Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP ARCHAEBACTERIA DAN

EUBACTERIA MENGGUNAKAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE


Dwi Septiana, Zulfiani, Meiry Fadilah Noor
Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah, dwiseptisepti@gmail.com
Abstract
The aim of the study is to identify students’ misconceptions in Archaebacteria and Eubacteria Concept
Using a Two-Tier Multiple Choice test. Using a descriptive method approach, thirty five (35) students of
Grade 10 in Jakarta were involved in this research. Data was collected through students’ answers on the
test. The result showed 31.12% of students had misconception in Archaebacteria and Eubacteria concept,
and the rest did not understand.
Keywords: Misconception, two-tier multiple choice, Archaebacteria, Eubacteria
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap miskonsespsi siswa mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
konsep Archaebacteria dan Eubacteria menggunakan two-tier multiple choice. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Sekolah
Menengah Atas ddi Jakarta pada tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 35 orang siswa. Data tes
diagnostik dikumpulkan menggunakan two-tier multiple choice untuk mengidentifikasi pemahaman
konsep siswa ke dalam paham konsep, miskonsepsi, tidak paham dan menebak (4 kategori). Hasil
menunjukkan 31.12% peserta didik mengalami miskonsepsi pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria
sedangkan sisanya didominasi oleh kategori tidak memahami.
Kata Kunci: Miskonsepsi, two-tier multiple choice, Archaebacteria, Eubacteria

PENDAHULUAN
Konsep adalah sebuah abstraksi dari ciri-
Belajar berarti perbaikan dalam tingkah ciri yang mempermudah komunikasi manusia
laku dan kecakapan manusia, termasuk di dan memungkinkan manusia untuk berpikir
dalamnya adalah perubahan pengetahuan, (Tayubi, 2005). Dalam Sains, pembahasan
minat, dan perhatian yang dibentuk oleh fungsi- mengenai konsep-konsep telah disepakati oleh
fungsi psikis dalam pribadi manusia tersebut. para ahli dengan pasti, namun masih saja ada
Produk dari sebuah proses belajar dapat siswa yang memiliki pemahaman yang berbeda-
dinyatakan dalam bentuk hasil belajar beda terhadap suatu konsep. Pemahaman
(Purwanto, 2010). konsep oleh siswa disebut sebagai konsepsi
(Tayubi, 2005).
Hasil belajar sains di Indonesia telah
diujikan secara internasional melalui program Dalam pembelajaran sains, siswa dituntut
TIMSS (Trends in International Mathematics untuk memahami dan menghayati bagaimana
and Science Study) pada tahun 2011. Indonesia suatu konsep diperoleh, menghubungkan konsep
berada pada peringkat 41 dari 43 negara dengan yang satu dengan konsep lainnya dan
skor ketercapaian untuk bidang sains hanya menggunakan konsep sains yang lain untuk
mencapai 406 dari rata-rata 500 (Suwarto, mendukung konsep sains tertentu. Beberapa
2013). konsep pada mata pelajaran Biologi masih
berhubungan dengan pelajaran lainnya,
Salah satu penyebab rendahnya
misalnya dengan pelajaran Kimia. Oleh karena
pencapaian skor sains tersebut adalah kualitas
itu. pemahaman terhadap konsep adalah hal
pendidikan Indonesia yang kurang baik. Hal
yang sangat penting dalam proses
tersebut berdampak pada rendahnya
pembelajaran.
pemahaman siswa terhadap konsep. Pemahaman
konsep yang kurang dikarenakan dalam proses Rosser berpendapat bahwa konsep dapat
pembelajaran siswa kurang didukung untuk diperoleh melalui pembentukan konsep yang
mengembangkan kemampuan berpikir dan terjadi sebelum menerima pelajaran formal
membangun pemahaman konsepnya. (sekolah) dan melalui asimilasi konsep yang
diperoleh di sekolah. Asimilasi konsep adalah
Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

jalan utama untuk memperoleh konsep, baik buku teks, cara mengajar dan beberapa konteks
selama dan sesudah sekolah (Rustaman, 2005). tertentu yang berasal dari kehidupan siswa
(Suparno, 2005).
Di dalam kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, siswa dapat membentuk Miskonsepsi yang lebih kompleks dapat
konsep melalui pengetahuan mereka sendiri menggangu pembentukan konsep ilmiah pada
yang berbeda dengan harapan guru. struktur kognitif siswa (Suwarto, 2013). Oleh
Pengetahuan yang dikonstruksi tersebut bisa karena itu, guru hendaknya memperhatikan
menjadi salah karena adanya keterbatasan pada konsepsi awal yang dibawa siswa sebelum
diri siswa tersebut atau bercampur dengan memberikan konsep yang baru karena setiap
gagasan-gagasan lain. Para ahli filsafat siswa memiliki konsepsi masing-masing
konstruktivisme sosial menambahkan bahwa berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya.
kesalahan ini disebabkan karena siswa belum Selain itu, miskonsepsi perlu dideteksi sehingga
terbiasa mengkonstruksi konsep dengan benar guru dapat menentukan pembelajaran remidiasi
dan belum mempunyai kerangka ilmiah yang yang harus dilakukan.
dapat digunakan sebagai acuan lain (Suparno,
Guru membutuhkan cara yang efisien
2005).
untuk mengidentifikasi miskonsepsi. Salah satu
Banyak pihak sepakat bahwa siswa cara untuk mengungkap miskonsepsi siswa
membawa gagasan tertentu pada pembelajaran adalah dengan memberikan sebuah tes
yang mereka peroleh sendiri, yang disebut diagnostik. Tes diagnostik digunakan untuk
sebagai prakonsepsi (Suparno, 2005). Namun, menentukan bagian tertentu pada suatu mata
ada kalanya gagasan tersebut tidak sesuai pelajaran yang memiliki kelemahan dan
dengan gagasan para guru dan ilmuwan. menyediakan alat untuk menemukan penyebab
Konsepsi siswa yang berbeda dengan konsep kekurangan tersebut. Tujuan dilakukannya tes
para ilmuwan ini disebut oleh Helm sebagai ini adalah untuk menentukan pengajaran yang
miskonsepsi, oleh Novak sebagai prakonsepsi, perlu dilakukan di masa yang akan datang
dan oleh Driver sebagai kerangka alternatif dan (Suwarto, 2013).
disebut “children science” oleh Gilbert
Salah satu bentuk tes diagnostik adalah
(Treagust, 1988). Sebagai bentuk penghargaan
dengan menggunakan Two-Tier Multiple Choice
terhadap gagasan-gagasan yang berbeda,
(TTMC). TTMC adalah sebuah tes diagnostik
beberapa ilmuwan mengganti istilah
berupa soal pilihan ganda bertingkat dua yang
miskonsepsi dengan konsep alternatif (Suparno,
dikembangkan pertama kali oleh David F.
2005).
Treagust pada tahun 1988. Tingkat pertama
Menurut Gabel, miskonsepsi dapat terjadi berisi tentang pertanyaan mengenai konsep yang
dari hasil pengamatan fenomena alam yang diujikan sedangkan tingkat kedua berisi alasan
dipahami menggunakan perasaan dan konsep untuk setiap jawaban pada pertanyaan di tingkat
yang diajarkan tidak sesuai dengan pertama sebagai bentuk tes diagnosa. Dengan
perkembangan mental siswa (Suwarto, 2013). menggunakan instrumen ini kemungkinan siswa
Begitu pula dengan hasil penelitian yang untuk menebak jawaban benar dapat diperkecil
dilakukan oleh Hashweh pada tahun 1986 menjadi 4% (Tuysuz, 2009). Selain itu, guru
memaparkan penyebab terjadinya perubahan juga dapat mengetahui konsepsi yang dimiliki
konsep. Penyebab pertama adalah guru yang oleh siswa dan kategori pemahaman siswa.
tidak menyadari prakonsepsi yang dimiliki oleh
Pembuatan soal TTMC melalui beberapa
siswa. Kedua, metode evaluasi yang biasa
metode yang telah diajukan oleh beberapa ahli,
digunakan oleh guru gagal untuk menguji
misalnya metode yang diajukan oleh Treagust
konsep yang dimiliki oleh siswa yang ternyata
(1988), Tuysuz (2009), dan Jing Ru Wang
menunjukkan jawaban yang salah. Ketiga, serta
(2004). Berdasarkan pertimbangan waktu dan
pada umumnya guru tidak kritis terhadap
tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan
jawaban siswa yang menunjukkan prakonsepsi
soal TTMC, maka pembuatan soal TTMC pada
yang keliru (Haslam & Treagust, 1987). Senada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dengan pernyataan sebelumnya, secara umum,
metode yang diajukan oleh Tuysuz (2009).
miskonsepsi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti dari kemampuan siswa, guru, Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada guru Biologi di

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 192 - 200


Dwi S, Zulfiani, Meiry FN

SMAN 26 Jakarta, diperoleh informasi bahwa berbeda di Jakarta. Kedua sekolah tersebut
siswa masih kesulitan dalam mempelajari dipilih dengan pertimbangan nilai akreditasi dan
konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Padahal, KKM mata pelajaran Biologi yang sama.
konsep ini adalah salah satu konsep yang
Penelitian ini dilakukan dalam empat
berkaitan dengan konsep lain di jenjang
tahapan utama, yaitu tahap persiapan yang
pendidikan yang lebih tinggi. Konsep Monera
terdiri dari tiga tahapan, yaitu 1) Tahap uji
(Archaebacteria dan Eubacteria) ini termasuk
instrumen; 2) Pelaksanaan penelitian; 3)
dalam konsep yang penting karena termasuk
Pengolahan data dan analisis.
dalam setiap bahasaan pada jenjang pendidikan
yang berkaitan dengan mikroba dan berbagai Tahap persiapan 1, dilakukan studi
sistem pada tubuh makhluk hidup. pendahuluan tentang tes diagnostik TTMC.
Permasalahan ini senada dengan Sapuroh (2010) Kemudian, dibuatlah kisi-kisi wawancara dan
tentang “Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam kisi-kisi pertanyaan untuk soal TTMC pada
Memahami Konsep biologi pada Konsep tingkat pertama. Kisi-kisi tersebut dibuat
Monera menunjukkan bahwa 100% siswa berdasarkan SK, KD, dan indikator
mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep pembelajaran. Setelah itu, dilakukan
tersebut. Begitu pula, Tarwoko (2005) yang pertimbangan dan persetujuan (judgement)
telah meneliti profil-profil miskonsepsi pada instrumen oleh kedua dosen pembimbing
tiap konsep bakteri. sehingga dihasilkan 17 pertanyaan wawancara
dan 40 pertanyaan yang digunakan dalam tes
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
TTMC sebagai pertanyaan tingkat satu (tier 1).
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
faktor penghambat dalam pembelajaran Biologi, Tahap persiapan 2, (penentuan pilihan
yaitu miskonsepsi yang terjadi pada konsep soal tingkat pertama melalui wawancara.
Archaebacteria dan Eubacteria. Dengan Pertanyaan yang telah dibuat di tahap 1
mengetahui letak miskonsepsi dan jumlah siswa digunakan sebagai instrumen wawancara yang
yang mengalami miskonsepsi tersebut, peneliti diberikan kepada 12 orang siswa yang telah
berharap para guru dapat mengambil langkah mendapatkan konsep Archaebacteria dan
yang tepat untuk mengatasi hambatan tersebut. Eubacteria dalam proses belajar.
METODE PENELITIAN Respon para siswa dalam wawancara
tersebut kemudian dianalisa untuk dijadikan
Metode yang digunakan dalam penelitian
pilihan jawaban pada pertanyaan tingkat
ini adalah metode deskriptif. Pemilihan sampel
pertama pada soal TTMC. Hasil analisa
sekolah dilakukan dengan teknik purposive
selanjutnya dipertimbangkan dan disetujui
sampling yang didasarkan pada ciri tertentu.
(judgement) oleh oleh dosen pembimbing. Dari
Sementara itu, penentuan sampel kelas
tahapan ini didapatkan 4 pilihan jawaban
dilakukan dengan teknik simple random
pengecoh (distractor) yang berasal dari
sampling.
wawancara dan 1 pilihan jawaban benar yang
Data didapatkan melalui teknik tes dan berasal dari peneliti untuk melengkapi 40
nontes. Teknik tes dilakukan dengan pemberian pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya di
tes diagnostik two-tier multiple choice (TTMC) tahap 1.
kepada sampel untuk mengungkap konsep yang
Tahap persiapan 3, (penentuan pilihan
dimiliki siswa. Teknik nontes dilakukan dengan
jawaban pada pertanyaan tingkat ke-2). 40 soal
observasi proses pembelajaran pada konsep
pertanyaan tingkat pertama yang dihasilkan dari
yang diteliti. Observasi dilakukan untuk melihat
tahap persiapan 2 kemudian diujikan kepada
apakah proses pembelajaran member andil
siswa. Pada soal pilihan ganda ini, siswa
terhadap miskonsepsi yang terjadi.
diminta memilih jawaban dan menuliskan
Pembuatan soal tes diagnostik dilakukan alasan (alasan bebas) untuk setiap jawaban
berdasarkan pedoman yang diajukan Tuysuz mereka. Tes ini sama dengan tes pilihan ganda
(Tuysuz, 2009). beralasan bebas. Sampel yang digunakan dalam
tahap ini sebanyak 30 orang yang berasal dari
Tahap pelaksanaan tes diagnostik
kelas X dari salah satu MAN Jakarta.
(pembuatan soal tes diagnostik) dan tahapan
penelitian dilakukan di dua sekolah yang

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 193 - 200


Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Alasan bebas pada jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dikategorikan
selanjutnya dianalisa dan dijadikan sebagai sebagai memahami (Tuysuz, 2009).
pilihan jawaban pada pertanyaan tingkat kedua
Selain kategori tersebut, pengkategorian
(tier 2). Hasil analisa didapatkan 4 pilihan
per tipe jawaban siswa juga dilakukan
alasan berasal dari pemahaman siswa sebagai
berdasarkan hasil wawancara langsung dengan
bentuk diagnosa pemahaman siswa. Sebagai
Tuysuz. Pengkategorian tersebut didasarkan
pelengkap pilihan yang tepat lalu ditambahkan
pada tipe-tipe jawaban siswa pada setiap tingkat
satu pernyataan alasan benar yang berasal dari
pertanyaan. Jawaban-jawaban siswa dapat
peneliti, sehingga pada tier 2 ditentukan 5
dikategorikan dengan kategori yang terdapat
pilihan. Kelima pilihan alasan yang mendukung
pada Tabel 1.
40 soal pada tier 2 kemudian dipertimbangkan
dan disetujui oleh dosen pembimbing Tabel 1. Empat Kategori Jawaban Siswa
(judgement). Hasil akhir dari tahapan ini Tipe Penjelasan Kategori
didapatkan 40 soal pilihan ganda bertingkat dua Jawaban
(TTMC) yang telah divalidasi konten oleh ahli Siswa
(dua dosen pembimbing) B-B menjawab dengan memahami
(benar-benar) benar kedua
Pada tahap uji instrumen, 40 soal TTMC tingkat pertanyaan
yang valid diujikan kepada 30 orang siswa dari B-S menjawab benar miskonsepsi
kelas X di MAN Jakarta. Hasil tes tersebut (benar-salah) pada pertanyaan
tingkat pertama
kemudian dikalkulasi untuk mendapatkan skor dan salah pada
reliabilitas dan daya beda soal TTMC. Dari pertanyaan tingkat
tahap ini didapatkan 14 soal dengan reliabilitas kedua
baik dan daya beda yang cukup. S-B menjawab salah menebak
(salah-benar) pada pertanyaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian, tingkat pertama
instrumen TTMC diberikan kepada 35 siswa dan benar pada
pertanyaan tingkat
dari kelas X IPA di sekolah yang berbeda dari kedua
sampel uji coba sebelumnya. Sampel yang S-S menjawab dengan tidak memahami
diambil pada tahapan ini adalah siswa kelas (salah-salah) salah kedua
sepuluh dari populasi di SMAN 26 Jakarta yang tingkat pertanyaan
telah memperoleh pelajaran tentang konsep HASIL DAN PEMBAHASAN
Archaebacteria dan Eubacteria.
Berdasarkan penelitian, diperoleh data
Sebelum tes TTMC diberikan, peneliti hasil tes TTMC per nomor soal pada Tabel 2.
mengobservasi kegiatan pembelajaran. Setelah Data tersebut, didapatkan persentase jawaban
dilaksanakan observasi, tes TTMC diberikan benar tertinggi terdapat pada nomor 5 (34.29%)
untuk didapatkan data mengenai siswa yang dan terkecil pada nomor 12 (5.71%).
memahami konsep dan mengalami miskonsepsi.
Selanjutnya, data hasil tes TTMC dianalisis Sedangkan persentase siswa yang
berdasarkan jawaban yang dipilih oleh siswa per menjawab benar pada kedua tingkat selalu
pilihan jawaban. Untuk mendapatkan persentase kurang dari persentase siswa yang menjawab
jawaban siswa per pilihan pada setiap tingkat benar pada salah satu tingkat saja. Hal ini dapat
pertanyaan dilakukan dengan membagi jumlah dilihat pada Tabel 3. Siswa yang dapat
siswa dengan pilihan jawaban tertentu pada menjawab benar pada pertanyaan tingkat
kedua tingkat pertanyaan dan jumlah siswa pertama tidak selalu dapat menjawab dengan
yang mengikuti tes TTMC serta mengalikannya benar pertanyaan di tingkat selanjutnya. Hal ini
dalam bentuk persentase. dikarenakan respon pada pertanyaan tingkat
pertama relatif mudah, tetapi pertanyaan tingkat
Tipe-tipe jawaban siswa kemudian kedua membutuhkan penyelidikan secara
dikategorikan sesuai dengan kategori mendalam pemahaman dibalik jawaban pada
miskonsepsi yang diungkapkan Tuysuz, dimana tingkat pertama (Treagust, 1988).
setiap jawaban siswa yang berbeda dengan
kunci jawaban dikategorikan sebagai
miskonsepsi dan setiap jawaban siswa yang

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 194 - 200


Dwi S, Zulfiani, Meiry FN

Tabel 2. Hasil Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice per Nomor Soal

Pilihan Pilihan Jawaban Tingkat Kedua Pilihan Pilihan Jawaban Tingkat Kedua
No Jawaban (%) Total No Jawaban (%) Total
soal Tingkat (%) soal Tingkat (%)
A B C D E A B C D E
Pertama Pertama

A 2.86 0.00 5.71 0.00 0.00 8.57 B 17.14 0.00 14.29 0.00 0.00 31.43

B 0.00 *14.29 0.00 2.86 0.00 17.14 C 0.00 0.00 2.86 2.86 0.00 5.71

1 C 51.43 0.00 0.00 2.86 0.00 54.29 D 2.86 0.00 0.00 2.86 2.86 8.57

D 8.57 0.00 0.00 11.43 0.00 20.00 E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 A 28.57 0.00 0.00 0.00 *22.86 51.43

A 2.86 0.00 5.71 0.00 14.29 22.86 B 0.00 5.71 0.00 0.00 0.00 5.71

B 17.14 2.86 2.86 0.00 2.86 25.71 9 C 0.00 0.00 0.00 0.00 14.29 14.29

2 C 0.00 20.00 *22.86 2.86 0.00 45.71 D 28.57 0.00 0.00 0.00 0.00 28.57

D 2.86 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

E 2.86 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 A 8.57 8.57 0.00 0.00 2.86 20.00

A 5.71 0.00 *14.29 17.14 5.71 42.86 B 17.14 22.86 *8.57 2.86 5.71 57.14

B 28.57 0.00 0.00 0.00 17.14 45.71 10 C 0.00 0.00 0.00 2.86 0.00 2.86

3 C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 D 0.00 2.86 2.86 0.00 8.57 14.29

D 0.00 0.00 0.00 5.71 0.00 5.71 E 2.86 0.00 2.86 0.00 0.00 5.71

E 0.00 2.86 0.00 0.00 2.86 5.71 A *14.29 28.57 17.14 2.86 2.86 65.71

A 14.29 8.57 8.57 8.57 0.00 40.00 B 0.00 2.86 2.86 11.43 5.71 22.86

B 5.71 0.00 0.00 *11.43 8.57 25.71 11 C 0.00 0.00 2.86 0.00 0.00 2.86

4 C 0.00 5.71 0.00 2.86 2.86 11.43 D 5.71 2.86 0.00 0.00 0.00 8.57

D 0.00 2.86 2.86 2.86 0.00 8.57 E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

E 0.00 2.86 0.00 2.86 8.57 14.29 A 14.29 0.00 8.57 2.86 11.43 37.14

A 34.29 8.57 0.00 0.00 0.00 42.86 B 0.00 8.57 *5.71 14.29 5.71 34.29

B 0.00 2.86 0.00 0.00 0.00 2.86 12 C 2.86 0.00 5.71 5.71 5.71 20.00

5 C 11.43 *34.29 0.00 0.00 0.00 45.71 D 0.00 0.00 0.00 2.86 0.00 2.86

D 0.00 0.00 8.57 0.00 0.00 8.57 E 0.00 0.00 0.00 0.00 5.71 5.71

E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 A 5.71 11.43 0.00 0.00 0.00 17.14

A 0.00 0.00 0.00 2.86 0.00 2.86 B 2.86 0.00 *8.57 2.86 0.00 14.29

B 0.00 0.00 11.43 2.86 0.00 14.29 13 C 14.29 22.86 14.29 2.86 0.00 54.29

6 C 34.29 *11.43 2.86 14.29 0.00 62.86 D 0.00 0.00 0.00 0.00 8.57 8.57

D 0.00 5.71 0.00 0.00 14.29 20.00 E 0.00 0.00 0.00 2.86 2.86 5.71

E 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 A 0.00 0.00 0.00 2.86 8.57 11.43

A 0.00 0.00 2.86 0.00 0.00 2.86 B 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 2.86

B 0.00 0.00 2.86 8.57 0.00 11.43 14 C 0.00 28.57 2.86 0.00 0.00 31.43

7 C 2.86 0.00 *28.57 28.57 0.00 60.00 D 8.57 17.14 *14.29 0.00 0.00 40.00

D 0.00 2.86 0.00 0.00 0.00 2.86 E 5.71 0.00 0.00 5.71 2.86 14.29

E 0.00 0.00 0.00 0.00 22.86 22.86


8 A 25.71 14.29 *14.29 0.00 0.00 54.29

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 195 - 200


Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Tabel 4. Rerata Kategori Jawaban Siswa per


Tabel 3. Persentase Jawaban Siswa yang Benar
Subkonsep
pada Pertanyaan Tingkat Pertama dan pada Kedua
Tingkat Pertanyaan Kategori Jawaban Siswa
Jumlah Siswa (%)
No
yang Menjawab No Subkonsep Miskonsepsi
Soal Memahami
No Benar Selisih (B-S, S_B,
No Subkonsep (B-B)
soal Tingkat Kedua (%) S-S)
pertama tingkat Ciri-ciri 1 14.29 85.72
1
(%) (%) Archaebacteria X 14.29 85.72
Ciri-ciri 2 22.86 77.14
1 1 17.14 14.29 2.86 3 14.29 85.71
Archaebacteria Ciri-ciri
2 45.71 22.86 22.86 2 4 11.43 88.57
Eubacteria
Ciri-ciri 3 42.86 14.29 28.57 5 34.29 65.72
2 X 20.71 79.28
Eubacteria 4 25.71 11.43 14.29
5 42.86 34.29 8.57 6 11.43 88.57
Pengelompokan
Pengelompokan 6 62.86 11.43 51.43 3 7 28.57 71.43
3 Archaebacteria
Archaebacteria 7 60.00 28.57 31.43 X 20.00 80.00
Pengelompokan 8 54.29 14.29 40.00 8 14.29 85.71
4 Pengelompokan
Eubacteria 9 51.43 22.86 28.57 4 9 22.86 77.15
Eubacteria
Reproduksi X 18.57 81.43
5 10 57.14 8.57 48.57 Reproduksi 10 8.57 91.42
Bakteri 5
Cara Bakteri Bakteri X 8.57 91.42
6 Mendapatkan 11 65.71 14.29 51.43 Cara Bakteri 11 14.29 85.71
Nutrisi 6 Mendapatkan
X 14.29 86.00
Peranan Bakteri 12 34.29 5.71 28.57 Nutrisi
7 Dalam 13 14.29 8.57 5.71 12 5.71 94.29
Peranan Bakteri
Kehidupan 14 40.00 14.29 25.71 13 8.57 91.43
7 Dalam
Rerata 43.88 16.12 27.76 14 14.29 85.71
Kehidupan
X 9.52 90.47
Analisa data dengan kategori paham konsep Total Rata-rata 15.14 84.86
dan miskonsepsi (2 kategori) pada konsep
Terdapat empat subkonsep dengan rerata
Archaebacteria dan Eubacteria didapatkan total
miskonsepsi yang melebihi rata-rata total
persentase per subkonsep dapat dilihat pada Tabel
miskonsepsi (31,12%). Keempat subkonsep
4. Persentase pemahaman konsep Archaebacteria
tersebut adalah subkonsep pengelompokan
dan Eubacteria pada tujuh subkonsep menggunakan
Archaebacteria (41,43%), pengelompokan
dua kategori diperoleh siswa yang paham konsep
Eubacteria (34.28%), reproduksi bakteri (48,57%),
hanya sebesar 15,14%, sedangkan miskonsepsi
dan cara bakteri mendapatkan nutrisi (51,43%).
siswa mencapai 84.86%. Tingginya persentase
miskonsepsi tersebut ditunjukkan dari tingginya Adapun miskonsepsi yang terjadi pada setiap
persentase per subkonsep yang melebihi dari 70%. subkonsep yang diujikan memiliki persentase
Bahkan persentase miskonsepsi yang melebihi 90% miskonsepsi yang beragam. Urutan subkonsep
terdapat pada subkonsep reproduksi bakteri dan dengan miskonsepsi tertinggi hingga terendah pada
peranan bakteri dalam kehidupan. konsep Archaebacteria dan Eubacteria yang terjadi
adalah cara bakteri mendapatkan nutrisi (51.43%),
Selain itu, pengkategorian jawaban siswa
reproduksi bakteri (48.57%), pengelompokan
juga dilakukan dengan empat kategori seperti yang
Archaebacteria (41.43%), pengelompokan
terdapat pada tabel 5. Dengan menggunakan tipe
Eubacteria (34.28%), peranan bakteri dalam
ini, ternyata persentase miskonsepsi menjadi
kehidupan (19.99%), ciri-ciri Eubacteria (19.28%),
kurang dari persentase miskonsepsi pada
dan ciri-ciri Archaebacteria (2.86%).
pengkategorian yang pertama. Hal ini dikarenakan
kategori miskonsepsi terbagi menjadi miskonsepsi
murni, tidak memahami dan menebak.
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata total dari
kategori miskonsepsi sebesar 31.12%, memahami
sebesar 15.14%, menebak sebesar 7.51%, dan tidak
memahami sebesar 46,22%.

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 196 - 200


Dwi S, Zulfiani, Meiry FN

Tabel 5.Rerata Kategori Jawaban Siswa per Nomor Soal


Kategori Jawaban Siswa (%)
No Tidak
No Subkonsep Memahami Miskonsepsi Menebak
Soal Memahami
(B-B) (B-S) (S-B)
(S-S)
1 14.29 2.86 0.00 82.86
1 Ciri-ciri Archaebacteria
X 14.29 2.86 0.00 82.86
2 22.86 22.86 8.57 45.71
3 14.29 28.57 0.00 57.14
2 Ciri-ciri Eubacteria 4 11.43 14.29 17.14 57.14
5 34.29 11.43 11.43 42.86
X 20.71 19.28 9.28 50.71
6 11.43 51.43 5.71 31.43
Pengelompokan
3 7 28.57 31.43 5.71 34.29
Archaebacteria
X 20.00 41.43 5.71 32.86
8 14.29 40.00 17.14 28.57
Pengelompokan
4 9 22.86 28.57 14.29 34.29
Eubacteria
X 18.57 34.28 15.71 31.43
10 8.57 48.57 5.71 37.14
5 Reproduksi Bakteri
X 8.57 48.57 5.71 37.14
11 14.29 51.43 5.71 28.57
Cara Bakteri
6
Mendapatkan Nutrisi X 14.29 51.43 5.71 28.57

12 5.71 28.57 14.29 51.43


Peranan Bakteri Dalam 13 8.57 5.71 14.29 71.43
7 14 14.29 25.71 2.86 57.14
Kehidupan
X 9.52 19.99 10.48 60.00
Total Rata-rata 15.14% 31.12% 7.51% 46.22%
Subkonsep dengan persentase miskonsepsi Bakteri parasit mendapatkan sumber makanan dari ….
tertinggi adalah subkonsep cara bakteri a. inangnya
mendapatkan nutrisi,yaitu sebesar 51.42%. b. bangkai
c. kotoran
Subkonsep ini diwakili oleh soal nomor 11 pada d. sel bakteri lain
Gambar 1. Sebesar 28.57% diantaranya e. bahan anorganik
teridentifikasi memiliki pemahaman bakteri parasit
mendapatkan sumber makanan dari inangnya, Alasan untuk jawaban saya adalah ….
karena bakteri parasit membutuhkan makhluk hidup a. bakteri parasit mengambil nutrisi darinya dan
merugikannya
lain sebagai tempat menumpang saja. Kesalahan ini b. bakteri parasit membutuhkan makhluk hidup lain
terjadi karena sebagian besar siswa berpendapat sebagai tempat menumpang
bahwa inang bagi bakteri parasit hanyalah sebagai c. bakteri parasit juga memanfaatkannya sebagai
tempat menumpang untuk hidup, bukan sebagai nutrisi
d. bakteri parasit adalah bakteri pengurai
tempat penghasil makanan bagi mereka.
e. bakteri parasit membutuhkan makhluk tersebut
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui
bahwa guru juga memberi andil dalam terjadinya Gambar 1. Soal Nomor 11
miskonsepsi pada siswa. Hal ini bisa dilihat dari Miskonsepsi-miskonsepsi yang ada dapat
hasil observasi yang menunjukkan bahwa guru terungkap melalui penggunaan instrumen TTMC
tidak meluruskan prakonsepsi siswa pada awal ini. Dengan mengetahui letak miskonsepsi siswa
pertemuan. Meskipun menggunakan bahasa yang akan mempermudah guru dalam melaksanakan
jelas dan dimengerti, metode ceramah membuat pembelajaran remidiasi (Treagust, 1988: 67)
siswa segan untuk memperhatikan penjelasan
siswa. Selain itu,ketiadaan tugas yang diberikan Terdapat tiga dari tujuh subkonsep yang
dan dikoreksi oleh guru. diujikan yang memiliki persentase tidak memahami
di atas rata-rata total (46.22%). Ketiga subkonsep
tersebut adalah subkonsep ciri-ciri Archaebacteria
(82.86), ciri-ciri Eubacteria (50.71%), dan peranan
bakteri dalam kehidupan (60%).

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 197 - 200


Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Siswa yang tidak memahami konsep tidak baik. Penentuan strategi belajar yang variatif dapat
mampu menjelaskan kembali konsep yang telah dilakukan agar siswa mengonstruk pengetahuannya
dipelajarinya. Siswa yang tidak memahami konsep dengan baik. Ketika menemukan miskonsepsi pada
akan memberikan respon yang tidak jelas siswa, guru diharapkan segera meremediasinya agar
(Abraham, 1992). Dalam hal ini, respon pemahaman yang salah tidak menggangu
ditunjukkan dengan menjawab salah pada pemahaman siswa pada konsep lain yang masih
pertanyaan tingkat pertama dan benar pada berkaitan dengan konsep tersebut. Selain itu
pertanyaan tingkat kedua. Tidak memahami konsep
Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti
diduga karena materi pembelajaran yang tidak
penyebab miskonsepsi yang terjadi pada konsep
tersampaikan dengan baik sehingga siswa tidak
Archaebacteria dan Eubacteria ini, sehingga
memahami konsep. Mereka yang tidak memahami
miskonsepsi dapat dituntaskan sampai ke
konsep di dalam kelas kemungkinan akan mencoba
pangkalnya. Selain itu Instrumen TTMC dapat
memahami sendiri konsep tersebut melalui buku
dipertimbangkan untuk mengidentifikasi
atau referensi lainnya yang memungkinkan
miskonsepsi pada konsep-konsep Biologi lainnya.
miskonsepsi terjadi.
Tes diagnostik TTMC ini dapat pula diarahkan
Sisanya, yaitu rerata kategori menebak menjadi soal-soal yang mengandung hubungan
sebesar 7.51%. Menebak dapat dilakukan karena sebab akibat.
adanya intuisi siswa yang kuat (Muniri, 2013:445).
DAFTAR PUSTAKA
Pemikiran siswa yang intuitif ini sering membuat
siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi Abraham MR, Grzybowski EB, Renner JW, Marek
(Suparno, 2005). Pada penelitan ini diduga bahwa EA. 1992. Understanding and Misund-
siswa menebak karena adanya tingkat keyakinan erstanding of Eight Grader of Five Chemistry
yang tinggi dan intuisi terhadap suatu pilihan Concept Found in Textbook. Journal of
jawaban. Keyakinan tersebut dapat berasal dari Research in Science Teaching 29(2):105-
kehidupan sehari-hari atau pengalaman pribadi 120.
siswa yang dibawa oleh siswa ke dalam kelas. Chandrasegarana AL, Treagust DF, Mocerino M.
Gagasan ini disebut sebagai prakonsepsi. 2007. The Development of a Two-tier
Prakonsepsi yang salah dan tidak berubah setelah Multiple-Choice Diagnostic Instrument for
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran akan Evaluating Secondary School Students’
melekat pada struktur kognitif siswa sehingga Ability to Describe and Explain Chemical
menjadi miskonsepsi yang kemudian sulit untuk Reactions Using Multiple Levels of
diubah. Oleh karena itu, menebak adalah bagian Representation. Chemistry Education
dari prakonsepsi yang didasari intuisi sehingga Research and Practice 8(3):293-307.
termasuk dalam kategori miskonsepsi.
Hamalik O. 2005. Perencanaan Pengajaran
PENUTUP Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Simpulan Bumi Aksara.
Miskonsepsi teridentifikasi di setiap Haslam F, Treagust DF. 1987. Diagnosing
subkonsep pada konsep Archaebacteria dan Secondary Students’s Misconceptions of
Eubacteria dengan 31.12% siswa mengalami Photosynthesis and Respiration in Plants
miskonsepsi pada konsep Archaebacteria dan using a two-Tier Multiple Choice Instrumen.
Eubacteria. Sedangkan sisa persentase kategori Journal of Biologycal Education 21.
lainnya didominasi oleh kategori tidak memahami. Muniri. 2013. “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa
Saran Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika”. Makalah disampaikan pada
Proses dalam meminimalisasi terjadinya
Seminar Nasional Matematika dan
miskonsepsi, sebaiknya guru melakukan apersepsi
Pendidikan Matematika dengan tema”.
pada awal pembelajaran dengan menggunakan
Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan
metode yang sederhana, misalnya tanya jawab
Matematika untuk Indonesia yang Lebih
kepada beberapa siswa. Pemberian penguatan
Baik. 9 November. Yogyakarta: FMIPA
kesimpulan di setiap akhir pembelajaran dan
UNY.
pemeriksaan tugas kelompok/individu juga perlu
dilakukan agar pemahaman konsep siswa semakin

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 198 - 200


Dwi S, Zulfiani, Meiry FN

Purwanto. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: TIMSS, PIRLS, “TIMSS 2011 International Result
Remaja Rosdakarya. in Science”. (Tersedia di:
http://timss.bc.edu/data-release-
Pusat Bahasa Kemdiknas RI. (Tersedia di:
2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Achievement.pdf, akses pada 2 April 2014,
, diakses pada 19 Desember 2013)
pukul 04:15 WIB).
Rustaman NY. 2005. Strategi belajar Mengajar
Treagust DF. 1988. Development and Use of
Biologi. Malang: UM Press.
Diagnostic Test to Evaluate Students’s
Sadler PM. 2005. The Relevance of Multiple- Misconceptions in Science. Journal Science
Choice Tests in Assessing Science Education 10.
Understanding. In: Mintzes, Joel J, Novak,
_____. 2006. “Diagnostic Assessment in Science as
Joseph D, Wandersee, James H (eds).
a Means to Improving teaching, Learning,
Assessing Science Understanding. 2nd ed.
and Retention”. UniServe Science
Elsevier Academic Press: London.
Assessment Symposium Proceedings.
Suparno P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan
Tsui CY, Treagust DF. 2010. Evaluating Secondary
Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Students’ Scientific Reasoning in Genetics
Grasindo.
Using a Two-Tier Diagnostic Instrumen.
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik International Journal of Science Education.
Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka 32(8).
Pelajar.
Tuysuz C. 2009. Development of Two-Tier
Tarwoko E. 2005. “Reduksi Miskonsepsi Bakteri Diagnostic Instrument and Assess Student’s
Siswa-siswa SMAN 1 Sambung Macan Misunderstanding in Chemistry. Scientific
dengan Pembelajaran Modul dan Lembar Research and Essay 4.
Kerja Siswa”, Tesis pada pascasarjana UNS.
Wang JR. 2004. Development and Validation of a
Tidak dipublikasikan.
Two-Tier Instrument to Examine
Tayubi YR. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Understanding of Internal Transport in Plants
Konsep-Konsep Fisika Menggunakan and The Human Circulation System.
Certainly of Response Index (CRI). Jurnal International Journal of Science and
Pendidikan 24. mathematics Education 4.
Sapuroh S. 2010. “Analisis Kesulitan Belajar Siswa
Dalam Memahami Konsep Biologi pada
Konsep Monera”. Skripsi UIN Jakarta

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 199 - 200


Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

EDUSAINS. Volume VI Nomor 02 Tahun 2014, 200 - 200

Anda mungkin juga menyukai