Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS ALGA DAN BENTHOS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Kelautan yang diampu oleh Ibu
Siti Nurkamilah, M.Pd.

oleh :
ALDA NURFADILLAH 16543028
Biologi 3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
IPI
GARUT
2019
TUGAS I

CHLOROPHYCEAE

1. Definisi

Chlorophyceae (Ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya
bersifat eukariotin (materi inti dibungkus oleh membran inti), pigmen korofil terdapat dalam
jumlah terbanyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah
Karoten dan Xantofil.

2. Bentuk tubuh

Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam
bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni
berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau
dikelompokan sebagai berikut:

1) Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas

2) Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella

3) Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai
bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.

4) Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora

5) Berbentuk – filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium

6) Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora

 Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah
(prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
 Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih
dari satu bidang, contoh: Ulva

 Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa

3. Habitat

Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar
hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat
pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar,
bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau,
genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan,
tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air
mengapung atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup
melekat pada tumbuhan atau hewan.

Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang
cahayanya cukup seperti: kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau
selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah
lembab dan kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia). Beberapa anggotanya
hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang
hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.

4. Ciri morfologi dan fisiologi

Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan
lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak
mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel Caulerpales
mengandung xylhan atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi
dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusn oleh selulosa sebagai
penyusun utama, sel-sel terbut juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi
oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini
pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat
pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam
kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam xantofil, luten,
violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel
(parietal), contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada umumnya
satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu kloroplas
setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang
juga merupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati,
pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.

Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting untuk klasifikasi dalam
tingkatan marga. Variasi bentuk kloroplas sebagai berikut :

1) Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas

2) Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix

3) Bentuk cakram, contoh : Chara

4) Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium

5) Bentuk spiral, contoh : Spirogyra

Inti dari Sel Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi diselubungi membran inti
dan terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota misalnya
jenis yang tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.

Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai
glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali
amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut
piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil
asimilasi berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis
yang demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah
pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan sebagai taksonomi.

Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:


1) Pergerakan dengan flagela

Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak.
Flagela pada kelas Chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang
(isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan
dengan struktur yang sangat luas disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal
dari tiap flagela disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9
dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur
semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2, flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.

2) Pergerakan dengan sekresi lendir.

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan
lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang
diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama
pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian
belakang seperti berkelok-kelok.

5. Adaptasi

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan pada desmid di


permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya
yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel.

diantara ganggang ini bentuk – bentuk yang mewakili tingkatan evolusi yang dijalani
tumbuhan dalam hal metode reproduksi sexual yang lebih maju. Dalam hubungan ini, baik
Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix mewakili
metode reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet motil yang bentuk luarnya serupa
keluar dari sel-sel induknya yang tidak bersifat khusus dan akhirnya saling melebur diri dalam
air. Oedogonium sebaliknya, memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual
(oogami), yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar nonmotil dan sperma
motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini mempunyai alat kelamin oogonium dan
anteridium yang terbentuk secara khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh
gangang tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air setelah gamet itu
dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan
sperma harus berenang menuju telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga
bahwa Ulothrix dan Oedogonium itu sendiri merupakan nenek moyang tumbuhan tingkat tinggi,
namun memang terdapat ciri – ciri dalam siklus hidupnya yang menunjukan tingkatan evolusi
tumbuhan biji yang hidup dewasa ini.

6. Klasifikasi

Chlorophyta memiliki 1 kelas, yaitu chlorophyceae dan ada empat ordo, yaitu:

1) Ordo Volvocales

Klasifikasi

- Division : Chlorophyta

- Kelas : Chlorophyceae

- Ordo : Volvocales

- Familia : Volvacaceae

- Genus : volvox

- Spesies : Volvox sp.

(Imam Prasetyo, 1967)

Ciri umum

o Ordo besar ganggang hijau (Chlorophyceae) memuat segala bentuk yang secara
normal flagellata dan motil.

o Volvox ditemukan di air tawar.

o Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 – 5000 buah.

o Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata.

Cara reproduksi
Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.

Contoh genus

Contoh genus Pandorina, Platidorina, Gonium (ukuran sel bervariasi), Pleudorina (ukuran sel
seragam), Eudorina, Volvulina, Volvox (ukuran sel bervariasi)

2) Ordo Chlorococcales

Ciri Umum

o Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak.

o Mempunyai satu inti dan satu kloroplas.

o Hidup sebagai plankton dalam air tawar, kadang-kadang juga pada kulit
pohon-pohon dan tembok-tembok yang basah.

Cara reproduksi

– Perkembanganbiakan dengan isogami antara lain pada marga Pediastrum.

Klasifikasi

Dalam bangsa ini termasuk antara lain:

– Suku Hydrodictyceae, contoh Pediastrum bonganum

– Suku Chlorococcaceae, contoh Chlorococcum humicale

Hewan ini memiliki bentuk unisel dan koloni. Dan tidak memiliki flagel. Berbentuk bulat telur.
Ordo ini memiliki 4 famili, yaitu:

a). Chlorococcaceae

o Umumnya berbentuk kokus dan dalam koloni berbentuk speris.

o Contoh genus : Chlorococcum dan neochloris

b). Oocystaceae
o Memiliki penyebaran yang luas

o Umumnya unisel, tidak bergerak

o Tidak menghasilkan zoospore

Contoh genus Chlorella, Ankistrodesmus, Oocystis dan GolenkiniaØ

c). Hydrodictiaceae

Umumnya koloniv

v Dapat hidup di air tenang, maupun sedikit mengalir, seluruhnya hidup di air tawar Contoh
genus : Hydrodiction, Pediastrum, Sorastrum.

d). Scenedesmaceae

Umumnya koloni, hidup di air tawar

Contoh genus: Scenedesmus (jumlah sel dlm koloni 4, 8 atau 16 sel), Coelastrum (jumlah sel
dalam koloni 4-128 sel)

3) Ordo Ulotrichales

Ciri umum

o Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas yang masih sederhana
membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak.

o Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan melekat pada
suatu substrat / alas.

Klasifikasi dan Contoh

Klasifikasi

- Divisio : Chlorophyta

- Kelas : Chlorophyceae
- Ordo : Ulothricales

- Familia : Ulothrichaceae

- Genus : Microspora

- Spesies : Microspora sp.

4) Ordo Ulvales

Ciri umum

o Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar perairan.

o bentuk seperti lembaran daun. sering disebut dengan selada air dan dapat
dimakan.

o Ulva hidup di lautan dan sebagian hidup di air payau.

Cara Reproduksi

Berkembangbiak secara vegetatif dengan menghasilkan spora.

Klasifikasi dan Contoh

- Kingdom : Protista

- Divisio : Chlorophyta

- Classsis : Cholrophyceae

- Ordo : Ulvales

- Familia : Ulvaceae

- Genus : Ulva

- Species : Ulva sp.

7. Perkembangbiakan
perkembangbiakan ganggang hijau dapat dibagi kedalam tiga cara, yaitu :

- Secara vegetative

Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga melakukan


pembelahan sel.

- Secara Asexual

Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi
individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara
spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik.

Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus
disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat
yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama
poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.

Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara asexual terjadi dengan pembentukan
zoospore, yang berbentuk buah per dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap
pada ujungnya, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah,
dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.

Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan dengan pembentukan :

1) Aplanospora

2) Hipnospora

3) Autospora

- Secara sexual

Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu : isogami, anisogami, dan oogami.
Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau
gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis
termasuk tipe diolohaplonthik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukan
kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing – masing jenis merupakan sel bebas dengan
ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing –
masing jenis telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun bentuknya.

Gambar reproduksi pada Chlorophyta


PHAEOPHYCEAE

1. Definisi

Phaeophyceae berasal dari bahasa Yunani Phaios yang berarti kehitaman atau coklat,merupakan
jenis alga yang terbesar dan yang paling komlpeks.Seluruh alga ini adalah multiseluler dan
sebagian besarnya hidup dilaut.Warna coklat disebabkan oleh pigmen coklat (fikosantin) yang
secara dominan terlihat.

2. Bentuk tubuh

Semua Phaeophyta hidup berkoloni dengan bentuk bervariasi dari yang sederhana hingga yang
berbentuk besar dengan organisasi sel yang rumit. Pada Phaeophyta yang berkoloni besar, belum
terbentuk organ yang sesungguhnya meskipun pada beberapa jenis terdapat bentuk menyerupai
akar, batang, dan daun, namun keseluruhan bagian itu disebut sebagai talus

Thallus dari jenis – jenis yang tergolong phacophyceae selalu bersel banyak (multiseluler).
Umumnya makoskopis dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakopora yang
berwarna coklat kekuning – kuningan karena adanya kandungan fikosantin yang melimpah.
Pigmen yang terkandung dalam phaeophyta tersebut adalah klorofil A, klorofil C, beta karoten,
fikosantin, flaposantin, neosantin, fukosantin, neufukasantin A dan neufukasantin B. Cadangan
makanan berupa laminarin, yaitu beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian
besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu : selulosa, asam alginat, fukan dan fuoidin. Asam
alkinan dan fukoidin mempunyai struktur kimia lebih kompleks dari pada selulosa, tetapi
senyawa – senyawa tersebut tidak merupakan komponen struktural. Fungsi skelatel dari
ganggang ini diperkirakan berasal dari sifat – sifat fisik pembentuk “gel” yang larut dalam
viskus.
3. Habitat

Hampir, semuanya hidup di laut, secara luas tersebar di pantai – pantai laut, terutama di daerah
yang lebih dingin. Sekitar 1.000 spesies telah diketahui secara terperinci. Phaeophyta hidup di
batu – batuan dalam air sedalam 1,5 – 5 meter atau lebih dan meluas ke arah pantai di daerah –
daerah yang maih tertutupi pasang naiknya air laut. Semua spesies multiseluler, beberapa
diantaranya berbentuk ramping, sederhana, sedangkan yang lain tumbuh menjadi sangat besar
dan berbeda – beda bentuk luarnya. Di antara gangang coklat yang paling umum ialah spesies
yang tergolong Fucus dan Ascophyllum. Gulma batu atau Fucus tersebar luas, terutama di
wilayah utara beriklim sedang. Tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 100 cm dan melekat dalam
massa luas di batu – batuan dan tampak jika air pasang surut. Gelembung udara atau lupa – lupa
sepanjang sisi talusnya menyebabkan cabang – cabang seperti garpu timbul di permukaan. Ujung
beberapa cabangnya membesar dan berisi organ kelamin.

Genus lain yang dikenal adalah Sargassum. Kebanyakan spesiesnya tumbuh menempel di
sepanjang pantai berbatudi daerah tropika dan beriklim ugharia, tetapi Sargassum natans
merupakan komponen utama pada massa gulma laut yang terapung – apung di Atlantik Utara.
Massa ini berbeda – beda ukurannya dari yang hanya terdiri atas beberapa tumbuhan sampai
kepada yang hanya beberapa ratus meter lintangnya. Kawasan yang ditumbuhi gangang coklat
ini dikenal dengan Laut Sargasso. “Laut” ini dibatasi oleh gelombang laut sampai suatu daerah
lonjong seluas lebih dari dua juta mil persegi, meluas ke Bahama, ke Azores. Tumbuhan tersebut
berkembangbiak secara tidak terbatas di laut terbuka dengan cara aseksual, satu – satunya cara
reproduksi yang diketahui. Akan tetapi, kebanyakan spesies diketahui bereproduksi secara
seksual. Sargassum filipendula menggambarkan penampilan umum tumbuhan genus tersebut.
Panjangnya hampir setengah meter, banyak bercabang, dan menyandang lupa – lupa yang kecil
-kecil lagi bertangkai.

4. Ciri morfologi dan fisiologi

Ciri morfologi dan fisiologinya yaitu sebagai berikut: yang Blades, yang Stipe, dan pegangan
erat. Semua ini adalah bersama-sama disebut thallus (jamak thalli).. Beberapa juga telah
pengapungan bladders untuk membantu menjaga mereka Blades dekat air permukaan dalam
rangka untuk lebih baik photosynthesize.. Adaptasi ini timbul sebagai akibat dari lingkungan
yang Ganggang coklat ditemukan. Semua Ganggang coklat adalah multicellular; tidak ada yang
unicellular atau kolonial.. Mereka memiliki luas permukaan besar untuk acquier dibubarkan gizi
berupa air di sekitarnya. Beberapa kelp Blades mendapatkan hingga 100 meter panjang.

5. Adaptasi

Talusnya memiliki alat pelekat untuk menempelkan tubuhnya pada substrat, sedangkan bagian
tubuh yang lainnya mengapung di atas air. Beberapa anggota Filum Phaeophyta seperti
Sargassum, Macrocystis, dan Nereocystis memiliki gelembung udara yang berfungsi untuk
menyimpan gas nitrogen dan untuk mengapung di atas permukaan air.

6. Klasifikasi

Menurut (Yudianto, 1992) phaeophyceae terbagi atas tiga anak kelas, yaitu:

- Isogeneratae: alga coklat yang bentuk pergiliran turunan gametofit dan spo-rofitnya
adalah sama (iso= sama, generatio= turunan). Contoh: Ectocarpus 2.

- Heterogeneratae: alga coklat yang bentuk pergiliran turunan gametofit berukuran kecil,
sedangkan sporofitnya berukuran besar. Jadi bentuk game-tofitnya berbeda sekali dengan
sporofitnya (hetero= berbeda, generatio= turunan). Contoh: Laminaria

- Cyclosporae: alga coklat yang bentuk vegetatifnya yang dominan adalah fase sporofitnya
(generasi diploid), dan tidak memiliki bentuk vegetative yang haploid (1n). Generasi
haploidnya hanya dalam bentuk sel-sel gamet (sel kelamin) yang dihasilkan di dalam
konseptakelnya. Contoh: Fucales

7. Perkembangbiakan

Pekembang biakan dilakukan secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan vegetatif


dilakukan dengan perantaraan cabang – cabang kecil yang dibentuk di bagian basal dan
thalussnya atau dapat pula dilakukan secara fragmentasi thalussnya. Perkembang biakan seksual
dilakukan secara oogamis. Gangang ini bersifat monoesis atau diesis.

Menurut Tjitsosopomo (1983), struktur reproduksi dalam kelompok gangang coklat, banyak
yang serupa dengan yang dijumpai pada alga hijau. Reproduksi aseksual dengan zoospora
berflagela dan reproduksi seksual secara isogami atau oogami, bergantung kepada sama tidaknya
gamet – gamet yang berpadu. Alga coklat, seperti halnya alga hijau mungkin berasal dari nenek
moyang yang berflagela

Salah satu contoh spesies yang mudah dilihat cara perkembangbiakannya adalh Fucus, Fucus
berkembang biak hanya secara seksual melalui oogami. Telur dan sperma terbentuk di dalam
ruang berbentuk bola, dinamai konseptakel, di ujung – ujung tallus yang membengkak. Letak
setiap konseptakel dicirikan oleh lubang renuk yang membuka ke ujung luar dan tampak oleh
mata bugil. Telur dan sperma mungkin terbentuk dalam konseptakel yang sama, tetapi lebih
umum keduanya tebentuk dalam ruang terpsah pada Thallus yang sama atau berlainan.

Satu spesies yang ditelaah secara umum ialah Fucus vesiculosis yang membentuk konseptakel
pada talus berada. Di dalam organ betina terdapat banyak sekali oogonia, bertangkai, masing –
masing menghasilkan sel sperma. Anteridia tersusun dalam kelompok pada filament pendek
bercabang yang timbul darri dasar dan tepi konseptakel. Pada kedua macam konseptakel tersebut
banyak sekali dijumpai rambut – rambut tidak bercabang dan berwarna.

Generasi sporofit merupakan tubuh tumbuhan Fucus. Oogonia dan anteridia muda itu uniseluler,
dengan nuklea 2n. Telur – telur nya terbentuk setelah pembelahan inti tiga kali berturut – turut,
dua diantaranya ialah meiosis. Sesudah pembelahan yang ketiga, sitoplasma tersusun mengitari
setiap nekleus, jadi membentuk telur. Sama halnya, nucleus diploid pada anteridia juga menjalani
meiosis, dan hal ini disusun oleh sejumlah pembelahan mitosis, sampai menghasilkan 64 sperma.

Bilamana sudah matang, gamet – gamet itu dikeluarkan ke dalam air. Baik telur maupun sperma
mula – mula dikelilingi suatu selaput tipis, tetapi segera sobek – sobek dan gamet – gamet bebas
keluar. Hal ini tidak lazim, karena pada galibnya gamet – gamet nonmotil tetap di di dalam organ
seks betina dan tidak dilepaskan sebelum pembuahan. Begitu terlepas, maka sperma – sperma
berenang – renang disekeliling telur itu sampai ada satu spema yang berhasil memasukinya.
Setelah fertilisasi, zigot membentuk dinding tebal, lalu melekat pada suatu batuan, dan langsung
tumbuh menjadi tumbuhan baru.
RHODOPHYCEAE

1. Definisi

Ganggang merah (Rhodophyceae)adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah
banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel
banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk
berkas atau lembaran. Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan
(sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah
sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus.

2. Bentuk tubuh

Bentuk tubuh helaian atau berupa pohon. Talus Rhodophyta relatif besar, namun jarang yang
panjangnya melebihi 90 cm. Beberapa jenis berbentuk filamen tetapi kebanyakan membentuk
struktur kompleks yang bercabang-cabang menyerupai bulu atau pipih menyebar menyerupai
pita. Umumnya, Rhodophyta multiseluler, namun terdapat juga Rhodophyta yang uniseluler.
Alga merah multiseluler umumnya makroskopis dan struktur tubuhnya menyerupai tumbuhan
(talus). Talus pada Rhodophyta berupa helaian atau seperti tumbuhan.

3. Habitat

Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di
air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di
air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria,
sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.

4 ciri morfologi dan fisiologi


- Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.

- Sebagian besar multiseluler (bersel banyak).

- Umumnya makroskopis (dapat dilihat dengan kasat mata) dengan panjang dapat
mencapai 1 meter.

- Satu-satunya alga yang tidak memiliki fase berflagel dalam siklus hidupnya.

- Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.

- Kloroplas mengandung pirenoid untuk menyimpan hasil fotosintesis.

- Cadangan makanan disimpan dalam bentuk tepung fluoride (sejenis karbohidrat),


floridosid (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Floridosid akan
bewarna kemerah-merahan jika ditambah dengan iodium.

- Bentuk talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.

- Talus bewarna merah sampai ungu tetapi ada juga yang pirang atau kemerah-merahan.

- Tubuhnya diselimuti kalsium karbonat (CaCO3).

- Dinding sel terdiri atas komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam
tersusun dari myofibril, sedangkan sel sebelah luar tersusun dari zat lendir.

- Memiliki pigmen klorofil a dan b, karotenoid, fikosianin (biru) dan pigmen dominan
fikoeritrin (merah).

5. Adaptasi

Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai
kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti : merah tua,
Merah muda, pirang, coklat kuning dan hijau.

6. Klasifikasi

Kelas ini mempunyai 2 anak kelas, yaitu anak kelas Bungioidae dan anak kelas Plorideae (Smith,
1955). Sebaran alga merah sangat luas, tetapi banyak terdapat di perairan beriklim sedang.
Beberapa jenis alga ini terdapat di daerah sebaran pasang surut, tetapi pertumbuhan yang subur
terdapat di daerah bawah-pasang surut.

Di perairan tropic alga ini umumnya terdapat di daerah bawah-litoral dimana cahaya sangat
kurang. Mereka umumnya berukuran kecil. Sekelompok alga ini ada yang disebut Corallina,
yang menyadar kapur dari air laut. Alga ini terdapat di terumbu karang dan membentuk kerak
merah muda pada batu karang dan batu cadas. Banyak alga ini yang mempunyai nilai ekonomis
dan diperdagangkan yang dikelompokkan sebagai ekspor komoditi.

Di Indonesia tercatat 17 marga yang terdiri dari 34 jenis. Marga alga tersebut diantaranya sebagai
berikut:

1). Acanthophora terdiri dari dua jenis yang tercatat, yakni A. spicipera dan A. muscoides. Alga
ini hidup menempel pada batu atau benda keras lainnya. Jenis yang pertama sebarannya di
Indonesia sangat luas sedangkan yang kedua sebarannya kurang meluas dan terdapat di tempat
tertentu.

2). Actinotrichia (A. fragilis) terdapat di bawah pasang surut dan menempel pada karang mati.
Sebarannya sangat luas terdapat pula di padang lamun.

3). Amansia (A. glomerata) tumbuh melekat pada batu di daerah terumbu karang dan dapat hidup
melimpah di padang lamun.

4). Amphiroa (A. fragilissima) tumbuh menempel pada dasar perairan di rataan pasir atau
menempel pada dasar substrat di lain di padang lamun. Sebarannya sangat luas.

5). Chondrcoccus (C. hornemannii) tumbuh melekat pada substrat batu di ujung luar rataan
terumbu yang senantiasa terendam air.

6). Corallina belum diketahui jenisnya. Alga ini tumbuh di bagian luar terumbu yang biasa
terkena ombak langsung. Sebarannya tidak begitu luas.

7). Euchema adalah alga merah yang biasa ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasang
surut bulan-setengah. Alga ini mempunyai thallus yang silindrik berdaging dan kuat dengan
bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada beberapa jenis. Thalusnya licin, warna
alga ini ada yang tidak berwarna merah, tetapi hanya coklat-kehijauan kotor atau abu-abu dengan
bercak merah. Di Indonesia tercatat empat jenis antara lain E. denticulatum (E. spinosum), E.
edule, E. alvarezii (Kappaphycus alvarezii) dan E.serra.

8). Galaxaura terdiri dari empat jenis, yakni G. kjelmanii, G. subfruticulosa, G. subverticillata,
dan G. rugosa. Mereka tumbuh melekat pada substrat batu di rerataan terumbu.

9). Gelidiella (G. acerosa) tumbuh menempel pada batu di daerah pasang hsurut atau bawah
pasang surut. Alga ini muncul di permukaan air pada saat air surut dan mengalami kekeringan.
Alga ini digunakan sebagai sumber alga yang diperdagangkan.

10). Gigartina (G. affinis=Carpopertis affinis) tumbuh menempel pada batu di pelataran
terumbu, terutama di tempat-tempat yang masih tergenang oleh air pada saat air surut.

11). Gracilaria terdiri dari tujuh jenis, yakni G. arcuata, G. coronapifolia, G. folifera, G.
eucheumioides, G. gigas, G. salicornia, dan G. verrucosa.

12). Halymenia terdiri dari dua jenis , yakni H. durvillae dan H. harveyuna. Mereka hidup di
luar batu karang di luar pelataran terumbu karang yang selalu tergenang air.

13). Hypnea terdiri dari yakni H. asperi dan H. servicirnis. Alga ini hidup di habitat berpasir atau
berbatu, ada pula yang bersifat epifit dan penyebarannya luas.

14). Laurencia terdiri dari tiga jenis yang tercatat, yakni L. intricata, L.nidifica dan L. obtus. Alga
ini hidup melekat pada batu di daerah terumbu karang.

15). Rhodimenia (R. palmata) hidup melekat pada substrat terumbu dan batu.

16). Titanopyra (T. pulchra) dijumpai sangat jarang. Jenis ini terdapat di perairan Sulawesi.

17. Porpyra adalah alga kosmopolitan. Marga alga ini terdapat mulai dari perairan tropik sampai
daerah subtropik, tetapi persebaran tegaknya sangat terbatas. Pada umumnya alga ini terdapat di
daerah litoral, hidup di atas batu karang pada pantai yang terbuka serta bersalinitas tinggi.
Meskipun demikian ada pula yang menyukai daerah muara sungai dengan pantai yang agak
terlindung serta salinitas perairan yang relatif rendah, yaitu Porpyra tenera.
7. Perkembangbiakan

Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generative

 Perkembangbiakan vegetative ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora


haploid yang dihasilkan oleh sporagonium atau talus ganggang diploid. Spora ini tumbuh
menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.

 Perkembangbiakan generative ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin


betina atau ovum oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan disebut
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tidak berflagel. Sedangkan alat
kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan ovum
oleh spermatuim adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi
ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan miosis. Spora
haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah
terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit. Ganggang merah umumnya
bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan
biasanya parasit pada ganggang lain.
TUGAS 2
ANALISIS ASPEK BIOLOGIS DAN ADAPTASI BENTHOS YANG SALING
KOMENSALISME, MUTUALISME DAN PARASITISME

1) KOMENSALISME

Menurut bahasa, simbiosis berasal dari bahasa yunani yaitu : “Sym” artinya “dengan”
dan “biosis” yang artinya “kehidupan”. Sedangkan menurut istilah simbiosis adalah sebuah
interaksi antara makhluk hidup berbeda jenis dalam satu tempat dan waktu tertentu yang
hubungannya sangat erat.

contoh nya ikan remora dengan ikan hiu dan ikan pari dan anemom laut
demgan ikan nemon laut

Interaksi antara ikan remora dan ikan hiu merupakan contoh dari simbiosis
komensalisme. Ikan kecil remora biasanya berenang berdekatan dengan ikan hiu ini (sebagai
bentuk adaptasi). Tujuannya yaitu mendapatkan sisa – sisa makanan serta untuk perlindungan
dari pemangsanya. Begitu juga interaksinya antara ikan remora dan ikan pari hampir mirip
dengan interaksi antara ikan remora dan ikan hiu. Ikan remora menempel pada ikan pari
dengan memanfaatkan sirip punggung yang berubah menjadi pengisap yang apabila ikan pari
memperoleh makanan, maka ikan remora juga akan mendapatkan sisa-sisa makanan yang
menempel. Tentu dalam hal ini ikan remora lah yang mendapat keuntungan, namun ikan pari
dan ikan hiu tidak akan terpengaruh oleh kehadiran ikan remora di dekatnya ini.
2) MUTUALISME
Ikan gobi dan udang pistol tinggal bersama di dasar laut. Udang pistol menggali
lubang untuk tempat tinggal (sebagai bentuk adaptasi), dan ikan gobi akan tinggal
bersamanya di lubang tersebut. Si ikan gobi pun mendapat tempat tinggal yang aman, dan
sebagai balasannya si ikan gobi juga memberi beberapa keuntungan kepada udang pistol.
Udang pistol memiliki penglihatan yang sangat buruk, sedangkan ikan gobi sebaliknya.
Maka ikan gobi akan memberi peringatan kepada udang pistol ketika ada bahaya datang,
sehingga si udang bisa bersembunyi. Ikan gobi juga akan menuntun udang pistol keluar
masuk sarang, dan bahkan terkadang mengumpulkan makanan bagi si udang.
Contohnya : ikan gobi dan udang pistol, landak laut dengan kepiting

3) PARASIT
Plankton adalah jenis organisme mikroskopis yang hidup di atas atau di
permukaan (zona pelagis) samudera, laut atau badan air lainnya. Nama plankton diambil
dari bahasa Yunani planktos, yaitu yang artinya pengembara. Secara umum, plankton
memiliki ukuran kecil yaitu kurang dari 1 mm atau sekitar 0,000039 inci. Namun ada
juga spesies plankton yang berukuran besar, seperti ubur-ubur, yang tentakelnya memiliki
lebar dan panjang hingga 15 meter.
Plankton berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan laut. Organisme ini dianggap
sebagai sumber makanan bagi organisme besar yang hidup di perairan seperti ikan,
kerang, karang, dan paus. Meskipun digolongkan sebagai organisme hidup, plankton
tidak memiliki kekuatan untuk melawan arus, pasang surut atau angin yang
membersihkannya.
ADAPTASI : Dasar laut adalah habitat yang baik untuk pengembangan plankton, di mana
daerah pesisir mengandung garam mineral dan sinar matahari yang baik untuk plankton,
plankton bergerak secara vertikal untuk menghindari musuhnya
Contohnya : bentos,udang laut, dll.

Anda mungkin juga menyukai