Anda di halaman 1dari 20

D

OLEH :

FELLIA 173304010441

NUR NABILA 173304010443

DARWIN WIJAYA 173304010451

ZULFINUS ZALUKHU 173304010459

ASTRI VERINA TAMBUNAN 173304010463

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

EKONOMI - AKUNTANSI

5 – AUDIT SORE A

2019

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3


I.I LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
II.1 DEFINISI LAPORAN KONSOLIDASI ..................................................................................... 4
II.2 PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI ............................. 5

II.3 HAK SUARA DAN PENGENDALIAN ..................................................................................... 5

II.4 KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ........................................................ 6

II.5 KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ............................................... 7

BAB III PROSEDUR KONSOLIDASI............................................................................................... 8


III.1 Periode Laporan Konsolidasi ..................................................................................................... 8
III.2 Transaksi Antarperusahaan ........................................................................................................ 8

III.3 Kepentingan Nonpengendali ...................................................................................................... 9

III.4 Akuisisi Hak Minoritas ............................................................................................................ 13

III.5 PROSEDUR LAPORAN KONSOLIDASI ............................................................................. 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 19


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Konsep akuntansi penggabungan usaha, yang terdapat pada APB Opinion No. 16, secara jelas
meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi anak perusahaan ketika suatu
perusahaan lain (disebut sebagai induk perusahaan) memperoleh pengendalian kepemilikan terhadap
anak perusahaan tersebut. Pada umumnya hubungan entitas induk-anak ini muncul melalui adanya
akuisisi saham. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung
dengan memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50%) atas saham berhak suara.

Penggabungan usaha yang terjadi karena pengendalian, tidak menyatukan semua operasi entita-
entitas yang tergabung, melainkan masing-masing entitas tetap beroperasi secara terpisah, hanya saja
berada dalam satu pengendali yang sama. Pencatatan laporan keuangan yang ada pada perusahaan yang
menerapkan hubungan entitas induk-anak jelas berbeda dengan perusahaan yang tidak sedang
menjalankan bentuk penggabungan usaha semacam itu. Di dalam PSAK telah diatur bahwa perusahaan
dalam hubungan entitas induk-anak harus membuat laporan keuangan gabungan, atau biasa disebut
laporan keuangan konsolidasi. Laporan ini terdiri dari neraca konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi,
laporan saldo laba konsolidasi, dan laporan arus kas konsolidasi.

Di dalam makalah ini, penulis ingin mempertajam penjelasan pada konsep laporan keuangan
konsolidasi itu sendiri, serta memberikan contoh neraca konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi, dan
laporan saldo laba konsolidasi. Laporan arus kas konsolidasi tidak dijelaskan pada penulisan makalah
ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI LAPORAN KONSOLIDASI

Saat ini, hampir semua perusahaan besar membuat laporan keuangan konsolidasi. Walaupun
orang sering mengira bahwa perusahaan-perusahaan raksasa merupakan perusahaan tunggal,
pengamatan lebih dekat mengungkapkan bahwa tiap perusahaan sebenarnya terdiri dari perusahaan-
perusahaan yang terpisah. Contohnya PT Media Nusantara Citra memiliki banyak anak perusahaan
diantaranya: Jaringan Televisi (RCTI, TPI, Global TV), Jaringan Radio (Trijaya, Radio Dangdut TPI,
ARG Global, Women Radio), dan Surat Kabar (Koran Seputar Indonesia-Sindo).

Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk Induk
Perusahaan (entitas pengendali) dari satu atau lebih Anak Perusahaan (entitas yang dikendalikan)
seakan-akan entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi
ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha dimana
induk perusahaan memiliki banyak anak perusahaan bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki
anak lain.

Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang makna ekonomi
suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas yang berbeda, bahkan
undang-undang anti trust mensyaratkan arm’s lengt transaction diantara entitas-entitas yang berafiliasi
(hubungan istimewa antara antara perusahaan pengendali dan atau perusahaan yang dikendalikan).
Syarat ini berarti entitas induk tidak diperkenankan membedakan harga beli atau jual kepada atau dari
entitas anak dan perusahaan lain yang tidak berafiliasi.

Berdasarkn PSAK 4, perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain (Perusahaan Induk),


diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Perusahaan induk tidak hanya menyusun
Laporan Individunya karena hanya satu laporan yang berlaku secara umum yaitu Laporan Konsolidasi.
Tetapi laporan individu masih bisa dibuat namun dalam taraf sebagai tambahan infomasi.

4
II.2 PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI

PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan acuan apakah
suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi. Pada umumnya pengendalian atau perusahaan
lain ditandai atas kepemilikan lebih dari 50% saham perusahaan lain baik secara langsung maupun tidak
langsung. Namun di beberapa kasus dijumpai bahwa ada kepemilikan dibawah 50% sudah
mengendalikan perusahaan lain namun di kasus lain malah sebaliknya. Ini terjadi jika perusahaan
tersebut:

 Memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian dengan
investor lain.
 Memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian.
 Memiliki kekusaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besa dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan atau organ
tersebut.
 Memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau dewan
komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan atau organ
tersebut.

Sebaliknya peusahaan dengan kepemilikan diatas 50% namun tidak memiliki pengendalian
dikarenakan:
 Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam jangka pendek.
 Entitas anak dibatasi oleh restriksi jangka panjang sehingga sangat mempengaruhi
kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk. Dengan demikian, bahwa
kepemilikan saham tidak menjadi patokan munculnya kewajiban pembuatan laporan
konsolidasi. Hal ini terjadi karena PSAK berpacu pada prinsip Substance over form yaitu lebih
mengutamakan makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding dengan bentuk hukumnya.

II.3 HAK SUARA DAN PENGENDALIAN

PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian. Dalam PT hak suara
berasal dari kepemilikan saham biasa. Dengan pengertian lain, pengendalian timbul atas kepemilikan
entitas anak yang berbentuk (PT) karena terlihat dari istilah ‘Hak Minoritas’ yang berarti pemegang
saham yang lebih kecil.

Hak suara tidak sama dengan kepemilikan saham biasa, walaupun kepemilikan saham biasa
suatu entitas memberikan hak suara atas entitas tersebut. Hak suara diidentifikasikan dari kekuasaan

5
mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas lain. Dalam pengertian lebih jauh, hak suara dapat
timbul dengan kepemilikan yang tidak signifikan atau bahkan tanpa kepemilikan atau tanpa penempatan
modal sama sekali pada entitas lain. Suatu entitas mungkin tidak memiliki modal dalam Entitas
Bertujuan Khusus (EBK), tetapi entiitas tersebut dapat saja memenuhi persyaratan yang menimbulkan
kewajiban menyusun laporan konsolidasi jika secara substansi terdapat pengendalian atas EBK tersebut.
Hal ini dapat terjadi jika:

 Secara substansi, kegiatan EBK dijalankan untuk mewakili entitas sesuai dengan kebutuhan
khususnya.
 Secara Substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk
memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK.
 Secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar manfaat EBK,
tetapi juga menanggung risiko dari aktivitas EBK.
 Secara substansi, entitas memperoleh mayoitas hak residu dan menanggung risiko kepemilikan
yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk mempeoleh manfaat dari aktivitas EBK yang
bersangkutan.

II.4 KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Laporan keuangan konsolidasi sering kali merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dari total sumberdaya perusahaan hasil gabungan yang berada dibawah kendali
induk perusahaan dan hasil pengelolaan sumberdaya tersebut. Ketika anak perusahaan menghasilkan
laba, laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan, dan sebaliknya induk perusahaan tidak dapat
menghindari kerugian dari anak perusahaan yang tidak menghasilkan keuntungan.dengan melihat
laporan keuangan konsolidasi pemilik dan pemilik potensian lebih mampu untuk menentukan efisiensi
dari manajemen dalam memanfaatkan sumberdaya yang berada dalam kendalinya.
Keditur jangka penjang dari induk perusahaan juga memperhatikan kegunaan laporan keuangan
konsolidasi karena pengaruh operasional anak perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaan
dan masa depan induk perusahaan, relevan untuk pengambilan keputusan keditur. Manajemen induk
perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan untuk informasi terkini baik mengenai operasi
gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang
membentuk entitas konsolidasi.

6
II.5 KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Beberapa keterbatasan terpenting dari laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai berikut:

1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang dimasukan
dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan kinerja atau posisi buruk dari satu atau lebih
perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja yang baik dari perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan karena sebagian
dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang belum
dibagikan.
3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung berdasarkan
informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan manapun yang
dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan yang berbeda digabungkan dalam
konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan.
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan yang
termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi pengungkapan
tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.

7
BAB III

PROSEDUR KONSOLIDASI

III.1 Periode Laporan Konsolidasi

Laporan konsolidasi merupakan kewajiban yang ada pada saat pengendalian telah terjadi.
Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun atau 12 bulan, yakni per 1 Januari – 31
Desember tiap tahun. Apabila akuisisi saham entitas anak terjadi pada awal tahun, maka penyusunan
laporan keuangan konsolidasi tidak akan bermasalah. Akan tetapi bila akuisisi saham entitas anak
terjadi bukan di awal atau di akhir tahun, akan timbul masalah penyusunan laporan keuangan
konsolidasi pada akhir tahun pertama setelah terjadi hubungan entitas induk-anak, karena aturan periode
laporan keuangan konsolidasi 1 Januari hingga 31 Desember tiap tahun.

Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya hubungan entitas
induk-entitas anak. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari:

 Laba-rugi konsolidasi
 Neraca konsolidasi
 Laba ditahan konsolidasi
 Arus kas konsolidasi

Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara laba-rugi entitas anak
menjadi hak entitas induk pada periode setelah akuisisi. Laporan laba-rugi dan laporan konsolidasi
entitas anak lainnya dikonsolidasi pada periode setelah akuisisi.

III.2 Transaksi Antarperusahaan

Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas anak yang dalam
operasi sehari-harinya adalah entitas terpiah. Pengendalian entitas induk atas entitas anak menyebabkan
operasi entitas anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak hal. Dengan demikian, akan banyak
terjadi transaksi bisinis di antara kedua entitas tersebut. Dalam pembahasan selanjutnya, setiap transaksi
yang dilakukan entitas induk pada anak atau sebaliknya, atau transaksi yang dilakukan satu entitas anak
dengan entitas anak lain dalam hubungan entitas induk-anak, disebut dengan transaksi antarperusahaan,
demikian pula transaksi utang-piutang antarperusahaan.

Transaksi antarperusahaan menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam laporan keuangan


entitas induk dan anak. Transaksi penjualan barang dagang entitas induk pada anak akan menyebabkan
akun “penjualan” entitas induk dan akun “pembelian” entitas anak saling terkait. Transaksi utang-
piutang antarperusahaan menyebabkan akun “utang” dan akun “piutang” saling terkait di antara kedua
entitas. Untuk pembahasan selanjutnya, digunakan istilah “akun antarperusahaan” atas setiap akun
entitas induk dan entitas anak atau akun entitas anak dengan entitas anak lain dalam hubungan induk-
anak.

8
Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam penyusunan laporan
konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan entitas anak adalah satu, sehingga bila
entitas induk melakukan transaksi dengan anak, hal itu melakukan transaksi dengan diri sendiri.
Transaksi antar perusahaan merupakan transaksi internal dari sudut pandang konsolidasi. Apabila
entitas induk menjual aset kepada entitas anak, maka dari sudut pandang konsolidasi ini sama artinya
dengan entitas induk menjual aset pada diri sendiri, karena entitas induk dan entitas anak adalah satu.
Laporan keuangan konsolidasi tidak mengakui transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut
semata-mata sebagai pemindahan (transfer) aset saja. Karena itu, dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya mengakui transaksi
dengan pihak-pihak diluar hubungan induk-anak. Entitas lain di luar entitas induk-anak selanjutnya
disebut sebagai pihak eksternal.

III.3 Kepentingan Nonpengendali

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban suatu entitas
manakala entitas tersebut memiliki hak pengendalian dalam entitas lain. Kepemilikan suara di atas 50%
merupakan salah satu ciri adanya pengendalian yang mewajibkan entitas induk menyusun laporan
keuangan konsolidasi. Apabila entitas anak berbentuk perseroan terbatas (PT), kepemilikan saham
menjadi indikasi hak suara. Kepemilikan 100% saham entitas anak dalam kondisi normal akan
memberikan hak pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun kepemilikan entitas induk atas
saham biasa entitas anak kurang dari 100%, entitas induk tetap memiliki hak pengendalian atas entitas
anak jika terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus diberikan haknya. Inilah yang disebut
kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh UU No.40 tahun 2007 menyebut kepentingan
Nonpengendali dengan istilah Pemilik Saham Minoritas. Pemilik saham minoritas diberi diberi hak
menjual sahamnya dengan harga yang wajar apabila tidak menyetujui penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan yang dilakukan.

PSAK 4 Revisi 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai ekuitas entitas anak
yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada entitas induk. Kepentingan
Nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas anak yang disebabkan pengumuman
laba dan deviden oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009 mensyaratkan kepentingan nonpengendali atas
laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi selama periode pelaporan diidentifikasikan secara terpisah
dalam laporan konsolidasi. Kepentingan nonpengendali atas aset neto (ekuitas) terdiri dari:

1. Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal penggabungan usaha awal.


2. Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal penggabungan usaha.

Kepentingan Nonpengendali disajikan di bagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan


konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.

9
Sebagai contoh, PT A mengakuisisi saham biasa PT B pada harga yang sama dengan nilai
bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang saham PT B saat itu terdiri dari:

Modal saham biasa Rp 7.500.000

Laba ditahan Rp 5.000.000

Total kekayaan pemegang saham Rp 12.500.000

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh saham PT B (100%), maka PT A memiliki pengendalian penuh
atas PT B. Hal itu juga berarti bahwa tidak ada Kepentingan Nonpengendali dalam PT B.

Apabila PT A mengakuisisi 90% saham PT B, sekalipun PT A mengendalikan PT B tetapi


terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang tidak diakuisisi oleh PT A. Kekayaan PT B yang
dimiliki PT A akibat akuisisi tersebut adalah 90% dari total kekayaan PT B atau 90% x Rp 12.500.000
= Rp 11.250.000. Jadi kekayaan Kepentingan Nonpengendali adalah 10% x Rp 12.500.000 = Rp
1.250.000.

Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp 5.000.000, sementara


deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 3.000.000. Pengumuman laba akan
menambah kekayaan entitas induk sebesar 90% dari laba tersebut, yakni Rp 4.500.000. Sedangkan 10%
dari laba tersebut menjadi laba Kepentingan Nonpengendali, yakni Rp 500.000. Deviden yang
diumumkan PT B juga dialokasikan sebesar 10% untuk Kepentingan Nonpengendali yang mengurangi
kekayaan Kepentingan Nonpengendali sebesar 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000. Dengan demikian,
perhitungan Kepentingan Nonpengendali pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2011 Rp 1.250.000

Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 Rp 500.000

Deviden (Rp 300.000)

Kekayaan kepentingan nonpengendali 31 Des 2012 Rp 1.450.000

Dalam laporan keuangan konsolidasi PT A dan entitas anak (PT B) per 31 Desember 2012,
kepentingan nonpengendali disajikan sebesar Rp 1.450.000. Dengan demikian, terjadi kenaikan
kekayaan kepentingan nonpengendali di akhir periode 2012 sebesar Rp 200.000 yang berasal dari laba
dan deviden untuk kepentingan nonpengendali.

10
Perhitungan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Adanya Kepentingan Nonpengendali

 Praktik Saat Ini

Prosedur yang saat ini digunakan dalam praktik tidak hanya merupakan pendekatan induk perusahaan,
tapi juga termasuk pendekatan entitas. Jumlah dari aset neto anak perusahaan yang diakui di neraca
konsolidasi pada tanggal akusisi pada praktiknya sama dengan pendekatan induk perusahaan.
Penentuan laba netopada praktiknya mengikuti pendekatan induk perusahaan, kecuali perlakuan
transaksiantarperusahaan yang umumnya konsisten dengan pendekatan entitas.

Pendapatan, Beban, dan Laba Neto Anak Perusahaan

Elemen Teori

Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian


Bagian

Induk Non Induk Non- Induk


Non-

Perusahaan Pengendali Perusahaan Pengendali Perusahaan


Pendapatan
Pengendali

Beban

Laba Neto

Bagian yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi

11
 Praktik di Masa Depan

Di masa depan, ada kemungkinan perubahan menuju pendekatan entitas, dimana


mengharuskan perhitungan laba neto konsolidasi untuk entitas konsolidasi secara keseluruhan dan
mengalokasikan laba tersebut Antara kepemilikan pengendali dan non pengendali. Maka laporan laba
rugi konsolidasi akan disajikan sebagai berikut :

Pendapatan Rp 1.800.000.000

Beban (800.000.000)

Laba Neto Konsolidasi Rp 1.000.000.000

Dikurangi : Laba Neto Konsolidasi yang

disistribusika ke kepemilika

nonpengendali (75.000.000)

Laba neto konsolidasi yang didistribusikan

Ke kepemilikan pengendali Rp 925.000.000

Walaupun bentuk penyajiannya masih berfokus pada kepemilian pengendali, namun penyajian ini
memperlakukan bagian laba untuk kepemilikan nonpengendali.

Praktek Saat Ini Pendekatan Entitas

Saat neto Rp 2.580.000.000 Rp 2.600.000.000

Goodwill Rp 70.000.000 Rp 87.500.000

Berdasarkan praktik saat ini, jumlah yang dialokasikan ke aset neto entitas konsolidasi adalah
nilai buku induk perusahaan (Rp2.000.000.000) ditambah nilai buku penuh aset neto anak perusahaan
(Rp500.000.000) ditambah bagian induk perusahaan atas kenaikan nilai aset neto anak perusahaan
(RplOO.000.000 x 0,80). Goodwill dalam praktik saat ini dihitung sebagai selisih antara harga beli
(Rp550.000.000) yang lebih besar dari bagian induk perusahaan atas nilai wajar aset neto anak
perusahaan pada tanggal penggabungan usaha (Rp600.000.000 x 0,80). Goodwill sebesar
Rp87.500.000 dihitung dari perbedaan antara nilai wajar keseluruhan PT Sarden (Rp687.500.000) dan
nilai wajar aset netonya (Rp600.000.000).

12
III.4 Akuisisi Hak Minoritas

APB Opinion No.16 tidak memperkenankan menggunakan metode penyatuan untuk akusisi
saham yang dimiliki oleh hak minoritas. Jika PT A memperoleh sisa saham beredar PT B (10% yang
dimiliki oleh hak minoritas) setelah pelaksanaan penggabungan usaha, maka akuisisi tersebut tidak
dikategorikan sebagai suatu penyatuan kepemilikan, bahkan jika transaksi tersebut dilaksanakan
melalui pertukaran saham. Meskipun bukan merupakan penggabungan usaha, akuisisi saham tambahan
tersebut dicatat berdasarkan metode pembelian, dan transaksi tersebut dicatat pada nilai wajarnya.
Hasilnya adalah revaluasi 10% aktiva bersih PT B.

 NERACA KONSOLIDASI ATAS ENTITAS ANAK YANG DIKUASAI KURANG


DARI 100%

Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang sesuai dengan nilai
bukunya.Jadi,kekayaan entitas anak yang dibeli entitas induk adalah 90% x 12 500 000 = Rp 11 250
000 .Karena itu,nilai investasi adalah Rp 11 250 000 atau sebesar nilai buku yang diterima. Peraga 3-
4 menyajikan pengkonsolidasian akun-akun.

Peraga 3-4 Penyusunan Laporan Konsolidasi – Kepentingan Nonpengendali (dalam ribuan)

Keterangan Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 2000+kas anak Rp1000 Rp 3000


Piutang usaha 4000 + 2000 – 3000(eliminasi No 1) 3000
Persediaan 6750 + 3000 9750
Investasi dalam saham entitas anak 11250 -11 250 (eliminasi No 2) -
Bangunan dan Peralatan (net) 7 000 + 6000 13000
Tanah 9000+9000 18000
Total Asset Rp 46 750
Utang usaha 5000+3500-3000(eliminasi No 1) Rp 5500
Utang Jangka Panjang 10 000 + 5000 15000
Modal saham 15000+7500-7500(eliminasi No 2) 15000
Laba ditahan 10000+5000-5000(eliminasi No 2) 10000
Kepentingan Nonpengendali 1250
Total passiva / kewajiban Rp 46750

13
Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah :

1. Jurnal eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha


Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang piutang antarperusahaan tanpa memandang persentase
kepemilikan,tetapi didasarkan pada adanya pengendalian yang memandang entitas induk dan
entitas anak adalah satu.Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Utang usaha Rp 3 000 000


Piutang usaha Rp 3 000 000

2. Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas Anak
Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi tersebut adalah
90%,sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki entitas induk 90% x Rp 12 500 = Rp 11
250.Jadi ,eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan “mendebet” kekayaan entitas anak
yang meliputi akun “modal saham “ dan “laba ditahan” dari unsur-unsur kekayaan entitas anak
sebesar 90% dan “mengkredit” akun “investasi” dalam saham “anak” milik entitas induk dengan
jurnal berikut :

Modal saham (90% x Rp 7,5 juta) Rp 6 750 000


Laba Ditahan (90% x Rp 5 juta ) Rp 4 500 000
Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi entitas induk karena
entitas anak hanya dikuasai sebesar 90% sehingga hanya ada 10% pemegang saham
nonpengendali dalam PT B.Jumlah kepentingan nonpengendali ini adalah 10% x Rp 12,5 juta =
Rp 1.250.000

Jurnal eliminasi dapat dibuat sebagai berikut :

Modal saham Rp 7 500 000

Laba Ditahan Rp 5 000 000

Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Kepentingan Nonpengendali Rp 1 250 000

14
Neraca konsolidasi PT A dan PT B per 31 Desember 2011 disajikan pada peraga 3-5 Laporan
konsolidasi pada dasarnya disusun berdasarkan prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya,tetapi jika
bagan akun perusahaan sedemikian kompleks dan akun antarperusahaan semakin banyak,cara-cara
seperti itu akan menimbulkan resiko human error yang cukup besar.

Peraga 3-5 Neraca Konsolidasi

PT A dan anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011 (dalam ribuan)

Aktiva Passiva/Kewajiban
Kas Rp3000 Utang usaha Rp 5500
Piutang usaha 3000 Utang Jangka Panjang 15 000
Persediaan 9750 Modal saham 15 000
Bangunan dan Peralatan 13000 Laba ditahan 10 000
Tanah 18000 Kepentingan Nonpengendali 1250
Total aset Rp 467500 Total Passiva/ Kewajiban Rp 46 750

III.5 PROSEDUR LAPORAN KONSOLIDASI

Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkanlaporan keuangan entitas induk dan


laporan keuangan entitas anak. Dan adapun prosedur laporan keuangan sebagai berikut :

Laporan Konsolidasi = Laporan Entitas Induk + Laporan Entitas Anak – Akun Antar Perusahaan

contoh laporan keuangan PT A dan entitas anak PT B yang dikuasai 100 % per 31 Desember 2011,
Penyusunan laporan konsolidasi akan lebih akurat apabila akun antar perusahaan diperhitungkan lebih
dahuluPT B yang tebih akurat apabila akun antarperusahaan diperhitungkan terlebih dahulu kemudian
dilakukan konsolidasi akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.

15
Neraca

Neraca PT A dan PT B

Per 31/12/2011

(dalam ribuan)

Keterangan PT A
PT B

Kas 750
1.000

Piutang Usaha 4.000


2.000

Persediaan 6.750
3.000

Investasi dalam saham entitas anak 12.500

Bangunan dan peralatan (net) 7.000


6.000

Tanah 9000
9000

21.000 Total Aset 40.000

Utang usaha 5.000


3500

Utang jangka panjang 10.000


5.000

Modal saham 15.000


7.500

Laba ditahan 10.000


5.000

Rp 21.000 Total pasiva/kewajiban Rp 40.000

16
Keterangan :

a. PT A memiliki piutang usaha sebesarr Rp 3.000.000 pada PT B.


b. Nilai investasi PT A sama dengan kekayaan PT B yang diperoleh.

Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak


Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun "investasi dalam saham
entilas anak" milik entitas induk berkaitan dengan akun "modal saham/kekayaan pemegang saham”
entitas anak. Saldo normal akun "investasi" adalah "debet" sehingga akun teresebut dieiiminasi
dengan "mengkredit". Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan Terbatas, kekayaan pemegang
saham terdiri dari modal saham dan laba untuk pemegang saham. yakni laba ditahan (retained
earning). Modal saham dalam neraca harus disajikan pada nilai nominalnya. Apabila pada penjualan
perdana harga saham yang dijual ditetapkan di atas nilai nominalnya, maka selisih harga jual dengan
nilai nominal disajikan dalam akun "agio saham". Jadi. kekayaan pemegang saham melibatkan akun-
akun;

-Modal Saham

-Agio Saham

-laba Ditahan

Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam investasi tersebut adalah 100%, sehingga
seluruh kekayaan pemegang saham PT B dimiliki oleh PT A. Eliminasi dilakukan sebesar jumlah
tersebut dengan “mendebet” komponenkekayaan entitas anak dan “mengkredit”akun ‘investasi dalam
saham entitas anak milik entitas induk. Jurnalnya adalah :

Modal saham Rp 7.500.000

Laba Ditahan Rp5.000.000

Investasi dalam sahamentitas anak Rp12.500.000

17
Berdasarkan jurnal eliminasi akun-akun neraca konsolidasi dihitung seperti dibawah ini :

Keterangan Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 750 + kas anak Rp 1.000 Rp 1750

Piutang Usaha 4.000+2000-3000 (eliminasi) Rp2.000

Persediaan 6.750 + 3000 Rp 9750

Investasi dalaam saham 12.500 – 12.500

Bangunan dan Peralatan 7.000 + 6.000 Rp 13.000

Tanah 9.000 + 9.000 Rp 18.000

Total aset Rp 45.000

Utang Usaha 5.000 + 3.500- 3.000 (eliminasi utang) Rp 5.500

Utang Jangka Panjang 10.000 + 5.000 RP 15.000

Modal Saham 15.000 + 7.500 – 7.500 Rp 15.000

Laba Ditahan 10.000 +5.000 – 5.000 Rp 10.000

Total Pasiva/kewajiban Rp 45.500

Akun-akun keuangan yang telah dikonsolidasikan tersaji dalam bentuk laporan keuangan konsolidasi
seperti dibawah ini :

PT A dan Entitas Anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011

Aktiva Kewajiban dan modal

Kas Rp 1.750 Utang Usaha Rp 5.500

Piutang usaha Rp 3.000 Utang Jangka Panjang 15.000

Persediaan Rp 9.750 Modal Saham 15.000

Bangunan dan Peralatan Rp13.000 Laba Ditahan 10.000

Tanah Rp 18.000

Total aset Rp 45.500 Total Pasiva Rp 45.500

18
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Laporan keuangan konsolidasi biasanya diperlukan untuk penyajian yang wajar posisi
keuangan dan hasil-hasil operasi dari suatu induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya. Laporan
keuangan konsolidasi bukan hanya merupakan merupakan penjumlahan akun-akun laporan keuangan
induk perusahaan dan anak perusahaan. Jumlah resiprokal dieliminasi, dan hanya jumlah-jumlah yang
non resiprokal yang digabung dan dimasukkan dalam laporan konsolidasi. Akun investasi pada anak
perusahaan dan ekuitas pemegang saham anak perusahaan dieliminasi dalam penyiapan laporan
keuangan konsolidasi karena akun-akun tersebut resiprokal, keduanya mewakili aktiva bersih anak
perusahaan. Transaksi-transaksi penjualan, peminjaman dan leasing antara induk perusahaan dan anak
perusahaan juga mengakibatkan jumlah-jumlah resiprokal yang harus dieliminasi dalam proses
konsolidasi.

Metode penyatuan kepemilikan digunakan untuk penggabungan dengan cara pertukaran saham.
Jika perusahaan-perusahaan yang bergabung tetap beroperasi sebagai entitas-entitas hukum yang
terpisah, perusahaan-perusahaan tersebut dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur induk-anak
dengan amandemen berikut ini:

1. Induk perusahaan mencatat investasi pada anak perusahaan pada nilai bukunya. Saham yang
diterbitkan dikreditkan sebesar nilai nominal saham yang diterbitkan, saldo laba digabung jika
memungkinkan, dan tambahan modal disetor ditambahkan/dikurangi untuk mencatat
perbedaan antara nilai nominal saham yang diterbitkan dan modal disetor perusahaan yang
bergabung lainnya.
2. Maksimum saldo laba yang dapat digabung dengan saldo laba induk perusahaan sama dengan
presentase kepemilikan induk dikalikan dengan saldo laba anak perusahaan.
3. Penghasilan perusahaan-perusahaan yang bergabung pada tahun dilaksanakannya
penggabungan disatukan seluruhnya.

SARAN

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap mahasiswa dan masyarakat dapat lebih
memahami dan menerapkan pembuatan laporan keuangan konsolidasi yang baik dan benar sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dengan demikian, tidak akan terjadi kerancuan dalam pencatatan laporan
keuangan yang dikonsolidasikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Beams, Floyd A, John A. Brozovsky, dan Craig D. Shoulders. 2000. Akuntansi Lanjutan Edisi Tujuh.
Terjemahan oleh Kaharudin. 2002. Jakarta: PT Prehallindo.

Baker, Richard E. Valdean C. Lembke, dan Thomas E. King. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan
(Perspektif Indonesia). Terjemahan oleh Amir A. Yusuf, Sylvia Veronica, Etty R. Wulandari
dan Dwi Martani. 2013. Jakarta: Salemba empat

Karyawati, Golrida. 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga.

20

Anda mungkin juga menyukai