Sus/2016/PN
Jkt Utr
RANCANGAN PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas M.P.K.I.H. Sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh
Oleh :
ILHAM TTRIASTAMA
N.I.M. : 1733001259
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2019
Contents
BAB I ............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3
a. Teori ............................................................................................................................ 6
b. Konsep ........................................................................................................................ 8
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
kehidupan manusia. Peraturan itu dapat terealisir dalam kehidupan nyata bila ada
perintah dan menjauhi seluruh larangan yang digariskan oleh Al-Quran dan Hadist.
Namun dalam kenyataannya manusia tidak bisa lepas dari masalah kejahatan.
oleh syariat. Dengan kata lain, melakukan (commission) atau tidak melakukan
oleh syariat adalah kejahatan. Masalah kejahatan adalah problem manusia yang
merupakan suatu kenyataan sosial dan produk dari masyarakat yang selalu menjadi
korban kekerasan baik fisik maupun kekerasan psikis di negeri ini, perlu dilakukan
usia kejahatan sumur dengan manusia karena dimana terdapat masyarakat disitu
terdapat kejahatan.
3
Khususnya pada kasus perkosaan pelakunya tidak lagi mengenal status,
pangkat, pendidikan jabatan dan usia korban. Semua ini akan dilakukan apabila
merka merasa terpuaskan hawa nafsunya. Penyebab dari pelaku perkosaan adalah
kontrol dalam dorongan seksual dan dorongan kebencian. Kasus perkosaan bisa
Demikian juga dengan usia palaku yang tidak mengenal batas usia selama
individumasih mempunyai daya seksual dari anak-anak sampai orang lanjut usia .
Kejahatan perkosaan benar-benar perbuatan yang keji, karena selain perbuatan ini
tidak disenangi oleh masyarakat dan juga keluarga yang menjadi korban.
bahwa hukuman zina dikenakan kepada kedua belah pihak (laki-laki dan
perkosaan saja dan tidak dikenakan kepada korban. Pada masa Nabi Muhammad
perempuan itu. Menurut Lombroso dalam teori Born Criminal yakni manusia
peranan sejarah yang sifatnya selektif dan korektif, maka kemudian mereka
belakang kejiwaan yang mempengaruhi tindakan pelaku dimasa lalu maupun karena
2
Para ulama telah sepakat bahwa tidak ada hukuman hadd bagi wanita yang
dipaksa untuk melakukan persetubuhan yang dilarang (zina). Dalam hal ini keadaan
2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat jika dibandingkan
dengan tahun 2017 yakni 2.413 kasus. 1.020 atau setara 62,7 persen dari jumlah
angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk
sodomi, perkosaan, pencabulan serta incest, dan selebihnya adalah kekerasan fisik
dan psikis.
tanda bahwa lingkungan anak yang seharusnya menjadi benteng perlindungan anak,
saat ini justru menjadi pelaku utamanya. Keluarga atau orangtua yang oleh UU
Perlindungan Anak adalah salah satu pilar penanggung jawab perlindungan anak
ternyata telah gagal bahkan menjadi pihak yang menakutkan bagi anak.
lingkungan terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, lembaga pendidikan dan
maupunayah/ibu tiri.
tindak pidana lain, akan tetapi perkembangan tindak pidana perkosaan tersebut
berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari berbagai media masa
maupun dari lingkungan kehidupan sehari-hari ada tindak pidana perkosaan yang
tidak dilansir media masa karena menutup aib, sesuatu hal yang justru sangat
mengenaskan yakni tindak pidana perkosaan tersebut dilakukan oleh ayah terhadap
3
Incest merupakan hubungan seks di antara pria atau wanita di dalam atau di
luar ikatan perkawinan dan mereka terkait dalam hubungan keturunan yang dekat
sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka tidak diizinkan melakukan
Incest banyak terjadi di kalangan rakyat dari tingkat sosial dan ekonomis
yang rendah dan pada orang- orang keturunan darah campuran (mixed blood).
Perbuatan incest ini disebut pula sebagai peristiwa “penodaan darah”, dan produk
tingkah laku incest ini sering kali melahirkan anak-anak yang cacad jasmaniah dan
rohaniahnya.
surat kabar dan yang lainnya mengenai tindak pidana perkosaan terhadap anak
kandung yang dilakukan oleh ayah korban sendiri, seperti dalam skripsi ini penulis
yang dilakukannya, yakni tidak boleh melebihi maupun kurang dari hukuman yang
seharusnya Untuk itu penulis hanya memfokuskan pada sanksi hukum yang
diberikan pada pelaku tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung dalam
pidana.
4
Dari masalah pokok di atas dapat diuraikan menjadi 2 (dua) sub masalah,
yaitu :
kandung?
kandung?
secara utuh terhadap perkosaan anak kandung dalam hukum pidana dengan pidana
1.3.2. Untuk mengetahui pandangan hukum pidana tentang perkosaan yang dilakukan ayah
kandung.
1.3.3. Untuk mengetahui pandangan hukum positif tentang perkosaan yang dilakukan ayah
kandung.
1.3.4. Untuk mengetahui penjatuhan pidana dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Utara Nomor: Nomor 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr. tentang perkosaan yang dilakukan
ayah kandung.
Adapun signifikasi penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
hukum khususnya kajian mengenai tindak pidana perkosaan anak kandung secara
kandung serta memberikan gambaran yang objektif mengenai sanksi pidana bagi pelaku
5
1.3.5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk penelitian
selanjutnya terkait pandangan hukum pidana tentang tindak pidana perkosaan anak
kandung.
1.4.Kerangka Teori dan konsep
a.Teori
Pidana pada hakikatnya hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka konsep
pemidanaan, konsep bertolak dari keseimbangan 2 (dua) sasaran pokok, yaitu perlindungan
masyarakat dan perlindungan atau pembinaan individu pelaku tindak pidana. Dalam Pasal
1. pidana mati
2. pidana penjara
3. pidana kurungan
4. pidana denda
Ada tiga golongan utama teori untuk membenarkan penjatuhan pidana yaitu
memberikan penderitaan yang setimpal dengan tindak pidana yang telah dilakukan
6
b. Teori Utilitarian (teori relatif atau teori tujuan)
Menurut pandangan teori ini, pemidanaan ini harus dilihat dari segi manfaatnya,
melainkan harus dilihat pula manfaatnya bagi terpidana di masa yang akan datang.
Teori ini melihat dasar pembenaran pemidanaan itu ke depan, yakni pada perbaikan
c. Teori Gabungan
tujuan, maka harus dirumuskan terlebih dahulu tujuan pemidanaan yang akan
diharapkan akan menunjang tercapainya tujuan tersebut, atas dasar itu kemudian
baru dapat ditetapkan cara, sarana atau tindakan apa yang akan digunakan.
terhadap perkosaan yang dilakukan ayah terhadap anak kandungnya sendiri serta
hukum pidana.
Perkosaan adalah kejahatan yang sangat serius. Ini adalah kejahatan yang
pada korban saja. Secara sosial, perkosaan membuat masyara-kat semakin cemas.
7
Bahkan bagi korban yang dapat bertahan secara mental masih juga
mendapat stigma negatif dari masyarakat. Bagi yang kasusnya terekspos, mereka
mengalami perkosaan kedua oleh media, polisi dan penegak hukum (saat proses
kerasan seksual dengan korban anak di bawah umur (anak-anak yang belum
dewasa). Jika berdasar pasal pada UU Perkawinan 1974, maka korbannya ber
umur kurang dari 16 tahun. Hal ini sesuai dengan keterangan di atas. Karenanya
dalam makalah ini, child molestation kami maknai dengan pencabul-an anak.
b. Konsep
a. Perlindungan Anak :
a. Menurut Arif Gosita Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan
untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan
fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya suatu
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
Pidana (KUHP) dikenal denga istilah Strabaar Feir dan dalam kepustakaan
8
tentang hukum pidana sering menggunakan istilah delik, sedangkan pembuat
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam
memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum piadana. Tindak pidana mempunyai
hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah
dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahakan dengan istilah yang dipakai
c. Pencabulan
kehormatan kesusilaan.
- Menurut Soerjono Soekanto efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan
pelaksanaan hukum itu sendiri. Adapun secara terminologi para pakar hukum dan
- Zakiah Darajat mengatakan bahwa mengenai batas usia anak-anak dan dewasa
berdasarkan pada usia remaja adalah bahwa usia 9 (sembilan) tahun antara 13 (tiga
belas) tahun sampai 21 (dua puluh satu) tahun sebagai masa remaja merupakan
masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak
mengalami pertumbuhan yang cepat disegala bidang dan mereka bukan lagi anak-
anak baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang
9
dewasa. Perlindungan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pencegahan atau
Melindungi
menurut wujud dan sifatnya bertentangan dengan tata atau ketertiban yang di
perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin,
dsb.
1.5.Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk
yakni:
1.6.Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian
10
Dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-
norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum terutama
demikian dapat dikatakan pada dasarnya tugas analisa hukum adalah menganalisa
pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum dan berbagai konsep yuridis.
Dalam hal ini penerapan analisa hukum normatif yang dapat digunakan adalah
skunder. Data primer yaitu data yang diambil dalam sumber pokok seperti
menelaah tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung dalam hukum positif
11
1.9.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab Pertama
(1) latar belakang masalah, (2) pembatasan dan perumusan masalah, (3) tujuan dan
Bab Kedua berjudul “Deskripsi Umum Tentang Tindak Pidana”. Bab ini
menyajikan uraian mengenai tindak pidana, yang terdiri dari 4 (empat) sub-bab
yaitu (1) tindak pidana (2) pembagian hukum pidana (3) tindak pidana perkosaan,
dan (4) faktor penyebab tindak pidana perkosaan dalam hukum pidana. Bab Ketiga
Hukum Pidana”. Dalam bab ini diuraikan mengenai bagaimana perspektif hukum
pidana terhadap tindak pidana perkosaan anak kandung. Bab ini meyajikan (4)
empat sub-bab, yaitu (1) pengertian anak dan hak-hak anak, (2) persetubuhan
sekandung, (3) hukuman perkosaan terhadap anak di bawah umur dalam hukum
Jakarta Utara Nomor: 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.”. Dalam bab ini diuraikan
tentang deskripsi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Komposisi dari bab ini
terdiri dari (3) tiga sub-bab, yaitu (1) duduk perkara, yang didalamnya
putusan hakim, (2) analisis menurut teori-teori hukum pidana terhadap putusan
pengadilan negeri Jakarta Utara Nomor: 59/Pid.Sus/2016/PN Jkt Utr.; dan (3)
12
analisis hukum positif terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Bab Kelima berjudul “Penutup”. Bab ini merupakan bab penutup dari hasil
penelitian tersebut, yang di dalamnya terdiri dari 2 (dua) sub-bab, yaitu (1)
13
14
14