Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stunting yaitu suatu kondisi malnutrisi yang berhubungan dengan kekurangan

gizi yang menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tubuh serta otak pada balita

yang terjadi sejak lama sehingga, stunting dapat dikatakan sebagai masalah gizi yang

bersifat kronis karena terjadi dalam jangka yang lama atau sejak bayi didalam

kandungan ibu sampai dengan usia 24 bulan. Stunting dapat diukur dengan cara

memperhatikan tinggi, panjang badan , umur serta pada jenis kelamin balita itu

sendiri. Perilaku yang terjadi di masyarakat yaitu tidak memperhatikan serta

mengukur tinggi atau panjang pada balita menyebabkan terjadinya stunting sulit

untuk disadari sehingga dapat menjadi focus tersendiri dalam perbaikan gizi di dunia

sampai dengan tahun 2025. Stunting atau bisa disebut dengan kata pendek (shortness)

merupakan keadaan dimana pertumbuhan pada balita yang tidak sesuaidengan umur

yang seharusnya, penentuan tersebut dilakukan dengan cara menghitung skor Z-

indeks pengukuran tinggi badan menurut usia (TB/U). Balita atau anak itu sendiri

dapat disebut stunting apabila skor Z-indeks TB/U dibawah -3 atau -2 SD pada kurva

pertumbuhan dalam standart deviasi. (Moch. Irfan Hadi, 2019)

Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia

merupakan Negara dengan pravelensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East

Asia Regional (SEAR). Pravalensi di Indonesia pada balita yang mengalami


keterlambatan perumbuhan tubuh dan otak atau yang dikatakan stunting ini yaitu

pada tahun 2005-2017 sejumlah 36,4%. (Kemenkes, 2018)

Di Indonesia Menurut (Riskesdas, 2018) mengatakan bahwa Pada tahun 2018

terdapat pada urutan ke lima dengan data prevalensi balita atau anak dengan kondisi

stunting atau kerdil mencapai 30,8% (Marselina Sattu, 2019)

Di Jawa Timur khususnya Kabupaten Jember sendiri didapat data Resmi dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember bahwasannya data atau prevalensi dari Balita

stunting masih cukup tinggi. Dari data Resmi Dinas Keseshatan Jember pada tahun

2018 tertinggi di dapatkan data atau prevalensi Balita stunting pada Puskemas

kecamatan di kabupaten Jember dengan presentase tertinggi yaitu, 5 Puskesmas

diantaranya (1) Puskesmas Sumberjambe 32,32%, (2) Puskesmas Karang Duren

26,50%, (3) Puskesmas Sukorambi 25,68%, (4) Puskesmas Sukorambi 25,68%, (5)

Puskesmas Arjasa 24,56% (Dinas Kesehatan, 2018).

Di Kabupaten Jember pada tahun 2019 terdapat data atau prevalensi Balita pada

50 Puskesmas yang mengalami kejadian stunting. Diantaranya terdapat data tertinggi

dari hasil yang didapat pada prevalensi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember terdapat

beberapa kecamatan dengan presentase teringgi yaitu, 10 puskesmas diantaranya (1)

Puskesmas Kalisat 31,81%, (2) Puskesmas Sumberjambe 29,35%, (3) Puskesmas

Ledokombo 28,07%, (4) Puskesmas Jelbuk 27,08%, (5) Puskesmas Kaliwates

26,96%, (6) Puskesmas Cakru 25,54%, (7) Puskesmas Rambipuji 24,24%, (8)

Puskesmas Kasiyan 23,41%, (9) Puskesmas Curahnongko 21,09%, (10)Puskesmas

Mangli 19,47% (Dinas Kesehatan , 2019).


Dampak buruk yang diakibatkan karena stunting adalah adanya dampak dalam

jangka pendek serta dalam jangka panjang. Dampak jangka pendek akibat stunting

pada balita yaitu akan mengalami gangguang pada perkembangan pada otak, tingkat

kecerdasan, gangguang pada petumbuhan fisik pada balita serta gangguan

metabolism yang ada didalam tubuh balita itu sendiri. Dampak jangka panjang akibat

stunting yaitu penurunan kemampuan kognitif serta tingkat pengetahuan dalam

proses pembelajaran pada balita tersebut, balita atau anak akan mudah atau sering

sakit dikarenakan adanya penurunan kekebalan didalam tubuh dan adanya resiko

tinggi pada balita atau anak untuk terserang penyakit lain seperti, diabetes, kelebihan

berat badan,disabilitassaat lanjut usia (Eko Putro Sandjojo, 2017).

Masalah yang muncul adalah pola asuh, tingkat pengetahuan, balita susah untuk

makan, asupan nutrisi gizi seimbang kurang, asupan gizi yang tidak memadai, dan

balita yang sakit.

Intervensi meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi, serta merubah

pola pikir masyarakat tentang makanan sehat dan bergizi sehingga turunnya angka

masalah gizi secara bertahap dan dapat menurunkan stunting.

Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti, melakukan penelitian tentang

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Dengan

Kejadian Stunting Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember”. Peneliti berharap dengan

diberikannya Pengetahuan Pada Ibu Terhadap Pemberian Makanan Bergizi Anak

Balita yang berhubungan dengan kejadian stunting dapat dijadikan sebagai upaya

preventif pada kelahiran selanjutnya dalam mencegah terjadinya stunting.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Pemberian Makanan Bergizi Anak Balita Dengan Kejadian Stunting

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan

Bergizi Anak Balita Dengan Kejadian Stunting Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan

Bergizi Anak Balita Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

2. Mengidentifikasi Kejadian Stunting di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

3. Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tetang Pemberian

Makanan Bergizi Anak Balita Dengan Kejadian Stunting Kecamatan Kalisat

Kabupaten Jember
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Pemberian Makanan Bergizi Pada Anak Balita Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Stunting, diharapkan masyarakat mampu mengetahui tentang makanan bergizi yang

baik bagi anak balita serta menerapkan Pemberian Makanan Bergizi untuk Balita

selama masa pertumbuhan dan perkembangan untuk mencegah kejadian Stunting,

dengan merubah Pemberian Makanan Bergizi yang sebelumnya kurang menjadi

cukup, yang cukup menjadi baik dan yang baik dapat menjadi sangat baik.

1.4.2 Bagi Institusi Keperawatan

Dengan dilakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Pemberian Makanan Bergizi Pada Anak Balita yang berhubungan dengan

kejadian Stunting, dapat menjadi salah satu bentuk wacana penelitan selanjutnya

untuk meneliti faktor lain yang dapat berhubungan dengan kejadian Stunting tepatnya

di Kabupaten Jember.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian

Makanan Bergizi Pada Anak Balita yang berhubungan dengan kejadian stunting,

peneliti dapat mempelajari tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap

pemberian makanan bergizi yang dapat mempengaruhi kejadian Stunting di

Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai