ACARA 1
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS
Disusun oleh:
Nama : Annisa Rif’atul Himmah
NIM : 17/412799/PN/15121
Golongan : B2
Nama Asisten : Istifani
Menurut Muctadi cit. Paramita (2010), respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu
oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan
energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air.
Substrat yang paling banyak diperlukan tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan
tanaman adalah karbohidrat dan asam-asam organik bila dibandingkan dengan lemak dan
protein. Terdapat 2 jenis respirasi, yaitu respirasi aerob dan anaerob. Menurut Hisham
(2019), respirasi aerob adalah repirasi yang membutuhkan oksigen dalam prosesnya.
Sedangkan respirasi anaerob adalah respirasi yang hanya membutuhkan sangat sedikit
oksigen. Respirasi aerob dinilai lebih efektif dari pada respirasi anaerob. Hal tersebut
dikarenakan respirasi aerob menghasilkan energy yang lebih banyak daripada respirasi
anaerob. Respirasi aerob pada melalui tiga tahapan proses, yaitu glikolisi, lingkaran krebs,
dan lingkaran sitokrom (transfer electron). Tahap pertama adalah glikolisis, proses ini
adalah penguraian karbohidrat secara bertingkat yang kemudian karbohidrat akan dirubah
menjadi Phospogliseraldehid, kemudian menjadi asam piruvat. Asam piruvat kemudian
dirubah lagi menjadi asam oksalat. (Plaxton and Podesta, cit. Toro and Pinto, 2015) Tahap
yang kedua adalah lingkaran krebs disebut juga lingkaran asam sitrat atau lingkaran asam
trikarboksilat. Reaksi lingkaran krebs merupakan reaksi lingkaran pengubahan asam
oksalat menjadi CO2 . (Ryan et al., cit Toro and Pinto, 2015) Tahap ketiga adalah
lingkaran sitokrom (transfer electron). Pada tahap ini terjadi perpindahan akseptor tingkat
dari akseptor yang satu ditransfer ke akseptor yang lain. Kemudian sitokrom dan akhirnya
kepada CO2 dengan membentuk H2O, pada transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap
oleh ADP menjadi ATP. (Peltier and Cournac, cit Toro and Pinto, 2015) . Menurut
Sutomo (1998), akseptor terakhir pada respirasi anaerob bukanlah oksigen, melaiinkan
bahan organic. Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi pada proses respirasi aerob dan
anerob. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini Table 1. perbedaan
respirasi aerob dan anaerob
Perbedaan Aerob Anaerob
Oksigen Membutuhkan Butuh dalam kadar yang rendah
Sumber
metabolisme Karbohidrat, lemak, protein Karbohidrat
Intensitas kegiatan Rendah hingga sedang Tinggi
Tempat terjadinya Sitoplasma sel Mitokondria sel
Jalur metabolik Glikolisis, siklus krebs, transfer elektron Glikolisis
Hasil akhir Karbondioksida, air, energi Asam laktat, energi (Hisham, 2019) Dari tabel
diatas, dapat diketahui bahwa respirasi aerob memiliki kekurangan. Kekurangan respirasi
aerob adalah respirasi tersebut membutuhkan oksigen yang lebih banyak daripada
respirasi anaerob. Sehingga, respirasi aerob akan sulit berjalan ketika tumbuhan
kekurangan oksigen. Akan tetapi, meskipun membutuhkan oksigen yang lebih banyak,
respirasi aerob juga menghasilkan energy yang lebih banyak daripada respirasi anaerob
Menurut Lammertyn et al. (2001), respirasi merupakan suatu proses penting bagi
keberlangsungan suatu tumbuhan. Proses respirasi berperan untuk menghasilkan energy.
Energy yang dihasilkan tersebut kemudian akan digunakan untuk proses metabolisme.
Selain penting bagi tanaman, respirasi aerob juga penting bagi lingkungan, terutama bagi
manusia dan tumbuhan lain. Bagi manusia, respirasi berperan menyediakan oksigen bagi
pernafasan. Sedangkan bagi tumbuhan, respirasi berperan untuk proses metabolism
tumbuhan itu sendiri. Selain itu, karbondioksida yang dihasilkan oleh tumbuhan dari
proses respirasi juga penting bagi tumbuhan lain. Karbondioksida tersebut digunakan oleh
tumbuhan lain untuk proses fotosintesis. Persamaan kimia proses respirasi dapat ditulis
seperti berikut C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energy Tabel 2. Rata-rata laju respirasi
aeron kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang berbeda Suhu Laju respirasi 5
0.367 15 8.800 28 2.712 37 3.612
Gambar 1. Grafik laju respirasi aeron kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang
berbeda Berdasarkan table dan grafik diatas, dapat diketahui rata-rata laju respirasi aerob
kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang berbeda. Pada suhu 5OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau adalah sebesar 0,36 mg/jam. Pada suhu 15OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau adalah sebesar 8,8 mg/jam. Pada suhu 28OC laju respirasi
kecambah kacang hijau sebesar 2,71mg/jam. Sedangkan pada suhu 37OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau sebesar 3,61mg/jam. Sehingga, diketahui bahwa laju respirasi
terbesar pada kecambah kacang hijau berdasar hasil percobaan adalah pada suhu 15OC.
Praktikum dasar-dasar fisiologi tumbuhan cara 2 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap lahu fotosintesis. pengaruh suhu dapat dilihat pada table 2 dan grafik 1
bahwa suhu mempengaruhi laju respirasi tumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Darmawan dan Baharsyah (1995) yang menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi laju respirasi. Secara kuantitatif, pengaruh suhu dapat
dituliskan dengan
y = -0.0185x2 + 0.7987x - 2.0068
R² = 0.2571
8 6 4 2 0
10
12
14
16
0 10 20 30 40
Laju Respirasi
Suhu (˚C)
Laju respirasi
Laju respirasi
Poly. (Laju respirasi)
Linear (Laju respirasi) persamaan Q10 = laju (t+10)OC / laju tOC. Itu berarti bahwa
peningkatan suhu sebanyak 10OC akan meningkatkan laju respirasi 2-3 kali lipat. Akan
tetapi, terdapat perbedaan pada hasil percobaan praktikum yang menunjukkan bahwa suhu
optimum untuk respirasi pada suhu 15OC dengan literature yang menyatakan bahwa suhu
optimal bagi laju respirasi adalah pada suhu 30OC (Iersel, 2003). Adanya perbedaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi laju respirasi. Faktor
yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor protoplasmic dan konsentrasi substrat di
dalam sel tumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
lingkungan tumbuhan. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah suhu, cahaya,
konsentrasi karbondioksida, dan konsentrasi oksigen. Pada praktikum dasar-dasar fisiologi
tumbuhan acara 2 mengenai pengaruh suhu terhadap laju respirras digunakan beberapa
bahan. Bahan bahan tersebut adalah NaOH 0,2 M, BaCl2, dan HCl 0,1 M. masing-masing
bahan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Larutan NaOH 0,2 M berfungsi untuk
mengikat karbondioksida yang dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau. BaCl2 berfungsi
untuk mengendapkan karbondioksida yang telah terikat. Kemudian larutan HCl 0,1 M
berfungsi untuk mentitrasi NaOH yang tersisa di dalam larutan. Persamaan kimia reaksi
tersebut dapat ditulis sebagai berikut: 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O Na2CO3 +BaCl2
BaCO3 + SNaCl NaOh (sisa) + HCl NaCl + H2O Bahan lain yang digunakan dalam
praktikum adalah kecambah kacang hijau. Kecambah dipilih sebagai bahan percobaan
karena kecambah belum bisa melakukan fotosintesis, sehingga laju respirasinya lebih
akurat.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan Suhu berbanding lurus dengan laju respirasi. Ketika suhu semakin tinggi,
maka laju respirasi juga akan naik. Begitu pula ketika suhu turun, maka laju respirasi juga
akan turun. Suhu optimum untuk respirasi adalah 30OC.
B. Saran Bagi praktikan yang akan melaksanakan praktikum ini, diharapkan untuk lebih
berhati-hati dalam melakukan setiap langkah kerja.
DAFTAR PUSTAKA Darmawan, J. dan J. S. Baharsyah. 1995. Dasar-dasar Fisiologi
Tanaman. Penerbit STIC, Jakarta. Hidayat,E.B, 1974, Biologi, ITB, Bandung. Hisham.
2019. Perbedaan Metabolisme Aerobik dan Anaerobik. Diakses dari http://Hisham.id pada
1 Maret 2019. Iersel, M. V. 2003. Temperature effect on photosynthesis, growth
respiration, and maintenance respiration of marigold. Floriculture 26 : 549-554.
Lammertyn, J., C. Franck, B. E. Verlinden, and B. M. Nicolai. 2001. Comparative study
of the O2, CO2, and temperature effect on respiration. Journal of Experimental Botany
52(362) : 1769-1777. Paramita, O. 2010. . Pengaruh memar terha dap perubahan pola
respirasi, Produksi etilen dan jaringan buah mangga (Mangifera indica l) var gedong
gincu pada berbagai suhu penyimpanan. Jurnal Kompetensi Teknik. 2(1) : 29-38 Toro, G.
dan Pinto, M. 2015. Plant respiration under low oxygen. Chillean Journal of Agriculture
Research. 75 : 57-71
LAMPIRAN