Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI

I. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah analisis obat didalam
cairan hayati.

II. DASAR TEORI


Penelitian farmakokinetik suatu zat aktif merupakan penelitian
identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu
sehingga dapat menggambarkan model parametrik yang khas. Farmakokinetik
adalah ilmu yang mempelajari kinetik zat aktif dalam tubuh (in vivo) dimulai
dari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat yang masuk ke dalam
tubuh akan mengikuti suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut
dapat berupa model satu kompartemen atau multi kompartemen yang sangat
tergantung pada proses yang dialami zat aktif selama dalam tubuh (Shargel,
2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat dalam tubuh yaitu keturunan, jenis kelamin, umur,
lingkungan, kondisi menopause, suhu, aliran darah, keadaan gizi, keadaan
patologi, efek non spesifik, dan kehamilan (Sukmadjadja, dkk. 2006).
Sampai saat ini masalah utama pada analisis obat dalam sampel darah
adalah rumitnya prosedur isolasi, mengingat terjadinya ikatan antara molekul
obat dengan protein dalam sampel darah, disamping juga faktor kompleksitas
komponen yang terkandung dalam darah yang bisa ikut berinterferensi dalam
analisis serta kecilnya konsentrasi obat yang dianalisis (Harmita, dkk. 2004).
Asam salisilat dikenal juga dengan Asam 2,hidroksi-benzoat merupakan
senyawa golongan fenol. Pemerian hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis
warna putih dan tidak berbau. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam
benzena. Mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air mendidih
dan agak sukar larut dalam kloroform (Fatmwati, dkk. 2017).
Asam salisilat sebagai zat aktif utama maupun tambahan tersedia dalam
berbagai produk dengan beragam vehikulum. Penggunaan asam salisilat harus
tetap berhati-hati dan tidak boleh diberikan pada area yang luas dalam jangka
panjang (Fatmwati, dkk. 2017).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Labu takar
2. Pipet volume 1, 2, 5 mL
3. Spektrofotometri & Cuvet
4. Skalpel/Silet
5. Sentrifuge
6. Stopwatch
b. Bahan
1. Asam Klorida
2. Parasetamol
3. Ferri Klorid
4. Merkuri Klorid
5. Natrium Klorid
6. Antikoagulan (Larutan Kalium Oksalat 2% dengan dosis 20 mg Kalium
oksalat/10 mL darah)
7. Pengendap protein dan pewarn : 8 gr HgCl 2, 8 gr Ferri Nitrat, 24 mL HCl
1N dan aquadest ad 200 mL

IV. PROSEDUR KERJA

4 ml As. Salisilat + 0,5 ml darah + 1 ml Na2 EDTA + TCA 10% 5 ml

Di sentrifuge 3000 rpm selama 15 menit

Di ambil supernatan dan diukur di panjang gelombang 256 nm

Di hitung perolehan kembali, kesalahan sistemik, kesalahan acak


V. DATA HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Kurva Baku Asam Salisilat
Konsentrasi Absorbansi
100 0,353
200 0,611
300 0,903
400 1,263
a = 0,027
b = 3,022 x 10-3
r = 0,997
Kadar Blanko Absorbansi
100(1) 0,1
100(2) 0,105
100(3) 0,110
200(1) 0,008 Perhitungan :
200(2) 0,010
200(3) 0,009 a. Regresi Linear
a = 0,027
b = 3,022 x 10-3
r = 0,997
y = bx + a
1. 100(1)
y = bx + a
0,1 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,1 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
0,073/3,022 x 10-3 = x
24,156 = x
2. 100(2)
y = bx + a
0,105 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,105 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
0,078/3,022 x 10-3 = x
25,810 = x
3. 100(3)
y = bx + a
0,110 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,110 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
0,083/3,022 x 10-3 = x
27,465 = x
4. 200(1)
y = bx + a
0,008 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,008 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
-0,019/3,022 x 10-3 = x
-6,287 = x
5. 200(2)
y = bx + a
0,010 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,010 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
-0,017/3,022 x 10-3 = x
-5,625 = x
6. 200(3)
y = bx + a
0,009 = (3,022 x 10-3)x + 0,027
0,009 – 0,027 = (3,022 x 10-3)x
-0,018/3,022 x 10-3 = x
-5,956 = x

b. Perolehan Kembali

Perolehan kembali (P%) = x 100%

P% 100(1) = x 100% = 24,15%

P% 100(2) = x 100% = 25,81%

P% 100(3) = x 100% = 29,46%

P% 200(1) = x 100% = -3,14%

P% 200(2) = x 100% = -2,81%

P% 200(3) = x 100% = -2,978%

c. Kesalahan Sistemik
Kesalahan sistemik = 100 – P%
KS (1001) = 100- 24,15% = 75,85%
KS (1002) = 100- 25,81% = 74,19%
KS (1003) = 100- 27,46% = 72,54%
KS (2001) = 100- (-3,11%) = 103,14%
KS (2002) = 100- (-2,81%) = 102,81%
KS (2003) = 100- (-2,97%) = 102,97%

d. Kesalahan Acak
Kadar Absorbansi x rata-rata
100 0,1 24,156
0,105 25,81 25,81
mg/ml
0,11 27,465
200 0,008 -6,287
0,01 -5,625 -5,956
mg/ml
0,009 -5,956

Kesalahan acak = x 100%

KA100 = x 100%

= x 100% = 6,41%

KA200 = x 100%

= x 100% = -5,55%

VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan mempelajari dan memahami
langkah-langkah analisis obat dalam cairan hayati, dimana cairan hayati pada
praktikum kali ini digunakan plasma darah dari seekor tikus. Pada praktikum
ini pertama-tama membuat kurva baku dari asam salisilat untuk mencari nilai a
dan b dalam persamaan kurva baku y=bx+a. Kurva baku yang baik apabila
nilai r nya mendeteksi nilai 1. Metode spektrofotometer uv-vis digunakan agar
hasil analisis sesuai dengan ketentuan yang ada. Parameter yang dilakukan
pada metode ini adalah recovery, kesalahan sistemik, dan kesalahan acak.
Dimana recovery merupakan tolak ukur efisiensi analisis dan kesalahan
sistemik merupakan tolak ukur inakurasi penetapan kadar, sedangkan
kesalahan acak merupakan tolak ukur imprecision suatu analisis dan dapat
bersifat positive atau negative.
Kemudian dilakukan penetapan kadar asam salisilat sampel yang berupa
darah yang ditambahkan Na2EDTA dengan tujuan untuk koagulasi darah agar
tidak mengental. Kemudian sampel ditambahkan TCA 10% sebanyak 5 ml
yang dihomogenkan. TCA 10% digunakan untuk deproteinisasi pada sampel
darah, apabila protein pada sampel tidak dihilangkan maka akan mengganggu
absorbsi. Setelah itu disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit, pada proses
sentrifuge bertujuan agar partikel lain mengendap sehingga tidak mengganggu
pembacaan absorbansi. Setelah didapat filtrate bening, sampel dibaca
absorbansinya dengan lamda (λ) 265 nm menggunakan spektrofotometer UV.
Penggunaan spektrofoftometer UV untuk penetapan kadar asam salisilat karena
asam salisilat mengandung gugus kromofor. Selaain itu waktu analisis relatif
cepat, mempunyai ketelitian yang tinggi dan cukup mudah (Fatmawati, 2017).
Setelah itu didapatkan kadar dan dapat dihitung recovery, kesalahan sistemik
dan kesalahan acak.
Dari percobaan didapatkan kurva baku yang memiliki nilai r = 0,997. Ini
menunjukkan bahwa kurva baku tersebut linier, sehingga bentuk parameter
linieritas valid terhadap metode ini. Dari hasil analisis yang didapat recovery
pada sampel mendapatkan hasil pada konsentrasi 100 yaitu 24,15%, 25,81%,
29,46%, lalu pada konsentrasi 200 didapat -3,14%, -2,81%, -2,978%
menunjukkan hasil yang kurang dari persyaratannya 75%-90% atau lebih. Ini
menunjukkan bahwa data tidak valid sehingga tidak dapat digunakan sebagai
kinetika obat. Data recovery tersebut disimpulkan kurang teliti, kurang akurat
dan kurang efisien. Selanjutnya pada perhitungan kesalahan sistemik
didapatkan hasil pada konsentrasi 100 yaitu 75,85%, 74,19%, 72,51%, lalu
pada konsentrasi 200 yaitu 103,14%, 102,81%, 102,97% menunjukkan hasil yg
kurang dari persyaratan 10% sehingga data ini dinyatakan tidak akurat dan
efisien. perhitungan yang terakhir adalah kesalahan acak yang dimana pada
konsentrasi 100 mendapatkan hasil 6,41% dan pada konsentrasi 200 yaitu
-5,55% yang astinya hasil yang didapat tidak melampaui persyaratan yang ada
yaitu kurang dari 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel kurang teliti
dan efisien.
Dari ketiga perhitungan yang telah dilakukan data-data sebagian besar
tidak valid, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain yaitu human
error dalam pengambilan volume sampel, serta pembacaan yang melewati
operating time karena keterbatasan alat spektrofotometer sehingga
mengakibatkan nilai absorbansi aslinya ketika masih dalam range OT,
kesalahan dalam pembuatan larutan, kesalahan pada alat/instrument yang
digunakan dan kesalahan praktikan sendiri, dimana kurang teliti menganalisis
data yang diperoleh. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian dalam penggunaan
alat dan mengamati data yang diperoleh selama percobaan berlangsung.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum diatas dapan disimpulkan bahwa :
1. Recovery pada sampel mendapatkan hasil pada konsentrasi 100 yaitu
24,15%, 25,81%, 29,46%, lalu pada konsentrasi 200 didapat -3,14%,
-2,81%, -2,978% .
2. kesalahan sistemik didapatkan hasil pada konsentrasi 100 yaitu 75,85%,
74,19%, 72,51%, lalu pada konsentrasi 200 yaitu 103,14%, 102,81%,
102,97%.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati. F, L.Herlina. 2017. Validasi Metode Dan Penentuan Kadar Asam


Salisilat Bedak Tabur Dari Pasar Majalaya. Jurnal Kimia Dan
Pendidikan. Vol 2 No 2 : 141-150
Harmita., U. Mansur., Firnando. 2004. Metode Penetapan Kadar Meloxicam
Dalam Darah Manusia In Vitro Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Majalah ilmu kefarmasian. Vol 1 No 2 :79-92
Shargel, L. and Yu, A. B. C., 1988, Biofarmaseutika dan Farmakokinetika
Terapan, terjemahan Fasich & S. Sjamsiah, Universitas Airlangga Press,
Surabaya, 255, 445-479.
Sukmadjadja. A., Lucy. S., Muhammad. Q. 2006. Pengambangan Aplikasi
Komputer Pengolahan Data Konsentrasi Obat Dalam Plasm Untuk
Studi Permodelan Parameter Farmakokinetik. Maajalah Ilmu Farmasi.
Vol III No.3 : 143-152

Anda mungkin juga menyukai