Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 7

Bahan Bakar Padat


Bahan bakar padat yang biasa dipakai dalam industri dan transport asi adalah batubara.
Batubara termasuk bahan bakar fosil karena terbentuk dari sisa tumbuh-
tumbuhan yang mengalami proses geologis dalam jangka waktu jutaan tahun.
Berdasarkan perbedaan umur geologis, berturut-turut dari yang paling tua, batubara
dibagi sebagai:

• antrasit
• semi-bitumen
• bitumen
• sub-bitumen
• lignit

Makin muda umur batubara, makin besar kandungan unsur hidrogennya, makin rendah
nisbah KT terhadap BTG. Karena berasal dari tumbuh-tumbuhan maka batubara
tersusun terutama oleh bahan organik. Untuk menyatakan komposisi batubara,
digunakan analisis pendekatan dan analisis tuntas. Nilai kalor berkisar antara 9 000 -
10000 kkal/kg, yang dipengaruhi oleh kadar C, H dan S.

Beberapa rumus pendekatan yang diperoleh secara empiris, menyatakan hubungan


antara nilai kalor, kadar C, kadar H dan kadar S, ataupun kadar KT dan BTG.

Rumus Dulong:

Nilai kalor atas, NKA = 14490 C + 61000 Ha + 5550 S, di mana C, S, Ha = fraksi berat
karbon, belerang dan hidrogen bebas; dan NKA dalam Btu/lb.

Catatan:

1 Btu = 252 kalori

1 lb = 453.6 gram.

Rumus Calderwood:
C = 5.88 x 0.00512 x NKA x 40.5S x 0.0053 x 80 x 100(BTG : KT)1.55
C, S, BTG, KT = % berat C, S, BTG, KT dalam batubara

Kalau 100 BTG/KT > 80, tanda pada suku terakhir negatif.

Bahan Bakar Cair


Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun
rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai
hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena, olefin, dan
aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan
hidro gennya.

Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi,


seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar, minyak bakar,
dan lain -lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat kelompok
senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda. Perbedaan minyak mentah yang
utama ialah:

• Minyak aspaltik, yang terdiri sebagian besar naphtena dan aromatik


• Minyak prafin, sebagian besar berupa parafin (lilin)

a. Bensin atau Gasolin atau Premium

Gasolin dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline),


premium dan gasolin biasa, terdiri dari C4 sampai C12. Sifat yang terpenting pada
gasolin adalah “angka oktana”. Angka oktana adalah angka yang menyatakan besarnya
kadar isooktana dalam campurannya dengan normal heptana. Isooktana
mempunyai angka oktana 100, sedang normal heptana mempunyai angka oktana 0.
Makin tinggi angka oktana gasolin semakin baik unjuk kerjanya.

b. Kerosen

Termasuk kerosen adalah:

• Bahan bakar turbin gas pada pesawat terbang.


• Minyak bakar, biasa dipakai untuk dapur rumah tangga, bahan bakar kapal laut,
dan penerangan lampu kereta api di masa lalu.

Mutu kerosen tergantung pada sifatnya dalam uji lampu (lamp test) dan uji bakar, seperti
timbulnya asap dan kabut putih. Asap disebabkan oleh hidrokarbon aromatik sedang
kabut putih oleh disulfida.

c. Bahan Bakar Diesel

Bahan bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin
diesel atau “compression ignition engine”. Mutunya ditentukan oleh angka cetana.
Makin tinggi angka cetana, makin tinggi unjuk kerja yang diberikan oleh bahan bakar
diesel. Angka cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya dengan
metilnaphtalen. Cetan murni mempunyai angka cetana = 100, sedang aromatik
mempunyai angka cetana 0. Unjuk kerja adalah persentase rata-rata daya yang dapat
diperoleh dari mesin dengan bahan bakar tertentu dibandingkan dengan daya yang
diperoleh dari bahan bakar yang mempunyai angka cetana 100.

d. Minyak Residu

Minyak residu biasa digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun yang
bergerak. Dalam hal instalasinya, pemakaian minyak residu dalam ketel uap akan lebih
murah dibanding batubara. Disamping itu, pemakaian minyak residu tidak
menimbulkan masalah abu. Akan tetapi pada ke tel uap tekanan tinggi dan suhu tinggi
dapat menimbulkan korosi dan kerusakan pada “superheater tube”. Pemakaian minyak
residu kecuali dalam ketel uap antara lain:

• Tanur dalam industri baja, tanur tinggi dalam industri semen dan industri lain yang
mempunyai kaitan dengan semen, serta berbagai dapur dalam industri
petroleum dan industri kimia.
• Mesin diesel, kecuali pada mesin diesel kecepatan tinggi seperti pada truk dan
lokomotif, pada mesin diesel kapal serta mesin diesel berkecepatan rendah untuk
pembangkit tenaga listrik.
• Turbin gas.
Bahan Bakar Gas
Termasuk dalam bahan bakar gas antara lain:

a. Asetilena

Gas asetilena digunakan dalam pengelasan dan pemotongan logam, yang


memerlukan suhu nyala yang tinggi, dapat juga dipakai untuk lampu karbida. Gas
asetilena dapat membentuk asetilida yang eksplosif jika dicampur dengan tembaga (Cu),
terlebih-lebih dengan udara.

b. Blast Furnace Gas

Gas ini merupakan hasil samping peleburan bijih besi dengan kokas dan udara panas di
dalam “blast furnace”.

c. Gas Air Biru ( Blue Water Gas)


Dibuat dari reaksi antara kukus (steam) dengan karbon padat yang dipanasi pada suhu
tinggi, merupakan campuran antara gas H2 dan gas CO.

d. Gas Batubara

Gas batubara disebut juga gas kota, dibuat dari dis tilasi destruktif batubara dalam
retort tertutup dengan pemanasan tinggi.

e. Gas Alam

Gas alam tersusun dari parafin hidrokarbon, khususnya gas metana bercampur dengan
nitrogen, N2, dan karbon dioksida, CO2, diperoleh dari tambang dengan
pengeboran tanah melalui batuan kapur atau batuan pasir. Kandungan metananya di
atas 90%.

f. Gas Petroleum

Gas petroleum diperoleh dari fraksionasi minyak bumi mentah, dan dapat juga dari gas
alam, mengandung propana dan butana sebagai komponen terbesar.
Proses Pembakaran
Dalam pembakaran proses yang terjadi adalah oksidasi dengan reaksi sebagai berikut:
• Karbon + oksigen = Karbon dioksida + panas
• Hidrogen + oksigen = Uap air + panas
• Sulfur + oksigen = Sulfur dioksida + panas

Pembakaran di atas dikatakan sempurna bila campuran bahan bakar dan oksigen (dari
udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh sisa. Bila oksigen
terlalu banyak, dikatakan campuran “lean” (kurus). Pembakaran ini menghasilkan
api oksidasi. Sebaliknya, bila bahan bakarnya terlalu banyak (atau tidak cukup oksigen),
dikatakan campuran “rich” (kaya). Pembakaran ini menghasilkan api reduksi. Api
reduksi ditandai oleh lidah api panjang, kadang-kadang sampai terlihat berasap.
Keadaan ini juga disebut pembakaran tidak sempurna.

Seperti diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang terdiri dari 20%
O2 dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2, berarti memerlukan 4.32 lb
udara atau setiap cu ft O2 perlu 4.78 cuft udara. Gas N2 yang mengisi 80% dari udara,
tidak ikut dalam reaksi pembakaran, malahan menghisap panas dari hasil reaksi
pembakaran. Untuk menentukan jumlah O2 yang tepat pada setiap pembakaran,
merupakan hal yang tidak mudah. Pada umumnya dipakai kelebihan udara.
Keuntungannya tidak terjadi pemborosan bahan bakar. Kerugiannya mengurangi panas
hasil pembakaran. Untuk ini dijaga ada kelebihan udara, tetapi tidak terlalu banyak
(antara 5-15%).

