Anda di halaman 1dari 12

Fonologi

Fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran antar-bunyi yang
membentuk silabel atau suku kata (Deterding, 1998: 9). Fonologi adalah cabang dari kajian
linguistik. Fonologi sesungguhnya merupakan satu sub disiplin linguistik yang membicarakan
tentang bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Fromkin: 2003). Dengan
demikian, fonologi juga membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa, cara menganalisnya
dan kegiatan mempelajari bunyi bahasa idealnya tidak hanya sebatas upaya pengenalan
bunyi-bunyi itu, tetapi juga harus diiringi dengan latihan menganalisis bunyi-bunyi bahasa
tersebut dari segala segi. Secara umum, ada dua cabang kajian tentang fonologi, yakni fonetik
dan fonemik (Fromkin: 2003). Fonetik dan fonemik adalah dua cabang besar yang masuk
dalam kajian tentang studi bunyi ujaran atau fonologi. Dalam pembahasan kata serapan
bahasa Arab dalam bahasa Inggris landasan teori yang dibahas hanya mengenai fonetik yang
pembahasannya mengenai sistem bunyi bahasa.

Fonetik
Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa.
Fonetik merupakan salah satu kajian fonologi yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem
sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ
tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang dihasilkan
bunyi-bunyi berasal dari alat ucap manusia (Fromkin, 2003: 254).
Sementara pandangan lain (Stageberg, 1977: 6) menyebutkan bahwa fonetik adalah
bagian dari cabang fonologi yang hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya
fonologi. Fromkin (2003) salah satunya, berpandangan bahwa fonetik adalah studi tentang
bunyi ujaran yang objeknya adalah bunyi ujaran bahasa manusia secara umum, sementara
fonologi adalah kajian tentang bunyi ujaran yang terjadi pada bahasa tertentu. Dengan
demikian, berbeda halnya dengan fonetik yang mempelajari semua bunyi bahasa secara
umum, maka fonologi mengamati bahasa tertentu saja, atau bunyi bahasa dari suatu bahasa
tertentu, berdasarkan fungsinya bunyi bahasa tersebut dapat membedakan arti atau makna
leksikal dalam sistem bahasa tersebut. Kemudian dengan dasar yang sama dibedakan pula
pengertian fonetik dan fonemik. Kajian fonetik dapat diklasifikasi menjadi dua, yakni
segmental dan suprasegmental. (Fromkin: 2003).
Segmental
Bahasa adalah bunyi atau sistem lambang bunyi yang wujudnya berupa bunyi.
Segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara yang terdiri
dari segment – segment tertentu (Fromkin, 2003: 213).
Segmental diklasifikasi menjadi dua, yakni vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi
bersuara yang tidak melibatkan hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir, sedangkan
konsonan adalah bunyi bahasa segmental selain vokal yang dapat dibagi menurut dua
dimensi, yakni daerah artikulasi (places of articulation) dan cara artikulasinya (manners of
articulation) Selain vokal dan konsonan terdapat juga diftong, yaitu untaian dua bunyi yang
terdiri atas vokal dan luncuran (glide) (Fromkin, 2003: 255). Setiap bahasa memiliki sistem
bunyi yang berbeda-beda, baik pada bunyi vokal, konsonan, maupun diftong. Bahasa Arab
dan bahasa Inggris juga memiliki sistem bunyi bahasa yang berbeda. Perbedaan sistem bunyi
pada dua bahasa tersebut dapat diketahui dari bentuk vokal dan konsonannya.

Vokal Bahasa Arab


Jauhar (2014: 50) mengklasifikasikan bunyi vokal dalam bahasa Arab ada lima bagian,
yakni berdasarkan (1) tinggi rendahnya lidah, (2) bagian lidah yang bergerak, (3) striktur, (4)
bentuk bibir, dan (5) naik dan Turunnya Lidah Vokal Rangkap (Diftong). Pandangan ini
sejalan dengan klasifikasi dari Gairdner (1926: 30) yang menyebutkan bahwa vokal dalam
bahasa Arab dibagi dua; yakni vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal
tunggal dalam bahasa Arab berjumlah enam vokal: [a], [ɑ], [i], [i:], [u], [u:], sedangkan vokal
rangkap berjumlah dua, yakni: [ai] dan [au]. Klasifikasi bunyi vokal bahasa Arab menurut
Gairdner (1926) dan Jauhar (2014) sebagai berikut.
1. Tinggi rendahnya lidah vokal dalam bahasa Arab dapat dibagi atas; vokal tinggi
seperti: [i:], [i]; [u], [u:]; dan vokal rendah seperti: [a], [ɑ]. Dalam bahasa Arab tidak
ditemukan adanya jenis vokal tengah (sedang).
2. Bagian lidah yang bergerak vokal bahasa Arab dapat dibedakan menjadi; vokal depan,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan,
seperti [i:], [i], [ɑ], [a]; dan vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan
turun naiknya lidah bagian belakang, seperti [u:], [u]. Dalam hal ini, bahasa Arab
tidak memiliki karakter vokal tengah.
3. Striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif.
Karena vokal tidak ada artikulasi, maka striktur untuk vokal ditentukan oleh jarak
lidah dengan langit-langit. Menurut strikturnya maka vokal dalam bahasa Arab dapat
dibedakan atas; (a) vokal tertutup (close vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan
lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal, seperti
[i:], [u;]; (b) vokal semi-tertutup, (half-close vowels), yaitu vokal yang dibentuk
dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga
di atas vokal yang paling rendah, seperti [i]; (c) vokal semi-terbuka (half-open
vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup, seperti [a],
[u], dan (d) vokal terbuka (open vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
dalam posisi serendah mungkin, seperti [ɑ].
4. Bentuk bibir waktu vokal diucapkan yakni; (a) vokal bulat (rounded vowels), yaitu
vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat bisa terbuka atau
tertutup. Jika terbuka maka vokal itu diucapkan dengan posisi bibir terbuka bulat
(open-rounded) vokal bulat, seperti [u:], [u]; (b) Vokal netral (neutral vowels), yaitu
vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat
tetapi juga tidak terbentang lebar, seperti [ɑ], [a], dan (c) vokal tidak bulat (unrounded
vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang
lebar, seperti [i:] dan [i].
5. Naik dan turunnya lidah vokal rangkap (diftong) yakni vokal rangkap yang tergolong
naik adalah [ai] dan posisi lidah turun adalah [au].

Vokal Bahasa Inggris


Selanjutnya klasifikasi vokal bahasa Inggris menurut Marsono (2008: 29) ada lima
bagian, yakni berdasarkan (1) tinggi rendahnya lidah, (2) bagian lidah yang bergerak, (3)
striktur, (4) bentuk bibir. Pandangan Marsono (2008) ini sejalan dengan pandangan Jones
(1986: 18) dan Deterding (1998: 32) yang menyebutkan bahwa vokal dalam bahasa Inggris
dibagi dua; vokal tunggal (monoftong) dalam bahasa Inggris berjumlah 12 vokal, yakni [i:],
[I], [æ], [ᴧ], [ɑ:], [e], [ə], [з:], [u:], [ʊ], [ɒ] dan [ɔ:], sedangkan vokal rangkap (diftong)
berjumlah 9, yakni [ʊə], [aI], [eI], [ɔI], [aʊ], [oʊ], [Iə], [ɔə], [зə]. Klasifikasi vokal bahasa
Inggris menurut Jones (1986), Deterding (1998) dan Marsono (2008) antara lain;
1. Tinggi rendahnya lidah vokal dalam bahasa Inggris dapat dibagi atas; vokal tinggi,
seperti [i:], [I], [ʊ], dan [u:], vokal tengah seperti [ə], [e], [з:] dan vokal rendah seperti
[æ], [ᴧ],[ɒ],[ɑ:], [ɔ:].
2. Bagian lidah yang bergerak vokal dalam bahasa Inggris dapat dibedakan menjadi;
vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah
bagian depan, seperti [i:], [I], [æ], dan [e]; vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan
oleh gerakan peranan lidah bagian tengah seperti [ə], [з:], dan [ᴧ]; vokal belakang,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian
belakang seperti [ɒ], [ɑ:], [ɔ:], [ʊ], dan [u:].
3. Striktur dalam bahasa Inggris antara lain: (a) vokal tertutup (close vowels), yaitu
vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit
dalam batas vokal seperti [i:] dan [u:]; (b) vokal semi-tertutup, (half-close vowels),
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah
tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, seperti [I], [e], dan [з:], [ʊ];
(c) vokal semi-terbuka (half-open vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga
di bawah vokal tertutup, seperti [ə], [ᴧ], [æ], dan [ɔ:]; (d) vokal terbuka (open vowels),
yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, seperti [ɑ:]
dan [ɒ]
4. Bentuk bibir waktu vokal bahasa Inggris diucapkan, maka vokal dapat dibedakan atas:
(a) vokal bulat (rounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir
bulat. Bentuk bibir bulat bisa terbuka atau tertutup. Jika terbuka maka vokal itu
diucapkan dengan posisi bibir terbuka bulat (open-rounded) seperti: [ɔ:], [ɒ] [ʊ], [u:].;
(b) vokal netral (neutral vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir
dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar [æ], [ə],
[ᴧ], [ɑ:], dan (3) vokal tidak bulat (unrounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan
dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar seperti [i:], [I], [з:], dan [e].
5. Diftong naik adalah [aI], [eI], [ɔI], [aʊ], [oʊ], [ɔə], [зə], sedangkan yang tergolong
pada posisi turun lidah adalah [Iə] dan [ʊə].

Konsonan Bahasa Arab


Jauhar (2014: 70) dan Gairdner (1926: 60) menjelaskan bahwa konsonan dalam
bahasa Arab berjumlah 28 konsonan, yakni: [b], [m], [w], [f], [ð], [ɵ], [t], [d], [dʒ], [n], [s],
[z], [sˤ], [ðˤ], [ʕ], [ɣ], [l], [ʃ], [r], [tˤ], [dˤ], [j], [k], [x], [ħ], [q], [ʔ], [h]. Bunyi konsonan
tersebut dibedakan berdasarkan tempat artikulasi dan cara artikulasi. Konsonan berdasarkan
daerah artikulasi dibedakan menjadi konsonan bilabial, labiodental, dental, alveolar, alveolar
belakang, palatal, velar, faringal, uvular, dan glotal. Sementara berdasarkan cara
artikulasinya, konsonan dibedakan menjadi konsonan hambatan, geseran, sengauan, getaran,
sampingan, luncuran, dan getaran. Dua hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tempat artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan
bunyi konsonan. Berdasarkan tempat artikulasinya, dalam bahasa Arab mengenal
beberapa penamaan konsonan:
a. Bilabial, yaitu konsonan bersuara yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah
merapat pada bibir atas seperti [b], [m] dan [w].
b. Labio-dental, yaitu konsonan bersuara yang terjadi pada gigi atas dan bibir bawah;
gigi atas merapat pada bibir bawah seperti [f]
c. Dental, yaitu konsonan bersuara dan tidak bersuara terjadi adanya penyempitan
ruang antara ujung lidah dan gigi seperti bersuara [ɵ], [ð], [d] dan [z] sedangkan
bunyi tidak bersuara [s].
d. Alveoral, yaitu konsonan bersuara dan tidak bersuara yang terjadi pada ujung
lidah yang ditempelkan pada gusi yang merupakan daerah kasar terletak di
belakang gigi atas seperti bunyi bersuara [dʒ], [n], [r] dan bunyi tidak bersuara
[t], [ʃ]
e. Alveolar Belakang, yaitu konsonan bersuara dan tidak bersuara terjadi adanya
penyempitan ruang antara ujung atau daun lidah dan daerah di belakang alveolum
seperti bunyi yang bersuara [ðˤ], [l], [dˤ] dan bunyi tidak bersuara [tˤ], [sˤ].
f. Palatal, adalah konsonan bersuara yang dibentuk dengan lidah menyentuh langit-
langit keras seperti [j].
g. Velar, yaitu yang dihasilkan dengan bagian belakang lidah menyentuh langit-
langit lunak seperti: bunyi konsonan yang bersuara [ɣ] dan bunyi yang tidak
bersuara [k], [x].
h. Faringal, yaitu adanya penyempitan ruang antara dinding faring dan akar lidah
seperti: bunyi konsonan bersuara [ʕ] dan tidak bersuara [ħ].
i. Uvular, yaitu konsonan tidak bersuara terjadi adanya pertemuan antara pangkal
lidah dan langit-langit lunak seperti [q].
j. Glotal, pengucapan bunyi konsonan yang tidak bersauara secara glottal atau
hamzah tidak terlalu menuntut peggunaan lidah dan bagian mulut yang lain secara
aktif seperti [ʔ], [h].
2) Cara artikulasi adalah proses bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan
terhadap arus udara. Berdasarkan cara artikulasinya konsonan dapat dibedakan
menjadi:
a. Hambatan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara yang
keluar dari paru-paru, lalu dilepaskan seketika seperti [b], [d], [t], [k], [ʔ], [dˤ], [tˤ],
dan [q].
b. Geseran, yaitu bunyi yang melibatkan penghambatan arus udara melalui celah
sempit seperti [f], [h], [s], [ʃ], [θ], [ð], [z], [ħ], [x], [sˁ], [ðˁ], [ʕ], dan [ɣ].
c. Sengauan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat rapat jalan udara dari
paru-paru melalui rongga hidung seperti: [m], [n].
d. Getaran, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menaikkan ujung lidah dan
melengkungkannya ke belakang gusi secara berulang-ulang menempel dan lepas
dari gusi seperti [r].
e. Paduan, yaitu yang dihasilkan oleh ujung lidah dan busi belakang seperti [ʤ].
f. Sampingan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menempelkan daun lidah
pada gusi dan mengeluarkan udara melalui sisi-sisi lidah. Pada saat bunyi lateral
dihasilkan pita suara bergetar seperti [l].
g. Luncuran, yaitu bunyi yang dihasilkan sebagai bunyi-bunyi transisi seperti [j], dan
[w].
Konsonan Bahasa Inggris
Jones (1986: 18), Deterding (1998: 55) dan Marsono (2008: 29) menyebutkan bahwa
konsonan dalam sistem bunyi bahasa Inggris berjumlah 23 konsonan, yaitu [b], [p], [m], [w],
[f], [v], [ɵ], [ð], [t], [d], [tʃ], [dʒ], [n], [s], [z], [r], [ʃ], [ʒ], [j], [k], [g], [ŋ], dan [h]. Konsonan
berdasarkan daerah artikulasi dibedakan menjadi konsonan bilabial, labiodental, dental,
alveolar, palatal, velar, glotal. Sementara berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dalam
bahasa Inggris dibedakan menjadi konsonan hambatan, paduan, sengauan, geseran,
sampingan, dan luncuran. Ketiga kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Tempat artikulasi tidak lain dari pada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan
bunyi konsonan. Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal konsonan:
a. Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat
pada bibir atas seperti: bunyi konsonan bersuara [b], [w], [m] dan tidak bersuara [p].
b. Labio-dental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi atas dan bibir bawah; gigi atas
merapat pada bibir bawah seperti: bunyi konsonan bersuara [v] dan tidak bersuara
[f].
c. Dental, yaitu konsonan yang terjadi pada ujung lidah yang ditempelkan pada gusi
yang merupakan daerah kasar terletak di belakang gigi atas seperti bunyi konsonan
bersuara [ð] dan tidak bersuara [ɵ].
d. Alveoral, yaitu konsonan yang terjadi pada ujung lidah yang ditempelkan pada gusi
yang merupakan daerah kasar terletak di belakang gigi atas seperti bunyi konsonan
bersuara [d], [dʒ], [l], [n], [r], [z] dan tidak bersuara [t], [tʃ], [s].
e. Palatal, adalah bunyi yang dibentuk dengan lidah menyentuh langit-langit keras
seperti: bunyi konsonan bersuara [ʒ], [j] dan tidak bersuara [ʃ].
f. Velar, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan bagian belakang lidah menyentuh langit-
langit lunak seperti: bunyi konsonan bersuara [g], [ŋ] dan tidak bersuara [k].
g. Glotal, pengucapan bunyi konsonan bersuara secara glottal atau hamzah tidak terlalu
menuntut peggunaan lidah dan bagian mulut yang lain secara aktif seperti [h].
3). Cara artikulasi adalah bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus
udara. Berdasarkan cara artikulasinya konsonan dapat dibedakan menjadi:
a. Hambatan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat arus udara yang keluar
dari paru-paru, lalu dilepaskan seketika seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g]
b. Geseran, yaitu bunyi yang melibatkan penghambatan arus udara melalui celah
sempit seperti [f], [v], [ɵ], [ð], [s], [z], [r], [ʃ], [ʒ], [h]
c. Sengauan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menghambat rapat jalan udara dari
paru-paru melalui rongga hidung seperti [m], [n], [ŋ]
d. Paduan, yaitu yang dihasilkan oleh ujung lidah dan busi belakang seperti [tʃ], [dʒ]
e. Sampingan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara menempelkan daun lidah pada
gusi dan mengeluarkan udara melalui sisi-sisi lidah. Pada saat bunyi lateral
dihasilkan pita suara bergetar seperti [l].
f. Luncuran, yaitu bunyi yang dihasilkan sebagai bunyi-bunyi transisi seperti [w], [j].
Di bawah ini tabel perbandingan sistem bunyi vokal dan konsonan bahasa Arab
dan bahasa Inggris.
Perbandingan Vokal dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

Klasifikasi Vokal Bahasa Arab dan Bahasa Inggris


Tinggi Naik dan
Rendahnya Turunya
Sistem Lidah Vokal Bagian Lidah Striktur Bentuk Bibir Lidah
Bunyi Tunggal Yang Bergerak Vokal
(Monoftong) Rangkap
(Diftong)

V. Semi-Tertutup

V. Semi-Terbuka

V, Tidak Bulat

Diftong Turun
Diftong Naik
V. Belakang

V. Tertutup

V. Terbuka
V. Rendah
V. Tengah

V. Tengah
V. Tinggi

V. Depan

V. Netral
V. Bulat
[i:] [a] [i:] [u:] [i:] [i] [a] [ɑ] [u:] [ɑ] [i:] [ai]. [au]
Bahasa [i] [ɑ] [i] [u] [u;] [u] [u] [a] [i]
Arab [u] [a]
[u:] [ɑ]

[i:] [e] [æ] [i:] [ə] [ɒ] [i:] [I] [æ] [ɑ:] [ ʊ] [ɑ:] [I] [aI] [Iə]
Bahasa [I] [ə] [ᴧ] [I] [ᴧ] [ɔ:] [u:] [з:] [ɔ:] [ɒ] [u:] [æ] [i:] [eI] [ʊə]
Inggris [ ʊ] [з:] [ɑ:] [e] [з:] [ɑ:] [e] [ᴧ] [ɒ] [ə] [e] [ɔI]

[u:] [ɒ] [æ] [ ʊ] [ ʊ] [з:] [ɑ:] [ᴧ] [з:] [aʊ]

[ɔ:] [ə] [oʊ]


[u:]
[ɔə]
[зə]

Sumber: Gairdner, (1925), Jones (1986), Deterding (1998), Marsono (2008), dan Jauhar
(2014)
Perbandingan Konsonan dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

TEMPAT ARTIKULASI

Dental
Labio-

Dental

Alveolar
Belakang
Alveolar

Palatal

Velar

Faringal

Uvular

Glottal
Bilabial
CARA
ARTIKULASI B/T
Hambatan B Ar. [b] [dˤ]
(plosive)
T [t] [tˤ] [k] [q] [ʔ]
B Ing. [b] [d] [g]

T [p] [t] [k]


Paduan B Ar. [dʒ]
(affrivative)
T
B Ing. [dʒ]

T [tʃ]

Sengauan B Ar. [m] [n]


(nasal)
T
B Ing. [m] [n] [ŋ]

T
Geseran B Ar. [f] [ɵ], [ð], [ðˤ] [j] [ɣ] [ʕ]
(fricatives) [d], [z]

T [s] [ʃ] [sˤ] [x] [ħ] [h]


B Ing. [v] [ð] [z], [r] [ʒ] [h]

T [f] [ɵ] [s] [ʃ]


Sampingan B Ar. [l]
(lateral)
T
B Ing. [l]

T
Luncuran B Ar. [w]
(glides)
T
B Ing. [w] [j]

T
Getaran B Ar. [r]
(rolled/trill)
T
B Ing.

T
Sumber: Gairdner, (1925), Jones (1986), Deterding (1998), Marsono (2008), dan
Jauhar (2014)

Ket. B = Bersuara
T = Tidak Bersuara

Perbandingan Vokal dan Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

Bahasa Arab Bahasa Inggris

Vokal: Konsonan: Vokal: Konsonan:


6 28 12 23

Adanya perbedaan jumlah vokal dan konsonan pada bahasa Arab


dan bahasa Inggris menyebabkan terjadinya perubahan bunyi
setelah terjadinya penyerapan kata.
Suprasegmental
Suprasegmental adalah unsur yang memengaruhi bunyi bahasa dan bunyi yang tidak
bisa disegmentasikan karena kehadiran bunyi ini selalu menyertai segmental bunyi yang
dipisah-pisahkan baik vokal maupun konsonan, dan unsur–unsur suprasegmental yang berupa
long duration (panjang–pendek), intonation (tekanan), dan pitch (nada) (Fromkin, 2003:
240).
Long duration (panjang–pendek) suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu
dipertahankan posisi alat ucap, panjang bunyi berbeda-beda. Tulisan fonetik dalam bahasa
Inggris tanda seperti: [:] dan [::] atau lambang rangkap seperti [tt], [kk], dan [ss] dapat
dipakai untuk menandai panjang (Fromkin, 2003). Dalam bahasa Arab, istilah panjang-
pendek disebut thūl al-shaut (durasi). Durasi di dalam bahasa arab untuk membedakan
makna. Misalnya pada kata ‫[ كاتب‬ka:taba], pengucapan konsonan [k] dengan menggunakan
rentang waktu, dan ‫[ كتب‬kataba] tanpa menggunakan waktu, sudah membuat kata tersebut
berbeda maknanya. Yang pertama mempunyai arti ‘saling berkirim surat’, sementara yang
kedua berarti ‘menulis’. Kualitas berkaitan pula dengan panjang-pendeknya suatu kata
(Sahkholid, 2006: 45);
Intonation (tekanan) ketika bunyi-bunyi segmental diucapkan pun tidak pernah lepas
dari keras atau lemahnya bunyi ditandai oleh gerak alat–alat ucap yang lebih bertenaga dan
menggunakan otot – otot yang lebih tegang dalam menghasilkan bunyi. Dalam tulisan fonetik
dalam bahasa Inggris dikenal tanda seperti ´ untuk menunjukkan tekanan keras ^ untuk
tekanan sekunder, dan ´ untuk tekanan tersier. Misalnya kata blackboard diberikan tekanan
pada unsur black maka maknanya adalah ‘papan tulis’; lalu tekanan diberikan pada
unsur board berarti ‘papan hitam’ (Fromkin, 2003). Sementara, bahasa Arab istilah tekanan
disebut (Nabr; Stress) yakni keras lemahnya tekanan (stressing), ditandai oleh gerak alat-alat
ucap yang lebih bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang dalam menghasilkan
bunyi, dalam fonetik dikenal beberapa tanda yang menunjukkan tekanan keras, tekanan
sekunder, dan tekanan tersier seperti pada kata [ká:tib] ‘penulis’ dan [kitá:b] ‘buku’
(Sahkholid, 2006: 47).
Pitch (nada) berciri frekuensi getaran yang ditimbulkan pita suara. Makin bertambah
tinggi frekuensi makin tinggi nadanya. Dalam tulisan fonetik, nada lazim ditandai dengan
angka yang jumlahnya juga bergantung kepada keperluan pemerian. Angka 1, 2, 3, dan 4
berturut–turut menunjukkan nada rendah, normal, tinggi, dan amat tinggi (Fromkin, 2003).
Sementara, dalam bahasa Arab istilah nada disebut thobqotu al-shaut nada berkenaan dengan
tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi
getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan
dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah
(Sahkholid: 2006). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga unsur
suprasegmental tersebut terdapat dalam bunyi bahasa Inggris dan Arab. Namun demikian,
ketika terjadi perubahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris, sistem bunyi
suprasegmental tidak secara otomatis mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai