PENDAHULUAN
Pada era milenial saat ini berbagai bidang kehidupan mengalami berbagai perubahan. Hal
tersebut lebih populer dengan globalisasi. Globalisasi belum memiliki definisi yang pasti karena
mencakup banyak aspek dan kekompleksan sifatnya, sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Sebagai bukti, ada yang menyebut globalisasi di bidang budaya atau di bidang
ekonomi, atau di bidang informasi dan sebagainya. Dampak dari adanya globalisasi ini amat
banyak dan beragam. Salah satu bentuk globalisasi adalah globaliasi budaya. Globalisasi budaya
adalah penyebaran gagasan, makna, dan nilai ke seluruh dunia dengan cara tertentu untuk
memperluas dan mempererat hubungan sosial.
Sebuah studi kasus mengenai seorang manajer yaitu Les yang dipandahkan ke negara lain
yaitu dari australia ke amerika serikat. Selama beberapa minggu pertama di kantor Houston,
semuanya tampak berjalan dengan baik. Les bertemu dengan staffnya untuk memperkenalkan diri
dan membahas mengenai tugas yang diembannya selama dua tahun. Semua orang tampak cukup
ramah, meskipun les tidak mendapatkan banyak umpan balik pada pertemuan itu. Dalam
pertemuan berikutnya pada permintaannya untuk ide-ide dan masukan mereka tentang bagaimana
dia bisa cocok dan efektif. Berpikir bahwa mungkin dia perlu untuk mengenal staff dalam
pengaturan yang lebih informal, ia mengundang mereka untuk bergabung dengannya setelah
bekerja bersama satu hari. Beberapa anggota staf memohon untuk off, mengutip komitmen pribadi,
dan tiga manajer senior yang datang memang jelas membuat tidak atau canggung dan
meninggalkan ruangan setelah sekitar beberapa menit percakapan yang serius.
Dari pemaparan studi kasus tersebut dapat dilihat bahwa dua negara dari benua berbeda
bergerak pada perusahan yang sama akan memiliki budaya organisasi yang berbeda. Seorang
manajer harus memiliki kecakapan diri dalam mempresentasikan suatu nilai-nilai budaya
organisasinya. Keberagaman latar belakang dan kebiasaan dari suatu kelompok dapat menjadi
penghambat dalam kemajuan suatu perusahaan. Hal tersebut tidak terlepas dari pentingnya
mempelajari budaya organisasi melalui komunikasi dan sosialisasi.
Berikut adalah data table mengenai Geert Hofstede, ahli kebudayaan negeri Belanda,
melakukan riset perbedaan budaya di kantor cabang IBM di 64 negara kemudian diteruskan pada
studi pelajar di 23 negara, studi kelompok atas pada 19 negara, studi pada pilot di 23 negara dan
studi pada konsumen kelas atas di 15 negara. Hasilnya diperoleh dalam berbagai dimensi budaya,
yaitu :
Australia United States
Power Distance 36 40
Individualism 90 91
Masculinity 61 62
Uncertainity Avoidance 51 46
Long Term Orientation 21 26
Indulgence 71 68
PEMBAHASAN
Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang antropologi sejak awal mula
danmemperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi perilaku organisasi. Geert Hofstede
telahmengajukan konsep budaya dalam teori organisasi, dalam hal ini sebagai salah satu dimensidalam
memahami perilaku organisasi. Konsep ini menjadi penting dalam teori ekonomi danmanajemen saat ini,
dalam era globalisasi, ketika banyak perusahaan mutinasional beroperasi diberbagai negara dengan
berbagai ragam budaya yang berbeda.
a. Power Distance
Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam
kekuasaan. Jarak kekuasaan merupakan suatu ukuran dimana anggota dari suatu
masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak
didistribusikan secara merata. Orang-orang dalam masyarakat yang memiliki
jarak kekuasaan besar menerima tatanan hirarkis dimana setiap orang mempunyai
suatu tempat yang tidak lagi memerlukan justifikasi.
b. Individualism
Kolektivisme menyangkut ikatan di masyarakat. Individualisme berarti
kecenderungan akan kerangka sosial yang terajut longgar dalam masyarakat
dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri mereka sendiri dan keluarga
dekatnya. Kolektivisme berarti kecenderungan akan kerangka sosial yang terajut
ketat dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya
melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak.
c. Masculinity
Maskulinitas berarti kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi,
kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Lawannya, feminitas berarti
kecenderungan akan hubungan, kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan
kualitas hidup. Isu utama pada dimensi ini adalah Pada budaya maskulin yang
ditonjolkan adalah ketegasan dan kompetitif,sedangkan pada feminim adalah
kesopanan dan perhatian.
d. Uncertainity Avoidance
Penghindaran Ketidakpastian yang menunjukkan rasa nyaman suatu budaya
terhadap ketidakpastian.Penghindaran ketidakpastian merupakan tingkatan
dimana anggota masyarakat merasa tak nyaman dengan ketidakpastian dan
ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang
menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga yang melindungi
penyesuaian.
e. Long Term Orientation
Orientasi Jangka Panjang menyangkut pola pikir masyarakat.Hal ini dapat
dilihat dari kerjasama orang asia yang harus menjalin hubungankekeluargaan
sebelum nantinya membicarakan kerjasama bisnis. Ini disebabkankarena orang
asia lebih berorientasi ke masa depan/jangka panjang.
f. Indulgence
Terkait kepada gratifikasi dibandingkan kendali dari kebutuhan dasar manusia
untuk menikmati hidup.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang antropologi sejak awal mula
danmemperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi perilaku organisasi. Geert
Hofstede telahmengajukan konsep budaya dalam teori organisasi, dalam hal ini sebagai
salah satu dimensidalam memahami perilaku organisasi. Konsep ini menjadi penting dalam
teori ekonomi danmanajemen saat ini, dalam era globalisasi, ketika banyak perusahaan
mutinasional beroperasi diberbagai negara dengan berbagai ragam budaya yang berbeda.
Globalisasi Budaya yaitu penyebaran sebuah gagasan ke seluruh dunia guna
memperluas dan mempererat suatu hubungan sosial dalam sebuah perusahaan. Dengan
adanya globalisasi budaya ini perusahaan lebih bebas untuk dapat melakukan ekspansi ke
sebuah negara-negara lain. Saat sebuah perusahaan ataupun seorang individu melakukan
sebuah ekspansi ke negara lain yang memiliki budaya yang berbeda komunikasi lintas
budaya sangatlah penting.
Dalam tugas luar negeri atau mutasike negara lain kepada manajer dan keluarga,
membuat mereka harus menemukan cara untuk mengatasi perubahan pada pekerjaan baru
dan lingkungan asing. Persiapan secara menyeluruh untuk tugas tidak dapat sepenuhnya
melindungi ekspatriat dari masalah penyesuaian, kebingungan karena perilaku tak terduga,
pengalaman ketidakpastian, dan perasaan ditinggalkan dan isolasi. Tugas-tugas
internasional sering melibatkan konflik peran antara keluarga dan karier atau antara rumah-
harapan dan negaranegara tuan tuntutan pekerjaan.
3.2 SARAN
Sebagai generasi penerus baik yang nantinya akan bekerja atau terlibat dalam
bidang Ekonomi, Sosial dan juga bidang lain, sangat penting untuk memahami mengenai
manajemen lintas budaya dan globalisasi budaya. Setiap budaya memiliki nilai-nilai dan
batasan yang berbeda. Sebelum mengambil keputusan untum menerima mutase kenegara
lain. Ada baiknya melakukan persiapan melalui pembekalan dan skill lintas budaya, hal itu
sangat penting untuk menjaga eksistensi diri kita dan dalam penyesuaian diri kita dengan
kebudayaan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://www3.kompasiana.com/www.jerryindrawan.wordpress.com/program-pelatihan-
kompetensi-lintas-budaya-dan-ketahanan-bagi-pasukan-penjaga-perdamaian-pbb-dan-
keluarganya-sebuah-kajian-praktis-dan-aplikatif_5518f56ba333115e13b65960 (Diakses pada 8
Oktober 2017)
Solomon, Charlene M dan Michael S.Schell. Managing Across Cultures: The Seven Keys to
Doing Business with a Global Mindset. New York: Mc.Graw Hill. 2009.