LLLLK
LLLLK
2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3047
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERANTASAN
DBD DI PUSKESMAS MEDAN JOHOR
KECAMATAN MEDAN JOHOR
TAHUN 2016
SKRIPSI
OLEH
NOVA MEKAR MURTIKA
NIM: 131021054
OLEH
NOVA MEKAR MURTIKA
NIM: 131021054
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Disahkan oleh:
Komisi Pembimbing
ii
iii
iv
Agama : Islam
Pendidikan Formal
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
di Puskesmas Medan Johor Tahun 2016”. Usulan ini sebagai salah satu syarat
Kesehatan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak
yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara moril maupun
material, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. dr. Heldy B.Z, M.PH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan
Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak
memberikan kritik serta saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
vi
memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji III yang telah memberi kritik dan saran
Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi
8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk
9. Kepala Puskesmas Medan Johor Kecamatan Medan Johor dan seluruh staf
10. Kepala Camat Medan Johor dan staf yang telah membantu penulis dalam
penelitian ini
11. Teristimewa untuk keluarga tercinta Ayahanda H. Abdul Muis dan Ibunda
Dra. Hj. Nurmaini yang tidak pernah putus asa memberikan do’a dan
dukungan terbaik buat penulis, Abangnda Robi Ismarison, SE, Kakanda Mega
Mekar Dwinta, S.Pd dan dr. Siska Mekar Tri Andika, dan Adinda Rabiul
Ikhsan Jaya, serta seluruh keluarga besar. Terima kasih atas doa, nasihat, kasih
12. Terkhusus orang terkasih dr. Deo Aprianto EG yang selalu memberi semangat
vii
Ekstensi-FKM USU 2013) terima kasih atas dukungan, motivasi serta do’a-
14. Seluruh rekan dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan agar dapat dipergunakan dengan
Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
viii
Halaman
ix
xi
DAFTAR PUSTAKA
xii
Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2011 s/d 2015 .. 3
Tabel 1.2 Tabel Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Medan Johor Tahun
2011 s/d 2015 .............................................................................. 4
Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Johor Tabel ........... 54
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Gedung Puskesmas Medan Johor ............... 54
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Dana yang tersedia dalam
Program Pemberantasan DBD ..................................................... 60
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Laporan Kasus DBD dan
Ketepatan Waktu Penyerahan Laporan Puskesmas Medan Johor . 66
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang
tidak luput dari serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Khususnya di
musim hujan, DBD ini menjadi insiden yang sangat mengerikan. Dalam waktu
yang singkat penyakit DBD ini dapat menyerang banyak korban jiwa dan masih
secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir dari gejala yang ringan dan
self limiting disease. Beberapa tahun terakhir penyakit ini semakin berat sebagai
demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian luar biasanya meningkat (Satari,
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes alabovictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
DBD bukan suatu hal baru lagi, apalagi penyakit ini merupakan wabah yang
ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. Penyakit DBD ini
perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, mengingat jumlah kasusnya
yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Jumlah orang yang meninggal jauh
lebih banyak dibandingkan kasus kematian manusia karena flu burung atau avian
sampai 3 miliar orang yang tinggal di daerah perkotaan di wilayah yang beriklim
tropis dan subtropis. Pada saat ini dengue diperkirakan hanya sebagai masalah
wilayah Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam berdarah dengue (DBD)
yang terjadi setiap tahunnya dan 500.000 kasus dengue haemorrhagic fever
merupakan anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dengan jumlah angka
Indonesia tercatat 71.668 orang penderita DBD dan 641 orang diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dengan
sebanyak 871 orang. Meskipun secara umum sudah mengalami penurunan kasus
DBD di tahun 2014, namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan kasus
Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara (Kemenkes RI,
2014).
DBD sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya pengendalian DBD
awalnya tidak ada laporan kasus DBD (daerah bebas DBD) menjadi daerah
sporadik dan daerah sporadik menjadi daerah endemik salah satunya di kota
kematian dalam waktu yang singkat serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) atau wabah. Seluruh kecamatan di Kota Medan merupakan daerah endemis
DBD, dimana setiap tahunnya terdapat kasus DBD (Dinkes Kota Medan, 2014).
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kota Medan Tahun 2014 s/d 2015
Dari data surveilans Dinas Kesehatan Kota Medan pada tabel 1.1, Tahun
2014 terdapat 1.699 kasus DBD dengan jumlah kematian 15 orang (IR/Angka
Kesakitan = 77,5 per 100.000 penduduk dan CFR/Angka Kematian = 0,9 %).
Jumlah kasus tertinggai terdapat di Kecamatan Medan Sunggal yaitu 171 kasus
dengan jumlah kematian 0 orang (CFR 0%). Kemudian dengan kasus DBD
tertinggi kedua adalah kecamatan Medan Helvetia yaitu 158 Kasus dengan jumlah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan angka kejadian penyakit
DBD di Puskesmas Medan Johor tahun 2014 sebanyak 109 kasus dengan jumlah
penduduk 130.414 jiwa (IR = 83,6 per 100.000 penduduk), terjadi peningkatan di
tahun 2015 sebanyak 128 kasus (IR = 110,9 per 100.000 penduduk).
Tabel 1.2 Tabel Jumlah Kasus DBD di Puskesmas Medan Johor Tahun 2011
s/d 2015
Σ
Tahun Kasus IR Mati CFR %
Penduduk
2011 95.797 25 26,1 0 0
2012 97.584 32 32,8 0 0
2013 101.413 74 72,9 0 0
2014 105.294 109 103,5 2 1,8
2015 115.396 128 110,9 0 0
Sumber: Profil Puskesmas Medan Johor tahun 2015
dalam lima tahun terakhir. Dan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan
ada kendala yang dihadapi terkait masalah koordinasi antar jejaring kerja di
Puskesmas dan masalah pelaporan dari masyarakat terhadap penderita DBD yang
berperan aktif dalam pengendalian DBD. Petugas hanya menunggu laporan dari
masyarakat jika terhadap kasus DBD tersebut. Tatalaksana kasus dilakukan jika
dan partisipasi masyarakat, pola musim, pemberian bubuk abate yang tidak sesuai
dosis frekuensinya, keterbatasan tenaga yang dimiliki oleh Puskesmas dan faktor
dana.
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) melalui 3M Plus (3M :
input yaitu tenaga kesehatan belum mencukupi, sarana yang digunakan Jumantik
(PJB) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur sedangkan fogging focus dan
Komponen output berupa hasil capaian beberapa kegiatan hasil PE telah tercapai
tetapi hasil capaian ABJ yang merupakan indikator keberhasilan PSN dan PJB
kegiatan yang dibuat oleh Puskesmas kurang berjalan dengan baik. Program
kegunaan bubuk abate dan pemberian bubuk abate yang belum merata diberikan
kejadian DBD di Kota Medan karena kepadatan penduduk dan curah hujan yang
cukup tinggi pada bulan-bulan tertentu.. Selain itu pelaksanaan penyuluhan dalam
pencegahan DBD dilakukan satu kali dalam sebulan di sekolah-sekolah dan saat
2016”.
2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
hidup sehat.
1. Paradigma Sehat
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,
2. Pertanggungjawaban Wilayah
3. Kemandirian Masyarakat
4. Pemerataan
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem
penyakit.
pelayanan kesehatan;
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
oleh virus dengue yang utamanya ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Penularan melalui gigitan nyamuk, virus dengue akan terinkubasi selama
3-15 hari. Dengue ini kemudian menyebabkan sakit mirip flu dan nyeri, demam
tinggi, kehilangan nafsu makan, sakit kepala dan ruam (Mumpuni, 2015).
memegang peranan penting pada penularan penyakit DBD, yaitu: manusia, virus
dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dan nyamuk Aedes aegypti dapat
mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes
aegypti adalah:
2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng,
barang bekas, pot tanaman air, tempat minuman burung, dan lain-lain.
saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam
darahnya). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama
dalam kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus
dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia virus ini
akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit
demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia
2.2.2.1 Telur
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan air bersih secara
individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina dapat bertelur rata-rata 100 butir.
Telurnya berbentuk elips atau oval memanjang berwarna hitam dengan ukuran
0,5-0,8 mm. Telur dapat bertahan di tempat yang kering (tanpa air) selama 6
bulan. Telur akan menetas menjadi larva (jentik) dalam waktu kurang dua hari
Larva nyamuk Aedes aegypti memanjang tanpa kaki dan memiliki bulu-
sepasang mata majemuk, sepanjang antena tanpa duri-duri, bagian dada tampak
paling besar, perut tersusun atas 8 ruas, larva berbentuk langsing dan bergerak
sangat lincah, dan waktu istirahat posisinya tegak lurus dengan permukaan tempat
penampungan air. Larva membutuhkan waktu 6-8 hari untuk bekembang menjadi
dada lebih besar bila di bandingkan dengan bagian perutnya. Pada bagian
punggung dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke 8
terdapat sepanjang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Pupa Aedes
oksigen untuk bernafas. Pupa membutuhkan waktu 1-2 hari untuk menjadi
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu: kepala,
dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk dan antena yang
berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap dan termasuk lebih
essensial yang berguna untuk mematangkan telur, sedangkan nyamuk jantan pada
bagian mulutnya lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia dan
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah
hitam;
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DS, Dengue Shock Syndrome) (Widoyono,
2008).
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah. Nyamuk ini biasaya tidak dapat
berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tana. Jenis
berikut:
minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan brang-barang bekas (ban,
pelepah daun, temputung kelapa, dan potongan bamboo (Ditjen PP & PL,
2014).
maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angina tau terbawa
kendaraan, nyamuk dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti sebagai vektor
DBD tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, nyamuk ini dapat
tersebar dan berkembang biak sampai ketinggian daerah 1.000 meter dari
permukaan laut. Nyamuk tidak dapat berkembang biak di atas ketinggian 1.000
meter karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
Aedes aegypti, dan host manusia. Untuk memahami penyakit yang ditularkan
subsistem yang terkait dalam ekosistem ini adalah virus, nyamuk Aedes aegypti,
1. Virus Dengue. Virus ini termasuk dalam genus flavivirus dari family
flaviviridae terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4.
(Depkes, 2007).
rencana yang konkret. Rencana ini konkret, karena dalam “program sudah
dengue, pemberantasan penyakit DBD adalah semua upaya untuk mencegah dan
4. Penanggulangan seperlunya.
5. Penanggulangan lain.
6. Penyuluhan Kesehatan.
masyarakat Indonesia.
2. Fogging massal;
3. Fogging fokus
4. Abatisasi selektif
5. Pemberantasan terpadu
2. Penentuan jumlah kasus DBD per minggu per desa melalui Pemantauan
4. Abatisasi selektif di desa endemis dan sporadic dilaksanakan 4 kali per tahun
1. Surveilans Epidemiologi
secara aktif ataupun pasif, surveilan vektor (Aedes), surveilans laboratorium dan
surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit seperti pengaruh cuaca hujan,
kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat adanya perubahan iklim
(climate change).
3. Pengendalian Vektor
jentik nyamuk. Pada fese nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan
manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan cara 3M Plus yaitu:
penularan.
c. Pemeriksan Jentik Berkala (PJB) setiap tiga bulan sekali dan dilaksanakan
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK
dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan
pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum dan tempat ibadah).
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan
6. Penyuluhan
leaflet atau poster tetapi juga kearah perubahan perilaku dalam pemberantasan
7. Kemitraan/Jejaring Kerja
kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait sangat besar.
pengendalian DBD.
8. Capacity Building
Peningkatan kapasitas dari sumber daya baik manusia maupun sarana dan
dilaksanakan oleh berbagai pihak antara lain: Universitas, Rumah Sakit, Litbang,
LSM, dll. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik vektor,
penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal, dan saat ini sedang
DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome yang dicapai pada setiap
atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di
penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan
di wilayah sekitar tempat tinggal penderita DBD, dan tujuan khusus PE adalah
penderita DBD.
pelaksanaan PE.
DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan
kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1
minggu sebelumnya.
d. Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal
penderita.
e. Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka selain dilakukan
puskesmas setempat.
Kades/Lurah.
larvasida selektif.
1. Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau
3. Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut diatas dan tidak
PSN DBD.
b. Penyuluhan
melakukan penyuluhan).
Kades/Lurah setempat.
Penderita DBD
Positif: Negatif:
1. Bila ditemukan 1 atau lebih - Jika tidak memenuhi 2 kriteria
penderita DBD positif
2. 3 orang suspek infeksi dengue
lainnya dan ditemukan jentik ≥ 5 %
disebagian atau seluruh wilayah desa rawan I untuk membunuh nyamuk dewasa.
nyamuk dewasa membawa virus dengue atau populasi nyamuk penular ditekankan
sekitarnya dalam radius 100 meter. Dengan siklus interval sekitar 1 minggu dari
panas tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5 %. Fogging dilaksanakan dalam
radius 100 meter dan dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu (Depkes
RI, 2007).
minggu;
angin).
km/jam).
fogging).
Pengendalian vektor DBD yang paling efesien dan efektif adalah dengan
bentuk 3M Plus. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 3M Plus ini
Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat
melakukan kegiatan ini secara rutin, serta peran tokoh masyarakat sebagai penguat
kegiatan promosi kesehatan, penyuluhan di media massa, serta reward bagi yang
(TTU)
ban bekas);
PLUS:
lavender, geranium);
memadai;
wilayah yang sulit air bersih dan tidak memungkinkan untuk dikuras secara
berkala. Sedangkan untuk daerah cukup air bersih disarankan untuk melakukan
PSN 3M Plus secara rutin dan berkesinambungan. Efek residu larvasida selama 3
masyarakat atas abate dilakukan melalui Puskesmas dan hanya dilayani oleh
yang ditemukan jentik nyamuk ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis 1 sendok
makan peres (10 g) abate untuk 100 liter air (Irianto, 2014).
Puskesmas/Dinas KesehatanKabupaten/Kota.
(3 bulan sekali).
air);
teratur.
rumah/bangunan;
2.6.5 Penyuluhan
nyamuk demam berdarah, gejala demam berdarah, perilaku hidup bersih dan sehat
menggunakan media antara lain media massa cetak dan elektronik (radio, televisi,
Hasil yang ingin dicapai adalah adanya opini positif yang berkembang di
dukungan sumber daya (SDM, Dana, sumber daya lain) dari kelompok potensial
2011).
dengue (POKJANAL DBD) adalah kelompok kerja yang membantu Tim Pembina
LKMD dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan
akhirnya sampai pada Tingkat Pelaksana Operasional oleh POKJA DBD yang
RI, 1997)
masalah;
wadah Tim Pembinaan LKMD. Anggotanya terdiri dari unsure instansi dan
DBD termasuk Tim Penggerak PKK Pusat, tingkat II dan PKK tingkat
Kecamatan.
Departemen Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait
melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala
wilayah/daerah.
petugas penyemprot untuk fogging serta tokoh masyarakat dan masyarakat umum
DBD yaitu:
2. Kepala Puskesmas
puskesmas.
5. Kader Jumantik
kerjanya;
Sarana dan Prasarana adalah seluruh bahan, peralatan dan fasilitas yang
abate, PSN Kit isinya senter, pulpen, buku tulis, formulir pemeriksaan jentik,
direncanakan.
alat dan bahan. Dalam standar penanggulanagan DBD alat dan bahan yang harus
per Puskesmas Kecamatan, kendaraan roda empat minimal satu unit, solar dan
bensin, insektisida sesuai kebutuhan, alat komunikasi minimal satu unit (Depkes
RI, 2002).
jenis, jumlah, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan dapat juga mendorong
2.8.1.3 Dana
swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah. Salah satu sumber dana lain
2.8.2 Proses
untuk menurunkan jumlah kasus DBD yaitu dengan fogging focus, pemberantasan
masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu, kerangka
berikut:
b. Sarana dan Prasarana adalah seluruh bahan, peralatan dan fasilitas yang
pemberantasan DBD.
umum lainnya.
3M Plus.
BAB III
METODE PENELITIAN
2012).
Kota Medan pada tahun 2015, bahwa Puskesmas Medan Johor memiliki kasus
informan atau partisipan. Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah
Kota Medan.
49
6. Kader Jumantik
7. Masyarakat
Kesehatan Kota Medan, Puskesmas Medan Johor dan referensi buku-buku serta
Pemberantasan DBD.
3.6 Triangulasi
yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang
sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban
mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
menemukan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada
orang lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.1 Geografi
Tuntungan
Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada
di wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 m diatas permukaan laut yang
merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan. Kecamatan Medan Johor
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah kecamatan Medan Johor
adalah 15 Km² atau sekitar 17,15 Ha. Secara garis besar Kecamatan Medan Johor
terdapat di Kelurahan Gedung Johor dan Kwala Bekala yang masih memiliki
52
berfungsi dengan baik, guna mengangkut sampah, dan juga personil yang mampu
banyak masyarakat yang menumpukkan sampah tidak pada tempatnya. Hal ini
4.1.2 Demografis
Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Medan Johor semua kelurahan yang
ada di Kecamatan Medan Johor merupakan wilayah yang datar. Jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor tahun 2015 sebanyak 115396 jiwa dari 3
kelurahan.
terdiri dari medis, paramedis, dan staf administrasi yang bekerja dalam upaya
Berikut ini data sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Puskesmas
No Sarana Jumlah
9 Ruang Tunggu Pasien 1
10 Gudang 1
11 Toilet 1
12 Sarana Komunikasi dan Komputer 3
Informasi Printer 3
13 Prasarana Sarana Air Bersih Ada
Sarana Pembuangan
Ada
Sampah Medis
Sarana Pembuangan
Ada
Sampah Non Medis
Sarana Pembuangan Air
Ada
Limbah (SPAL)
Sarana Pembuangan Tinja Ada
Sumber: Profil Puskesmas Medan Johor 2015
Berikut ini data sarana kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Medan
Johor, meliputi:
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 informan yang terdiri dari satu
Kepala Puskesmas Medan Johor, satu informan Petugas DBD Puskesmas Medan
satu informan Camat Medan Johor, satu informan Kader Jumantik, satu informan
Johor adalah kepala puskesmas, dokter, petugas DBD, petugas kesling dan
yang tersedia di Puskesmas Medan Johor sudah cukup tersedia, seperti bubuk
abate yang telah disediakan untuk 1 tahun, materi DBD dan alat bantu untuk
masih belum dimanfaatkan, dan pemafaatan PSN Kit untuk kader jumantik belum
diberikan kepada kader jumantik, serta masih ditemukannya bubuk abate yang di
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Dana yang tersedia dalam
Program Pemberantasan DBD
Informan Pernyataan
Petugas PMK Dana untuk DBD dari APBD. Fogging dan abate dari APBD.
Kepala Dananya dari APBD sama BOK dek. fogging, abate kita
Puskesmas tinggal terima aja dari dinas.
Petugas DBD Dana buat DBD ini dari APBD dek. Ada dana dari BOK juga.
Kalau penyuluhan dari BOK dek.
Putugas SE Dari APBD dek.
Dari pernyataan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dana untuk program
pemberantasan DBD yaitu dari APBD dan BOK. Dana BOK yang tersedia
dinas juga biasanya kasih tau ke kita kalau ada kasus DBD.
Nanti barulah saya bilang ke petugas DBD.
Petugas DBD Kalau kerjasama dengan dinas, kecamatan, kelurahan, kepling,
terus kader jumantik dek. Nanti kan kalau misalnya ada kasus
ni kita dapat laporan di keluarga pasien kita langsung
melaporkan ke kecamatan kalau ada kasus di wilayah mereka.
Kalau kita orang puskesmas kan biasanya kita minta bukti
kalau anggota keluarga mereka itu positif DBD biasanya itu
hasil labor dek soalnya kan kita juga butuh nanti buat laporan
ke orang Dinas. Kalau kami turun ke lapangan biasanya di
damping sama kepling untuk melakukan PE. Kalau misalnya
dirumah mereka ada ditemukan jentik kita curigai ada DBD
terus kita periksa beberapa rumah jika jentik positif juga baru
setelah itu kita berikan penyuluhan dek, penyuluhan 3M, PSN,
fogging biasanya dek. Kalaupun misalnya udah ada kasus
DBD dek kita langsung lapor ke dinas biar dilaakukan fogging.
Petugas SE Untuk kerjasama itu biasanya sama orang kecamatan, dinas,
kelurahan, di sekolah-sekolah juga.
Camat Itu kerjasama dengan orang puskesmas sama orang dinas
biasanya dek. Kalau kami ini biasanya tunggu laporan dari
mereka. Kalau kami gak terlalu terlibat, paling nanti mereka
mau penyuluhan atau fogging baru bilang ke kita biar kita bisa
sampaikan ke lurah kalau ada kasus di wilayah mereka. Kami
paling cuma dapat laporan dari mereka.
Kader Kerjasama, sama orang puskesmas, dinas juga. Kalau periksa
Jumantik jentik biasanya kami yang lakukan. Orang puskesmas jarang
damping kami PSN. Tapi kalau orang Puskesmas turun kami
ikut sama orang puskesmas. Tapi kami yang lakukan periksa
jentiknya, orang puskesmas lihat aja.
Dari pernyataan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kerjasama lintas sektor
masyarakat yang ikut berperan. Ada juga masyarakat yang berpartisipasi namun
royong tersebut hanya berjalan sebulan sekali tapi masyarakat yang terlibat tidak
banyak.
DBD yang ada di Puskesmas Medan Johor yaitu PSN, PJB, penyuluhan, abatisasi
dan fogging jika ada kasus. Fogging dilakukan oleh petugas dinas kesehatan kota
medan, untuk bubuk abate penggunaannya masih belum tepat kepada masyarakat
ada yang menjual bubuk abate yang telah disediakan pemerintah, program
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Laporan Kasus DBD dan
Ketepatan Waktu Penyerahan Laporan Puskesmas Medan Johor
Informan Pernyataan
Pegawai PKM Puskesmas sebenarnya kasih laporan ke dinas sebelum tanggal
5 tapi seringnya setiap tanggal 10 di kasih. Kalau untuk
pelaporannya jumlah kasus DBD, nama pasien, kelurahan,
nama KK, umur, jumlah trombosit, di rawant di Rumah Sakit
(RS) mana.
Kepala Laporan di antar ke dinas setiap awal bulan, biasanya tanggal
Puskesmas 10.
Petugas DBD Laporan kita antar ke dinas setiap awal bulan, itu sebelum
tanggal 10 biasanya di antar. Rutin kita antar sebelum tanggal
10 lah harus diserahkan ke dinas.
Petugas SE Kalau untuk laporan sebelum tanggal 10 udah kita serahkan.
Kader Kalau untuk laporannya kita kasih per triwulan dek. Nanti
Jumantik orang puskesmas yang rekapkan sama laporan yang lain.
Dari pernyataan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pelaporan kasus DBD di
berikan kepada dinas kesehatan setiap bulannya sebelum tanggal 10. Untuk
pelaporan dari kader jumantik di berikan setiap triwulan kepada pihak puskesmas.
Kesehatan Kota Medan beberapa tahun terakhir ini tidak pernah dilakukan, ada
juga yang menyatakan kalau dana untuk pelatihan belum ada. Pelatihan biasanya
Medan Johor.
laporan yang diberikan pihak puskesmas dan evaluasi di lakukan setiap awal
BAB V
PEMBAHASAN
yang berada diluar petugas kesehatan yang ikut berperan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberantasan DBD adalah kader jumantik dengan latar belakang tamat
SMA dan kepala lingkungan yang memiliki wewenang dan kekuatan untuk
harus melibatkan semua pihak baik petugas kesehatan, kader jumantik, kepala
dilakaukn oleh penanggung jawab DBD yang sekaligus penanggung jawab bidang
(PJB) SDM yang bertanggung jawab untuk laksanakan kegiatan PJB ini adalah
kader Jumantik yang telah terlatih. Kegiatan abatisasi dilakukan oleh masyarakat
69
kegiatan fogging dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dimana petugas
dilapangannya ditunjuk oleh Dinas Kesehatan yang terdiri dari tiga orang yang
penutup pintu setelah ruang di disemprot. Dalam pelaksanaan fogging ini, petugas
Puskesmas yang terlibat hanya sebagai pendamping fogging dan sebagai penyuluh
digunakan untuk pemberantasan DBD belum sesuai dengan seharusnya. Hal ini
dikarenakan masih ada SDM yang tidak digunakan dan berperan ganda untuk
daya manusia (SDM) untuk pemberantasan DBD meliputi petugas kesehatan dari
Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang meliputi pelaksana surveilans kasus DBD,
yang diberikan. Dapat dilihat dari petugas DBD yang memiliki tanggungjawab
juga sebagai petugas kesehatan lingkungan, dimana petugas DBD juga memiliki
Puskesmas Medan Johor. Petugas SE hanya bekerja untuk membuat laporan yang
diberikan oleh petugas DBD setiap bulannya. Padahal menurut Ditjen PP & PL,
epidemiologi ahli (S2), dua tenaga epidemiologi ahli (S1) atau terampil, dan satu
tenaga dokter umum dan untuk Puskesmas tenaga surveilans yang dibutuhkan satu
tenaga epidemiologi ahli (S1) atau terampil. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
dengan tataran ideal tenaga surveilans. Maka untuk mengatasi hal itu sebaiknya
Medan dan Puskesmas Medan Johor menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang
yang bertanggung jawab dalam hal pemberantasan DBD yaitu kepala puskesmas,
DBD tidak hanya tanggungjawab petugas DBD saja, tetapi harus ada peran serta
dari lintas sektor yang terlibat. Petugas DBD tidak akan mampu mengatasi
masalah DBD tanpa adanya kerjasama/koordinasi dengan lintas sektor yang lain.
organisasi.
menjalin kerjasama tidak hanya dengan Dinas Kesehatan selain itu dengan
program yang ada yaitu melakukan PSN yang meliputi Abatisasi (Larvasida),
Medan Johor, kader jumantik juga memiliki peran sebagai penyuluh ketika
sekitarnya. Kader jumantik juga akan menjelaskan tentang PSN dengan cara 3M
Plus. Kader jumantik yang terpilih tentunya sudah terlatih. Kader jumantik juga
mempunyai tugas membuat laporan rutin setiap tiga bulan (triwulan). Menurut
Dirjen P2 & PL seharusnya laporan dari kader jumantik harus dilaporkan setiap
laporan yang masuk dari kader jumantik setiap tiga bulan. Hal ini dikarenakan
motivasi berupa reward atau hadiah kepada kader jumantik yang aktif dilapangan.
Hal ini akan membuat kader jumantik lebih semangat dalam melaksanakan tugas-
dan motivasi kerja kader sebaiknya dapat terus dibina agar tugas yang dibebankan
kepada mereka dapat dikerjakan secara optimal. Mereka harus disadarkan bahwa
tugas mereka sangat penting, artinya bagi pembangunan keshatan warga sehingga
tempat posyandu dan mesjid sebagai prasaana untuk penyuluhan dengan kata lain
pemberantasan DBD adalah bubuk abate, leaflet dan poster yang jumlahnya
adalah agar bisa menjangkau masyarakat yang tidak tahu informasi mengenai
tentang DBD di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor petugas Puskesmas tidak
menggunakan leaflet ataupun poster yang merupakan sarana yang telah tersedia.
mengerti kegunaan bubuk abate dan gerakan jum’at bersih. Seharusnya petugas
alat pelindung diri berupa masker, solar dan insektisida. Jumlah mesin fogging
yang digunakan untuk pengasapan adalah lima unit. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui jumlah ini masih kurang karena jumlah kecamatan yang ada di Kota
Medan tidak sebanding dengan jumlah mesin fogging yang tersedia. Hal ini
giliran.
alat dan bahan. Dalam standar penanggulanagan DBD alat dan bahan yang harus
tersedia antara lain formulir pemeriksaan jentik, bahan penyuluhan seperti leaflet,
empat unit per puskesmas kecamatan, kendaraan roda empat minimal satu unit,
solar dan bensin, insektisida sesuai kebutuhan, alat komunikasi minimal satu unit
mesin fogging yang tersedia di Puskesmas hanya satu unit itupun dalam kondisi
rusak. Selama ini pelaksanaan fogging menggunakan mesin fogging yang tersedia
dari Dinas Kesehatan, namun mesin fogging yang tersedia di Dinas Kesehatan
juga masih terbatas. Maka dari itu Puskesmas perlu melengkapi semua sarana
berjalan optimal.
Johor bahwa sarana di Puskesmas Medan Johor belum cukup memadai karena
mesin fogging yang dimiliki Puskesmas cuma satu unit dan keadaan mesin
fogging dalam keadaan rusak. Hal ini disebabkan tidak ada petugas yang terlatih
jumlah mesin fogging yang ideal adalah empat unit per kecamatan. Menurut Putri
kegiatan dan kegiatan tidak terlaksana sesuai standar yang ada. Sarana merupakan
peunjang kegiatan yang sangat pentig agar kegiatan dapat terlaksana sesuai
5.1.3 Dana
sangat penting dalam keberhasilan seatu program. Dari hasil wawancara dengan
Puskesmas Medan Johor merupakan dana yang berasal dari dana APBD dan dana
BOK.
dana yang dipakai untuk melakukan penyuluhan ke masyarakat adalah dana BOK,
sedangkan dana yang digunakan untuk abate, fogging, cairan fogging, honor
petugas kesehatan dan kader jumantik itu berasal dari dana APBD yang di kelola
BOK yang ada di puskesmas medan johor digunakan untuk penyuluhan yang
tentang DBD, ada juga penyuluhan lainnya sepeti gizi anak sekolah, narkoba,
bahaya rokok, dll. Penyuluhan yang dilakukan tidak setiap bulan, dalam satu
tahun penyuluhan bisa dilakukan sekitar 3 sampai 4 kali. Hal ini disebabkan
penyuluhan saja, seharusnya dana yang ada bisa di manfaatkan untuk melengkapi
sarana yang dibutuhkan oleh puskesmas seperti lcd untuk penyuluhan dan sarana
kepada dinas kesehatan kota medan agar mengalokasikan dana operasional untuk
puskesmas medan johor. Untuk memperoleh hasil yang baik atas setiap kinerja,
organisasi harus melakukan investasi terhadap kegiatan yang ada. Individu atau
tim akan menjadi kurang berguna jika tidak didukung sumber dana untuk
5.2.1 Fogging
Dinas Kesehatan jika telah ditemukan kasus DBD di wilayah kerja puskesmas.
penyelidikan epidemiologi (PE) ke rumah penderita DBD dengan jarak radius 100
meter ke depan, belakang, samping kiri dan samping kanan dari rumah yang
terkena DBD, jika ditemukan jentik DBD maka dilakukan fogging oleh dinas
kesehatan. Berdasarkan keterangan dari salah satu petugas Dinas Kesehatan Kota
Medan, jika sudah ada satu kasus DBD maka langsung dilakukan PE, tidak perlu
menunggu tiga kasus DBD. Dan ketika PE ditemukan jentik DBD dengan radius
Padahal pemberantasan DBD tidak cukup dengan melakukan fogging, selain itu
dapat menampung air. Masyarakat juga tidak paham cara penaburan bubuk abate
DBD.
abatesasi dan PSN karena pengasapan hanya efektif untuk membunuh nyamuk
dewasa. Apabila tidak diikuti dengan abatisasi dan PSN, larva Aedes aegypi tidak
dapat diberantas dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa. Larvasida yang
digunakan untuk abatisasi (temefos) mempunyai efek residu selama 2-3 bulan.
Jadi, jika tidak dilakukan empat kali abatisasi maka selama setahun populasi
5.2.2 Abatisasi
bahwa pemberian bubuk abate di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor telah
dilakukan ketika ditemukan kasus DBD dan ketika Posyandu. Pelaksana abatisasi
dilakukan oleh petugas Puskesmas yang dibantu oleh kader juantik yang terlatih.
pemberian bubuk abate ketika telah ditemukannya kasus DBD. Pemberian bubuk
dan masyarakat, khususnya petugas Puksesmas dan kader jumantik sebagai ujung
tombak pelaksanaan program. Namun pemberian bubuk abate harus sesuai dengan
dosis dan frekuensi pemberiannya, dan dilakukan secara rutin sehingga dapat
pelaksanaan abate ada dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor masih
ditemukan penjual bubuk abate dengan harga Rp. 20.000 untuk mendapatkan 3
bungkus bubuk abate. Menurut pengakuan warga penjual bubuk abate mengaku
dari kelurahan dan saat menawarkan bubuk abate menggunakan pakaian dinas
kemudian memaksa warga untuk membeli bubuk abate tanpa menjelaskan cara
pemakaian bubuk abate tersebut. Setelah mengetahui hal ini, petugas Puskesmas
Medan Johor memberikan himabaun kepada masyarakat bahwa abate tidak pernah
diperjual belikan, jika ada yang menjual bubuk abate bisa menghubungi atau
puskesmas menerima telepon bahwa masih ada penjual bubuk abate mengatas
namakan orang dinas dan puskesmas. Kurang aktifnya kader jumantik dalam
di masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa kader jumantik malas untuk menjemput
kerjasama antara petugas puskesmas dengan kader jumantik, tidak ada salanya
aedes aegypti sebelum musim penularan untuk membatasi penyebaran DBD dan
menjadi tugas puskesmas dan kelurahan. pada program PSN ini masyarakat
diadakan oleh pihak kelurahan, tidak bersedia untuk dilakukan periksa jentik
sudah berjalan dengan baik, namun belum dilakukan secara maksimal karena
DBD. Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan PJB dilakukan setiap tiga bulan
sekali.
jika telah ditemukannya kasus DBD di wilayah kerjanya sehingga program PJB
kurangnya motivasi yang diberikan oleh pihak puskesmas dan dinas kesehatan.
Pada kenyataannya data yang diberikan oleh jumantik setiap tiga bulan lebih
sering data yang asal-asalan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh
pihak puskesmas.
jentik berkala kurang berjalan dengan baik dipengaruhi oleh kurangnya dana
Secara umum, peran kader jumantik selama ini sudah cukup maksimal
dalam pencegahan DBD. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika
vektor. Peran jumantik sangat penting dalam SKD DBD karena berfungsi
karena itu diperlukan upaya peningkatan motivasi jumantik melalui motivasi yang
5.2.5 Penyuluhan
Medan Johor, penyuluhan tentang DBD dilakukan di Posyandu dan ketika turun
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat
terbukti dengan adanya pengakuan dari masyarakat bahwa jika penyuluhan yang
disampaikan kepada masayarakat tidak mengenai tentang DBD tetapi lebih sering
mengenai imunisasi, gizi pada anak atau tentang pemberian ASI. Berdasarkan
rumah penderita DBD tidak terprogram dengan baik. Kegiatan dilakukan secara
insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan tertentu bukan kegiatan
yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi ataupun waktu pelaksanaan
kegiatan.
Informasi tentang DBD yang diberikan selama ini masih kurang lengkap,
menggunakan serbuk bubuk abate. Selama ini informasi yang diberikan hanya
sebatas apa penyebab penyakit DBD dan gejala nya, tetapi belum sampai tentang
Dan penyuluhan yang dilakukan selama ini tidak terjadwal dengan baik dan akan
Di samping itu kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali
melaksanakan pesan-pesan kesehatan demi kehidupan yang lebih bersih dan sehat.
dan kematian DBD bersama lintas sektor terkait. Keluaran (output) dalam
Johor belum berjalan dengan maksimal. Dapat dilihat dari program penyuluhan
yang dilakukan selama ini belum terprogram dengan baik. Kegiatan hanya
dilakukan insidential apabila telah ditemukan masalah, bukan kegiatan yang telah
terencana dari awal sehingga masih banyak masyarakat yang belum memahami
dilakukan selama ini hanya dilakukan satu kali. Dimana semestinya fogging
dilakukan dua kali dengan interval satu minggu pelaksanaan fogging pertama.
PSN DBD yang ada selama ini di masyarakat masih belum berjalan
yang dilakukan oleh Puskesmas Medan Johor belum terlaksana dengan baik,
benar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengawasan kepala puskesmas.
keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan
sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah di capai atau yang
mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang
terjadi harus segera diatasi. Penyimpangannya harus dapat dideteksi secara dini,
dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan
(Munijaya, 2004).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
maksimal dilakukan. Hal ini karena petugas kesehatan yang terlibat belum
sarana yang telah tersedia belum dimanfaatkan dengan baik, seperti sarana
PSN Kit untuk kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan tidak adanya
sekiar. Fogging ini biasanya dilakukan hanya satu kali di masyarakat yang
minggu dari jarak fogging yang pertama. Hal ini dikarenakan kurangnya
tersebut.
86
seperti senter, pipet untuk mengambil jentik, dan pelastik untuk meletakan
jentik.
6.2 Saran
sebagai berikut:
Medan Johor.
Jumantik.
efektif.
lainnya.
dilingkungannya.
I. Identidas Informan
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : LK/PR
Pendidikan :
Asal Instansi :
Tanggal Wawancara :
Lembar Observasi