Masyarakat Madani
Masyarakat Madani
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Pelaksanaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melaksanakan akhlak-akhlak yang terpuji.
3. Mengetahui dan dapat menjaga diri dari tantangan-tantangan akhlak.
4. Dapat menerapkan upaya-upaya peningkatan akhlak.
5. Mengetahui bagaimana cara menciptakan ahlak di era globalisasi dalam
masyarakat.
2
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ahlak?
2. Apa peran akhlak dalam pembentukan masyarakat yang bertaqwa?
3. Apa dampak globalisasi terhadap ahlak masyarakat?
4. Bagaimana cara menciptakan masyarakat berakhlak dalam era globalisai?
5. Apa saja penerapan akhlak dan tantangan akhlak dalam kehidupan?
6. Apa saja upaya peningkatan kualitas akhlak?
3
BAB II
ISI
4
wahyu Ilahi untuk menjadi teladan bagi orang yang beriman. Sesuai dengan surat
al-qalam yang tertera di atas. Dan juga Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi
wassalam:
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan kemulian akhlak.“
Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari
Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang
bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang
tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya. Akhlak yang mulia ini adalah
tonggak keutuhan dan kejayaan satu umat, sebagaimana disampaikan oleh seorang
penyair yang bernama Ahmad Syauqiy dalam pernyataannya:
Umat itu tergantung akhlak yang tersisa padanya, jika akhlak tersebut lenyap
maka lenyaplah mereka
Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu
masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah
Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka
tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan
manhaj agamanya.
Kedudukan akhlak yang tinggi ini telah dijelaskan Allah dalam ayat-ayat-Nya
agar manusia dapat istiqamah di atas akhlak mulia tersebut. Allah berfirman:
“....Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya
mereka bertaqwa.“ (QS. Al Baqarah:187).
5
“(Ialah) al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di
dalamnya) supaya mereka bertaqwa.“ (QS. Az Zumaar :28)
Oleh karena itulah para Rasul senantiasa mengajak kaumnya untuk
mewujudkan akhlak yang mulia .
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan dan urgensi sangat penting dalam
membangun masyarakat islam Adapun beberapa peranan akhlak yaitu:
Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul
Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.
6
kemaksiatan. Apa yang mereka suguhkan sangat berpengaruh terhadap pola piker
umat Islam. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan
menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik
menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya
kehidupan. Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia
khususnya umat Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah
sekedar ada, namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Saat ini, tak sedikit dari umat Islam yang lemah iman, karena telah salah
kaprah dalam menyikapi isu globalisasi. Mereka seakan-akan kedatangan tamu
istimewa, tamu pujaan hati yang telah lama diagung-agungkan. Sehingga dalam
bayangan mereka, globalisasi adalah segala-galanya dan merupakan puncak dari
modernisasi. Padahal ia sesungguhnya adalah tipu daya dari bangsa Barat belaka
yang sengaja menjerat dan akan menjerumuskan umat Islam. Sesungguhnya
globalisasi tidak jauh beda dengan imprialisme. Penyebaran globalisasi hampir
selalu sejalan dengan penyebaran Neoliberalisme. Globalisasi bagi umat Islam
tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting Dari
semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju
tatanan duniabaru yang lebih majudan beradab. Bagi kita semua, ada atau
tidaknya istilah globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam
sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat
manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai moderen jangan kita ukur dari
moderennya pakaiannya, perhiasan dan penampilan, namun moderen bagi umat
Islam adalah moderen dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, social budaya, politik dan keamanan yang
dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil,
makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.
7
2.4 Cara Menciptakan Masyarakat Berakhlak Mulia Dalam Era
Globalisai
Dalam era globalisasi sekarang ini, perilaku seorang muslim sangat rentan
untuk terpengaruh dampak negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
sehingga kita sering melihat liberasi nilai yang terjadi di kalangan umat Islam.
Peristiwa seperti ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang Islam, juga lingkungan yang tidak kondusif untuk mendidik
seseorang tentang agamanya. Sehingga kesadaran beragama nyaris tak pernah
muncul secara nyata dalam keseharian dan kehidupan sosial kita. Padahal peranan
agama dalam pengendalian sosial tidak diragukan lagi. Orang yang memahami
dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik maka manusia tersebut akan
menjadi manusia sejati yang berakhlak mulia. Oleh karena itu diperlukan suatu
upaya untuk meningkatkan akhlak manusia, agarnantinya dapat membentuk suatu
masyarakat yang berakhlak walaupun didalam derasnya modernisasi dan
globalisasi
Dalam upaya meningkatkan akhlak, H. Abdullah Firdaus bersama rekan-
rekannya membahas upaya untuk meningkatkan akhlak dalam sebuah jurnal yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Akhlak dan Kepribadian melalui Pemahaman dan
Pendidikan Agama”. Dalam jurnalnya disebutkan bahwa upaya yang penting
dalam meningkatkan akhlak adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak
usia dini, sehingga mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian
seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan agama, serta
mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan memberikan contoh dari realitas
yang ada.
Ibnu Maskawaih menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang
baik, antara lain:
A. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan
menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya
sesuai dengan keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia
tidak memperturutkan kemauan jiwa alsyahwaniyyat, yang sangat terkait
dengan alat tubuh. Maka wujud latihan dalam menahan diri dapat dilakukan
antara lain dengan melakukan puasa, mengerjakan shalat dengan khusyu’, dan
8
mengerjakan perbuatan yang baik yang didalamnya ada unsur melelahkan.
B. Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi
dirinya.
C. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran
seseorang untuk berusaha mencari cacat /aib diri sendiri.
D. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu dan amal.
Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-
Qur’an. Oleh sebab itu salah satu upaya yang juga sangat penting dalam
meningkatkan kualitas akhlak adalah dengan mempelajari al-Qur’an,
memahami, dan mengamalkannya. Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama
Islam yang paling pokok, di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk
bagi orang muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Qur’an
adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan akhlak.
9
menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan
lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus
berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
10
oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan
perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup
tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan
bebas dari permusuhan.
Metode spiritual
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan
kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini
menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al-
riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan
segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah
latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan
kualitas ibadah.
Dan masih ada beberapa metode lainnya, namun yang paling penting
adalah dengan kesadaran kita untuk menauladani sifat-sifat rosullullah SAW.
Serta menaati perintah Alloh SWT dan menjauhi larangannya. Jika masing
masing orang sudah seperti itu Insya Allah kita akan menjadi manusia yang
berakhlaq walaupun dalam derasnya modernisasi dan globalisasi.
11
2.5 Penerapan Akhlak Dan Tantangan Akhlak Dalam Kehidupan
2.5.1 Penerapan Akhlaq
12
pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi
keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara
keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan
bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.
13
5. Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)
Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:
a. Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta
bersyukur kepada Allah SWT.
b. Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran hidup manusia.
c. Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna
serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
d. Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-
mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa
mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.
14
makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya
terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya
kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat
membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau
mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya
berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran
agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya
berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai
Hamba Allah SWT dan anggota masyarakat.
Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol
diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau
foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah
SWT sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini
cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-
hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya
tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya
kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan
akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan
lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa
manfaatnya.
Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak
bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga
dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi
pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup
yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk
mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama
tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup.
Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan
akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan
menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak
negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari
15
segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat
membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama.
Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan
manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa
menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus
memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang
kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
16
ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah
ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
2. Taubat dari segala dosa
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama.
Dengan ilmu agama ia akan tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia
lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan sebagai seorang muslim.
4. Mengerjakan amalan-amalan iman
Antara lain :
a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
c. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Dengan mengerjakan amalan-amalan iman insya Allah SWT
seseorang dapat mengingat Allah SWT dalam hari-harinya sehingga ia
akan menjaga perbuatannya.
5. Bergaul dengan orang-orang shaleh
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka
untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh.
Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling mengingatkan
satu sama lainnnya.
6. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh
Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT, insya
Allah SWT kita dapat terhindar dari perbuatan yang tidak bermanfaat.
17
dapat meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan kita. Salah satu
cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara dakwah.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWTsesuai
dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan,
seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata
"Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-
dakwah al-Islamiyah.
Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam
Al-Quran yang memiliki banyak arti, antra lain :
Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf :
108)
Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)
Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan
untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,
menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau
pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim
yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".
Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara
terminologis dengan definisi yang variatif seperti :
1. Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah SWT adalah dakwah untuk
beriman kepada Allah SWT dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad
SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam
(Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)
2. Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan
umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-
Du’at hal:35,th.1379H, Daarul Qalam).
18
3. Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al
Islamiyah Fi 'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)
4. Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk
mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang
agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-
Dakwah ila al-Islam, hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir).
Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan
lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah
menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak
mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana
serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan
tertentu".
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas mengenai menciptakan
masyarakat berakhlak di era globalisasi, dapat diambil beberapa kesimpulan
bahwa :
1. Akhlak digambarkan secara substansial , sifat hati bisa baik dan juga bisa
buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat hatinya baik, maka yang akan
muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan sebaliknya jika sifat
hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah akhlak yang buruk
(akhlakul madzmumah).
2. Sebagai manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa akhlak,
yakni Akhlak kepada pencipta, kepada sesama baik muslim maupun
nonmuslim, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
3. Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan
sering berada diluar garis batas ajaran agamanya. Itulah dampak globalisasi,
yang membuat masyarakat lupa dengan Allah SWT yang menciptakan
mereka.
4. Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang
kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan
tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
5. Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah SWT dan
bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat
disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.
6. Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu
masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah
Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia
maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan
komitmen dengan manhaj agamanya.
7. Untuk menciptakan masyarakat yang ber akhlak di era globalisasi ini kita
harus mengetahui tantangan akhlak. Kemudian memberi pengetahuan serta
pendidikan tentang akhlak, selalu meningkatkan akhlak.
20
8. Untuk meningkatkan akhlak ada beberapa metode yang dapat di gunakan,
misalnya metode metode uswah (teladan), metode syariat. Dan metode-
metode lainnya
21
DAFTAR PUSTAKA
22