a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa
involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS (Bobak,2004:
493)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2) Vagina dan
Placenta lahir 2 cm di bawah umbilicus dengan 1000 gram Perineum
bagian fundus bersandar pada Pada
promontorium sakralis post partum
1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan 500 gram terdapat
simfisis pubis lochia yaitu
cairan/sekret
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram yang berasal
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram dari kavum
uteri dan
vagina. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca
persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca
persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari
pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin)
terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke
3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan
lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena
menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering
menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi
diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian
tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai
kembali setelah tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan
edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak
hilang seluruhnya.
6. Patofisiologi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
8. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan
terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah
persalinan.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta
Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. SR DENGAN POST PARTUM
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Ny. SR
Umur klien : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama suami : Tn. Wahyunta
Umur suami : 29 tahun
Alamat : Samboro
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medik : Post partum
Tanggal masuk RS : 03-11-2004
No. RM : 03 74 77
Tgl Pengkajian : 18/09/2013
2. Keluhan Utama Saat Ini
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke rumah sakit.
4. Diagnosa Keperawatan
Kelelahan.
Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
18/09/2013
1. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Kaji ulang 1. mengidentifikasi
berhubungan asuhan keperawatan skala nyeri kebutuhan dan
dengan trauma diharapkan nyeri ibu 2. Anjurkan ibu intervensi yang
mekanis , edema / berkurang dengan agar tepat
pembesaran criteria evaluasi : menggunakan2. untuk mengalihkan
jaringan atau skala nyeri 0-1 , ibu teknik perhatian ibu dan
distensi efek – efk mengatakan nyerinya relaksasi dan rasa nyeri yang
hormonal berkurang sampai distraksi rasa dirasakan
hilang , tidak merasa nyeri 3. memperlancar
nyeri saat mobilisasi 3.
, Motivasi : pengeluaran
tanda vital dalam untuk lochea,
batas normal . S = 37 mobilisasi mempercepat
C . N = 80x/menit , sesuai indikasi involusi dan
TD = 120/80 mmHG4., Berikan mengurangi nye
R = 18 – 20 x / menit kompres ri secara bertahap.
hangat 4. meningkatkan
5. Delegasi sirkulasi pada
pemberian perinium
analgetik 5. melonggarkan
system saraf perifer
sehingga rasa nyeri
berkurang
19/09/2013
1. Resiko tinggi setelah diberikan 1. Kaji lochea 1. untuk dapat
terhadap askep diharapkan (warna, bau, mendeteksi tanda
kekurangan volume infeksi pada ibu tidak jumlah) infeksi lebih dini
cairan berhubungan terjadi dengan KE : kontraksi dan mengintervensi
dengan penurunan dapat uterus dan dengan tepat.
masukan / mendemonstrasikan kondisi jahitan
2. pembalut yang
penggantian tidak teknik untuk episiotomi. lembab dan banyak
adekuat , menurunkan resiko 2. Sarankan
darah merupakan
kehilangan cairan infeksi, tidak terdapat pada ibu agar media yang
berlebih ( muntah , tanda-tanda infeksi. mengganti menjadi tempat
hemoragi , pembalut tiap berkembangbiakny
peningkatan 4 jam. a kuman.
keluaran urine ) 3. Pantau tanda-
tanda vital. 3. peningkatan suhu
4. Lakukan > 38C
rendam menandakan
bokong. infeksi.
5. Sarankan ibu4. untuk
membersihkan memperlancar
perineal dari sirkulasi ke
depan ke perinium dan
belakang. mengurangi
udema.
5. membantu
mencegah
kontaminasi rektal
melalui vaginal.
20/09/2013
1. Resiko tinggi setelah diberikan
1. Ajarkan ibu 1. memberi
terhadap infeksi askep ibu diharapkan agar massage rangsangan pada
berhubungan tidak kekurangan sendiri fundus uterus agar
dengan trauma volume cairan dengan uteri. berkontraksi kuat
jaringan , KE : cairan masuk 2. Pertahankan dan mengontrol
penurunan Hb , dan keluar seimbang, cairan peroral perdarahan.
prosedur invasive , Hb/Ht dalam batas 1,5-2 2. mencegah
pecah ketuban , normal (12,0-16,0 Liter/hari terjadinya
malnutrisi gr/dL) 3. Observasi dehidrasi.
perubahan 3. peningkatan suhu
suhu, nadi, dapat memperhebat
tensi. dehidrasi.
4. Periksa ulang4. penurunan Hb
kadar Hb/Ht. tidak boleh
melebihi 2
gram%/100 dL.