Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA 1
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Disusun oleh:
Nama : Annisa Rif’atul Himmah
NIM : 17/412799/PN/15121
Golongan : B2
Nama Asisten : Istifani

SUB-LABORATORIUM ILMU TANAMAN


LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

Makhluk hidup khususnya tumbuhan selain melakukan fotosintesis juga melakukan


respirasi. Secara umum respirasi memerluikan oksigen untuk diserap dan melepaskan
karbondioksida. Produk akhir fotosintesis adalah gula, oksigen dan air. Produk tersebut
merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam respirasi aerobik, sedangkan hasil
akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air yang merupakan substansi yang
digunakan dalam fotosintesis. Dalam prosesnya, laju respirasi aerob dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu lingkungan, maka laju respirasi akan meningkat. Akan tetapi
ketika suhu terlalu tinggi, laju respirasi justru akan mengalami penurunan pada titik suhu
tertentu. Oleh karena itu, praktikum acara II ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap laju respirasi Menurut Muctadi cit. Paramita (2010), respirasi adalah suatu
proses biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran
(oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran berupa
gas karbondioksida dan air. Substrat yang paling banyak diperlukan tanaman untuk proses
respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat dan asam-asam organik bila
dibandingkan dengan lemak dan protein. Pantastico cit. Paramita (2010) menjelaskan
bahwa respirasi dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu, pemecahan polisakarida menjadi
gula sederhana, oksidasi gula menjadi asam piruvat dan transformasi piruvat dan asam-
asam organik secara aerobic menjadi karbondioksida, air dan energi. Tiga tahapan pada
proses respirasi adalah glikolisi, lingkaran krebs, dan lingkaran sitokrom (transfer
electron). Tahap pertama adalah glikolisis, proses ini adalah penguraian karbohidrat
secara bertingkat yang kemudian karbohidrat akan dirubah menjadi Phospogliseraldehid,
kemudian menjadi asam piruvat. Asam piruvat kemudian dirubah lagi menjadi asam
oksalat. Tahap yang kedua adalah lingkaran krebs disebut juga lingkaran asam sitrat atau
lingkaran asam trikarboksilat. Reaksi lingkaran krebs merupakan reaksi lingkaran
pengubahan asam oksalat menjadi CO2 . Tahap ketiga adalah lingkaran sitokrom (transfer
electron). Pada tahap ini terjadi perpindahan akseptor tingkat dari akseptor yang satu
ditransfer ke akseptor yang lain. Kemudian sitokrom dan akhirnya kepada CO2 dengan
membentuk H2O, pada transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap oleh ADP menjadi
ATP (Hidayat, 1974).

II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara 2 mengenai Pengaruh Suhu Terhadap


Laju Respirasi Aerob dilakukan pada Selasa, 30 Mei 2019 di Laboratorium Manajemen
Produksi Tanaman, Sub Laboratorium Ilmu Tanaman, Departemen Budidaya Tanaman
serta dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian. Alat yang dibutuhkan antara lain
botol 250 mL dengan tutupnya, tali, isolasi, kain kelambu. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain larutan NaOh 0,2 N, larutan BaCl2, larutan HCl 0,1 N, larutan
indicator phenolptalein,dan kecambah kacang hijau. Suhu yang digunakan pada praktikum
ini ada 4 aras yaitu suhu 5oC, 15oC, suhu kamar (lab), dan suhu rumah kaca. Masing-
masing perlakuan suhu terdiri dari dua botol yang berisi 60 ml larutan NaoH 0,2 N. satu
botol diberi kecambah dan satu botol lagi tanpa kecambah. Kecambah ditimbang hingga 5
gram kemudian dibungkus dengan kain kelambu dan diikat ujungnya dengan tali.
Kecambah dalam kain kelambu tersebut dimasukkan ke dalam botol dan diatur agar
kecambah tidak menyentuh NaOH dan diusahakan kecambah juga tidak menempel pada
tutup botol agar respirasi berjalan lancar. Botol ditutup dan diselotip agar kedap udara
atau udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam botol. Botol diletakkan pada masing”
perlakuan suhu selama 21 jam. Setelah 21 jam, kecambah dikeluarkan dari botol dengan
cepat dan langsung ditutup kembali. Jumlah CO2 yang dibebaskan dari respirasi
ditentukan dengan cara titrasi. Larutan tiap botol dipipet 10 ml dan dimasukkan dalam
Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml BaCl2 dan 3 tetes phenolptalein. Larutan akan
menjadi berwarna merah jambu. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan HCL 0,1 N
sampai warnanya hilang. Volume HCl sebelum dan sesudah titrasi dicatat untuk
mengethaui volume HCl yang terpakai. Jumlah CO2 yang dihasilkan dihitung dengan
rumus : 13,2 (X-Y) mg / 24 jam ket : X = vol HCl tanpa kecambah Y = vol HCl dengan
kecambah Rancangan disusun menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 ulang
unruk masing-masing perlakuan suhu. Pengulangan titrasi digunakan sebagai ulangan.
Kemudian dilakukan analisis untuk melihat apakah ada perbedaan laju respirasi pada
masing-masing perlakuan suhu. Hubungan antar laju respirasi aerob dengan suhu
dianalisis menggunakan analisis regresi dan ditampilkan grafiknya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Muctadi cit. Paramita (2010), respirasi adalah suatu proses biologis, yaitu
oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran (oksidatif) yang menghasilkan
energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air.
Substrat yang paling banyak diperlukan tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan
tanaman adalah karbohidrat dan asam-asam organik bila dibandingkan dengan lemak dan
protein. Terdapat 2 jenis respirasi, yaitu respirasi aerob dan anaerob. Menurut Hisham
(2019), respirasi aerob adalah repirasi yang membutuhkan oksigen dalam prosesnya.
Sedangkan respirasi anaerob adalah respirasi yang hanya membutuhkan sangat sedikit
oksigen. Respirasi aerob dinilai lebih efektif dari pada respirasi anaerob. Hal tersebut
dikarenakan respirasi aerob menghasilkan energy yang lebih banyak daripada respirasi
anaerob. Respirasi aerob pada melalui tiga tahapan proses, yaitu glikolisi, lingkaran krebs,
dan lingkaran sitokrom (transfer electron). Tahap pertama adalah glikolisis, proses ini
adalah penguraian karbohidrat secara bertingkat yang kemudian karbohidrat akan dirubah
menjadi Phospogliseraldehid, kemudian menjadi asam piruvat. Asam piruvat kemudian
dirubah lagi menjadi asam oksalat. (Plaxton and Podesta, cit. Toro and Pinto, 2015) Tahap
yang kedua adalah lingkaran krebs disebut juga lingkaran asam sitrat atau lingkaran asam
trikarboksilat. Reaksi lingkaran krebs merupakan reaksi lingkaran pengubahan asam
oksalat menjadi CO2 . (Ryan et al., cit Toro and Pinto, 2015) Tahap ketiga adalah
lingkaran sitokrom (transfer electron). Pada tahap ini terjadi perpindahan akseptor tingkat
dari akseptor yang satu ditransfer ke akseptor yang lain. Kemudian sitokrom dan akhirnya
kepada CO2 dengan membentuk H2O, pada transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap
oleh ADP menjadi ATP. (Peltier and Cournac, cit Toro and Pinto, 2015) . Menurut
Sutomo (1998), akseptor terakhir pada respirasi anaerob bukanlah oksigen, melaiinkan
bahan organic. Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi pada proses respirasi aerob dan
anerob. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini Table 1. perbedaan
respirasi aerob dan anaerob
Perbedaan Aerob Anaerob
Oksigen Membutuhkan Butuh dalam kadar yang rendah
Sumber
metabolisme Karbohidrat, lemak, protein Karbohidrat
Intensitas kegiatan Rendah hingga sedang Tinggi
Tempat terjadinya Sitoplasma sel Mitokondria sel
Jalur metabolik Glikolisis, siklus krebs, transfer elektron Glikolisis
Hasil akhir Karbondioksida, air, energi Asam laktat, energi (Hisham, 2019) Dari tabel
diatas, dapat diketahui bahwa respirasi aerob memiliki kekurangan. Kekurangan respirasi
aerob adalah respirasi tersebut membutuhkan oksigen yang lebih banyak daripada
respirasi anaerob. Sehingga, respirasi aerob akan sulit berjalan ketika tumbuhan
kekurangan oksigen. Akan tetapi, meskipun membutuhkan oksigen yang lebih banyak,
respirasi aerob juga menghasilkan energy yang lebih banyak daripada respirasi anaerob
Menurut Lammertyn et al. (2001), respirasi merupakan suatu proses penting bagi
keberlangsungan suatu tumbuhan. Proses respirasi berperan untuk menghasilkan energy.
Energy yang dihasilkan tersebut kemudian akan digunakan untuk proses metabolisme.
Selain penting bagi tanaman, respirasi aerob juga penting bagi lingkungan, terutama bagi
manusia dan tumbuhan lain. Bagi manusia, respirasi berperan menyediakan oksigen bagi
pernafasan. Sedangkan bagi tumbuhan, respirasi berperan untuk proses metabolism
tumbuhan itu sendiri. Selain itu, karbondioksida yang dihasilkan oleh tumbuhan dari
proses respirasi juga penting bagi tumbuhan lain. Karbondioksida tersebut digunakan oleh
tumbuhan lain untuk proses fotosintesis. Persamaan kimia proses respirasi dapat ditulis
seperti berikut C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energy Tabel 2. Rata-rata laju respirasi
aeron kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang berbeda Suhu Laju respirasi 5
0.367 15 8.800 28 2.712 37 3.612
Gambar 1. Grafik laju respirasi aeron kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang
berbeda Berdasarkan table dan grafik diatas, dapat diketahui rata-rata laju respirasi aerob
kecambah kacang hijau pada perlakuan suhu yang berbeda. Pada suhu 5OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau adalah sebesar 0,36 mg/jam. Pada suhu 15OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau adalah sebesar 8,8 mg/jam. Pada suhu 28OC laju respirasi
kecambah kacang hijau sebesar 2,71mg/jam. Sedangkan pada suhu 37OC, laju respirasi
kecambah kacang hijau sebesar 3,61mg/jam. Sehingga, diketahui bahwa laju respirasi
terbesar pada kecambah kacang hijau berdasar hasil percobaan adalah pada suhu 15OC.
Praktikum dasar-dasar fisiologi tumbuhan cara 2 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap lahu fotosintesis. pengaruh suhu dapat dilihat pada table 2 dan grafik 1
bahwa suhu mempengaruhi laju respirasi tumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Darmawan dan Baharsyah (1995) yang menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi laju respirasi. Secara kuantitatif, pengaruh suhu dapat
dituliskan dengan
y = -0.0185x2 + 0.7987x - 2.0068
R² = 0.2571
8 6 4 2 0
10
12
14
16
0 10 20 30 40
Laju Respirasi
Suhu (˚C)
Laju respirasi
Laju respirasi
Poly. (Laju respirasi)
Linear (Laju respirasi) persamaan Q10 = laju (t+10)OC / laju tOC. Itu berarti bahwa
peningkatan suhu sebanyak 10OC akan meningkatkan laju respirasi 2-3 kali lipat. Akan
tetapi, terdapat perbedaan pada hasil percobaan praktikum yang menunjukkan bahwa suhu
optimum untuk respirasi pada suhu 15OC dengan literature yang menyatakan bahwa suhu
optimal bagi laju respirasi adalah pada suhu 30OC (Iersel, 2003). Adanya perbedaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi laju respirasi. Faktor
yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor protoplasmic dan konsentrasi substrat di
dalam sel tumbuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
lingkungan tumbuhan. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah suhu, cahaya,
konsentrasi karbondioksida, dan konsentrasi oksigen. Pada praktikum dasar-dasar fisiologi
tumbuhan acara 2 mengenai pengaruh suhu terhadap laju respirras digunakan beberapa
bahan. Bahan bahan tersebut adalah NaOH 0,2 M, BaCl2, dan HCl 0,1 M. masing-masing
bahan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Larutan NaOH 0,2 M berfungsi untuk
mengikat karbondioksida yang dikeluarkan oleh kecambah kacang hijau. BaCl2 berfungsi
untuk mengendapkan karbondioksida yang telah terikat. Kemudian larutan HCl 0,1 M
berfungsi untuk mentitrasi NaOH yang tersisa di dalam larutan. Persamaan kimia reaksi
tersebut dapat ditulis sebagai berikut: 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O Na2CO3 +BaCl2
BaCO3 + SNaCl NaOh (sisa) + HCl NaCl + H2O Bahan lain yang digunakan dalam
praktikum adalah kecambah kacang hijau. Kecambah dipilih sebagai bahan percobaan
karena kecambah belum bisa melakukan fotosintesis, sehingga laju respirasinya lebih
akurat.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan Suhu berbanding lurus dengan laju respirasi. Ketika suhu semakin tinggi,
maka laju respirasi juga akan naik. Begitu pula ketika suhu turun, maka laju respirasi juga
akan turun. Suhu optimum untuk respirasi adalah 30OC.
B. Saran Bagi praktikan yang akan melaksanakan praktikum ini, diharapkan untuk lebih
berhati-hati dalam melakukan setiap langkah kerja.
DAFTAR PUSTAKA Darmawan, J. dan J. S. Baharsyah. 1995. Dasar-dasar Fisiologi
Tanaman. Penerbit STIC, Jakarta. Hidayat,E.B, 1974, Biologi, ITB, Bandung. Hisham.
2019. Perbedaan Metabolisme Aerobik dan Anaerobik. Diakses dari http://Hisham.id pada
1 Maret 2019. Iersel, M. V. 2003. Temperature effect on photosynthesis, growth
respiration, and maintenance respiration of marigold. Floriculture 26 : 549-554.
Lammertyn, J., C. Franck, B. E. Verlinden, and B. M. Nicolai. 2001. Comparative study
of the O2, CO2, and temperature effect on respiration. Journal of Experimental Botany
52(362) : 1769-1777. Paramita, O. 2010. . Pengaruh memar terha dap perubahan pola
respirasi, Produksi etilen dan jaringan buah mangga (Mangifera indica l) var gedong
gincu pada berbagai suhu penyimpanan. Jurnal Kompetensi Teknik. 2(1) : 29-38 Toro, G.
dan Pinto, M. 2015. Plant respiration under low oxygen. Chillean Journal of Agriculture
Research. 75 : 57-71
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai