Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah penunjang bagi terlaksananya program –

program kesehatan lainya. perubahan prilaku yang diharapkan sebagai hasil

akhir dari pelaksanaan pendidikan kesehatan seringkali tidak mencapai hasil

yang maksimal dikarenakan banyaknya hambatan. salah satu hambatan

adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana pendidikan kesehatan baik

secara individual, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Notoatmodjo, 2007)

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga

dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama halnya

dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memliliki tujuan yang

sama yaitu terjadinya perubahan prilaku yang dipengaruhi banyak faktor

diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan

dan perubahan perilaku yang diharapkan. (Setiawati, 2008).

8
9

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan yang paling pokok menurut Effendi (1999)

adalah:

a. Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara prilaku sehat dan lingkungan sehat,

serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal.

b. Terbentuknya prilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian,

c. Penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah prilaku seseorang atau

masyarakat dalam bidang kesehatan.

Tujuan pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah :

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

3. Sasaran

Adapun sasaran dari pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2007)

adalah :

a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu


10

b. Pendidikan kesehatan kelompok sengan sasaran kelompok

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

4. Tempat Pelaksanaan

Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai

tempat sehingga dengan sendirinya sasaranya berbeda pula, misalnya :

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan

sasaran murid

b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit

dengan sasaran pasien dan keluarga pasien, di puskesmas dan

sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasarn buruh

atau karyawan yang bersangkutan.

5. Tingkat Pelayanan

Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan

lima tingkat pencegahan (Five Leavels Of Prevention) dari (Leavel and

Clark) sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan (health promotion)

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam

peningkatan gizi, kebiasaan hidup perbaikan sanitasi lingkungan

higiene perorangan dan sebagainya.

b. Perlindungan khusus ( specific protection )


11

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama

di negara–negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat

tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap

penyakit pada dirinya maupun pada anak–anaknya masih rendah

c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prampt

treament )

Pendidikan kesehatan diperlukan dikarenakan rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan

penyakit, maka sulit mendeteksi penyakit – penyakit yang terjadi

dalam masyarakat. Bahkan kadang – kadang masyarakat sulit atau

tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan

menyebabkan masyarakat tidak memperolah pelayanan kesehatan

yang layak, oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan

pada tahap ini.

d. Pembatasan cacat ( Disability limitation)

Pendidikan kesehatan diperlukan dikarenakan kurangnya pengertian

dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka

saring masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas,

dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan

pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang

tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang


12

bersangkutan cacat atau ketidakmampuan, oleh sebab itu pendidikan

kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

e. Rehabilitasi ( Rehabilitation )

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang – kadang orang

menjadi cacat. Guna memulihkan cacat tersebut diperlukan latihan–

latihan tertentu. Kadang–kadang kurangnya pengertian atau

kesadaran orang tersebut, maka ia segan melakukan latihan yang

dianjurkan. Sering terjadi orang cacat setelah sembuh dari penyakit,

kadang–kadang malu kembali ke masyarakat, atau sebailknya

masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota keluarga

yang normal. oleh sebab itu pendidikan kesehatan diperlukan bukan

saja untuk orang cacat tetapi juga perlu untuk masyarakat.

6. Ruang Lingkup

Rohani (2011) ruang lingkup pendidikan kesehatan meliputi 3 aspek yaitu

a. Sasaran pendidikan kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan prilaku,

banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam

keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu :

1) Pendidikan Kesehatan

2) Tingkat Sosial Ekonomi


13

3) Adat Istiadat

4) Kepercayaan Masyarakat

5) Ketersediaan Waktu Di Masyarakat

b. Materi / Pesan

Materi yang disampaikan sebaiknya :

1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam

bahasa kesehariannya

2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh

sasaran.

3) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga

yg diperlukan untuk memudah pemahaman dan untuk menarik

perhatian masyarakat.

c. Metode

Metode yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya metode

yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah yang memberi

pendidikan kesehatan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat

pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas

dan mudah dipahami, metode yang dapat dipergunakan, dapat

dikelompokkan dalam dua macam metode :

1) Metode Didaktif :

prose penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah seperti :

a) Secara Langsung : Ceramah


14

b) Secara Tidak Langsung: Poster, media cetak (majalah,

bulletin dan surat kabar), media elektronik, (radio dan

televisi).

