Anda di halaman 1dari 16

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor: Nomor 59/Pid.

Sus/2016/PN

Jkt Utr

RANCANGAN PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas M.P.K.I.H. Sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

ILHAM TTRIASTAMA

N.I.M. : 1733001259

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

JAKARTA

2019
Contents
BAB I ............................................................................................................................................. 3

PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3

1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 3

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

1.4. Kerangka Teori dan konsep ......................................................................................... 6

a. Teori ............................................................................................................................ 6

b. Konsep ........................................................................................................................ 8

1.5. Metode Penelitian ........................................................................................................ 10

1.6. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 10

1.7. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 11

1.8. Teknik Analisis Data ................................................................................................... 11

1.9. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di dalamnya terdapat norma-

norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan untuk mengendalikan perilaku manusia,

menjaga ketertiban dan keadilan, serta mencegah terjadinya kekacauan.

Pada hakikatnya Hukum Islam adalah peraturan Allah untuk menata

kehidupan manusia. Peraturan itu dapat terealisir dalam kehidupan nyata bila ada

kesadaran dari umat Islam untuk mengamalkannya, yakni melaksanakan setiap

perintah dan menjauhi seluruh larangan yang digariskan oleh Al-Quran dan Hadist.

Namun dalam kenyataannya manusia tidak bisa lepas dari masalah kejahatan.

Dengan demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang hanya dilarang

oleh syariat. Dengan kata lain, melakukan (commission) atau tidak melakukan

(ommission) suatu perbuatan yang membawa kepada hukuman yang ditentukan

oleh syariat adalah kejahatan. Masalah kejahatan adalah problem manusia yang

merupakan suatu kenyataan sosial dan produk dari masyarakat yang selalu menjadi

korban kekerasan baik fisik maupun kekerasan psikis di negeri ini, perlu dilakukan

upaya perlindungan untuk pemenuhan kesejahteraan anak.

Dalam masa pertumbuhan secara fisik dan mental, anak membutuhkan

perawatan perlindungan yang khusus, serta perlindungan hukum baik sebelum

maupun sesudah lahir Mengalami perkembangan bahkan dapat dikatakan bahwa

usia kejahatan sumur dengan manusia karena dimana terdapat masyarakat disitu

terdapat kejahatan.

3
Khususnya pada kasus perkosaan pelakunya tidak lagi mengenal status,

pangkat, pendidikan jabatan dan usia korban. Semua ini akan dilakukan apabila

merka merasa terpuaskan hawa nafsunya. Penyebab dari pelaku perkosaan adalah

kegagalan dalam perkembangan nilai-nilai moral yang memadai dan rendahnya

kontrol dalam dorongan seksual dan dorongan kebencian. Kasus perkosaan bisa

saja dilakukan penderita schizophrenics atau penderita psikopat.

Demikian juga dengan usia palaku yang tidak mengenal batas usia selama

individumasih mempunyai daya seksual dari anak-anak sampai orang lanjut usia .

Kejahatan perkosaan benar-benar perbuatan yang keji, karena selain perbuatan ini

tidak disenangi oleh masyarakat dan juga keluarga yang menjadi korban.

Adapun perbedaan antara hukuman zina dengan hukuman perkosaan adalah

bahwa hukuman zina dikenakan kepada kedua belah pihak (laki-laki dan

perempuan), sedangkan hukuman perkosaan hanya diberikan kepada pelaku

perkosaan saja dan tidak dikenakan kepada korban. Pada masa Nabi Muhammad

Saw pun pernah terjadi seorang perempuan yang diperkosa.

Terhadap kasus ini Rasulullah Saw tidak menjatuhkan hukuman terhadap

perempuan itu. Menurut Lombroso dalam teori Born Criminal yakni manusia

pertama adalah penjahat semenjak lahirnya, ia mengatakan: laki-laki adalah

pembunuh, pencuri dan pemerkosa, sedangkan wanita adalah pelacur. Karena

peranan sejarah yang sifatnya selektif dan korektif, maka kemudian mereka

kehilangan sifat biadabnya dan memperoleh sifat beradabnya, sehingga masyarakat

modern adalah masyarakat yang tidak jahat tetapi ada penjahat.

Kejahatan tersebut dapat timbul karena pengaruh lingkungan maupun latar

belakang kejiwaan yang mempengaruhi tindakan pelaku dimasa lalu maupun karena

guncangan psikis spontanitas akibat adanya rangsangan seksual.

2
Para ulama telah sepakat bahwa tidak ada hukuman hadd bagi wanita yang

dipaksa untuk melakukan persetubuhan yang dilarang (zina). Dalam hal ini keadaan

tersebut dapat digolongkan kepada keadaan darurat.

Sepanjang tahun 2018, KOMNAS Perlindungan Anak telah mencatat

2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat jika dibandingkan

dengan tahun 2017 yakni 2.413 kasus. 1.020 atau setara 62,7 persen dari jumlah

angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk

sodomi, perkosaan, pencabulan serta incest, dan selebihnya adalah kekerasan fisik

dan psikis.

Tingginya angka pengaduan kekerasan terhadap anak tersebut, menunjukkan

tanda bahwa lingkungan anak yang seharusnya menjadi benteng perlindungan anak,

saat ini justru menjadi pelaku utamanya. Keluarga atau orangtua yang oleh UU

Perlindungan Anak adalah salah satu pilar penanggung jawab perlindungan anak

ternyata telah gagal bahkan menjadi pihak yang menakutkan bagi anak.

Ironisnya, kasus-kasus kekerasan terhadap anak tersebut terjadi justru di

lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan dan

lingkungan sosial anak. Sedangkan pelakunya adalah orang yang seharusnya

melindungi anak, seperti orangtua, paman, guru, bapak/ibu angkat,

maupunayah/ibu tiri.

Meskipun jumlah tindak pidana perkosaan masih rendah dibanding dengan

tindak pidana lain, akan tetapi perkembangan tindak pidana perkosaan tersebut

berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari berbagai media masa

maupun dari lingkungan kehidupan sehari-hari ada tindak pidana perkosaan yang

tidak dilansir media masa karena menutup aib, sesuatu hal yang justru sangat

mengenaskan yakni tindak pidana perkosaan tersebut dilakukan oleh ayah terhadap

anak kandungnya atau disebut juga incest.

3
Incest merupakan hubungan seks di antara pria atau wanita di dalam atau di

luar ikatan perkawinan dan mereka terkait dalam hubungan keturunan yang dekat

sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka tidak diizinkan melakukan

pernikahan dan melakukan hubungan sanggama.

Incest banyak terjadi di kalangan rakyat dari tingkat sosial dan ekonomis

yang rendah dan pada orang- orang keturunan darah campuran (mixed blood).

Perbuatan incest ini disebut pula sebagai peristiwa “penodaan darah”, dan produk

tingkah laku incest ini sering kali melahirkan anak-anak yang cacad jasmaniah dan

rohaniahnya.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin mengadakan penelitian yang

berkenaan dengan “Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Anak Kandung

Dalam Perspektif Hukum Pidana” (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Utara Nomor: Nomor 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.).

1.2. Rumusan Masalah


Dalam masyarakat sering sekali kita melihat dan membaca berita dalam

surat kabar dan yang lainnya mengenai tindak pidana perkosaan terhadap anak

kandung yang dilakukan oleh ayah korban sendiri, seperti dalam skripsi ini penulis

mengangkat judul tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung dalam

pandangan hukum pidana.

Oleh karena itu besarnya hukuman harus disesuaikan dengan perbuatan

yang dilakukannya, yakni tidak boleh melebihi maupun kurang dari hukuman yang

seharusnya Untuk itu penulis hanya memfokuskan pada sanksi hukum yang

diberikan pada pelaku tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung dalam

analisis putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara menurut perspektif hukum

pidana.

4
Dari masalah pokok di atas dapat diuraikan menjadi 2 (dua) sub masalah,

yaitu :

1.Bagaimana pandangan hukum pidana tentang perkosaan yang dilakukan ayah

kandung?

2.Bagaimanakah penjatuhan pidana pada Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara

Nomor: Nomor 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr. tentang perkosaan terhadap anak

kandung?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
Secara umum studi ini bertujuan untuk merumuskan dan menjelaskan

secara utuh terhadap perkosaan anak kandung dalam hukum pidana dengan pidana

khusus di Indonesia, yang berupa Undang-undang Perkosaan dan Undang-undang

Hak Perlindungan Anak. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan :

1.3.2. Untuk mengetahui pandangan hukum pidana tentang perkosaan yang dilakukan ayah
kandung.
1.3.3. Untuk mengetahui pandangan hukum positif tentang perkosaan yang dilakukan ayah
kandung.
1.3.4. Untuk mengetahui penjatuhan pidana dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Utara Nomor: Nomor 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr. tentang perkosaan yang dilakukan
ayah kandung.
Adapun signifikasi penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.Hasil penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan keilmuan dalam bidang

hukum khususnya kajian mengenai tindak pidana perkosaan anak kandung secara

teoritis maupun praktis.

2.Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat tentang pidana perkosaan anak

kandung serta memberikan gambaran yang objektif mengenai sanksi pidana bagi pelaku

tindak pidana perkosaan anak kandung.

5
1.3.5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk penelitian
selanjutnya terkait pandangan hukum pidana tentang tindak pidana perkosaan anak
kandung.
1.4.Kerangka Teori dan konsep
a.Teori

1. Teori Tujuan Pemidanaan

Pidana pada hakikatnya hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka konsep

pertama-tama merumuskan tentang tujuan pemidanaan. Dalam mengidentifikasi tujuan

pemidanaan, konsep bertolak dari keseimbangan 2 (dua) sasaran pokok, yaitu perlindungan

masyarakat dan perlindungan atau pembinaan individu pelaku tindak pidana. Dalam Pasal

10 KUHP menyebutkan ada 2 (dua) jenis pidana yaitu:

a. jenis pidana pokok meliputi:

1. pidana mati

2. pidana penjara

3. pidana kurungan

4. pidana denda

b. jenis pidana tambahan meliputi:

1. pencabutan hak-hak tertentu

2. perampasan barang-barang tertentu

3. pengumuman putusan hakim

Ada tiga golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan pidana yaitu

a. Teori Retributive (teori absolut atau teori pembalasan)

Menurut pandangan teori ini, pidana haruslah disesuaikan dengan tindak

pidana yang dilakukan, karena tujuan pemidanaan menurut mereka adalah

memberikan penderitaan yang setimpal dengan tindak pidana yang telah dilakukan

6
b. Teori Utilitarian (teori relatif atau teori tujuan)

Menurut pandangan teori ini, pemidanaan ini harus dilihat dari segi manfaatnya,

artinya pemidanaan jangan semata-mata dilihat hanya sebagai pembalasan belaka

melainkan harus dilihat pula manfaatnya bagi terpidana di masa yang akan datang.

Teori ini melihat dasar pembenaran pemidanaan itu ke depan, yakni pada perbaikan

para pelanggar hukum di masa yang akan datang.

c. Teori Gabungan

Teori ini didasarkan pada tujuan pembalasan dan mempertahankan ketertiban

masyarakat. Sehubungan dengan masalah pidana sebagai sarana untuk mencapai

tujuan, maka harus dirumuskan terlebih dahulu tujuan pemidanaan yang akan

diharapkan akan menunjang tercapainya tujuan tersebut, atas dasar itu kemudian

baru dapat ditetapkan cara, sarana atau tindakan apa yang akan digunakan.

Penulisan karya ilmiah ini yakni mengenai pandangan hukum pidana

terhadap perkosaan yang dilakukan ayah terhadap anak kandungnya sendiri serta

menganalisis putusan pengadilan mengenai kasus tersebut menurut perspektif

hukum pidana.

Perkosaan adalah kejahatan yang sangat serius. Ini adalah kejahatan yang

menginjak-injak martabat kemanusiaan. Akibat dari perkosaan tidak hanya terjadi

pada korban saja. Secara sosial, perkosaan membuat masyara-kat semakin cemas.

Bahkan dapt menghilangkan peran sosial korbannya da-lam masyarakat.

Penderitaan korban tidak hanya dialami saat terjadi kasus. Secara

psikologis, korban menderita sepanjang hidupnya. Ia bisa menjadi depresi,

kecemasan yang berkepanjangan bahkan dapat mendorongnya un-tuk melakukan

tindakan bunuh diri.

7
Bahkan bagi korban yang dapat bertahan secara mental masih juga

mendapat stigma negatif dari masyarakat. Bagi yang kasusnya terekspos, mereka

mengalami perkosaan kedua oleh media, polisi dan penegak hukum (saat proses

penyidikan hingga pengadilan).

Pada umumnya di Indonesia kata “pencabulan” digunakan untuk ke-

kerasan seksual dengan korban anak di bawah umur (anak-anak yang belum

dewasa). Jika berdasar pasal pada UU Perkawinan 1974, maka korbannya ber

umur kurang dari 16 tahun. Hal ini sesuai dengan keterangan di atas. Karenanya

dalam makalah ini, child molestation kami maknai dengan pencabul-an anak.

b. Konsep
a. Perlindungan Anak :

a. Menurut Arif Gosita Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan

untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar, baik

fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya suatu

keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak

diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya

dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

b. Perlindungan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak

dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

b. Tindak Pidana Pencabulan

Pengerian tentang tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dikenal denga istilah Strabaar Feir dan dalam kepustakaan
8
tentang hukum pidana sering menggunakan istilah delik, sedangkan pembuat

undang-undang merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah

peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.

Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian

dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam

memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum piadana. Tindak pidana mempunyai

pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan

hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah

dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahakan dengan istilah yang dipakai

sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

c. Pencabulan

- Pengertian pencabulan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, karangan

Moeljatno, pencabulan adalah Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakuakan

perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang

kehormatan kesusilaan.

- Menurut Soerjono Soekanto efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan

sebagai keberhasil-gunaan hukum, dalam hal ini berkenaan dengan keberhasilan

pelaksanaan hukum itu sendiri. Adapun secara terminologi para pakar hukum dan

sosiologi hukum memberikan pendekatan tentang makna efektivitas sebuah hukum

beragam, bergantung pada sudut pandang yang diambil.

- Zakiah Darajat mengatakan bahwa mengenai batas usia anak-anak dan dewasa

berdasarkan pada usia remaja adalah bahwa usia 9 (sembilan) tahun antara 13 (tiga

belas) tahun sampai 21 (dua puluh satu) tahun sebagai masa remaja merupakan

masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak

mengalami pertumbuhan yang cepat disegala bidang dan mereka bukan lagi anak-

anak baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang
9
dewasa. Perlindungan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pencegahan atau

Melindungi

- Moeljatno, mengambil istilah tindak pidana dengan perbuatan pidana yaitu

menurut wujud dan sifatnya bertentangan dengan tata atau ketertiban yang di

kehendaki oleh hukum yaitu perbuatan yang melawan (melanggar) hukum.

- Perbuatan Cabul Menurut penjelasan Pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (Kesopanan) atau

perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin,

misalnya : cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada

dsb.

1.5.Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk

mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode,

yakni:

1.6.Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian

normatif, yakni suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.Sedangkan pendekatan

dalam skripsi ini adalah pendekatan kasus (Case Approach).

10
Dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-

norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum terutama

mengenai kasus-kasus yang telah diputuskan, sebagaimana yang dapat dilihat

dalam yurisprudensi terhadap perkara yang menjadi objek penelitian. Dengan

demikian dapat dikatakan pada dasarnya tugas analisa hukum adalah menganalisa

pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum dan berbagai konsep yuridis.

Dalam hal ini penerapan analisa hukum normatif yang dapat digunakan adalah

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor : 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.

1.7.Teknik Pengumpulan Data


Adapun sumber data yang penulis gunakan adalah sumber data primer dan

skunder. Data primer yaitu data yang diambil dalam sumber pokok seperti

Undang-undang, KUHP, dan kitab yang berkaitan dengan bahasan penulis.

Mengenai teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah

menggunakan bahan dokumen yang tertulis dalam bentuk buku-buku, salinan

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Nomor : Nomor 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt

Utr. yang hasilnya berupa kutipan dan catatan.

1.8.Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif dalam bentuk perbandingan hukum. Dalam penelitian ini, penulis

menelaah tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung dalam hukum positif

khususnya yang ada dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara

Nomor:59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.

11
1.9.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab Pertama

bertajuk “Pendahuluan”. Di dalam bab ini diuraikan pokok-pokok pikiran yang

melatarbelakangi penelitian ini, yang diorganisir menjadi 6 (enam) sub-bab, yaitu

(1) latar belakang masalah, (2) pembatasan dan perumusan masalah, (3) tujuan dan

manfaat penelitian, (4) tinjauan pustaka/penelitian terdahulu, (5) metode penelitian,

(6) sistematika pembahasan.

Bab Kedua berjudul “Deskripsi Umum Tentang Tindak Pidana”. Bab ini

menyajikan uraian mengenai tindak pidana, yang terdiri dari 4 (empat) sub-bab

yaitu (1) tindak pidana (2) pembagian hukum pidana (3) tindak pidana perkosaan,

dan (4) faktor penyebab tindak pidana perkosaan dalam hukum pidana. Bab Ketiga

bertajuk “Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Anak Kandung dalam Perspektif

Hukum Pidana”. Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana perspektif hukum

pidana terhadap tindak pidana perkosaan anak kandung. Bab ini meyajikan (4)

empat sub-bab, yaitu (1) pengertian anak dan hak-hak anak, (2) persetubuhan

sekandung, (3) hukuman perkosaan terhadap anak di bawah umur dalam hukum

positif, dan (4) hukuman perkosaan dalam hukum pidana.

Bab Keempat berjudul “Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Utara Nomor: 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.”. Dalam bab ini diuraikan

tentang deskripsi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Komposisi dari bab ini

terdiri dari (3) tiga sub-bab, yaitu (1) duduk perkara, yang didalamnya

memuat kronologis/peristiwa kejadian, dakwaan, putusan hakim dan pertimbangan

putusan hakim, (2) analisis menurut teori-teori hukum pidana terhadap putusan

pengadilan negeri Jakarta Utara Nomor: 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.; dan (3)

12
analisis hukum positif terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Bab Kelima berjudul “Penutup”. Bab ini merupakan bab penutup dari hasil

penelitian tersebut, yang di dalamnya terdiri dari 2 (dua) sub-bab, yaitu (1)

kesimpulan, dan (2) saran-saran

13
14

14

Anda mungkin juga menyukai