Makalah Tuberkulosis
Makalah Tuberkulosis
Disusun oleh :
1. Anisyah Handayani (1905015021)
2. Mochamad Maulana Subagja (1905015129)
3. Laila Syarifah Salsabila (1905015273)
4. Sri Wulandari (1905015066)
5. Syahra Shava Kamila (1905015165)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayat, dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “PENYAKIT INFEKSI TUBERKULOSIS (TBC)” dapat
terselesaikan dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Dosen pengampu Ibu Nur Asiah, SKM., M.K.M selaku Dosen pengampu mata kuliah
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat yang memberikan tugas untuk menyusun makalah
ini.
2. Orang Tua yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk materi dan moril.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas penyakit infeksi Tuberkulosis (TBC),
selain itu untuk mengetahui dan memahami penyakit Tuberkulosis TBC, baik secara gejala, cara
penularan, dan lain- lain.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) | 2
DAFTAR ISI
2.1.Pengertian Tuberkulosis…………………………………………………………………... 6
2.2.Penyebab Tuberkulosis Menurut Segitiga Epidemiologi………………………………… 6
2.3.Penyebab Tuberkulosis Secara Umum …………………………………………………… 12
2.4.Komplikasi Tuberkulosis …………………………………………………………………. 12
2.5.Riwayat Alamiah Penyakit Tuberkulosis ………………………………………………… 13
2.6.Cara Penularan Penyakit Tuberkulosis …………………………………………………… 17
2.7.Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis……………………………………………….. 18
3.1.Kesimpulan………………………………………………………………………..………. 30
3.2.Saran ……………………………………………………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….. 31
PENDAHULUAN
Pada anak, TBC secara umum dikenal dengan istilah “flek paru-paru”. Tuberkulosis
pada anak juga mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa,
baik dalam aspek diagnosis, pengobatan, pencegahan, maupun TBC pada kasus khusus,
misalnya pada anak dengan infeksi HIV (Anonim, 2011). Selain itu, pemeriksaan TBC
yang memerlukan sampel dahak dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil
sulit mengeluarkan dahak. Akibatnya, kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini
seringkali menimbulkan terjadinya over diagnosis dan over treatment dalam penanganan
TBC anak (Anonim, 2011).
Perbedaan TBC anak dan TBC dewasa adalah TBC anak lokasinya pada setiap bagian
PEMBAHASAN
Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena selain dapat
menimbulkan penyakit pada manusia, basil Mycobacterium juga dapat menimbulkan
penyakit pada berbagai macam hewan misalnya sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan
hewan primata, bahkan juga ikan (Soedarto, 2007).
e) Status Gizi
Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh cukup akan
berpengaruh pada daya tahan tubuh sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi
kuman Tuberkulosis paru. Namun apabila keadaan gizi buruk maka akan
mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit ini, karena kekurangan kalori
dan protein serta kekurangan zat besi, dapat meningkatkan risiko Tuberkulosis
paru (Sitepu, 2009).
2. AGENT
Agen adalah faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Agent
dapat berupa benda hidup, tidak hidup, energi, sesuatu yang abstrak, suasana sosial,
yang dalam jumlah yang berlebih atau kurang merupakan penyebab utama/esensial
dalam terjadinya penyakit (Soemirat, 2010).
Agent yang mempengaruhi penularan penyakit Tuberkulosis adalah kuman
Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a) Pathogenitas
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit
pada host. Pathogenitas kuman Tuberkulosis paru termasuk pada tingkat
rendah.
b) Infektifitas
Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan
berkembang biak di dalamnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas
PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) | 8
kuman Tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah.
c) Virulensi
Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang
sama virulensi kuman Tuberkulosis termasuk tingkat tinggi.
3. ENVIRONMENT
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari host (pejamu), baik
benda tidak hidup, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk
akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang lain (Soemirat,
2010). Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah
satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya
(Notoatmodjo, 2003). Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh rumah sehat secara
fisiologis yang berpengaruh terhadap kejadian Tuberkulosis paru antara lain :
d. Ventilasi
Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar masuknya udara
f. Lantai rumah
Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air dan
tidak lembap. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian
Tuberkulosis paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung
menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga
dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya.
g. Dinding
Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari gangguan hujan maupun
angin serta melindungi dari pengaruh panas dan debu dari luar serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya. Beberapa bahan pembuat dinding adalah dari
kayu, bambu, pasangan batu bata atau batu dan sebagainya. Tetapi dari beberapa
bahan tersebut yang paling baik adalah pasangan batu bata atau tembok
(permanen) yang tidak mudah terbakar dan kedap air sehingga mudah dibersihkan
(Keman, 2005).
2.4.KOMPLIKASI TUBERKULOSIS
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
e. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak
yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
1. Screening (Penyaringan)
2. Pejejakan kasus (Case Finding)
3. Pemeriksaan khusus (laboratorium dan tes)
4. Pemberian obat yang rational dan efektif
Usaha pengobatan yang terlambat dapat mengakibatkan usaha penyembuhan
menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan
kanker (neoplasma) yang terlambat, kemungkinan terjadinya kecacatan akan lebih
besar, penderitaan dari penderita sakit akan lebih lama, biaya untuk perawatan dan
pengobatan menjadi lebih besar.
a. Diagnosis Awal
1. Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Penemuan penderita TB Paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan
tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke
unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan
penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa
dikenal dengan sebutan passive promotive case finding (penemuan penderita
secara pasif dengan promosi aktif).
Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala
sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan
menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat Tuberkulosis
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan
cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah
dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah.Sifat lambat membelah yang
dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan
penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan
antibakteri lain (Werdhani, 2009).
Berat Badan Tahap intensif tiap hari RHZE Tahap Lanjutan 3 kali
(150/75/400/275)+S seminggu
RH(150/150)+E(400)
+1000 mg Streptomisin
inj.
5. REHABILITASI (REHABILITATION)
Rehabilitasi adalah program yang dijalankan untuk membantu memulihkan
orang yang memiliki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya.
Gangguan fisik dan psikiatrik tidak hanya memerlukan tindakan medis khusus,
tetapi juga membutuhkan sikap simpatik. Dokter harus melakukan pendekatan yang
akan membantu penderita ataupun pasien untuk mengatasi gangguan fisik atau
a. Edukasi
Edukasi merupakan proses rehabilitasi yang sangat penting. Pasien diberikan
pemahaman tentang penyakit dan pencegahan eksaserbasi, terapi (obat-obat)
termasuk program rehabilitasi serta target yang akan dicapai sehingga diharapkan
pasien mematuhi program. Edukasi juga berisi tentang teknik-teknik konservasi
energi. Dengan begitu, diharapkan pasien dapat menyederhanakan setiap
aktivitasnya terutama yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Seperti berjalan, makan.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penyakit Tuberkulosis masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Menurut
WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberkulosis merupakan penyebab kematian pada
semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun telah dilakukan survei
prevalensi dengan hasil 0,4 % - 0,6 % penyakit Tuberkulosis menyerang sebagian besar
kelompok usia produktif kerja dengan penderita Tuberkulosis. Di Indonesia dengan
prevalensi TBC positif 0,22% (laporan WHO 1998). Penyakit Tuberkulosis merupakan
suatu penyakit menular, masalah yang terjadi pada klien pada napas tidak efektif, risiko
penularan terhadap keluarga dan orang lain perlu mendapat perhatian secara khusus.
3.2. SARAN