Anda di halaman 1dari 9

TAWURAN PELAJAR

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan
terjadinya peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi.
Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

Tawuran saat ini ini sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi di
telinga kita . Bahkan,hampir setiap hari ada saja media yang menayangkan kasus-kasus
tawuran.Tawuran yang berkaitan dengan tindak kekerasan bisa terjadi di kalangan pelajar
terutama yang notabenenya adalah generasi bangsa yang akan mengambil alih tampuk
kepemimpinan nantinya,apabila bila mereka sekarang sudah terbiasa dengan tindak kekerasan
maka bagaimana jadinya bangsa kita ini nantinya.

Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng,tawuran pelajar sekarang tidak hanya
terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga menjalar ke daerah-daerah.Permasalahan remeh
dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak
jarang melibatkan penggunaan senjata tajam,senjata api dan sebagainya.

Dewasa ini,kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang
dilakuka oleh para remaja.Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar
pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga
merugikan orang lain yang tidak terlibat secara lagsung.

2. Rumusan Masalah

1. Dinamika Tawuran antar Pelajar


2. Penyebab-penyebab Tawuran
3. Dampak Akibat Tawuran
4. Cara atau solusi untuk menghindari Tawuran
5. Tawuran Dalam Cultural Transmission Theory
6. Teknik Netralisasi Norma Dalam Tawuran
3. Tujuan

Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan asusila tawuran adalah
tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar.

Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara mencetak prestasi –
prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan kekerasan pada jiwa seseorang yang
menimbulkan dampak negatif untuk orang lain ataupun dirinya sendiri.
Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan
bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih baik agar siswa – siswi merasa
nyaman belajar di sekolah.

PEMBAHASAN

1. Dinamika Tawuran antar Pelajar


Tawuran pelajar adalah kejahatan yang biasanya di kota-kota besar. Mereka
(pelajar)bergerombol/ berkumpul di tempat-tempat keramain (halte, mall-mall, jalan-jalan
protokol) siap mencari lawannya, tetapi tak jarang sasaran mereka justru pelajar sekolah yang
tidak pernah ada masalah dengan sekolahan mereka. Dengan berpura-pura menanyakan nama
seseorang yang mereka cari, dengan beraninya merampas atau meminta uang dengan paksa
kepada pelajar yang mereka temui. Dengan berbekal senjata tajam, gier, rantai, dan alat
pemukul mereka siap mencari sasaraan dan melakukan tindak kekerasan. Para pelajar ini
menurunkan kebiasan buruknya kepada adik-adik kelasnya, sementara mereka sudah naik
satu jenjang menjadi mahasiswa. Dengan berbekal pengalaman tawuran ini, jadilah
mahasiswa yang memiliki bibit-bibit kekerasan. Dengan perkembangan aktivitas kampus,
maka mereka kerap mendompleng nama reformasi untuk bisa berbuat tindak kekerasan dan
memicu terjadinya konflik dengan aparat keamanan.

Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, mahasiswa tawuran bukan saja antar kampus tetapi
terjadi juga di dalam satu kampus. Ini bisa terjadi karena kebiasaan buruk mereka sebelum
menjadi mahasiswa. Bibit-bibit kekerasan sudah tertanam begitu dalam sebelum mereka
melangkah ke jenjang mahasiswa.

Kembali lagi kepada latar belakang, mengapa pelajar begitu mudah untuk melakukan
tindak kekerasan tawuran, inilah penyimpangan-penyimpangan yang tumbuh subur pada diri
para pelajar. Mereka beralasan karena solidaritas pertemanan, di sinilah kekeliruan awal yang
harus cepat dibetulkan sehingga tidak berkembang menjadi suatu kebutuhan untuk
melakukan tawuran ini. Remaja atau generasi muda berada dalam dua paradigma yang saling
bertolak belakang. Di satu sisi remaja dianggap sebagai usia potensial di mana mereka
mempunyai kelebihan energi, berpikir tanggap, tangkas dan bermotivasi kuat. Di sisi lain
masa remaja diasosiasian sebagai sumber keributan, sumber pemasalahan sosial, dan
pertikaian.

Anak-anak pelajar adalah remaja harapan bangsa, yang akan menggantikan para
pemimpin bangsa ini. Peran sekolah, lingkungan, orangtua dan pemerintah merupakan satu
kesatuan yang harus bertanggung jawab dan bekerjasama dengan baik untuk menanggulangi
permasalahan ini. Dengan adanya kerjasama, baik lingkungan pendidikan, orangtua dan
pemerintah akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah ini. Kementrian Pendidikan
agar selalu menekankan sekolah-sekolah untuk berkomunikasi aktif dengan orang tua siswa
dan pemerintah sendiri agar bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan untuk
membuat kebijakan-kebijakan dan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan selalu
melakukan evaluasi secara kontinyu.

Berikan motivasi pelajar-pelajar dengan menggerakkan mahasiswa-mahasiswa yang


berprestasi agar mau membimbing dan berinteraksi sehingga bisa merubah pola pandang
mereka untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya, orang tuanya dan nama baik sekolah mereka.

1. Penyebab-penyebab Tawuran
Penyebab terjadinya tauran antar pelajar disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor
internal dan eksternal

1. Faktor Internal (Diri Sendiri)


Remaja cenderung mengundang resiko, masa omantisme dan nostalgia orang dewasa
terhadap masa itu berada sekitar eksploitasi masa remaja yang mengundang resiko. Disatu
pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi dilain pihak belum memiliki
kewenangan untuk menggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan


seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar dari pada orang
dewasa. Disamping itu, seorang remaja masih memiliki tingkat emosi yang masih labil.

Aspek kedua pada remaja adalah pemberontakan yaitu ketegangan wajar yang terdapat
antar remaj dan otoritas sebagai suatu dinamika dalam pengembangan individuasi. Jika
seorang remaja mampu mengatasi masalah ini dengan mengembangkan jati dirinya di suatu
pihak dan menghormati otoritas dilain pihak maska proses ini akan menuntun seorang remaja
menjadi dewasa.

Suatu hal yang penting dalam pembentukan individuasi adalah kekuatan dan
kemampuan. Yaitu mengetahui apa yang dininginkan dan dipikirkannya, bebas dari apa yang
mungkin diinginkan atau dipikirkan oleh orang lain, namun kemauan bebas tanpa
kemampuan merencana dan menunda pemuasan keinginan seketika(kendali diri) adalah
penyebab utama dari faktor dorongan untuk melakukan suatu perbuatan yang bebas. Dan
akan bisa menyebabkan adanya suatu interaksi yang dapat mengundang protes dan bahkan
terjadi penyimpangan. Dari penyimpangan itulah akan berkoonsekuensi pada pihak individu
sosial lain sehingga terjadi tauran dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
3. Keluarga (Orang tua)
Remaja yang terlalu dikendalikan orang tua akan gagal memenuhi funhsi kemandirian
orang dewasa, sehingga dia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mandiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya remaja ini sangat rawan terhadap tekanan kelompok
sebaya. Mereka akan mudan menyerahkan tuntutan pada oranag lain dan mencari kebebasan
semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi dari oranag tua. Respon lain dari
orang tua yang tidak mendorong fungsi indiviiduasi anak adalah orang tua yang mengabaikan
tanggung jawab terhadap pernyataan kemauan anak. Oranag tua, agama dan budaya memberi
nilai-nilai dan batasan- batasan serta tradisi dan ritual pada seorang anak yang baiik dan
penting bagi pengenbangan kendali diri yang merupkan penyeimbang pada kemauan bebas
orang dewasa.

Orang tua tidak dapat mengabaikan tanggung jawabnya dalam dimensi rohani.
Perkembangan jati diri yang sehat tergantung pada keseimbangan anatara keinginan pribadi
dan kemauan di satu pihak, dan dipihak laik kendalai diri serta nilai-nilai sosial. Orang tua
menjadi model (teladan) baik dalam minat sosial maupun minat pribadi dari seorang anak.
Jika orang tua memilki rasa belas kasihan dan kasih sayang, bukan dendam, benci atau egois,
maka seorang remaja akan sanggup melampaui kekuatan kelompok sebayanya. Sehingga dia
tidak menjadi korban dari pemngaruh kelompok sebaya yang berlebihan. Sebaliknya jika
tidak ada model dalam nilai, atau orang tua lalai memperhatikan perkembangan moral anak,
maka akan mudah terpengaruh pada kelompok sebayanya.

Jika proses individuasi berhasil, kepribadian yang muncul adalah gabungan model
yang diperolaeh dari orang tua, masyarakat, dan pengalaman pribadi. Kepriadian seorang
remaja yang demikian ditandai dengan kekuatan, kemauannya dan integritas dirinya sehingga
hidupnya dipimpin oleh nilai etika dan idealis. Nilai-nilai diturunkan dari generasi, melauli
dua lembaga sosial yakni budaya dan keluarga. Orang tua melalui perkataan dan
perbuatannya adalah penerus utama nilai-nilai sosial bagi seorang remaja yaitu tentang
bagaimana berprilaku (etika), prioritas (nilai-nilai) dan tujuan (cita-cita) yang dilakukan
melalui tradisi dan enkulturasi.

2. Tekanan Kelompok Sebaya


Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya tauran antar pelajar. Semua
remaja pasti merasa cemas jika di tolak oleh lingkungannya. Sehingga remaja tersebut
berusaha untuk mencari persetujuan dari kelompoknya dengan berbagai cara yang dapat di
gunakan,walaupun cara tersebut salah.

Remaja sangat peka terhadap nilai- nilai kelompok sebaya dalam penampilan,prilaku, dan
sikap. Jarang seorangremaja yang memiliki kemauan ego yang kuat berdiri teguh,terpisah
dari nilai-nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar dari perjuangan terus
menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan kelompok
sebayanya.di kalangan remaja tauran antar pelajar biasanya di gunakan untuk menunjukkan
siapa diantara mereka yang terkuat,baik itu antara individu dan kelompok.oleh karena itu
remaja rawan terhadap tauran antar pelajar.

1. Dampak Akibat Tawuran


Aksi tawuran tentu menimbulkan berbagai macam dampak yang tentunya merugikan diri
sendiri maupun orang lain diantaranya:

1. Rusaknya fasilitas umum


Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti
kaca toko dan kendaraan. Kerugian semacam ini sangat terasa di Jakarta. Banyak tawuran
pelajar terjadi di tempat-tempat umum, seperti jalan raya, bus, dan halte. Tawuran antar
pelajar tentu sangat merugikan orang lain terutama fasilitas umum yang berada disekitar
tempat kejadian tawuran. Misalnya kendaraan umum, halte, gedung-gedung, dan lain-lainnya.

2. Terganggunya proses belajar di sekolah

Masalah tawuran ini tentunya juga akan berimbas pada proses belajar mengajar di sekolah.
Pihak sekolah yang terkait akan meliburkan proses belajar mengajar yang dilakukan sehingga
akan merugikan siswa-siswa yang tidak ikut serta dalam tawuran. Selain itu juga dengan
kejadian ini akan menimbulkan kerugian bagi pihak sekolah yaitu tercemarnya nama baik
karena ulah siswanya yang berandalan. Tawuran pelajar juga membuat terganggunya
kegiatan-kegiatan di sekolah yang selalu was-was jika diserang sekolah lain, akibatnya
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler ditiadakan untuk menghindari tawuran.

3. Adanya korban tewas/luka-luka

Pelajar dan keluarga yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif bila
mengalami cedera atau bahkan tewas.Dalam bentrok atau tawuran ini adanya korban luka-
luka sangat sulit dihindarkan. Hal ini tentu sangat merugikan mereka sendiri, meskipun
begitu hal terburuk yang mungkin terjadi dalam tawuran antar pelajar yaitu adanya korban
tewas. Sesuatu hal yang tidak pernah diharapkan oleh pihak manapun.

4. Terganggu secara psikologis

Dengan kejadian tawuran ini siswa akan terganggu secara psikologis seperti perasaan
ketakutan, tidak percaya diri, merasa diasingkan, dan selalu mencurigai. Hal ini tentu akan
sangat mengganggu siswa yang bersangkutan dalam kegiatan sehari-harinya.

5. Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi

Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya
penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para
pelajar tersebut belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan
masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Sehingga dalam hal ini siswa akan cenderung acuh, tidak perduli dengan orang lain, egois,
tidak disiplin dan lain-lain.

Cara-cara untuk menghindari Tawuran

Adapun cara atau solusi untuk mencegah dan Mengatasi terjadinya tawuran antar pelajar :
1) Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas

Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua
siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan
penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan
berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang
membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.

2) Memberikan Pendidikan Anti Tawuran

Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran
dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu
berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan
penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak
melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.

3) Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah

Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal
antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar
gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk
terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi
maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara
baik-baik.

4) Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran

Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran, namun tawuran
pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran
dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini
sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga
bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.

5) Siswa diarahkan ke hal hal positif dengan diberikan tanggungjawab

Dengan diberi tanggungjawab siswa diharapkan mempunyai sebuah beban yang harus
mereka pikul dan untuk kemudian membawanya ke aktifitas yang positif seperti OSIS,
Pramuka, PMR, dll.

6) Orang tua memberikan perhatian yang semestinya kepada anak

Untuk mencegah adanya miss comunication maka peran orang tua dalam hal ini yaitu
memberikan perhatian kepada anak, orang tua juga harus memberikan keterbukaan kepada
anak untuk tidak segan menyatakan keluh kesahnya kepada orang tua baik jika terdapat
masalah maupun hal yang menggembirakan. Sehingga orang tua dapat secara tidak langsung
mengontrol emosi siswa agar tetap stabil dan tidak mudah lari ke hal yang negatif seperti
tawuran.
7) Instituti dan orang tua jangan terlalu menekan siswa dengan berbagai peraturan yang
berlebihan

Pihak – pihak yang secara langsung berhubungan dengan anak sepatutnyalah harus bisa
berinteraksi tanpa harus memberi tekanan yang berlebih seperti suatu pencapaian prestasi dan
telalu ketatnya sebuah peraturan sehingga anak tidak bisa menyalurkan bakat kreatifitasnya
sehingga mencari tempat di mana mereka bebas menyalurkan aspirasinya tanpa harus ada
tekanan dengan melakukan hal-hal yang negatif.

8) Lingkungan masyarakat perlu dibangun sarana organisasi yang menampung aspirasi &
semangat muda

Lingkungan masyarakat yang menjadi lingkungan yang secara langsung berinteraksi dengan
anak, maka dalam lingkungan tersebut haruslah tersedianya saran dimana anak dapat
menyalurkan ide, gagasan, kreatifitas dan emosi yang membangun sehingga tercipta suatu
bentuk kegiatan yang positif yang dapat menjauhkannya ke hal yang negatif. Seperti sebuah
lembaga organisasi yang legal dari pemerintah sekitar.

Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam hal kegiatan menanggulangi tawuran


pelajar antar sekolah secara perlahan akan menciptakan persepsi di mana tawuran itu adalah
kegiatan yang sia-sia sehingga tidak layak ikut serta. Sehingga secara berkelanjutan
permasalahan tawuran akan menghilang atau setidaknya berkurang dan lama-kelamaan
tawuran akan segera punah dari dunia pelajar indonesia.

1. Tawuran Dalam Cultural Transmission Theory


Tawuran dalam konteks ini masuk pada cultural transmission theory. Pengertian dari cultural
transmission teory itu sendiri merupakan sebuah penyimpangan dimana adanya pelanggaran
norma yang dipelajari dari orang lain melalui proses sosialisasi.

Seseorang terlibat tawuran biasanya diakibatkan dari pengaruh lingkungan sekitar dimana
maraknya tawuran antar pelajar dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat yang terus
menggerus karakter para pelajar. Generasi muda disuguhkan informasi yang lebih banyak
mempertontonkan tokoh masyarakat yang berperilaku buruk, jauh dari ekspektasi yang
seharusnya menjadi teladan. Dan itu mengakibatkan banyak pelajar yang mencontoh perilaku
menyimpang tersebut dimana itu merupakan sebuah pelanggaran norma yang dipelajari dari
seseorang mealui sosialisasi.

Padahal tidak sepantasnya seorang pelajar melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.
Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja
yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu
lain biasanya dendam. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan
membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang
siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.

Rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah
mengakibatkan tawuran antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar
pelajar yang dipicu karena ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar
sekolah lain saat berpapasan di terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan,
permasalahan pribadi, rebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya.

Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing-masing individu
pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan harus
segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk mendapatkan
hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah.

Ini dapat menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau
menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi
ketergantungan dan akan menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri.
Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lain. Kadang permasalahan
tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah permusuhan yang sudah ada dari
generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya cerita-cerita yang menyesatkan, bahkan
memunculkan mitos berlebihan membuat generasi berikutnya, terpicu melakukan hal yang
sama.

2. Teknik Netralisasi Norma Dalam Tawuran

Denial of victim merupakan sebuah teknik netralisai dari tawuran sebab pelaku memahami
diri mereka sendiri sebagai “sang penuntut balas”, sedangkan para korban dari perbuatannya
dianggap sebagai orang yang bersalah atau pelanggaran norma yang dilihat sebagai
pembalasan dai korban terhadap pelanggaran norma.

Disini sudah terlihat jelas bahwa tawuran merupakan sebuah penyimpangan yang biasanya
timbul dari permasalahan yang kecil dan kemudian terdapat sekawananya yang tidak terima
dan akhirnya mengakibatkan tawuran tersebut terjadi, dimana sering kali berdampak pada
orang lain dan merenggut korban, juga merusak falitas yang ada dilingkungan sekitar tersebut
karena pelajar yang ikut tawuran tersebut menggunakan benda-benda yang ada di sekeliling
(batu dan kayu) mereka juga memakai senjata tajam layaknya film action di layar lebar
dengan senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang. Misalnya, samurai, besi bergerigi yang
sengaja dipasang di sabuk, pisau, besi yang digunakan saat tawuran berlangsung. Dan itu
tidak hanya berdampak pada orang yang mengikuti tawuran itu sendiri tetapi juga berdmpak
pada lingkungan sekitar yang mengakibatkan ketidaknyamanan serta kerugian pada
mayarakat sekitar yang mungkin tidak mengetahui pokok permasalahan yang terjadi.

PENUTUP

Kesimpulan

Permasalahan yang timbul seperti tawuran antar pelajar memang bukanlah masalah sepele,
dikarenakan makin banyaknya peristiwa serupa yang terjadi belakangan ini, hal ini sangat
disayangkan karena tindakan tersebut sangatlah tidak terpuji, dan eksistensi diri para
pelajarlah sebagai pemicu terjadinya bentrok antarpelajar.
Kita harus semakin prihatin akan peristiwa yang terjadi disekitar kita, karena banyak faktor
yang melatar belakanginya, antara lain faktor internal, yaitu pribadi atau individu dan faktor
eksternal, seperti ; orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar, dalam hal ini orang tua sangat
memiliki peranan penting dalam mendidik anak, karena teladan dan contoh yang baik bisa
membuat seorang anak menjadi baik, begitupula sebaiknya, dan peran serta sekolah serta
lingkungan juga sangat diharapkan, dimana kondisi yang kondusif bisa berdampak pada
keadaan sekitar. Perkelahian atau tawuran terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan
mereka untuk berkelahi. Biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan
masalah secara cepat kekerasan makin mewabah di mana-mana. Wajah-wajah beringas para
remaja kita telah menjadi momok tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang makin tidak
karuan ini. Karena para remaja nantinya akan jadi generasi akan menjadi penerus bangsa ini
dan mampu menjadi pemimpin keluarga masa kelak mendatang. Banyak hal yang bisa
dipelajari dari peristiwa ini, selain dari dampak yang tentunya sangat-sangat merugikan diri
sendiri dan juga orang lain, serta cara-cara yang bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya
tawuran.

Faktor yang menjadi penyebab tawuran pada generasi muda tidaklah hanya datang dari diri
individu itu sendiri melainkan juga terjadi karena faktor lainnya yang datang dari luar
individu.

Saran

Saran dalam menyikapi masalah tawuran ini terutama tawuran pelajar diatas penulis
memberikan saran diantaranya :

1. Keluarga sebagai awal pembentuk kepribadian seseorang harus mampu membentuk pola
perilaku dan pola pikir yang baik agar terciptanya suatu lingkungan yang baik sekali untuk
seorang remaja yang mencari jati dirinya.
2. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif jauh
dari kericuhan.
3. Pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para
pelajar mengembangkan yang bukan hanya dibidang intelektual saj tetapi dibidang lainnya
agar potensi yang ada dapat tersalurkan ke arah yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

http://vitoricardo.wordpress.com/2012/10/17/fenomena-tawuran-antar-pelajar-dan-
penyebabnya/

http://mulkanvgbfriends.blogspot.com/

http://kendakaku.blogspot.com/2013/08/makalah-tentang-tawuran-di-kalangan.html

http://elitasuratmi.wordpress.com/2012/05/02/tawuran-antar-pelajar/

Anda mungkin juga menyukai