilihat dengan mata kepala kita, pasti itu bukan tuhan. Allah menganjurkan kepada manusia
untuk mengikuti Nabi saw. supaya berpikir tentang makhluk-makhluk Allah. Jangan sekali-kali berpikir
tentang Dzat Allah. Makhluk-makhluk yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang
disarankan di dalam banyak ayat Al-Qur’an agar menjadi bahan berpikir tentang kebesaran Allah.

Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini
menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-8
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman;
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang
menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Ayat Kauniyah
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling kita (Alam Semesta) yang diciptakan oleh
Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam
alam semesta ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem
dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.
QS. Nuh (41): 53
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan
pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Kuantum Husada NAQS DNA
NAQS DNA, menggunakan Energi Cahaya Wasilah Nuurun ‘ala nuurin (Frekwensi “M”) sebagai jembatan
penghubung di antara 7 level lapisan tubuh energi manusia. Sehingga cahaya Ilahi dapat menerobos
hijab dan menerangi lapisan tubuh energi manusia hingga lapis yang terbawah yaitu tubuh fisik. Dan itu
secara otomatis memberikan kemampuan pada manusia untuk memaksimalkan potensi 7 lapis tubuh
energinya. Tanpa frekwensi yang berasal dari Allah SWT, Tidaklah mungkin manusia dapat terhubung
dengan Sistem Energi Cahaya Ilahi dan mengoptimalkan Kesadaran Ruh Ilahiahnya untuk menerangi
Hidup dan kehidupannya. Serta melakukan perubahan positif bagi hidup dan kehidupannya.
Melalui Attunement NAQS DNA, Kami akan menyetel frekwensi diri anda agar dapat selaras dengan
Energy kesadaran, Energi Alam Semesta yang diridloi Allah swt, Serta Sistem Energi Alam Maha Kosmos
(Alam Ketuhanan) yang sebenarnya adalah sesuatu yang alami dan merupakan potensi fitrah umat
manusia. Dalam hal ini Kita tidak akan bertentangan dengan alam & Tuhan, akan tetapi kita akan
selaras dengan kehendak alam & Tuhan. Metode NAQS DNA berlandaskan Ayat Kauniyah yaitu
Sunnatullah (Hukum Alam) yang universal sifatnya sehingga bisa digunakan oleh siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja. Serta berlandaskan ayat Kauliyah yang termaktub di dalam Kitabullah sehingga
selaras dengan tuntunan Allah swt, sehingga bagi umat Islam juga akan sangat aman menggunakannya
tanpa takut terjebak pada kesyirikan serta aman bagi iman tauhid kaum muslimin wal muslimat
semuanya.
Dengan selaras dengan Tuhan maka kita tidak akan terlalu lelah dan terlalu banyak mengeluarkan
energy dalam mengahadapi segala problematika kehidupan. Hidup menjadi ringan dan Kesuksesan
menjadi sedemikian mudah di raih sehingga seolah-olah tanpa upaya sama sekali (Effortless success).
Menguras tenaga dan energi sebenarnya tidak terlalu perlu untuk dikeluarkan, apabila kita selaras
dengan kehendak Tuhan. Dengan terhubung dengan Energi Cahaya Ilahi maka kita akan selalu tersuplai
dengan energy yang berlimpah dan tiada batas.

Quantum Husada adalah Pelatihan dalam bidang terapi energi & Perwujudan Daya Cipta (Rahasia
Praktek dari The Secret) untuk mewujudkan segala cita-cita dan hajat anda, dalam pelatihan ini anda
akan di didik menjadi seorang Terapis yang handal. Sekelas dengan seorang Master Energi Reiki. Dan
Anda Akan diberikan pelatihan tekhnik-tekhnik pengembangan diri serta tekhnik-tekhnik penyembuhan
dengan energi spiritual. Seketika itu juga anda akan mampu menyalurkan energi kesembuhan untuk diri
sendiri dan orang lain, baik untuk pasien yang ada di hadapan anda ataupun pasien yang berada
dimanapun jua (Jarak Jauh). Serta tekhnik-tekhnik penyembuhan massal, sekaligus mengirim energi
kesembuhan untuk ribuan orang secara sekaligus. Melakukan Programming energi, yaitu menyalurkan
energi kesembuhan dengan kekuatan fikiran anda. Anda juga akan di ajarkan tekhnik-tekhnik
Materialisasi, sebuah tekhnik untuk mewujudkan segala hajat, impian, dan cita-cita. dll.
Selengkapnya, kunjungi website kami : http://www.naqsdna.com

Anda mungkin juga menyukai