Anda di halaman 1dari 7

Nama Peserta : dr.

Muhammad Yusuf Ginanjar

Nama Wahana: RSUD Kalisat Kabupaten Jember

Topik: Ileus Obstruktif

Tanggal : 14 Agustus 2015

Nama Pasien : Tn. Abdurahman No. RM : 09.17.32

Tanggal presentasi: 9 September 2015 Pendamping: dr. Dani Riandi

Tempat presentasi: Ruang Pertemuan RSUD Kalisat Kabupaten Jember

Obyek presentasi : Dokter Pendamping & Dokter Intersip RSUD Kalisat Kabupaten Jember

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi: Presentasi kasus ileus obstruktif

Tujuan: Mengoptimalkan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kasus ileus obstruktif

Bahan bahasan: Tinjauan Riset Kasus Audit


pustaka
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. Abdurahman No. Registrasi: 09.17.32

Nama klinik RSUD Kalisat Kabupaten Jember

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :


- Ileus obstruktif
- Pasien mencret sejak sehari sebelum MRS sebanyak + 4-5 kali sehari
- Mencret tidak berlendir dan berdarah

1
- Perut kembung sejak sehari sebelum MRS
- Mual (+), muntah (-)
- Nyeri ulu hati (+)
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan / Penyakit :
- Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
- Pasien memiliki benjolan di buah zakar sebelah kanan sejak + 5 bulan yang lalu,
sebelumnya benjolan bisa keluar masuk dan tidak diobati , namun beberapa hari
terakhir ini benjolan terasa nyeri dan tidak dapat masuk kembali
4. Riwayat Keluarga :
Anggota keluarga lainnya tidak ada yang sakit seperti ini
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja di rumah sebagai petani
6. Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : GCS E4 V5 M6
Tekanan darah : 150/90mmHg
Heart rate : 110 x/mnt
Respiratory rate: 30x/mnt
Temperature : 38o C

Status Generalis:
Kepala: anemis(-), ikterik(-), sianosis(-), dyspneu(-)
Leher: pembesaran KGB(-), massa (-), pelebaran vena (-)
Thorax:
 Pulmo:
 Inspeksi: normochest, simetris, retraksi -/-
 Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, fremitus simetris
 Perkusi: sonor +/+
 Auskultasi: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

2
 Cor:
 Inspeksi: iktus tidak terlihat
 Palpasi: iktus teraba di ICS V MCL S
 Perkusi: batas ICS II parasternal line S, batas jantung kanan ICS V parasternal line D,
batas jantung kiri ICS IV MCL S
 Auskultasi: S1-S2 tunggal, regular, gallop(-), murmur(-)
Abdomen:
 Inspeksi: cembung, distended, darm contour (+), darm steifung (+), ascites (-), kolateral (-),
caput medusa (-)
 Palpasi: nyeri tekan (+) di regio epigastrium, inguinal dextra, dan umbilical, hepar-lien tak
teraba, undulasi (-)
 Perkusi: meteorismus, shifting dullness (-)
 Auskultasi: bising usus (+) meningkat, metallic sound (+)
Extremitas:
 Superior: akral kering, hangat, merah +/+ , edema -/-
 Inferior: akral kering, hangat, merah +/+ , edema -/-

Status Lokalis
Regio inguinal dextra: terdapat benjolan dengan konsistensi lunak, kenyal, nyeri tekan (-)
7. Pemeriksaan Penunjang :
Hb: 12,4 g/dl
Leukosit: 14.100
Hct: 40,2 %
Eritrosit: 4,42 juta
Trombosit: 380.000
Rontgen Thorax AP: dalam batas normal
BOF: tampak gambaran herring bone appearance, gas usus meningkat, usus dilatasi
LLD: tampak gambaran step ladder dan air fluid level
Daftar Pustaka:
1. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition, W.B.Saunders,
Philadelphia, 2001, hal 887-888 5.

3
2. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition, McGraw-
Hill, New York, 2005, hal 1031-1032
3. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Process. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1994
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis ileus obstruktif
2. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarganya akan pentingnya early diagnosis dan
bahaya komplikasinya
3. Pentingnya penanganan kasus secara definitif

4
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

Subyektif:
Pasien mencret sejak sehari sebelum MRS sebanyak + 4-5 kali sehari. Mencret tidak berlendir
dan tidak berdarah. Perut kembung sejak sehari sebelum MRS. Pasien memiliki benjolan di
buah zakar sebelah kanan sejak + 5 bulan yang lalu, sebelumnya benjolan bisa keluar
masuk dan tidak diobati, namun beberapa hari terakhir ini benjolan terasa nyeri dan
tidak dapat masuk kembali.

Objektif:
Pada kasus ini diagnosis ileus obstruktif ditegakkan berdasarkan:
 Keluhan mencret sejak sehari sebelum MRS sebanyak + 4-5 kali sehari. Mencret tidak
berlendir dan tidak berdarah. Perut kembung sejak sehari sebelum MRS. Pasien memiliki
benjolan di buah zakar sebelah kanan sejak + 5 bulan yang lalu, sebelumnya
benjolan bisa keluar masuk dan tidak diobati, namun beberapa hari terakhir ini
benjolan terasa nyeri dan tidak dapat masuk kembali.
 Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital terdapat takikardi yang menunjang adanya keadaan
dehidrasi ataupun syok serta febris. Pada pemerikasaan abdomen melalui inspeksi
didapatkan hasil cembung, distended, darm contour, darm steifung, dan terdapat benjolan di
region inguinal dextra; pada palpasi didapatkan nyeri tekan di regio epigastrium, inguinal
dextra, dan umbilical; pada perkusi terdapat meteorismus; dan dari hasil auskultasi
didapatkan bising usus yang meningkat, dan metallic sound.
 Hasil pemeriksaan penunjang yakni pada hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan
adanya leukositosis. Dari hasil pemeriksaan radiologis yakni pemeriksaan BOF tampak
gambaran herring bone appearance, gas usus meningkat, usus dilatasi; dan dari pemeriksaan
LLD tampak gambaran step ladder dan air fluid level.

Assessment (penalaran klinis):


Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan
atau punyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akibat

5
gangguan pasase tersebut terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada
bagian proksimal tempat penyumbatan. Hal ini menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi)
di bagian proksimal dari sumbatan. Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin
bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh usus di bagian proksimal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti
peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadinya serangan kolik abdomen dan muntah-muntah. Pada
obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus kehilangan daya
kontraksinya.

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif yaitu nyeri abdomen, muntah, distensi, dan
kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi). Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi
tergantung kepada lokasi obstruksi, lamanya obstruksi, penyebabnya, dan ada atau tidaknya
iskemia usus. Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok
hipovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit
yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.

Planning:
Diagnosis:
 RFT
 LFT
 Profil lipid
 Albumin serum
 Serum elektrolit

Pengobatan:
 Oksigen nasal kanul 3 lpm
 Inf. Ringer Laktat rehidrasi 1000cc dalam 1 jam dilanjutkan maintenance 24 tetes/menit
 Inj. Ceftriaxone 2x1g
 Inj. Ranitidin 2x50mg

6
 Inj. Kerorolac 3x30mg
 Dilakukan pemasangan folley kateter
 Dilakukan pemasangan NGT dekompresi
 Pasien dipuasakan
Rujukan:
Penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis bedah digestif.

Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk menjelaskan kondisi penyakit yang diderita
pasien, tindakan yang harus dilakukan,dan bahaya komplikasi apabila tidak segera ditangani
lebih lanjut serta membantu proses penyembuhan dan pemulihan dari pasien.

Konsultasi:
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis bedah digestif dalam penanganan
definitif dari pasien tersebut.

Kontrol:
Kontrol untuk memonitor perkembangan pasien.

Anda mungkin juga menyukai