Dalam pembakaran, ada pengertian udara primer yaitu udara yang


dicampurkan dengan bahan bakar di dalam burner (sebelum pembakaran) dan udara
sekunder yaitu udara yang dimasukkan dalam ruang pembakaran setelah burner,
melalui ruang sekitar ujung burner atau melalui tempat lain pada dinding dapur.
Perbandingan Udara -Bahan Bakar

Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik diperlukan:

1. Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.


Table 1 Proper Combining Proportions for Perfect Combustion

cu ft cu ft cu ft cu ft
lb lb
O2 per air O2 p air p
O2 p air p
cu ft per cu er lb er lb
Stat Symb er lb er lb
Fuel fuel ft fuel fuel fuel
e ol fuel fuel

11.5
2.66 2
7 151.
34.5
3
8
2.47 31.6
453
Carbon 0.57 5
… … 4.32
C 2 32.5
Hydrog Solid 94.8
0.5 2.39 17.2
en H2 1 56.7
Gas 8 6.79
Carbon
CO S 0.5 2.39 4 226.
monoxi Gas 16.1 11.8
CH4 5
de Solid … … 3.73 2 7
Sulfur Gas 5 212
C2H6
2 9.56 15.6 47.4
Methan Gas
e Vapo C3H8 3.63 8 206.
3.5 16.72 44.3
Ethane r 5 5
C4H1 15.4
Propan Vapo 5 23.9 43.1
0 3.58 8 203.
e r
6.5 31.1 5 42.6 5
Butane Liqui C8H1 15.1
Octane d 8 … … 3.51 5 41.6 199

2. Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara.

Campuran yang baik adalah yang homogen dan tiap partikel bahan bakar harus kontak
langsung dengan partikel udara.
Pada umumnya bahan bakar telah berubah menjadi uap (combustible vapor) sebelum
terbakar. Untuk mempercepat terjadinya “combustible vapor” diperlukan proses
pengabutan.
Butiran-butiran kabut tersebut luas permukaannya menjadi sangat besar, hingga
mempercepat penguapan. Untuk bahan bakar padat, tentunya tidak dapat dilakukan
pengabutan. Untuk mendekati bentuk kabut tersebu t diperlukan pemecahan/penghalusan
butirannya dalam “pulverizer” dan sprayer.

3. Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.

Pada awal pembakaran, diperlukan nyala api atau loncatan api listrik setelah sebagian
kecil bahan bakar mulai terbakar, maka sebagian panas pembakaran digunakan
untuk menaikkan suhu bahan bakar sampai suatu saat suhu bahan bakar cukup
tinggi untuk terbakar sendiri. Bila kondisi ini sudah dicapai, bantuan nyala api sudah
tidak diperlukan lagi.

Susunan Gas Asap


Apabila pembakaran berlangsung sempurna, maka susunan gas asap hanya terdiri
dari: CO2, H2O, SO2, N2 dari udara dan O2 kelebihan. Pembakaran tidak
sempurna, maka disamping gas -gas tersebut di atas, terjadi pula gas CO serta sisa
bahan bakar yang tidak terbakar. Besarnya kadar gas CO2 dalam gas asap merupakan
indikator sempurna atau tidak sempurnanya pembakaran.
Neraca Bahan dan Neraca Kalor

Berat massa bahan yang masuk ruang pembakaran = berat massa bahan yang keluar.

Aliran masuk ruang bakar:


• bahan bakar (a)
• udara uap air (b)
Aliran keluar ruang bakar:
• gas hasil pembakaran (c)
• sisa udara dan air (d)
• sisa pembakaran (e), yang terdiri dari sisa bahan bakar, abu dan air
Neraca: a + b = c + d + e

Catatan:

• Bahan bakar (a) merupakan berat bahan bakar kering ditambah air (kelembaban)
• Udara uap air (b) merupakan berat udara ditambah uap air yang terkandung dalam
udara.
• Air dalam d dan e adalah air yang terkandung dalam bahan bakar ditambah air dari
kelembaban udara ditambah air yang terbentuk dari reaksi pembakaran.
Operasi Pembakaran
Kalor pembakaran yang diperoleh dari reaksi bahan bakar dengan udara
dipergunakan untuk:

1. Menaikkan suhu bahan bakar yang dibakar dalam dapur.

2. Menaikkan suhu campuran bahan bakar dan udara.

3. Sebagian besar yang lain terbuang sebagai:

• radiasi ke sekeliling
• terbawa keluar cerobong dalam gas asap
• konduksi dan konveksi ke peralatan dapur

Temperatur dapur akan maksimum bila kehilangan-kehilangan di atas minimum.

Pada pengoperasian burner memperhatikan kecepatan nyala:

Pada nyala yang stabil, kecepatan nyala sama dengan kecepatan campuran bahan
bakar dan udara yang keluar dari burner.
• Bila kecepatan nyala lebih besar akan terjadi “flash back”.
• Bila kecepatan nyala lebih kecil akan terjadi “blow off”.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan nyala:

• tekanan campuran bahan bakar dan udara


• suhu pembakaran
• perbandingan udara primer dan bahan bakar
• efek pendinginan dari lingkungan

Kecepatan nyala ini tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu, kecuali pada keadaan yang
sangat tertentu saja.

Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian dapur, perlu alat-alat
kontrol sebagai berikut:

• Kontrol Suhu. Bahan bakar yang masuk ke dalam dapur banyaknya dikontrol oleh
temperatur dalam dapur, antara lain pirometer radiasi dan temperatur atap
dapur. Bila dibaca terlalu tinggi, maka jumlah bahan bakar harus dikurangi dan
seterusnya.
• Kontrol Pembakaran. Pengaturan bahan bakar/udara digunakan flowmeter yang
disambungkan dengan mekanisme servo pada katup kontrol otomatis.
• Kontrol Aliran. Menjaga kesetimbangan aliran pemasukan udara/bahan bakar dan
pengeluaran gas asap.
Petunjuk kepada Operator
Di bawah ini beberapa petunjuk yang akan membantu para Operator dalam menangani
beberapa jenis oven.
a. Oven dengan bahan bakar batubara.
1. Kedalaman api 15 inchi dari pintu. Pemasukan batubara 1.5-2 sekop penuh tiap sq
ft luas pembakaran. Bila kebanyakan menghasilkan asap dan boros bahan bakar.
2. Kisi-kisi pembakaran harus selalu tertutup oleh bahan bakar, dijaga ketinggian
nyala api, garukan digunakan bila perlu.
3. Bara api yang tertutup abu harus dicegah dengan membersihkan api secara hati-
hati. Setelah pembersihan nyala api akan bersih kembali.
4. Jarak batangan penyangga api harus teratur dan bila bengkok harus
segera diluruskan.
5. Pemasukan udara dijaga agar nyala api baik.
6. Kebocoran oven harus dicegah agar tidak ada udara luar masuk.
b. Oven dengan bahan bakar gas.
1. Burner harus selalu bersih dan dipelihara secara rutin. Semua bagian pengatur
harus mudah digerakkan. Pengontrol udara pada injektor seringkali
macet oleh kotoran/korosi atau rusak.
2. Penutup oven harus bebas, bekerja baik dan rapat, agar udara luar tidak masuk.
3. Pengendalian udara yang tepat harus selalu dijaga agar nyala api baik. Untuk
lebih tepat dilakukan analisa gas asap. Akan lebih membantu para Operator bila
dilengkapi alat pencatat CO2.
4. Pada blast furnace yang umumn ya bekerja dengan nyala api non luminous, nyala
api yang panjang dan lemah, menunjukkan terlalu banyak gas. Aliran gas
harus dikecilkan, hingga nyala api lebih pendek dan berwarna kekuning-
kuningan. Atau menambah suplai udara hingga terdengar nyala api terkuat. Nyala
api kekuning-kuningan dan cerah adalah yang paling baik. Makin cerah makin
baik.
5. Sekali burner disetel dengan menghasilkan nyala yang baik, jangan diubah-
ubah lagi.
6. Klep pada cerobong harus disetel untuk memperoleh kesetimbangan aliran
dalam dapur. Cara pengetesan: Hembuskan asap/dekatkan nyala api kecil pada
lubang di dinding oven. Bila asap tidak terisap masuk atau lidah api nyala
tidak menuju ke lubang, maka letak “damper” betul.
7. Bila oven tidak dipakai, saluran gas, udara dan damper harus ditutup.
c. Oven dengan bahan bakar minyak.
1. Viskositas minyak harus benar.
2. Minyak harus bebas air, karena dapat menunda pembakaran dan membentuk asap
tebal.
3. Burner harus dilengkapi dengan katup berskala yang menunjukkan besar-
kecilnya aliran minyak.
4. Burner harus dibuka dan dibersihkan secara teratur, sebaiknya tiap penggantian
shift.
5. Bila oven dimatikan, burner harus dipindahkan untuk melindungi dari panas
radiasi.
6. Celah lubang burner harus dicek secara periodik.
Aturan umum untuk penghematan bahan bakar:

1. Dengan alat yang ada harus dibuat rencana agar beban oven selalu penuh.
2. Nyala api harus selalu dijaga berada dalam oven. Agar dicegah
terjadinya pembakaran di luar oven atau pada aliran gas asap.
3. Pintu-pintu harus selalu dijaga dalam kondisi baik dan tertutup rapat/tidak bocor.
4. Penggunaan bahan bakar harus disesuaikan dengan kondisi pembakaran.
5. Jumlah bahan bakar harus selalu dicatat, demikian juga dengan berat bahan yang
dipanaskan.
6. Kebocoran pada dinding oven adalah penyebab besarnya kehilangan
panas. Dinding oven harus selalu disemir dengan bahan tertentu antara lain
campuran tanah liat dan semen api untuk mencegah bocoran udara.
Pencemaran
Pada proses pembakaran bahan bakar konvensional (bukan bahan bakar nuklir), tak
dapat dihindari kemungkinan terjad inya pencemaran, baik oleh komponen- komponen
dalam gas asap yang bersifat racun bagi kesehatan serta mengganggu kenyamanan
manusia, maupun oleh radiasi kalor.

Khusus pencemaran oleh bahan-bahan hasil pembakaran, meliputi 5 macam bahan


pencemar utama yaitu:

1. Partikulat, yaitu padatan atau cairan yang sangat kecil, tersuspensi dalam gas asap.
Partikulat ini terlepas ke atmosfer, dan efek yang ditimbulkan berupa:

• terganggunya penglihatan oleh kabut partikulat


• menyebabkan bronkhitis, emphysema dan kanker

2. Bas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2 dan SO3.

• Biasanya gas SO3 terbentuk dalam dapur karena oksidasi SO2 menjadi SO3.
Akibat yang ditimbulkan oleh gas -gas ini ialah:
• Apabila terjadi kontak dengan air akan terbentuk asam belerang (H2SO4) yang
bersifat korosif terhadap logam dan merusak instalasi dapur.
• Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer, mengakibatkan
terjadinya hujan asam yang membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
• Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.

3. Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila pembakaran dilakukan dalam udara, pada suhu
yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gas nitrogen N2 dan gas oksigen O2
bereaksi membentuk NO dan NO2. Efek yang ditimbulkan oleh gas ini ialah:

• dapat merusak kehidupan tanaman dan binatang


• mengganggu kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan
• bersifat korosif pada logam
• menimbulkan hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di atmosfer
• apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan bantuan sinar
matahari dapat menimbulkan kabut fotokimia

4. Gas karbon monoksida yang terbentuk apabila pembakaran tidak sempurna. Efek yang
ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan manusia ialah apabila gas tersebut terhisap
melalui pernafasan, gas CO bereaksi dengan haemoglobin dalam darah, sehingga
menghambat transfer oksigen yang membahayakan kehidupan manusia.

5. Gas -gas senyawa organik.

Akibat yang ditimbulkan oleh adanya gas ini adalah di atmosfer dengan gas NOx
membentuk oksidan berupa kabut. Kabut oksidan ini menimbulkan iritasi pada mata,
hidung dan tenggorokan.

Anda mungkin juga menyukai