2) Metode Sokratik

Pada Metode ini sasaran diberi kesempatan mengemukakan

pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar

mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah.

Yang termasuk dalam metode ini adalah :

a) Secara Langsung: Diskusi, curah pendapat, demostrasi,

simulasi bermain drama, symposium dan seminar

b) Secara tidak langsung: Penyuluhan kesehatan melalui telpon

dan satelit komunikasi.

B. Definisi Dermatitis

1. Pengertian

Dermatitis adalah peradangan kulit (Epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (Eritema/kemerahan,

Edema/bengkak, papul, vesikel, skuama, likenifikasi dan gatal), tanda

polimorfik bahkan mungkin hanya beberapa (Oligomorfik), dermatitis

cendrung residif dan menjadi kronis (Heatharia, 2009).

Dermatitis merupakan inflamasi kulit dan muncul dalam beberapa

bentuk, yaitu atopik, seboreik, numular, kontak, kronis, neurodermatitis


15

setempat (lichen simplex chronicus), eksfoliatif dan stasis. (Williams and

Wilkins, 2011).

Deskripsi dermatitis adalah kondisi kulit yang ditandai dengan

inflamasi, dapat akut dan kronis, terjadi dalam beberapa bentuk seperti

kontak, seboreik, numular, eksfoliatif dan stasis, dan biasanya

berhubungan dengan penyakit atopik lainya (Kimberly, 2013).

2. Etiologi

Penyebab Dermatits dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya bahan

kimia atau fisik contoh sinar, mikroorganisme contoh bakteri dan jamur,

dapat pula dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik, sebagian lain

tidak di ketahui pasti (Hetharia, 2009 dan FKUI 2001).

Penyebab Dermatitis menurut Kimberly (2013) yaitu :

a. Penyebab pasti tidak diketahui

b. Mungkin disebabkan kondisi metabolik atau biokimia yang

mendasari

c. Mungkin terkait genetik karena peningkatan kadar IgE serum

d. Mungkin defektif fungsi sel T

e. Faktor-faktor presipitasi (infeksi, alergen, suhu yang ekstrem,

kelembapan, berkeringat dan stres).

William dan Wilkins (2011) penyebab dermatitis adalah :

a. Tidak diketahui
16

b. Hal-hal yang memperparah : respons terhadap keringat, stress

psikologi, suhu, dan kelembaban ekstrem

c. Alergi makanan (telur, kacang, susu dan gandum) sekitar 10% kasus

yang menyerang anak–anak.

d. Presdisposisi genetik yang diperburuk dengan alergi makanan,

infeksi, zat kimia yang mengiritasi, suhu dan kelembaban dan emosi.

e. Penyebab sekunder: iritasi yang terlihat mengubah struktur epider-

mal, sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas imunoglobulin

(Ig) E.

Mansjoer (2008) penyebab dermatitis kadang–kadang tidak diketahui

. Sebagian besar merupakan respons kulit terhadap agen–agen, misalnya

zal kimia. protein, bakteri dan fungus. respon tersebut dapat berhubungan

dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang didapat

dan spesifik untuk bereaksi. Reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi

antara antigen dan antibodi, karena banyaknya agen dan penyebab,

banyak penyakit alergi yang disertai tanda – tanda polimorfi disebut

Dermatitis.

3. Patofisiologi

Patofisiologi Dermatitis menurut Kimberly (2013) yaitu: Mekanisme

hipersensitivitas alergi yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi

melalui antibodi imunoglobulin (Ig) E sensitisasi. Histamin dan sitokin


17

lainya memicu respons inflamasi yang menyebabkan edem, rusaknya

integritas kulit, dan pruritus.

4. Manifestasi Klinis

Pada penderita dermatitis umumnya akan mengalami :

a. Gatal – gatal

b. Timbul peradangan pada kulit

c. Kulit menebal pada daerah yang radang atau gatal menyerupai sisik

d. Penyebaran gatal dapat setempat, generalista, bahkan universalis

e. Terdapat luka biasanya karena bekas garukan.

Manifestasi klinis Dermatitis menurut Hetharia (2009) yaitu :

Gatal, kelainan kulit tergantung stadium dapat berbatas tegas/tidak tegas.

Penyebaran: (Dapat setempat, general dan universal)

a. Stadium Akut: Kelainan Kulit Berupa (Eritema, edema. vesikel/ buls,

erosi/eksudasi dan madidans atau tampak basah).

b. Stadium Subakut: Eritema berkurang dan eksudat mengering

menjadi krusta.

c. Stadium Kronis: (Lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi,

papul dan bisa terjadi erosi atau ekskoriasi garukan). Stadium ini tidak

selalu berurutan, kadang gambaran klinis berupa kelainan dapat

ditemukan pada awal berupa kelainan kulit stadium kronis.


18

Sedangkan manifestasi klinis menurut Mansjoer (2008) yaitu :

subjektif ada tanda – tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai

pengganti dolor), selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor),

kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan, dan gangguan fungsi kulit

(fungsiolesa).

Tanda dan gejala Dermatitis menurut William dan Wilkins (2011) yaitu :
a. Area eritematosa di kulit yang sangat kering: lesi di dahi, pipi, dan

permukaan ekstensor di lengan dan kaki atas (pada anak–anak) lesi di

titik fleksi ( antekubital fossa arean popliteal dan leher (pada orang

dewasa).

b. Pruritus dan parut dengan edema, kerak dan sisik

c. Lesi atopik kronis yang menyebabkan kulit kering dan bersisik

disertai dermatografia putih, pemucatan dan likenifikasi.

d. Kondisi sekunder : Infeksi virus, fungus atau bakteri dan gangguan

okular

e. Pembengkakan dan hiperpigmentasi dikelopak mata atas, disertai

lipatan ganda yang muncul di bawah kelopak mata bawah (lipatan

morgan, dennie atau mongolia).

f. Katarak atopik (jarang terjadi, biasanya hanya pada orang dewasa 20

sampai 40 tahun).
19

g. Pasien yang juga terpapar herpes zozter akan mengalami gejala

erupsi variseliform kaposi (ekzema herpetikum) yaitu infeksi virus

kutaneus berat yang berpotensi menyebar.

5. Histopatologi

Histopatologi menurut Mansjoer (2008) yaitu :

Pada dermatitis akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula,

spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuclear.

Kadang-kadang tampak krusta menutupi epidermis. Dermis sembab,

pembuluh darah melebar, disekitarnya terdapat sebukan sel radang

mononuclear. Kelainan pada stadium subakut hampir seperti pada stadium

akut; jumlah vesikel sedikit dan lebih kecil, spongiosis masih jelas;

kelainan di dermis menyerupai stadium akut.

Pada stadium kronis perubahan yang terlihat terutama akantosis, rete

ridges memanjang, parakeratosis, dan hyperkeratosis. Spongiosis ringan

kadang-kadang terlihat, sedangkan vesikel idak lagi ditemukan. Perubahan

dalam dermis berupa penebalan jaringan kolagen, fibroblast bertambah

banyak, serta pembuluh darah kapiler bertambah dan dindingnya menebal.

Sebukan sel radang menahun ditemukan di sekitar pembuluh darah dermis

bagian atas.

6. Tipe – Tipe Dermatitis

Tipe Dermatitis menurut Kimberly (2013) dan Williams Wilkins (2011)

yaitu :
20

a. Dermatitis kronik ditandai oleh erupsi inflamasi pada tangan dan

kaki.

b. Dermatitis kontak biasanya inflamasi kulit yang berbatas tegas dan

iritasi karena kontak antara kulit yang sensitif dan zat konsentrat/

pekat, seperti parfum, sabun atau zat kimia

c. Dermatitis ekfloliatif adalah inflamasi kulit kronik yang berat yang

ditandai dengan kemerahan dan eritema yang meluas dan bersisik

yang menutup semua permukaan kulit yang terlihat.

d. Neurodermatitis lokal atau Liken Simpleks kronis, pruritus esensial

adalah inflamasi yang ditandai dengan gatal dan erupsi papular yang

muncul pada kulit yang mengalami hiperpigmentasi dan menebal.

e. Dermatitis Numular adalah bentuk dermatitis kronik yang ditandai

lesi berbentuk koin, vesikula, krusta bersisik, dan munkin pruritus

dan biasanya sangat gatal.

f. Dermatitis Seborea adalah penyakit kulit subakut yang menyerang

kulit kepala, wajah dan kadang – kadang area lain ditandai dengan

lesi yang tetutup oleh sisik berwarna kuning atau kelabu kecoklatan.

g. Dermatitis Stasis adalah kondisi yang biasanya disebabkan oleh

kerusakan sirkulasi ditandai dengan eksema dikaki atas dan seperti

edema, hiperpigmentasi dan inflamasi persisten.


21

Macam – Macam Dermatitis / Eksim

a. Eksim Kering : Akan tampak pada kulit kulitnya kering, bersisik

kemerah merahan, kadang bengkak dan terasa gatal

b. Eksim Basah: Kulit akan tampak merah, bengkak, melepuh dan

basah, timbul bintil-bintil yang mengandung air atau nanah yg

menimbulkan rasa gatal

7. Komplikasi

Komplikasi Dermatitis menurut Kimberly (2013) yaitu :

a. Kerusakan integritas kulit permanen

b. Likenifikasi

c. Gangguan pigmentasi

d. Luka parut

e. Infeksi bakteri, jamur dan virus

f. Erupsi variselliformis kaposi

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Hetharia (2009), pengobatan yang tepat

adalah menghilangkan penyebab dermatitis. tetpi dermatitis multi faktor,

kadang tidak diketahui pasti penyebabnya sehingga pengobatan bersifat :

a. Sistomatis yaitu menghilangkan / mengurangi keluhan dan menekan

peradangan

b. Sistemik yaitu untuk kasus ringan diberi antihistamin atau kombinasi

dengan anti serotonin


22

c. Pada kasus akut dan berat dapat diberi kortikosteroid

d. Topikal :

1) Dermatitis basah / akut (madidans) harus diobati secara basah

(kompres terbuka)

2) Dermatitis subakut, diberi lotion (Bedak kocok), krim, pasta atau

linimentum (pasta pendingin)

a) Krim diberikan pada daerah yang berambut

b) Pasta diberikan pada lokasi/ bagian yang tidak berambut

Penatalaksanaan menurut Mansjoer (2008) yaitu :

a. Sistemik

pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi

antihistamin antiseretonin, antibradikinin, anti –SRS-A, dsb, pada

kasus yang berat dapat dipertimbangan kortikosteroid.

b. Topikal

Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :

1) Dermatitis basah (medidans) harus diobati dengan kompres

terbuka. Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salap.

2) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat

spesifik.

3) Bila dermatitis aku diberi kompres. Bila subakut diberi lation

(bedak kocok), pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila

kronik diberi salep


23

c. Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberi bedak atau lasio, krim atau

pasta, bila kronik diberi salep, krim diberikan pada daerah berambut

sedangka pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih

besar dari pada krim.

C. Konsep Pencegahan

1. Pengertian Pencegahan

Pencegahan adalah proses cara, tindakan mencegah atau tindakan

menahan agar sesuatu tidak terjadi, dengan demikian pencegahan

merupakan tindakan yang identik dengan prilaku.

Prilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai

dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons

atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap),

maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practise), sedangkan

stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

Dengan demikian secara lebih rinci perilaku kesehatan itu mencakup :

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan memersepsi

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit


24

tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dibagi sesuai dengan

tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, yakni :

a. Perilaku berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behavior), misalnya makan makanan

yang bergizi, olah raga dan sebagainya.

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah

respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur

memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi

dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan

penyakit-penyakit kepada orang lain.

1) Perilaku sehubungan dengan pencaharian pengobatan (health

seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari

pengobatan.

2) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu

penyakit.

3) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons

seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem

pelayanan kesehatan modern maupun tradisional


25

4) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan.

5) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health

behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas

lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

Upaya pencegahan penyakit dermatitis yang dapat di lakukan :

a. Ingatkan kebersihan diri

b. Tingkatkan kekebalan tubuh dengan cara banyak mengkonsumsi

makanan bergizi (multivitamin) dan istirahat yang cukup

c. Hindari kontak langsung dengan penderita bila bersinggungan/

bersentuhan dengan penderita segera cuci bagain tubuh yang tersentuh

dengan air yang mengalir dan mengunakan sabun

d. Hindari pengunaan perlengkapan pribadi secara bersamaan (selimut,

handuk, sabun mandi dll)

e. Lakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang

menderita penyakit kulit yang cendrung menular (Dwi, 2012)

2. Pencegahan Dermatitis

Dalam keluarga alergi, kepada bayi yang baru lahir sebaiknya tidak

diberikan makanan yang sering menimbulkan alergi seperti susu sapi dan

telur. Air susu ibu susu ibu hendaknya diberikan selama mungkin, bila air
26

susu tidak tersedia, dapat diberikan susu kedelai. Pemakaian pakaian kasar

atau berbulu hendakmya di hindari, demikian pula suhu dan kelembaban

kamar tidur yang berubah-ubah, panas berlebihan. Emosi merupakan faktor

yang dapat memperburuk eksim.

Munculnya Dermatitis/eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa

cara dibawah ini :

a. Jaga kelembaban kulit.

b. Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.

c. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.

d. Kurangi Stress.

e. Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti

wool dan lain lain.

f. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan

lainnya.

g. Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti

serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain.

h. Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi

(Sawittoku, 2012 dan Ainun 2013)

Tindakan penjagaan berikut ini dapat membantu untuk menghindari kasus

dermatitis :
27

a. Pelajari pola dan lokasi dermatitis anda, dan cobalah untuk

mengigat benda apa yang pernah menyentuh kulit anda dan serta

yang menyebabkan masalah tersebut.

b. Usuhakan untuk menghindari panas, sabun, dan gosokan semua ini

merupakan iritan eksternal

c. Hindari pemakaian obat-obat topikal lotion atau salep kecuali obat-

obat yang diresepkan dokter untuk mengobati keadaan anda

d. Ketika mengunakan sarung tangan karet seperti waktu menyunci

piring atau melakukan pekerjaan bersih-bersih pastikan anda

memakai sarung tangan yang bagian dalamnya dilapisi oleh kain

dan tidak mengunakan sarung tangan tersebut melebihi waktu 15

atau 20 menit pada setiap kali pengunaan (Smeltzer, 2002).

Cara Mencegah Penyakit Kulit Dermatitis .

Untuk mencegah penyakit dermatitis atau eksim maka langkah terbijak

terlebih dahulu yang harus diketahui adalah mengetahui penyebab

terjadinya penyakit dermatitis atau eksim, dengan mengetahui penyebab

penyakit eksim atau dermatitis maka, kita dapat mengambil langkah kecil

untuk menghindarinya atau setidaknya tidak melakukan tindakan yang

dapat memicu penyakit eksim.

Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti, namun

beberapa ahli mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya

pertahanan tubuh (imun) yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh


28

mengalami reaksi berlebihan terhadap bakteri atau iritan yang sebenarnya

tidak berbahaya pada kulit. Dermatitis dapat disebabkan karena alergi,

reaksi keracunan obat, iritasi dari bahan-bahan pakaian, alergi dan faktor

keturunan. Jadi, apabila dirinci. Penyebab penyakit dermatitis itu terbagi

dua, yaitu faktor dari luar (eksternal) dan faktor dari dalam (internal).

Faktor eksternal yang meliputi lingkungan. Saat cuaca panas kita akan

sering mengeluarkan keringat dan tidak jarang akan terasa gatal. Gigitan

nyamuk, serangga dan lain-lain yang menyebabkan gatal. Kedua faktor

internal yaitu faktor keturunan dan penyakit dalam yang menyebabkan

gatal. Selain itu, karena diindikasikan eksim atau penyakit dermatitis ini

juga dapat terjadi karena adanya iritasi dengan bahan-bahan pakaian, Jika

Anda gatal jangan keseringan digaruk. Ini berbahaya, karena seringnya

digaruk maka akan terjadi penebalan pada kulit yang menyebabkan gatal

Semakin gatal maka kita biasanya akan semakin menggaruk area

tersebut.

Alami dalam mencegah dermatitis, adalah menghindari menggaruk

kulit yang gatal. Semakin anda garuk memang terasa nyaman dan akan

hilang setelah kulit luka, karena rasa nyaman sudah diganti dengan nyeri.

Jadi paksakanlah untuk tidak menggaruk. Bisa juga menggunakan obat

salep atau penghilang gatal dengan cara dioleskan. Menggaruk eksim

hanya akan memperburuk keadaan, karena kulit akan terinfeksi oleh

bakteri-bakteri yang ada di dalam kuku, dan bila lukanya sudah


29

mengering maka warna kulit akan tampak berbeda. Sebaiknya guntinglah

kuku pada orang yang mempunyai penyakit eksim agar luka tidak

terinfeksi oleh kuman.

Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab

sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan

ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis

mandi sehingga lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban

kulit. Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang

terjadi. Selain itu, usahakan untuk konsultasikan masalah kulit eksim atau

dermatitis Anda pada dokter (Kumin, 2013)

Pencegahan bagi penderita dermatitis adalah :

a. Jangan terlalu sering mandi (karena kalau terlalu sering basah maka

akan susah keringnya) atau bila perlu dilap saja

b. Bila akan mandi gunakan air hangat-hangat kuku (jangan terlalu

panas)

c. Hindari penggunaan sabun pada daerah yang terserang karena bila

daerah yang terserang dermatitis terkena sabun maka akan teriritasi.

d. Hindari kontak dengan kain atau selimut yang terbuat dengan wol,

pakailah pakaian yang bersih, tidak ketat dan menyerap keringat.

e. Bila dermatitisnya dikarenakan alergi terhadap makanan tertentu,

maka hindari makanan tersebut.

f. Jangan menggunakan sabun dan deterjen yg keras


30

g. Hindari penggunaan zat-zat kimia seperti kosmetik dan oabt-obatan

yang terlalu keras terhadap kulit

h. Jaga keseimbangan berat badan , orang yang mempunyai berat badan

lebih apalagi sangat gemuk lebih banyak berkeringat dan mempunyai

gesekan pada lipatan kulit yang memicu jamur kulit.

i. Dan yang paling penting jangan mengaruk, menggaruk bagian eksim

hanya akan memperburuk keadaan, karena kulit akan terinfeksi oleh

bakteri-bakteri di dalam kuku dan bila lukanya sudah mengering

maka warna kulit akan tampak berbeda, sebaiknya gunting kuku pada

orang yang mempunyai penyakit eksim agar luka tidak terinfeksi

oleh kuman

D. Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Pencegahan Dermatitis

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam

bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah

suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep

pendidikan kesehatan adalah konsep dasar pendidikan suatu proses belajar yang

berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri

individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi

bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai

nilai - nilai hidup dalam masyarakat slalu memerlukan bantuan orang lain yang

mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan
31

sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau

masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat dan pencegahan penyakit

(Setiawati, 2008).

Pencegahan adalah proses cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan

sesuatu agar tidak terjadi. Perilaku terhadap sakit dan penyakit dibagi sesuai

dengan tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit yakni : Perilaku berhubungan

dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior),

misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya, dan Perilaku

pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah respons untuk

melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk

mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya. Termasuk juga

perilaku untuk tidak menularkan penyakit-penyakit kepada orang lain.

Penyakit Dermatitis merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang paling

sering dijumpai pada masyarakat, penyakit ini dapat mengenai semua ras dan

golongan di seluruh dunia, beberapa faktor yang dapat menyebabkannya adalah

kemiskinan, hygiene yang buruk, penyakit menular seksual, pengetahuan yang

kurang, demografi, ekologi dan derajat sensitifitas individual.

Dermatitis adalah peradangan kulit (Epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis


32

berupa efloresensi polimorfik (Eritema/kemerahan, Edema/bengkak, papul,

vesikel, skuama, likenifikasi dan gatal), tanda polimorfik bahkan mungkin hanya

beberapa (Oligomorfik), dermatitis cendrung residif dan menjadi kronis

(Heatharia, 2009).

Dengan begitu pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan dan wajib diberikan

kepada masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki penyakit

dermatitis, agar masyarakat yang tidak tahu tentang pencegahan dermatitis

menjadi tahu dan mengerti tentang cara mengatasi masalah penyakit yang di

alaminya dengan melakukan tindakan pencegahan penyakit tersebut.

E. Kerangka Konsep

1. Kerangka konsep

Skema 2.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pencegahan
Pendidikan kesehatan Dermatitis

F. Hipotesis

Ada hubungan pendidikan kesehatan dalam pencegahan Dermatitis di Puskesmas

Masat Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai