Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN RESPONS SPEKTRUM

SESUAI ASCE 7-10


Banyaknya gempa yang terjadi dewasa ini menyebabkan para peneliti berusaha keras

untuk terus meng-update pengetahuan dibidang Earthquake Engineering dan Structural

Engineering. Pengetahuan tersebut, yang tentu saja sangat luas, sangat berperan penting

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan memajukan umat

manusia. Pengetahuan-pengetahuan tersebut sedikit diantaranya adalah semakin

dipahaminya perilaku gempa bumi (yang selanjutnya disebut gempa), misalnya dengan

pemetaan gempa yang lebih baik, semakin berkembangnya Structural Engineering dan lain-

lain. Pada tulisan ini, hal yang akan dibahas adalah salah satu bagian yang sangat penting

dalam Earthquake Engineering (dan Structural Engineering juga tentunya) yaitu perencanaan

respons spektrum.

Respons spektrum adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk grafik/plot

antara periode getar struktur T, lawan respon-respon maksimum berdasarkan rasio redaman

dan gempa tertentu. Respon-respon maksimum dapat berupa simpangan maksimum

(spectral displacement, SD) kecepatan maksimum (spectral velocity, SV) atau percepatan

maksimum (spectral acceleration, SA) massa struktur single degree of freedom (SDOF),

(Widodo, 2001). Spektrum percepatan akan berhubungan dengan gaya geser maksimum yang

bekerja pada dasar struktur. Terdapat dua macam respons spektrum yang ada yaitu respons

spektrum elastik dan respons spektrum inelastik. Spektrum elastik adalah suatu spektrum

respons spektrum yang didasarkan atas respon elastik suatu struktur, sedangkan spektrum

inelastik (juga disebut desain respons spektrum) adalah respon spektrum yang

discale down dari spektrum elastik dengan nilai daktilitas tertentu.

Sebagaimana diketahui, SNI gempa Indonesia yang terakhir adalah SNI-1726-2002, Standar

Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, yang mana pada saat tulisan ini

dibuat (28 Maret 2011), RSNI-1726-2010 (atau RSNI-1726-2011 ???) sedang dalam proses
pembahasan. Sebagaimana diketahui, SNI-1726-2002 mengacu pada UBC 1997 yang

menggunakan gempa 500 tahun (10 % terlampaui dalam 50 tahun umur bangunan),

sedangkan peraturan-peraturan gempa modern sudah menggunakan gempa 2500 tahun (2%

terlampaui dalam 50 tahun umur bangunan) seperti pada NEHRP 1997 dst, ASCE 7-98 dst dan

IBC 2000 dst, sedangkan RSNI-1726-2010 mengacu pada ASCE 7-10 (Imran, 2010).

Salah satu perbedaan lain yang mendasar adalah, penggunaan gempa 2500 tahun,

yang didesain untuk menghindari keruntuhan pada Maximum Considered Earthquake (MCE)

dibandingkan dengan gempa 500 tahun (pada UBC misalnya) yang menyediakan kondisi life

safety (Ghosh, 2008) .

Peta gempa 2500 tahun tersebut dibuat dengan suatu estimasi faktor aman minimum

terhadap keruntuhan, yang disepakati, berdasarkan pengalaman dan keputusan konservatif,

sebesar 1,5 sehingga dalam analisis akan digunakan nilai 2/3 (1/1,5) yang artinya, jika suatu

struktur terkena suatu gempa 1,5 kali lebih besar dari gempa rencana, maka kecil

kemungkinan struktur tersebut untuk runtuh (Naeim, 2001). Akan tetapi, faktor aman

sesungguh nya masih dipengaruhi oleh tipe struktur, detailing, dan lain-lain (Bozorgnia and

Bertero, 2004).

Dengan pertimbangan bahwa pencegahan terhadap runtuhnya suatu bangunan yang

dikenai gempa besar yang relatif jarang terjadi (gempa 2500 tahun) serta faktor aman 1,5

terhadap keruntuhan maka ASCE (dan IBC serta NEHRP) mendefinisikan desain gerakan tanah

sebagai 1/1,5 (atau 2/3) kali gempa 2500 tahun (Naeim, 2001).

Penggunaan percepatan 0,2 detik dan 1,0 detik adalah karena pada interval 0,2 detik

dan 1,0 detik mengandung energi gempa terbesar (AISC, 2005), selain itu, periode 0,2 detik

umumnya mewakili periode getar struktur terpendek (bangunan 2 tingkat) yang direncanakan
menurut ketentuan ASCE yang telah mempertimbangkan efek dari tanah, goyangan pada

pondasi dan faktor lain yang biasanya diabaikan dalam analisis struktur (Taranath, 2010).

Respons spektrum pada ASCE mengacu pada respon spektrum elastic, yang direduksi

dengan suatu nilai R dan redaman 5% (FEMA 451B, 2007). Penggunaan nilai R tersebut

diperhitungkan terhadap:

 Suplai daktilitas yang diantisipasikan

 Overstrength (kuat lebih)

 Redaman (jika berbeda dari 5 %)

 Kinerja struktur yang sama yang telah lalu

 Redundansi

Gambar 1. Desain respons spektrum (ASCE 7-10)


Gambar 2. Site coefficient Fa dan Fv (ASCE 7-10)

Gambar 3. Importance Factors (ASCE 7-10)


Gambar 4. Peta respon spektra percepatan 0,2 detik (Ss) terlampaui 2% dalam
50 tahun (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010).

Gambar 5. Peta respon spektra percepatan 1,0 detik (S1) terlampaui 2% dalam
50 tahun (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)
Berikut adalah contoh perencanaan respons spektrum sesuai ASCE 7-10.
Data (Peta Hazard Gempa Indonesia 2010) :

Lokasi : Meulaboh & Banda Aceh


Jenis Tanah : Tanah Sedang (Site class D)
Fungsi bangunan : Perkantoran

Gambar 6. Peta respon spektra percepatan 0,2 detik (Ss) terlampaui 2% dalam
50 tahun wilayah Meulaboh & Banda Aceh (Kementerian Pekerjaan Umum,
2010)
Gambar 7. Peta respon spektra percepatan 1,0 detik (S1) terlampaui 2% dalam
50 tahun wilayah Meulaboh & Banda Aceh (Kementerian Pekerjaan Umum,
2010)
Dari peta diatas, didapat :

Ss = 1,5 g (batas atas) dan S1 = 0,6 g (batas atas)


Menentukan site coefficient Fa (ASCE 7-10)
Didapat Fa = 1,0 dan Fv = 1,5.

Maka didapat respons spektrum rencana sebagai berikut :


Referensi :

1.American Institute of Steel Construction, Inc. (2005) – Seismic Design Manual

(AISC 327-05). Chicago.

2.ASCE Standard ASCE/SEI. (2010). Minimum Design Loads for Buildings and Other

Structures (ASCE 7-10). Virginia.

3.Bozorgnia, Y. and Bertero,V. (2004). Earthquake Engineering, From Engineering

Seismology to Performance-Based Engineering. CRC Press. New York.

4.Farzad Naeim. (2001). The Seismic Design Handbook, 2nd ed. Kluwer Academic

Publishers. Boston.

5.FEMA 451B. (2007). NEHRP Recommended Provisions for New Buildings & Other

Structures – Training & Instructional Materials. Washington.

6.Ghosh, S.K. (2008). Seismic Design of RC Structures using UBC/ACI Provisions.

Dubai.

7.Imran, I dan Boediono, B. (2010). Mengapa Gedung-gedung Kita Runtuh Saat

Gempa?. Shortcourse HAKI 2010. Jakarta.

8.Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Peta Hazard Gempa Indonesia 2010.

Jakarta.

9.Taranath, B.S. (2010). Reinforced Concrete Design of Tall Buildings. CRC Press.

New York.

10.Tumillar, S. (2009). Petunjuk Perancangan Struktur Berdasarkan Ketentuan

ASCE 7-05, IBC 2009 dan ACI 318-08. HAKI. Jakarta.

11.Widodo.(2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. Jurusan Teknik Sipil, FTSP,

Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai