Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ PROBLEM SOSIOLOGI DI SEKOLAH “

Dosen Pembimbing :

Cut Dien Nour Wahida. M.A.

Disusun Oleh :

Ryzka Amelya Mahmudah 11180110000133

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
a. Latar Belakang ........................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1) Apa yang dimaksud problematika sosiologi? ............................................. 5
2) Apakah problem sosiologi di sekolah? ....................................................... 5
3) Bagaimana faktor problematika sosiologi di sekolah? ............................... 5
4) Bagaimana pemecahan terhadap problematika sosiologi di sekolah? ......... 5
c. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................ 5
1) Untuk mengetahui apa problem sosiologi di sekolah. ................................ 5
2) Untuk mengetahui apa saja yang menimbulkan problem sosiologi di
sekolah............................................................................................................. 5
3) Untuk mengetahui faktor problem sosiologi di sekolah. ............................ 5
4) Untuk mengetahui pemecahan terhadap problem sosiologi di sekolah. ...... 5
5) Untuk penilaian Ujian Tengah Semester mata kuliah Sosiolohi Dan
Antropologi Pendidikan ................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Definisi Problematika Sosiologi ................................................................. 6
B. Problematika Sosiologi di Sekolah ............................................................. 6
1. Masalah anak yang sering membolos ........................................................ 7
2. Masalah putus sekolah ( Drop Out ) .......................................................... 7
3. Kenakalan anak atau remaja di sekolah. .................................................. 8
C. Faktor Problematika Sosiologi di Sekolah ................................................ 8
D. Pemecahan Terhadap Problematika Sosiologi di Sekolah ....................... 9

2
 Pendekatan disiplin dan bimbingan ........................................................... 9
 Penanganan masalah putus sekolah ........................................................ 11
BAB III ............................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Tidak semuanya Interaksi sosial di lingkungan sekolah maupun di dalam


kehidupn masyarakat berlangsung seara normal artinya sebagaimana dilakukan oleh
masyarakat atau bagian dari sekolah seperti siswa, guru, kepala sekolah, karyawan,
dan lainnya. Gejala-gejala yang tidak dilakukan tersebut merupakan gejala-gejala
yang tidak normal. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur tertentu dari lingkungan
sekolah maupun masyarakat yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
sehingga menyebabkan kekecewaan atau problematika sosiologi bagi siswa. Gejala
tidak normal tersebut dinamakan problem sosial.

Kemajuan dan perkembangan pendidikan menjadi faktor penentu


keberhasilan suatu bangsa maupun Negara. Masalah sosial ini haruslah dipecahkan
dengan cara dikembalikan kepada lembaga yang bertanggung jawab seperti
keluarga, masyarakat dan sekolah yang memegang peranan aktif. Keluarga sebagai
institusi pendidikan yang pertama yang harus mampu mendidik anak-anak menjadi
pribadi yang berbudi pekerti luhur, sekolah sebagai institusi pendidikan formal yang
dituntut mampu untuk melakukan pembelajaran nilai-nilai moral dan religious.

4
b. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud problematika sosiologi?


2) Apakah problem sosiologi di sekolah?
3) Bagaimana faktor problematika sosiologi di sekolah?
4) Bagaimana pemecahan terhadap problematika sosiologi di sekolah?

c. Tujuan Penulisan Makalah

1) Untuk mengetahui apa problem sosiologi di sekolah.


2) Untuk mengetahui apa saja yang menimbulkan problem sosiologi di
sekolah.
3) Untuk mengetahui faktor problem sosiologi di sekolah.
4) Untuk mengetahui pemecahan terhadap problem sosiologi di sekolah.
5) Untuk penilaian Ujian Tengah Semester mata kuliah Sosiolohi Dan
Antropologi Pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Problematika Sosiologi

Sosialisasi yang dilakukan dengan baik akan sangat membantu pelaksanaan


sosiologi pendidikan, secara singkat dapat dikatakan, bahwa sosialisasi ialah proses
membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik
individu pada kebudayaan yang harus dimiliki dan harus diikutinya, agar dia menjadi
anggota masyarakat yang baik termasuk juga dalam berbagai kelompok khusus. Jadi
sosialisasi juga dapat dianggap sebagai pendidikan atau memanusiakan diri.
Dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan hal ini karena,
terjadinya kesulitan komunikasi dan adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau
bertentangan di antara kelompok. Dimana suatu proses seseorang menghayati norma
kelompoknya merupakan suatu proses sosialisasi. Pernyataan di atas merupakan
suatu definisi dari problematika sosiologi.

B. Problematika Sosiologi di Sekolah

Setelah masuk sekolah, anak harus dapat menyusuaikan diri dengan kondisi
serta aturan-aturan sekolah yang berlaku dan formatif. Tidak sedikit anak-anak pada
masa awal sekolah menangis karena belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
dan situasi yang baru.misalnya anak ketika masih di rumah mendapat perhatian dari
beberapa orang misalnya oleh orang tuanya, nenek, kakek dan yang lainnya
sedangkan di sekolah guru harus memperhatikan anak-anak dalam satu kelas untuk
itulah sosialisasi di sekolah harus dilakukan oleh anak, disamping guru juga harus
menyusuaikan diri dengan tuntutan / kondisi di sekolah.
Di kota- kota besar, di mana orang tua banyak di sibukkan oleh kegiatan di
luar rumah, seperti suami dan istri bekerja semua sehingga anak-anaknya terpaksa
tidak ada yang mengasuh maka sekolah pun dapat berfungsi sebagai tempat
penitipan anak. Namun, di sisi lain sekolah justru mampunyai peranan yang lebih
penting yaitu sebagai tempat bersosialisasi bagi anak-anak ataupun remaja. Dan
tujuan utama dari sosialisasi ini tidak lain adalah agar peserta didiknya menjadi

6
anggota masyarakat yang baik sesuai harapan masyarakat, karena peranan yang
dilakukan sekolah dimaksudkan agar sekolah dapat senantiasa berinteraksi dengan
masyarakat.
Jika kita melihat tujuan ini, maka sosialisasi di sekolah ini harus dilakukan,
namun tetap saja dalam mencapai sebuah tujuan bukanlah hal yang mudah, apalagi
di sekolah yang mencakup berbagai macam karakter siswa yang ada berbeda-beda.
Dan bahkan mungkin yang timbul justru masalah-masalah sosial di sekolah.
Masalah-masalah sosial di sekolah ini banyak sekali bentuknya, dan bisa di
timbulkan oleh berbagai faktor. Dan adapun masalah-masalah itu misalnya,
1. Masalah anak yang sering membolos
Anak-anak yang sering melakukan tindakan “membolos” yang kemungkinan besar
semua ini terjadi karena si anak ketidak mampuan bersosiaslisasi dengan teman-
teman di sekolahnya, atau mungkin juga karena ia tidak menyenangi pelajarannya.
Bahkan mungkin juga karena ia tertekan dengan keadaan keluarganya, misalnya
kedua orang tuanya sibuk, sehingga ia merasa kesepian, merasa tidak ada yang
memperhatikan, dan tentunya kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya,
sehingga melakukan hal yang demikian.
Dan jika si anak terus-menerus melakukan hal yang demikian, maka pihak sekolah
akan mengambil tindakan tegas, misalnya yaitu dengan mengeluarkan anak dari
sekolah, sehingga anak tersebut putus sekolah (drop out), karena tentunya jika anak
seperti ini tidak di tindak tegas maka akan memberi pengaruh buruk terhadap siswa
yang lain.
2. Masalah putus sekolah ( Drop Out )
Banyak pakar pendidikan yang menyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
masih menunjukan kekurangefesienan. Hal ini nampak pada antara lain dari jumlah
peserta didik yang mengalami putus sekolah, banyaknya peserta didik yang kurang
mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat, aspirasi dan kondisi
sosial ekonominya.
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang
tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat
melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah
khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau
berpenghasilan tetap, dapat merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi
pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan

7
atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan yang dapat
menopang kehidupan sehari-harinya. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan
merasa rendah diri. Bila menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat
berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang
positif.
3. Kenakalan anak atau remaja di sekolah.
Masalah kenakalan anak sering menimbulkan kecemasan sosial karena
eksesnya dapat menimbulkan kemungkinan “gap generation” sebab anak-anak yang
diharapkan sebagai kader-kader penerus serta calon-calon pemimpin bangsa banyak
tergelincir kedalam penyimpangan. Untuk itu upaya-upaya menangkal secara bijak
tepat dan efesien merupakan topik pembahasan agar memperoleh tambahan
masukan untuk menghasilkan terapi yang semakin akurat bagi para pendidik
khususnya dan pemuka masyarakat umumnya dalam mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas melalui ilmu-ilmu yang memajukan sehingga mencapai
kemanusiaannya yang sesungguhnya.

C. Faktor Problematika Sosiologi di Sekolah

Fenomena kekerasan dalam lembaga pendidikan seolah memberikan


gambaran bahwa kita sebagai bangsa sungguh lemah dalam mengendalikan emosi.
Bangsa ini tumbuh tidak hanya menjadi bangsa yang miskin pengetahuan tetapi juga
mengalami kemerosotan nilai-nilai moral. Kita kehilangan kepekaan terhadap
sesama, kasih sayang, penghargaan, dan budaya malu. Nilai-nilai kemanusian kita
hilang, sebaliknya yang tumbuh adalah jiwa dan watak yang keras. Permusuhan
tumbuh subur dan melembaga. Mereka mungkin juga lupa bahwa kita adalah
manusia yang hadir dengan aneka perbedaan, bermacam-macam warna, dan banyak
kepentingan. Kekerasan di lembaga pendidikan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
dalam rangka mencari pemecahan masalah.
Secara fenomenologis tampak bahwa gejala kenakalan timbul dalam masa
pubertas atau pancaroba dimana jiwa dalam keadaan labil, sehinggan mudah
terpengaruh oleh lingkungan. Seseorang anak tidak tiba-tiba menjadi nakal, tetapi
menjadi nakal karena beberapa saat setelah dibentuk oleh lingkungannya.( keluarga,
sekolah, masyarakat ), gejala tingkah laku anak yang memperlihatkan atau menjurus
pada perbuataan kenakalan harus dapat dideteksi sedini mungkin sebab bila tingkah

8
lakunya telah melewati batas, maka akhirnya anak tidak mampu lagi menghadapi
dirinya sendiri dalam hidup bermasyarakat yang sehat adapun gejala-gejala yang
mengarah kepada perbuatan kenakalan antara lain :
1. Anak-anak yang sering menghindarkan dari tanggung jawab di sekolah / rumah.
Hal ini biasanya disebabkan karena anak tidak menyenangi pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya sehingga ia akan menjauhkan diri dari kesibukan-kesibukan
sekolah dan mencari kesibukan lain yang tidak terbimbing atau terawasi.
2. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian / konsentrasi mereka
karena adanya koncangan emosi pada dirinya
3. Anak yang sering menyakiti dan mengganggu teman-temannya baik di rumah
maupun disekolah
4. Anak yang suka membolos karena malas belajar atau tidak menyukai mata
pelajaran tertentu.
Adapun beberapa penyebab utama terjadinya masalah-masalah sosiologi di
sekolah diantaranya,
Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih sayang, karena
masing-masing sibuk dengan urusannya masing-masing.
Situasi sekolah yang menjemukan dan membosankan, padahal harusnya sekolah
menjadi faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi anak-anak.
Lingkungan masyarakat yang tidak / kurang menentu bagi prospek kehidupan masa
mendatang.

D. Pemecahan Terhadap Problematika Sosiologi di Sekolah

 Pendekatan disiplin dan bimbingan

Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan


menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori
ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah,
khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui
dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan
konseling.

9
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada
aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai
salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya
memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai
penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan
“lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami
gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan
utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan
perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu
pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin
yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan
siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan
pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang
ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali
tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada
terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor
dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat
memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri
guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi
yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas
menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika
hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil
sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan
ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari
dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin
siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-
masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan
intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang
bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang
menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan
untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya
maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-
hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus
dikeluarkan dari sekolah.

10
Perlu digaris bawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus
mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan
mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru
BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam
hidupnya.
 Penanganan masalah putus sekolah

Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu
penanganannya menjadi tugas kita semua khususnya melalui strategi dan pemikiran-
pemikiran sosiologi pendidikan sehingga para putus sekolah tidak mengganggu
kesejahteraan sosial. Dalam mengatasi hal ini sekurang-kurangnya ada tiga langkah
yang dapat dilakukan yaitu :
a. Langkah preventif yaitu dengan cara membekali para peserta didik dengan
keterampilan-keterampilan praktis dan bermanfaat sejak dini agar kelak bila
diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara
positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi parasit atau tidak menjadi beban
masyarakat.
b. Langkah pembinaan yaitu dengan cara memberikan pengetahuan –pengetahuan
praktis yang mengikuti perkembangan atau pembaharuan zaman melalui bimbingan
dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial atau pendidikan luar sekolah.
c. Langkah tindak lanjut yaitu dengan nmemberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melalui penyediaan fasilitas-
fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada ,termasuk
membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih luas dalam masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

Problematika sosiologi dalam lingkungan sekolah merupakan hal yang


wajar. Seperti yang telah disebutkan bahwa suatu problem khususnya di sekolah
merupakan suatu gejala abnormal yang diakibatkan unsur-unsur yang berhubungan
dengan lingkungan sekolah tidak bejalan atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Seperti halnya masalah interaksi antara guru dan muridnya yang kurang harmonis,
atau hubungan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya yang selalu berbeda
pendapat. Tidak semua problem seorang siswa dikarenakan oleh lingkungan
sekolah yang kurang efektif dalam memberikan arahan kepada siswanya. Namun,
keadaan lingkungan keluarga yang kurang bersosialisasi antara anggota
keluarganya pun dapat mempengaruhi terjadinya masalah-masalah pada siswa.
Pihak sekolah harus bertanggung jawab penuh atas apa yang dialami oleh
siswanya. Tidaka hanya itu, sekolah pun membutuhkan kerjasamanya dengan
pihak keluarga maupun masyarakat luas untuk bersama memecahkan problem-
problem sosiologi yang dialami oleh para remaja sekolah.
Pendekatan disiplin dan pendekatan konseling bagi siswa yang bermasalah
merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah remaja sekolah. Tidak
hanya itu, ada suatu metode untuk membantu atau mencegah terjadinya kenakalan
remaja atau problematika sosiologi di sekolah yakni, dengan kunjungan rumah
yang dilakukan oleh para pendidik atau yang lebih populer disebut dengan home
visit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary H. 2000. SoSiologi Pendidikan : Suatu Analisis Sosiologi Tentang


berbagai Problem Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1996. Sosiologi. Jakarta : Erlangga.
Satmoko, Retno. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
http://massofa.wordpress.com/2008/04/30/403/
http://re-searchengines.com/0805achmad.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/penanganan-siswa-bermasalah
http://www.psb-psma.org/content/blog/konferensi-kasus-untuk-membantu-
mengatasi-masalah-siswa

13

Anda mungkin juga menyukai